BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Hidup. hidup dan hubungannya dengan tujuan, harapan, standar, dan keinginan. Definisi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. timbulnya berbagai penyakit. Salah satu penyakit yang dapat terjadi yaitu diabetes

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pengumpulan data penelitian ini dilaksanakan di RSUD Kota

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. menekankan analisis pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan

BAB I PENDAHULUAN. ditandai oleh kadar glukosa darah melebihi normal serta gangguan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia Indonesia seutuhnya. Visi Indonesia sehat yang diharapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Hidup. Menurut World Health Organization Quality of Life (WHOQOL)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif atau penyakit tidak menular akan terus meningkat

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di negara-negara maju dan berkembang setiap tahunnya, sebagai akibat

I. PENDAHULUAN. sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara

HUBUNGAN KADAR GULA DARAH DENGAN KECEMASAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makanan, berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran / polusi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya prevalensi diabetes melitus (DM) akibat peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah peningkatan jumlah kasus diabetes melitus (Meetoo & Allen,

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. organ, khususnya mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah (America

BAB I PENDAHULUAN. manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat (Price & Wilson, 2005).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh gangguan sekresi insulin, penggunaan insulin atau keduanya(ada,

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik

Diabetes Mellitus Type II

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM).

BAB I PENDAHULUAN. atau keduanya (Sutedjo, 2010). Diabetes mellitus adalah suatu kumpulan

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan jiwa dari penderita diabetes. Komplikasi yang didapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Hidup. individu mengenai posisi individu dalam hidup, konteks budaya dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perilaku dan gaya hidup yang dijalani oleh masyarakat. Saat pendapatan tinggi,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. metabolisme gula akibat kurangnya sekresi hormon insulin sehingga terjadi

BAB I PENDAHULUAN. mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1

I. PENDAHULUAN. adekuat untuk mempertahankan glukosa plasma yang normal (Dipiro et al, 2005;

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. resistensi insulin, serta adanya komplikasi yang bersifat akut dan kronik (Bustan,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. syaraf) (Smeltzer & Bare, 2002). Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup individu, yaitu suatu masa

BAB I PENDAHULUAN. untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun, dan pankreas dapat menghentikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia lanjut merupakan tahap akhir kehidupan manusia. Seseorang pada

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adanya waktu untuk berolahraga ringan sekalipun merupakan kebiasaankebiasaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) sebagai suatu penyakit tidak menular yang cenderung

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kronis menjadi masalah kesehatan yang sangat serius dan

BAB 1 PENDAHULUAN. relatif sensitivitas sel terhadap insulin, akan memicu munculnya penyakit tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

BAB 1 PENDAHULUAN. sekresi insulin yang progresif dilatar belakangi oleh resistensi insulin (Soegondo,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit metabolik yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adapun peningkatan tajam terjadi pada kelompok penduduk lanjut

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya terus meningkat. World Health Organization (WHO) di Kabupaten Gunungkidul DIY tercatat 1262 orang terhitung dari bulan

BAB I PENDAHULUAN. mampu menggunakan insulin yang dihasilkan oleh pankreas (Word Health

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kecemasan Menghadapi Kematian Pada Lansia Pengertian kecemasan Menghadapi Kematian

BAB I PENDAHULUAN. adalah diabetes melitus (DM). Diabetes melitus ditandai oleh adanya

BAB I PENDAHULUAN. tipe 2. Diabetes tipe 1, dulu disebut insulin dependent atau juvenile/childhoodonset

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan umat manusia pada abad ke 21. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. atau oleh tidak efektifnya insulin yang dihasilkan. Hal ini menyebabkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada sel beta mengalami gangguan dan jaringan perifer tidak mampu

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

berkembang akibat peningkatan kemakmuran di Negara bersangkutan akhir-akhir ini banyak disoroti. Peningkatan perkapita dan perkembangan gaya hidup

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus merupakan sindrom metabolik yang ditandai dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. hidup yaitu penyakit Diabetes Melitus. Diabetes Melitus (DM) merupakan

Definisi Diabetes Melitus

BAB I PENDAHULUAN. insulin secara relatif maupun absolut (Hadisaputro & Setyawan, 2007).

