PELAKSANAAN HAZARD COMMUNICATION BAHAN KIMIA PADA PERUSAHAAN PENGECATAN MOBIL KOTA MAKASSAR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. selamat sehingga tidak terjadi kecelakaan. Untuk itu harus diketahui risiko-risiko

ABSTRAK. Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Pekerja Terhadap Penggunaan Alat Pelindung Diri Di Sebuah Pabrik Kimia Di Kota Tangerang,

PENGETAHUAN, PERSEPSI, DAN PRAKTIK PERLINDUNGAN DIRI TERHADAP RISIKO BAHAYA KIMIA PADA KARYAWAN PERCETAKAN DI KOTA MAKASSAR TAHUN 2013

KARYA TULIS ILMIAH PERILAKU PEKERJA LAS DALAM PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA MATA. Di Industri Pengelasan Wilayah Kabupaten Ponorogo

SKRIPSI ANALISIS PENGETAHUAN DAN SIKAP PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI DI PT. BRAJA MUSTI

MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) atau LEMBAR DATA KESELAMATAN BAHAN (LDKB)

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PEKERJA TENTANG APD TERHADAP PENGGUNAANNYA DI CV. UNGGUL FARM NGUTER

Perbedaan Tingkat Stres Kerja Operator SPBU ditinjau dari Shift Kerja ((Studi Di SPBU Kabupaten Ciamis Tahun 2014)

vi Universitas Kristen Maranatha

HUBUNGAN ANTARA KEBISINGAN DAN BEBAN KERJA DENGAN STRES KERJA PADA PEKERJA UNIT PERBAIKAN DI PT. KAI DAOP VI YOGYAKARTA DIPO SOLO BALAPAN

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU KARYAWAN LAPANGAN PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PLN) BANDUNG TERHADAP KESELAMATAN DAN KECELAKAAN KERJA 2010

EVALUASI PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) TERHADAP PERILAKU PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD)

HUBUNGAN FAKTOR PENGETAHUAN KARYAWAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT PEMADAM API RINGAN (APAR)

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

Yossi Elisabeth Simanjuntak 1, Halinda Sari Lubis 2, Arfah Mardiana Lubis 3. Abstract

Keywords: PPE; knowledge; attitude; comfort

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERAN PETUGAS DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU PEKERJA YANG MEMPUNYAI BAYI DI WILAYAH PUSKESMAS RAWASARI TAHUN

PENDAHULUAN Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan suatu usaha dan upaya untuk menciptakan perlindungan dan keamanan dari resiko

ABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha

STUDI D IV KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN

KEAMANAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA PADA KARYAWAN PERCETAKAN KOTA MAKASSAR HAZARDOUS CHEMICAL SECURITY OF EMPLOYEES PRINTING IN MAKASSAR CITY

Bagian Ilmu Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi

BAB 1 : PENDAHULUAN. faktor yaitu, unsafe action dan unsafe condition. OHSAS menyebutkan risiko

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP MENGENAI MASTURBASI DENGAN PERILAKU MASTURBASI SISWA ASRAMA X DI KABUPATEN SUKABUMI TAHUN 2012

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan. Antok Yuliana R

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG TENTANG KESELAMATAN LALU LINTAS TAHUN 2014

ANALISIS DEMAND MASYARAKAT TERHADAP PELAYANAN RAWAT INAP DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEDAN DELI, PUSKESMAS BROMO DAN PUSKESMAS KEDAI DURIAN TAHUN 2013

IMPLEMENTASI K3 MESIN PRODUKSI PADA AREA STAMPING PT. FUJI TECHNICA INDONESIA

: Minor injury, knowledge, attitude, obedience, fatigue, PPE

GAMBARAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) PADA PT. TUNAS MUDA JAYA KALIMANTAN TIMUR

HUBUNGAN FAKTOR PENENTU PERILAKU KESELAMATAN KERJA DENGAN TERJADINYA KECELAKAAN KERJA TERTUSUK JARUM SUNTIK PADA PERAWAT DI RSD dr.

IMPLEMENTASI PENGENDALIAN BAHAYA UNTUK MENCAPAI ZERO ACCIDENT DI PT. FUJI TECHNICA INDONESIA KARAWANG JAWA BARAT

Kharisma Widi Utami Endang Siti Astuti Arik Prasetya Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang

Moch. Fatkhun Nizar Hartati Tuna Ningsih Dewi Sumaningrum Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat. Mencapai Derajat Sarjana. Oleh: NURFAUZI PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN S1 FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PENERAPAN JOB HAZARD ANALYSIS SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA DI AREA CENTRAL CONTROL ROOM (CCR) PT WIJAYA ENGINDO NUSA PROJECT PBIBDE

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

ABSTRAK HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN UMUR TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG OBAT TRADISIONAL DI APOTEK AULIA BANJARMASIN.

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

KARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG KEHAMILAN REMAJA. Di SMAN 1 Pulung Ponorogo

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN PANDEGLANG

ABSTRAK. iii Universitas Kristen Maranatha

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN IBU BALITA DALAM KEGIATAN POSYANDU DI POSYANDU NUSA INDAH DESA JENAR KECAMATAN JENAR KABUPATEN SRAGEN

Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Tindakan, Sanitasi Lingkungan

SKRIPSI HUBUNGAN PENERAPAN KOMUNIKASI EFEKTIF PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN DI RSUD DR. ADNAAN WD PAYAKUMBUH TAHUN 2016

SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA TENAGA KERJA BAGIAN PENGELASAN DI PT. OMETRACO ARYA SAMANTA SURABAYA

KARYA TULIS ILMIAH PERILAKU KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA KULI BANGUNAN DALAM PENGGUNAAN ALAT PERLINDUNGAN DIRI (APD)

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan angka ketergantungan (Kementrian Kesehatan Republik

N. P. Wida Pangestika 1, N.P. Ariastuti 2. Kedokteran, Universitas Udayana, Denpasar, Bali, 80232, Indonesia, ABSTRAK

PENGARUH KEBISINGAN TERHADAP STRES KERJA PADA PEKERJA BAGIAN WEAVING DI PT ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA

USULAN PEDOMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) UNTUK MEMINIMALKAN KECELAKAAN KERJA PADA PROYEK KONSTRUKSI DI RUMAH SAKIT LIMIJATI BANDUNG ABSTRAK

ANALISIS IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN DAN PENGENDALIAN RISIKO SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA DI AREA GUDANG BAHAN JADI DI PT

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, KETERSEDIAAN APD DENGAN KEPATUHAN PEMAKAIAN APD PEKERJA BAGIAN WEAVING PT ISKANDARTEX INDAH PRINTING TEXTILE SKRIPSI

KARYA TULIS ILMIAH PENGETAHUAN IBU POST PARTUM TENTANG INISIASI MENYUSU DINI (IMD) Di Ruang Siti Walidah RSU Muhammadiyah Ponorogo

KARYA TULIS ILMIAH PENGETAHUAN PEROKOK PASIF DALAM KELUARGA TENTANG ROKOK DAN BAHAYANYA. Di RW 01 Dukuh Ngrayut Desa Coper Kecamatan Jetis

Pengetahuan dan Sikap Pekerja dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri pada Industri Informal Pengelasan di Desa Singajaya, Indramayu

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUNJUNGAN IBU HAMIL (K4) DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS CIMARAGAS KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2013.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuat dunia industri

BAB III TINJAUAN UMUM TERHADAP PENCEMARAN LINGKUNGAN OLEH LIMBAH B3

EVALUASI KEMAMPUAN PERAWAT DALAM PEMASANGAN KATETER URIN SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PATIENT SAFETY DI RUMAH SAKIT ISLAM KENDAL.

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha

HUBUNGAN PERILAKU IBU HAMIL DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN ANTENATAL CARE DI PUSKESMAS ANTANG

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH

KARYA TULIS ILMIAH PENGETAHUAN PASIEN HIPERTENSI TENTANG MANFAAT BUAH MENGKUDU UNTUK MENURUNKAN TEKANAN DARAH

November sampai dengan tanggal 20 Desember tahun untuk membuat gambaran atau deskritif tentang suatu keadaan suatu objektif.