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit dimana terjadi gangguan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-variabel Penelitian. tergantung, adapun variabel-variabel tersebut adalah:

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. seseorang oleh karena gangguan keseimbangan karbohidrat, lemak dan

2003). Hiperglikemia juga menyebabkan leukosit penderita diabetes mellitus tidak normal sehingga fungsi khemotaksis di lokasi radang terganggu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kronis yang mengacu pada

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik

BAB I PENDAHULUAN. insulin, atau kedua-duanya. Diagnosis DM umumnya dikaitkan dengan adanya gejala

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menurun dan setelah dibawa ke rumah sakit lalu di periksa kadar glukosa

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar

BAB I PENDAHULUAN. (glukosa) akibat kekurangan atau resistensi insulin (Bustan, 2007). World

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus telah menjadi masalah kesehatan di dunia. Insidens dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja menuju masa

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut American Diabetes Association, diabetes melitus merupakan suatu kelompok

Transkripsi:

11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kualitas Hidup 1. Definisi Kualitas Hidup Kualitas hidup menurut World Health Organization Quality of Life (WHOQOL, 1996) didefinisikan sebagai persepsi individu mengenai posisi individu dalam hidup dalam konteks budaya dan sistem nilai dimana individu hidup dan hubungannya dengan tujuan, harapan, standar, dan keinginan. Definisi ini berhubungan dengan kesehatan fisik, keadaan psikologis, tingkat kemandirian, hubungan sosial, keyakinan pribadi dan hubungan individu dengan lingkungan. Kualitas hidup menurut Curtis (2000) didefinisikan sebagai penilaian yang dirasakan individu tentang bagaimana individu puas dengan kehidupannya termasuk tentang kesehatan dan status kesehatan fisik individu yang sebenarnya. Kualitas hidup menunjukkan sejauh mana penilaian individu terhadap kepuasan dan kebermaknaan kehidupan mereka (Sarafino dan Smith, 2011). Renwick, Brown, dan Nagler (1996 ) mengemukakan kualitas hidup dari sudut pandang individu terhadap kepuasan, kebahagiaan, moral, dan kesejahteraan hidupnya. Kualitas hidup sebagai evaluasi subjektif dan objektif terhadap kesejahteraan fisik, material, sosial, dan emosional, serta pengembangan dan aktivitas individu sesuai dengan nilai hidup yang dianut. Evaluasi objektif berupa deskripsi kondisi hidup individu yaitu kesehatan, pendapatan, perumahan, jaringan teman, kegiatan dan aktivitas sosial. Evaluasi subjektif berhubungan dengan kepuasan pribadi terhadap kondisi kehidupan. Signifikansi keduanya

12 ditafsirkan dalam kaitannya dengan nilai atau pentingnya tempat individu pada masing-masing wilayah yang bersangkutan Dari pemaparan beberapa pendapat tokoh tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas hidup adalah persepsi individu mengenai kepuasan, kebermaknaan dan kesejahteraan hidup terhadap tujuan, harapan, standar, dan keinginan individu. Kualitas hidup sebagai evaluasi subjektif dan objektif terhadap kesejahteraan fisik, material, sosial, dan emosional, serta pengembangan dan aktivitas individu sesuai dengan nilai hidup yang dianut. 2. Aspek-Aspek Kualitas Hidup Aspek dilihat dari seluruh kualitas hidup dan kesehatan secara umum (WHOQOL-BREF, 1996). a. Kesehatan fisik Kesehatan fisik meliputi aktivitas sehari-hari, ketergantungan pada obat dan perawatan medis, tingkat energi dan kelelahan, mobilitas, nyeri dan ketidaknyamanan, tidur dan istirahat, serta kapasitas bekerja. Mustapha, Hossain dan Loughlin (2014) mengungkapkan bahwa DM mempengaruhi kesehatan fisik penderita. Pengelolaan penyakit, perawatan diri, dan menajemen sakit efektif untuk meningkatkan kualitas hidup penderita. b. Psikologis Psikologis meliputi citra tubuh dan penampilan, perasaan negatif, perasaan positif, harga diri, spiritualitas, serta berpikir, belajar, memori dan konsentrasi. Kusumadewi (2011 ) mengungkapkan bahwa terdapat