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. KataKunci: Pengetahuan, sikap, penggunaan APD, petani pengguna pestisida.

EVALUASI PENERAPAN PEDOMAN KESELAMATAN KERJA PADA PROYEK PELEBARAN JALAN BATAS SUMATERA SELATAN SIMPANG EMPAT ABSTRAK

ANALISIS PENERAPAN PELAPORAN DAN PERBAIKAN KEKURANGAN TINGKAT LANJUTAN SMK3 BERDASARKAN PP NO. 50 TAHUN 2012 DI PT. X

TANGGAP DARURAT BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) Direktorat Pengelolaan B3 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Analisis Media Audio terhadap Perubahan Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada Petugas Laboratorium Kesehatan Kota Banjar

PENERAPAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DALAM UPAYA MEMINIMALISASIKAN KECELAKAAN KERJA DI BAGIAN PRODUKSI PADA PT. WANGSA JATRA LESTARI.

ABSTRAK. iii Universitas Kristen Maranatha

ANALISIS KESELAMATAN SISTEM KERJA PADA AKTIVITAS OVERHEAD TRAVELLING CRANE DENGAN METODE JOB SAFETY ANALYSIS PT ALSTOM POWER ENERGY SYSTEMS INDONESIA

PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA NEONATUS DI PUSKESMAS II KARANGASEM BALI TAHUN 2013

Hubungan Pengetahuan Pasien dan Praktik Petugas Pasien BPJS Dengan Waktu Pelayanan Rawat Jalan Diloket Di RSUD Dr. Adhyatma, MPH Semarang Tahun 2016

KEPATUHAN TERHADAP SOP KETINGGIAN PADA PEKERJA KONSTRUKSI COMPLIANCE TOWARD SOP OF HEIGHT AT CONSTRUCTION WORKER

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG ALAT PELINDUNG DIRI DENGAN KEPATUHAN PENGGUNAANNYA PADA PEKERJA BAGIAN WEAVING PT. TYFOUNTEX INDONESIA, SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Tabel I.1 Data Kecelakaan Kerja di Rumah Batik Komar. (Sumber : Rumah Batik Komar) Kecelakaan kerja Dampak Frekuensi

IDENTIFIKASI BAHAYA K3 KONSTRUKSI

ABSTRAK. Simpulan : Ada hubungan pengetahuan APD masker dengan kedisiplinan penggunaannya. Kata Kunci : Pengetahuan APD, Kedisiplinan

HUBUNGAN ANTARA KELEBIHAN BERAT BADAN DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA PEREMPUAN PT ISKANDAR INDAH PRINTING TEKSTILE SURAKARTA SKRIPSI

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha

*Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sam Ratulangi Manado

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MENGENAI DIARE DI WILAYAH KERJA UPT KESMAS BLAHBATUH II, KABUPATEN GIANYAR BALI TAHUN 2015

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN KERJA PADA KARYAWAN PT KUNANGGO JANTAN KOTA PADANG TAHUN 2016

ABSTRAK. Kata-kata kunci: kompensasi, dan motivasi karyawan. vi Universitas Kristen Maranatha

ROY ANTONIUS TARIGAN NIM.

PENGARUH KECUKUPAN MENU MAKAN SIANG TERHADAP KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA DI PT. MUTU GADING TEKSTIL KARANGANYAR SKRIPSI

ANALISIS PENDOKUMENTASIAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA BERDASARKAN PP NO. 50 TAHUN 2012 DI PT ANGKASA PURA II (PERSERO) BANDUNG

HUBUNGAN PERSEPSI RASA AMAN DENGAN SIKAP PEKERJA TERHADAP PENERAPAN MANAJEMEN PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI PT.X

EVALUASI PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DI PT. PERTAMINA EP REGION JAWA FIELD CEPU

TINJAUAN TERHADAP PROSES PEREKRUTAN PEGAWAI PADA BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DIVISI REGIONAL I SUMUT DAN NAD MEDAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mempunyai risiko terjadinya kecelakaan. Besarnya

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS UNGARAN KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL

Karakteristik Pengetahuan Sikap dan Tindakan Ibu terhadap Penyajian Makanan yang Aman di Kompleks Johor Indah Permai pada Tahun 2011.