13 hubungan antara stresor harian, optimisme, regulasi diri dengan kualitas hidup individu pada penderita diabetes melitus tipe 2. c. Hubungan sosial Hubungan sosial meliputi hubungan pribadi, kehidupan sosial dan aktivitas seksual. Tang, Brown, Funnell, dan Anderson (2008) mengungkapkan bahwa dukungan sosial berperan dalam kualitas hidup penderita DM tipe 2 dalam praktik kehidupan dan manajemen diri. d. Lingkungan Lingkungan meliputi sumber keuangan; kebebasan, keamanan fisik dan keamanan; perawatan kesehatan dan sosial (aksesibilitas dan kualitas); lingkungan rumah; peluang untuk memperoleh informasi dan keterampilan baru; partisipasi dan peluang untuk rekreasi / olahraga; lingkungan fisik (polusi / suara / lalu lintas / iklim); dan transportasi. Rubin dan Peyrot (1999) mengungkapkan bahwa kualitas hidup pada penderita DM dapat ditingkatkan dengan intervensi tertentu, termasuk pengenalan glukosa darah, perubahan sistem pengiriman insulin, serta program pendidikan dan konseling yang dirancang untuk memfasilitasi pengembangan keterampilan mengatasi DM. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat empat aspek kualitas hidup. Aspek-aspek tersebut adalah kesehatan fisik, psikologis, hubungan sosial, dan lingkungan. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan aspek kualitas hidup dari WHOQOL-BREF untuk mengukur kualitas hidup pada penderita DM dengan komplikasi.

14 3. Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup Terdapat penelitian-penelitian yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup, yatu: a. Dukungan sosial. Tang, Brown, Funnell, dan Anderson (2008) mengungkapkan bahwa dukungan sosial, pemantauan glukosa darah, perencanaan makan yang sehat dan melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit perhari berperan terhadap kualitas hidup penderita DM tipe 2. b. Faktor Medis terdiri dari tipe dan lamanya DM, serangkaian aturan tritmen, tingkat kadar gula darah, komplikasi penyakit, penggunaan insulin dan lamanya penyakit (Kusumadewi dan Retnowati dalam Raudatussalamah dan Ahyani, 2012). Wandell (2005) mengungkapkan bahwa kualitas hidup berpengaruh terhadap pasien DM dengan komplikasi makrovaskular. c. Faktor Psikologis terdiri dari stres, emosi negatif, perasaan tidak berdaya, strategi koping, regulasi diri, dan kepribadian seperti efikasi dan optimisme (Kusumadewi dan Retnowati dalam Raudatussalamah dan Ahyani, 2012). Young dan Unachukwu (2012) mengungkapkan bahwa penderita DM melitus mengalami stres dan depresi sehingga memiliki kualitas hidup yang buruk. d. Faktor Demografis terdiri dari jenis kelamin, usia, status pendidikan, sosial ekonomi dan perkawinan (Kusumadewi dan Retnowati dalam Raudatussalamah dan Ahyani, 2012). Yusra (2011) m engungkapkan

15 bahwa usia, tingkat pendidikan, dan komplikasi dari DM melitus dapat mempengaruhi kualitas hidup. e. Program pendidikan dan konseling. Rubin dan Peyrot (1999) mengungkapkan bahwa program pendidikan dan konseling yang dirancang untuk memfasilitasi pengembangan keterampilan mengatasi DM dapat meningkatkan kualitas hidup. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat lima faktor yang dapat mempengaruhi kualitas hidup. Faktor-faktor tersebut adalah dukungan sosial, faktor medis, faktor psikologis, faktor demografis, program pendidikan dan konseling. B. Dukungan Sosial 1. Definisi Dukungan Sosial Dukungan sosial dapat meningkatkan kesehatan ( Cutrona, Gardner, dan Uchino, dalam Sarafino dan Smith, 2011). Sarason (dalam Kumalasari dan Ahyani, 2012) mengatakan bahwa dukungan sosial adalah keberadaan, kesediaan, kepedulian dari orang-orang yang dapat diandalkan, menghargai dan menyayangi. Rook dan Ritter (dalam Smet 1994) menganggap dukungan sosial sebagai satu diantara fungsi pertalian (ikatan) sosial, yang mencakup dukungan emosional, mendorong adanya ungkapan perasaan, pemberian nasehat atau informasi, pemberian bantuan materil. Ikatan-ikatan sosial menggambarkan tingkat dan kualitas umum dari hubungan interpersonal yang melindungi orangorang terhadap konsekuensi negatif dan stress.