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN STIMULASI BICARA DAN BAHASA PADA BALITA DI PAUD NURUL A LA KOTA LANGSA

Transkripsi:

PELAKSANAAN HAZARD COMMUNICATION BAHAN KIMIA PADA PERUSAHAAN PENGECATAN MOBIL KOTA MAKASSAR IMPLEMENTATION OF HAZARD COMMUNICATION IN THE CAR PAINTING COMPANY IN MAKASSAR Gabriela Gloria R. Mangiwa 1, M. Furqaan Naiem 1, Syamsiar S. Russeng 1 1 Bagian Kesehatan dan Keselamatan Kerja, FKM UNHAS, Makassar (gabriela.gloria91@yahoo.co.id) ABSTRAK Industri pengecatan mobil membutuhkan penggunaaan bahan baku kimia yang banyak terkandung dalam komponen cat, seperti resin, thinner, pigment dan zat tambahan lainnya. Untuk itu diperlukan komunikasi bahaya (Hazard Communication) bahan kimia diinformasikan kepada setiap pekerja yang bersumber dari label kemasan, Material Safety Data Sheet (MSDS), simbol bahaya dan pelatihan K3. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah pekerja yang menangani langsung proses pengecatan mobil (operator pengecatan). Pengambilan sampel secara teknik accidental sampling. Analisis data yang dilakukan adalah analisis univariat dan bivariat. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa responden yang mempunyai pengetahuan cukup tentang Hazard Communication bahan kimia sebanyak 27 orang (54%) dan yang berpengetahuan kurang yaitu 23 orang (46%). Responden dengan sikap positif mengenai komunikasi bahaya bahan kimia lebih banyak yaitu 28 orang (56%) dan yang memiliki sikap negatif yaitu 22 orang (44%). Sedangkan, tindakan yang sesuai prosedur kerja lebih banyak yaitu 47 orang (94%) dan tindakan yang tidak sesuai yaitu 3 orang (6%). Saran yang direkomendasikan adalah bagi karyawan lebih memperhatikan potensi bahaya bahan kimia di tempat kerjanya, pihak perusahaan memberikan pendidikan dan pelatihan bagi pekerja yang masih baru serta memfasilitasi karyawan seperti meyiapkan sumber-sumber informasi mengenai bahan kimia yang digunakan. Kata Kunci : komunikasi bahaya, bahan kimia, pengecatan mobil ABSTRACT Car painting industry requires the use of chemical raw materials which are found mainly in paint components, such as resins, thinners, pigment and other additives. It required hazard communication chemical informed to every worker who comes from packaging labels, Material Safety Data Sheet (MSDS), hazard symbols and training K3. This research is a descriptive study. The population in this study is the workers who deal directly with the process of car painting (painting operator). Sampling accidental sampling technique. Data analysis was performed univariate and bivariate analysis. From the results of the study concluded that respondents had sufficient knowledge about the Hazard Communication chemicals by 27 people (54%) and less knowledgeable that 23 people (46%). Respondents with a positive attitude regarding chemical hazard communication more that 28 people (56%) and who have a negative attitude that is 22 people (44%). Meanwhile, the corresponding action procedure is working more 47 people (94%) and actions that do not fit the 3 people (6%). Recommended suggestion is to pay more attention to potential employees of the chemical hazards in the workplace, the company provides education and training for workers who are new as well as facilitating the setting up employees as sources of information about the chemicals used. Keywords : hazard communication, chemical, automobile painting 1

PENDAHULUAN Inti dari Hazard Communication (Komunikasi Bahaya) adalah peringatan. Setiap orang menggunakan ribuan produk kimia setiap hari, baik itu di rumah maupun di tempat kerja. Tetapi, kesulitan yang dihadapi adalah kebanyakan dari kita tidak dapat membedakan produk yang aman dari bahaya tanpa adanya peringatan (Oregon OSHA, 2011). Kata komunikasi mengandung banyak arti, dari pengertian yang umum sampai pada pengertian yang spesifik, seperti halnya komunikasi kesehatan. Menurut George A. Miller (1951) dalam Notoadmojo (2007) Komunikasi berarti bahwa suatu proses informasi yang disampaikan dari satu tempat tertentu ke tempat yang lain. Istilah hazard atau potensi bahaya mempunyai pengertian sumber atau situasi yang berpotensi menciderai manusia atau sakit, merusak barang, lingkungan atau kombinasi dari hal-hal tersebut. Sedangkan kemungkinan potensi bahaya menjadi manifest, sering disebut sebagai risiko (Hargiyarto, 2005). Komunikasi bahaya adalah suatu cara untuk menunjukkan bahwa suatu benda atau area mengandung bahaya atau jenis bahaya tertentu. Dengan adanya petunjuk terhadap bahaya tersebut maka setiap orang yang akan melakukan pekerjaan dengan alat atau bahan berbahaya tersebut atau bekerja pada area berbahaya tersebut dapat mengantisipasi dengan langkah-langkah pencegahan atau preventif, seperti alat perlindungan diri yang sesuai (Munthe, 2012). Contoh dari komunikasi bahaya adalah kegiatan pelatihan, induksi, safety talk atau tool box meeting, tanda/rambu K3, simbol kemasan bahaya pada kemasan produk, Material Safety Data Sheet. Menurut Occupational Safety and Health Ordinance, pengusaha berkewajiban untuk memberikan informasi seperti yang diperlukan untuk menjamin keselamatan dan kesehatan pekerja mereka di tempat kerja. Informasi tentang bahaya yang terbatas dan belum penting dapat ditemukan pada label, sedangkan informasi lebih lanjut dapat diperoleh dari MSDS yang disediakan oleh masing-masing produsen bahan kimia, importir atau distributor (Occupational health and Safety Branch Labour Departement, 2003). Penelitian yang dilakukan oleh Ekaputri (2011) diperoleh konsentrasi asam hipurat urin pekerja pengecatan pada akhir shift kerja mengalami peningkatan dari konsentrasi asam hipurat pada pagi hari. Selain itu terdapat hubungan yang bermakna antara paparan toluen dengan peningkatan kadar asam hipurat urin pekerja pengecatan mobil informal. Pelaksanaan Hazard Communication di tempat kerja sangat penting mengingat potensi-potensi bahaya yang ada di tempat kerja khususnya bahaya kimia yang dapat berbahaya bagi kesehatan pekerja pengecatan mobil. Pelaksanaan Hazard Communication 2