16 Dari beberapa pendapat tokoh dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial merupakan keberadaan, kesediaan, kepedulian dari orang-orang yang dapat diandalkan, menyanyangi, dan peduli. 2. Komponen Dukungan sosial Weiss (dalam Cutrona dkk, 1994) mengatakan bahwa dukungan sosial terbagi menjadi enam komponen yang terdiri dari: a. Bimbingan (Guidance) adalah dukungan sosial berupa nasehat dan informasi dari sumber yang dapat dipercaya. Bimbingan ini bisa didapatkan dari orang tua, teman-teman dan pasangan. b. Hubungan yang dapat diandalkan (Reliable Alliance) merupakan bantuan nyata yang diterima individu dari orang lain yang menurutnya orang tersebut dapat diandalkan dan dipercaya. Individu yang menerima bantuan ini akan merasa tenang karena menyadari ada orang yang dapat diandalkan untuk menolongnya bila menghadapi masalah dan kesulitan. c. Kelekatan (Attachment) berupa pengekspresian dari kasih sayang dan cinta yang diterima individu yang dapat memberikan rasa aman kepada individu yang menerima. d. Pengakuan atau Penghargaan (Reassurance of worth) terhadap kemampuan dan kualitas individu. Dukungan ini akan membuat individu merasa dirinya diterima dan dihargai. e. Integrasi Sosial (Social integration) berupa kesamaan minat dan perhatian dalam suatu kelompok. Dukungan ini memungkinkan individu merasa dimiliki dalam suatu kelompok.

17 f. Kesempatan Memberikan Pengasuhan (Opportunity to provide nurturance). Dukungan ini akan menimbulkan perasaan dalam diri individu bahwa individu tersebut dibutuhkan dan bertanggung jawab terhadap kesejahteraan orang lain. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat enam komponen kualitas hidup. Komponen-komponen tersebut adalah bimbingan, hubungan yang dapat diandalkan, kelekatan, pengakuan atau penghargaan, integrasi sosial, dan kesempatan memberikan pengasuhan. Untuk mengukur dukungan sosial, peneliti menyusun alat ukur berupa skala dukungan sosial berdasarkan keenam komponen dukungan sosial dari Weiss. 3. Jenis Dukungan Sosial Sarason, Sarason, dan Pierce (dalam Hlebec, Mrzel, dan Kogovšek, 2009) mengatakan bahwa terdapat dua jenis dukungan sosial, yaitu: a. Dukungan Sosial yang Diterima (Received Social Support) yaitu dukungan yang didapatkan dari orang lain atau dukungan yang diberlakukan. b. Dukungan Sosial yang Diharapkan (Perceived Social Support) merupakan bagian dari dukungan penilaian yang mengacu pada persepsi bahwa dukungan sosial tersedia bila diperlukan. Sarason (dalam Kumalasari dan Ahyani, 2012) mengatakan bahwa dukungan sosial bukan sekedar memberikan bantuan, namun yang penting adalah bagaimana persepsi si penerima terhadap makna dari bantuan itu. Hal tersebut erat hubungannya dengan ketepatan dukungan sosial yang diberikan, dalam artian