juga diharapkan dapat menunjang kesehatan dan keselamatan kerja (K3) dalam hal meminimalisir bahaya-bahaya tersebut. Pemberian komunikasi bahaya (Hazard Communication) kepada pekerja baik lisan, tulisan maupun verbal merupakan unsur yang sangat penting dalam menunjang budaya kesehatan dan keselamatan kerja, sehingga perlu dilihat dari segi pengetahuan, sikap dan praktik/tindakan pekerja pengecatan mobil tentang bahan yang digunakan dalam pengecatan, bahaya yang ditimbulkan serta pencegahannya. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2013 di 5 perusahaan pengecatan mobil di Kota Makassar yaitu, PT. Honda Remaja Jaya Makassar, PT. Hadji Kalla Makassar, PT. Astra Internasional Daihatsu, PT. Internasional Isuzu dan PT. Honda Makassar Indah. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan observasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja yang menangani langsung proses pengecatan mobil dimulai dari tahap persiapan, pencampuran dan penyemprotan cat mobil sebanyak 86 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah pekerja yang menangani langsung proses pengecatan mobil (operator pengecatan) sebanyak 50 orang. Sampel yang diambil dengan teknik accidental sampling dimana sampelnya yang dijumpai pada saat penelitian dilaksanakan. Data primer diperoleh dengan menggunakan instrumen kuesioner. Data sekunder diperoleh langsung dari data industri yang berhubungan dengan profil perusahaan, identitas pekerja dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. Data diolah dengan menggunakan program SPSS, serta penyajian data dalam bentuk tabel dan narasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 50 responden, jumlah responden yang pernah mengikuti pelatihan K3 selama bekerja sebanyak 12 orang (24%) dan responden yang tidak pernah mengikuti pelatihan K3 sebanyak 38 orang (76%). Terdapat 27 orang (54%) yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi dan yang memiliki tingkat pengetahuan rendah 23 orang (46%). Kemudian, jumlah responden yang memiliki sikap positif tentang komunikasi bahaya itu sendiri adalah 34 orang (68%) dan yang memiliki sikap negatif adalah 16 orang (32%). Responden yang memiliki tindakan positif atau sesuai dengan prosedur kerja sebanyak 47 orang (94%), sedangkan yang memiliki tindakan negatif atau tidak sesuai sebanyak 3 orang (6%) (Tabel 1). 3

Hasil penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa yang mengadakan pelaksanaan hazard communication melalui pelatihan K3, ketersediaan MSDS, simbol/ tanda bahaya dan pelabelan bahan kimia sebanyak 20%, sedangkan yang tidak mengadakan pelaksanaan hazard communication sebanyak 80% (Tabel 2). Pembahasan Hasil penelitian menunjukkan responden yang menyatakan pernah mengikuti pelatihan K3, tidak didapatkan data lebih lanjut tentang jenis pelatihan. Hal ini disebabkan karena beberapa responden hanya mengingat bahwa pernah mengikuti pelatihan yang berhubungan dengan pengecatan mobil. Kurangnya pelatihan yang dilaksanakan oleh perusahan mengakibatkan pekerja tidak tahu prosedur kerja yang baik dan benar. Pengetahuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hal-hal yang diketahui responden tentang komponen bahan kimia yang terkandung dalam cat, bahaya yang ditimbulkan, sumber informasi bahaya dan penggunaan alat pelindung diri. Hasil penelitian yang didapatkan, hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Munthe (2012) yang mengatakan bahwa ada pengaruh pengetahuan tentang komunikasi bahaya terhadap upaya pencegahan kecelakaan kerja pada penderes di PT BSRE. Hal ini dapat dilihat dari adanya perbedaan yang bermakna dari pengetahuan tentang komunikasi bahaya sebelum dan setelah dilakukan intervensi berupa ceramah dengan materi tentang komunikasi bahaya. Kemudian, penelitian yang dilakukan oleh Wipra (2003) mengatakan bahwa adanya hubungan antara pengetahuan dan sikap pekerja dengan praktik penanggulangan bahaya fisik dan kimia di temapat kerja di PT X. Secara umum, tingkat pengetahuan dari setiap responden cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari jumlah responden yang lebih banyak memiliki pengetahuan yang tinggi. Kebanyakan responden mengetahui komponen cat, fungsi cat, bahaya cat bagi kesehatan dan alat pelindung diri yang digunakan dalam proses pengecatan. Walaupun demikian banyak responden yang tidak mengetahui tentang lembar data keselamatan bahan/ Material Safety Data Sheet (MSDS) dan arti dari simbol-simbol bahaya yang terdapat pada label kemasan bahan kimia. Padahal sebaiknya pekerja mengetahui hal tersebut agar mereka menyadari bahaya yang ditimbulkan dari bahan-bahan kimia yang ada di tempat kerjanya. Hal ini dilatarbelakangi karena masih kurangnya informasi yang didapatkan oleh pekerja baik dari pimpinan maupun rekan kerja yang sudah berpengalaman. Pelatihan atau training yang diselenggarakan pada saat sebelum pekerja memulai bekerja dapat membantu menanamkan pengetahuan dan kesadaran akan pentingnya cara-cara dan sikap yang aman dan sehat dalam bekerja. 4

Hasil penelitian menurut sikap responden pada penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Simanjuntak, Y (2012) menunjukkan sikap responden di departement chemical berada pada kategori yang mendukung. Responden yang mewakili departement chemical sebanyak 14 orang memiliki sikap yang mendukung mengenai penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Hal ini kemungkinan disebabkan oleh tingkat pengetahuan responden tentang komunikasi bahaya yang berpengaruh terhadap perubahan sikap. Begitu pula halnya yang manfaat yang dirasakan saat bekerja dengan aman sangat perlu diperhatikan, karena apabila komunikasi bahaya yang mereka peroleh dapat bermanfaat pada saat mereka bekerja dengan sehat dan selamat maka akan sangat mempengaruhi perubahan sikap dari pekerja. Selain itu, tersedianya atau tidaknya sumber-sumber komunikasi bahaya yang dapat dimanfaatkan, baik itu, label pada kemasan bahan, lembar data keselamatan bahan, standar operasional prosedur maupun pelatihan yang diberikan sangat penting dalam memunculkan sikap positif. Mengubah sikap dan pemahaman pekerja diperlukan program-program yang memotivasi pekerja untuk bekerja dengan aman. Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain tersedianya sumber-sumber informasi yang cukup mengenai potensi bahaya yang ada di tempat kerja. Pemberian penghargaan bagi pekerja yang selalu bekerja dengan baik dan benar akan memberikan motivasi yang mendukung pekerja. Identifikasi sumber-sumber bahaya dan potensi bahaya yang dapat terjadi di tempat kerja merupakan langkah awal untuk melakukan tindakan-tindakan pengendalian dan tentunya juga dilakukan penilaian risiko di tempat kerja (Mutmainnah, 2012). Hasil observasi beberapa perusahaan pengecatan tidak menyediakan lembar data keselamatan bahan yang memberikan informasi lebih lanjut mengenai bahan kimia yang digunakan dalam proses pengecatan, yang terbatas ditemukan dalam label kemasan bahan kimia. Banyak dari para responden tidak mengetahui tentang lembar data keselamatan bahan/ Material safety data sheet (MSDS). Hasil observasi diperoleh bahwa semua perusahaan pengecatan mobil yang menggunakan bahan kimia dalam proses pengecatan mempunyai label pada setiap kemasan bahan. Namun, untuk pemasangan simbol atau tanda bahaya di tempat kerja masih sangat kurang dan hal ini sejalan dengan pengetahuan responden banyak yang tidak mengetahui arti dari simbol-simbol bahaya yang tertera dalam label kemasan. Beberapa perusahaan juga memasang simbol atau tanda bahaya di tempat atau ruangan penyimpanan dan pencampuran cat. 5

KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa karyawan yang pernah mengikuti pelatihan K3 selama bekerja sebanyak 12 orang (24%) dan responden yang tidak pernah mengikuti pelatihan K3 sebanyak 38 orang (76%). Karyawan dengan pengetahuan komunikasi bahaya bahan kimia yang cukup sebanyak yaitu 27 orang (54%), sedangkan yang berpengetahuan kurang yaitu 23 orang (46%). Karyawan dengan sikap positif mengenai komunikasi bahaya bahan kimia sebanyak yaitu 28 orang (56%), sedangkan yang memiliki sikap negatif yaitu 22 orang (44%). Karyawan dengan tindakan yang sesuai prosedur kerja sebanyak 47 orang (94%), sedangkan tindakan yang tidak sesuai yaitu 3 orang (6%). Perusahaan pengecatan yang mengadakan pelaksanaan hazard communication melalui pelatihan K3, ketersediaan MSDS, simbol/ tanda bahaya dan pelabelan bahan kimia sebanyak 20%, sedangkan yang tidak mengadakan pelaksanaan hazard communication sebanyak 80%. Disarankan bagi pekerja pengecatan mobil agar lebih memperhatikan potensi bahaya bahan kimia di kerjanya dan menambah pengetahuan tentang bahaya dan cara pengendaliannya. Kepada pimpinan perusahaan agar memfasilitasi karyawan untuk menyiapkan sumber-sumber informasi mengenai bahan kimia yang digunakan melaui pelatihan, pemasangan label kemasan, penyediaan lembar data keselamatan bahan, pemasangan simbol-simbol bahya dan peringatan serta ketersediaan alat pelindung diri yang memadai. Kepada peneliti berikutnya sebaiknya lebih mengkaji kembali masalah yang dapat terjadi dan memasukkan faktor penyebab lain yang belum diteliti. DAFTAR PUSTAKA Badjagbo, K, dkk. 2010. BTEX Exposures Among Automobile Mechanics and Painter and Their Associated Health Risks, Human and Ecological Risk Assessment. An International Journal, vol 16, no.2, hal. 301-316. http: //www.tandfonline.com/doi /abs/10.1080/ 10807031003670071 (online). Diakses pada tanggal 4 Oktober 2013. Ekaputri, S. 2012. Hubungan Paparan Toluen dengan Kadar Asam Hipurat Urin Pekerja Pengecatan Mobil (Studi pada Bengkel Mobil Informal di Karasak, Kota Bandung). Skripsi. http://www.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2012/07/25310018-sintayati- Ekaputri.pdf (online). Diakses pada tanggal 6 Maret 2013. Hargiyarto, P. 2005. Pengamanan dan Keselamatan Kerja. Makalah. http://eprints.uny.ac.id/3548/1/pengamanan-dan-keselamatan KERJA.pdf (online). Diakses pada tanggal 6 Maret 2013. 6

Munthe, N.D. 2012. Pengaruh Pengetahuan tentang Komunikasi Bahaya terhadap Pencegahan Kecelakaan Kerja pada Penderes di PT. Bridgeston Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir Kab. Simalungun Tahun 2012. Skripsi. repository.usu.ac.id/handle/123456789/34858 (online). Diakses pada tanggal 6 Maret 2013. Mutmainnah. 2012. Gambaran Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri pada Mahasiswa di Laboratorium FKM Universitas Hasanuddin Makassar. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Unhas. Notoatmodjo. S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT. Rineka Cipta Occupational Safety and Health Branch Labour Departement. 2003. Chemical Safety in The Workplace: Guidance Notes on Paint Spraying and Related Coating Processes. http://www.labour.gov.hk/eng/public/os/c/b123.pdf (online). Diakses pada tanggal 9 Maret 2013 Oregon OSHA. 2011. Hazard Communication (A Giude to Safe Work Practices). www.osha.gov/publications/osha2254.pdf (online). Diakses pada tanggal 9 Maret 2013 Simanjuntak, Y. 2012. Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Pekerja Pada Bagian Produksi Mengenai Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (SMK3) di PT. Toba Pulp Lestari Porsea Tahun 2012. Skripsi. http://repository.usu.ac.id. (online). Diakses pada tanggal 17 Mei 2013. Wipra, W. 2003. Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Pekerja dengan Praktik Penanggulangan Bahaya di PT X. Skripsi. http://www.fkm.undip.ac.id/data/ (online). Diakses tanggal 7 Maret 2013. 7

LAMPIRAN Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Pelatihan K3 yang Pernah Diikuti, Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Karyawan pada Perusahaan Pengecatan Mobil di Kota Makassar Variabel Pelatihan K3 yang pernah diikuti Ya Tidak Tingkat Pengetahuan Tinggi Rendah Sikap Positif Negatif Tindakan Sesuai Tidak Sesuai Total n % 47 3 94 6 Total 50 100 Sumber: Data Primer, 2013 12 38 27 23 28 22 24 76 54 46 56 44 Tabel 2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pelaksanaan Hazard Communication pada Perusahaan Pengecatan Mobil di Kota Makassar Variabel Total n % Pelaksanaan Hazard Communication Ada Tidak Ada 1 4 20 80 Total 5 100 Sumber: Data Primer, 2013 8