18 bahwa orang yang menerima sangat merasakan manfaat bantuan bagi dirinya, karena sesuatu yang aktual dan memberikan kepuasan. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat dua jenis dukungan sosial yaitu dukungan sosial yang diterima (received social support) dan dukungan sosial yang diharapakan (perceived social support). Kedua jenis tersebut sangat diperlukan karena dengan adanya received dan perceived social support individu akan lebih merasakan manfaat dari dukungan sosial tersebut. C. Penderita Diabetes Melitus dengan Komplikasi Diabetes Melitus (DM) merupakan gangguan metabolisme yang ditandai dengan defisiensi insulin absolut maupun relatif atau resistesnsi insulin (atau keduanya). Pada gambaran klinis, DM ditandai dengan hiperglikemia puasa dan postprandial, aterosklerotik dan penyakit mikroangiopati pembuluh darah, dan neuropati ( Price dan Wilson, 2012). WHO (1999) mendefinisikan DM sebagai gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia kronik dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang dihasilkan dari kerusakan pada sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya (WHO, 1999). Gejala tipikal yang sering dirasakan penderita DM antara lain poliuria (sering buang air kecil), polidipsia (sering haus), polifagia (banyak makan / mudah lapar), penglihatan kabur, koordinasi gerak anggota tubuh terganggu, kesemutan pada tangan atau kaki, pruritus (gatal-gatal), dan berat badan menurun tanpa sebab yang jelas (Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan Republik

19 Indonesia, 2005). Efek jangka panjang dari DM dapat menimbulkan berbagai komplikasi seperti retinopati dengan kebutaan potensial, nefropati yang dapat menyebabkan gagal ginjal, dan/atau neuropati dengan risiko ulkus kaki, amputasi, sendi charcot, dan fitur disfungsi otonom, termasuk disfungsi seksual. Penderita DM memiliki peningkatan risiko kardiovaskular, pembuluh darah perifer dan serebrovaskular penyakit (WHO, 1999). Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa penderita DM dengan komplikasi adalah individu yang memiliki kadar gula darah atau hiperglikemia tinggi dan mengalami kerusakan jangka panjang, disfungsi dan kegagalan berbagai organ yang diakibatkan dari tingginya hiperglikemia tersebut. D. Kerangka Berpikir Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu penyakit yang dapat menyebabkan kematian. DM biasanya terjadi pada orang dewasa, namun akhirakhir ini telah banyak dijumpai pada anak-anak. Selain karena faktor genetik, DM juga disebabkan karena obesitas dan kurangnya aktivitas fisik. Penyebabpenyebab tersebut merupakan hal-hal sepele yang jarang diperhatikan oleh masyarakat. Pada awalnya DM tidak menimbulkan masalah yang serius pada kesehatan, namun apabila tidak segera ditangani penyakit DM ini akan semakin memperburuk kesehatan dan menyebabkan kondisi kronis. Seiring berjalannya waktu, DM dapat merusak jantung, pembuluh darah, mata, ginjal, dan saraf sehingga penderita mengalami komplikasi dari DM. Penderita DM dapat

20 mengalami kebutaan, lumpuh bahkan dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke yang merupakan penyakit mematikan pertama di dunia. Berbagai komplikasi yang dihadapi penderita DM dapat mempengaruhi kesehatan fisik dan psikologis. Penderita akan mengalami perubahan fisik dan masalah psikologis. Perubahan fisik yang dialami dapat mengganggu pola hidup dan keberfungsian diri baik secara interpersonal, sosial, dan pekerjaan (Yusra, 2011; Kusumadewi, 2012). Penderita DM dengan komplikasi juga akan mengalami masalah psikologis berupa depresi, kecemasan, gangguan makan, ketergantungan pada alkohol dan nikotin, gangguan penyesuaian, gangguan kepribadian, dan disfungsi kognitif (Petrak, 2005); Young dan Unachukwu, 2012). Masalah fisik dan psikologis yang dialami penderita DM dengan komplikasi dapat mempengaruhi kualitas hidupnya. Penderita DM dengan komplikasi memiliki kualitas hidup yang rendah. Komplikasi memiliki dampak yang cukup besar terhadap kualitas hidup penderita. Dampak psikologis seperti depresi dan kecemasan merupakan gejala umum yang dialami pada penderita DM, namun pada penderita DM dengan komplikasi dampak tersebut menunjukkan gejala yang lebih parah bahkan mengalami gangguan mental ringan (Wandel, 2005). Hal ini dapat dikatakan bahwa penderita DM tanpa komplikasi memiliki kualitas hidup yang rendah apalagi jika diiringi komplikasi maka kualitas hidup akan semakin rendah. Kualitas hidup yang rendah mengakibatkan penderita sulit untuk beradaptasi, melaksanakan aktivitas, mengelola penyakit, dan memiliki strategi koping yang salah yang mengakibatkan kesehatannya semakin menurun.

21 Kualitas hidup sangat penting bagi penderita DM karena dengan adanya kualitas hidup yang baik, penderita dapat mengelola penyakit dan menjaga kesehatan dengan baik sehingga mendapatkan kesejahteraan dalam hidupnya. Salah satu aspek yang dapat mempengaruhi kualitas hidup adalah dukungan sosial. Dukungan sosial merupakan keberadaan, kesediaan, kepedulian dari orangorang yang dapat diandalkan, menyayangi, dan peduli yang dapat memberikan manfaat bagi individu. Dukungan sosial dapat berupa dukungan sosial yang diterima (dukungan yang didapatkan dari orang lain) dan dukungan sosial yang diharapkan (penilaian yang mengacu pada persepsi bahwa dukungan sosial tersedia bila diperlukan) (Sarason, Sarason, dan Pierce, dalam Hlebec, Mrzel, dan Kogovšek, 2009). Penderita DM dengan komplikasi memerlukan keduanya karena dukungan sosial bukan hanya sekedar individu menerima bantuan yang diberikan, namun ketetapan bantuan yang diberikan. Dukungan sosial mengacu pada penerima merasakan manfaat dari yang diberikan sehingga merasakan kepuasan dan berpengaruh terhadap diri penerima tersebut. Dukungan sosial dapat mengurangi perasaan dan pandangan negatif terhadap berbagai masalah. Cohen, Underwood, dan Gottlieb (2000) mengatakan bahwa dukungan sosial dapat meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan. Pendapat ini didukung oleh Sarafino dan Smith (2011) yang mengatakan bahwa dukungan sosial mempengaruhi kesehatan melalui pemberian efek dan cara pandang positif kepada penderita sehingga dapat mengurangi stres dan meningkatkan kualitas hidup penderita. Cara pandang yang positif ini kemudian

22 akan menimbulkan keyakinan bahwa dirinya mampu menghadapi berbagai masalah yang dialami. Individu yang mendapatkan dukungan sosial akan memiliki keyakinan bahwa segala sesuatu akan berjalan ke arah yang lebih baik. Individu berkeyakinan bahwa masalah tersebut adalah sebuah tantangan dan harus dijalani. Individu akan memandang bahwa penyakit DM dengan komplikasi ini adalah suatu ujian dan takdir yang tidak dapat ditolak kedatangannya. Keyakinan dan pandangan ini akan menimbulkan suatu perilaku positif yang berhubungan dengan kesehatan sehingga tercapainya suatu tujuan yaitu peningkatan kualitas hidup. Individu yang mendapatkan dukungan sosial baik berupa saran, nasehat, bantuan, kasih sayang, cinta, penghargaan, perhatian, dan tanggung jawab dari orang lain akan membuat dirinya merasa tenang, dipercaya, dihargai, berarti, dan bernilai. Perasaan-perasaan tersebut dapat mengurangi dampak fisik dan psikologis dari penyakit yang diderita. Penderita akan lebih patuh dalam melaksanakan tritmen dan pengobatan, menjaga kondisi fisik maupun psikologis. Psikologis dan fisik yang baik menunjukan kualitas hidup yang baik juga. Hal ini menunjukkan bahwa dukungan sosial dapat menghasilkan kesehatan yang baik seiring dengan peningkatan kualitas hidup penderita DM dengan komplikasi. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kualitas hidup. Dukungan sosial menjadi sangat penting, karena dengan adanya dukungan sosial akan membuat penderita merasa dihargai, dicintai dan memiliki keyakinan bahwa dirinya mampu menghadapi berbagai permasalahan yang berhubungan dengan

23 penyakitnya sehingga penderita dapat menjalani peran dan aktivitasnya dengan baik dan maksimal sehingga dapat mempengaruhi kualitas hidupnya. E. Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian ini adalah ada hubungan dukungan sosial dengan kualitas hidup pada penderita DM dengan komplikasi, semakin tinggi dukungan sosial penderita DM dengan komplikasi maka semakin tinggi pula kualitas hidup yang dirasakan. Semakin rendah dukungan sosial penderita DM dengan komplikasi maka semakin rendah pula kualitas hidup yang dirasakan.