BAB I PENDAHULUAN II Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banjarnegara

dokumen-dokumen yang mirip
1.1 Latar Belakang. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Gunungkidul Halaman I-1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB 2 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BANJARNEGARA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Banjarnegara terletak antara 7⁰12 7⁰31 Lintang Selatan dan

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. 1. Letak Geografis dan Administrasi Kabupeten Banjarnegara

BAB IV GAMBARAN UMUM

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP) Tahun 2012 POKJA AMPL KABUPATEN TANGERANG

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN BERAU BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Grobogan Halaman 1 1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

KELOMPOK KERJA PPSP KABUPATEN SOPPENG TAHUN 2012 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

BAB II KONDISI UMUM DAN POTENSI WILAYAH KABUPATEN BANJARNEGARA

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MINAHASA UTARA

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok

BAB I PENDAHULUAN I RPJMN Bidang Perumahan Permukiman, Bappenas

Pendahuluan. Bab Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan. Strategi Sanitasi Kabupaten Sleman 2015 I-1

Strategi Sanitasi Kabupaten Empat Lawang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Kapuas Hulu Tahun Latar Belakang

ARAH PENGEMBANGAN SEKTOR SANITASI

BAB III TINJAUAN WILAYAH

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

STRATEGI SANITASI KOTA KAB. SIDENRENG RAPPANG

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KAB. SIDENRENG RAPPANG

L a p o r a n S t u d i E H R A K a b. T T U Hal. 1

Strategi Sanitasi Kabupaten OKU TIMUR

PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kepulauan Aru 2014 BAB 1. PENDAHULUAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

I Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang

PPSP BAB 1 PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI I Latar Belakang.

Bab 1 Pendahuluan PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KUDUS. Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG

BUKU PUTIH SANITASI KAB. WAKATOBI (POKJA SANITASI 2013) BAB I PENDAHULUAN

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

BAB PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sinjai

Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah 2013 BAB I PENDAHULUAN

MPS Kabupaten Bantaeng Latar Belakang

PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PEMERINTAH KABUPATEN BANJARNEGARA PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 33 TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. Pokja AMPL Kota Makassar

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LAMPIRAN VI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN Latar Belakang 1-1

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

PENYUSUNAN DOKUMEN UKL UPL PADA PLTMh SIGEBANG KECAMATAN WANADADI KABUPATEN BANJARNEGARA. Oleh: Atiyah Barkah

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT Latar Belakang

BAB III TINJAUAN LOKASI

POKJA PPSP KABUPATEN SAROLANGUN BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Rangkuman visi, misi, tujuan, sasaran, dan arah penahapan sesuai yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Strategi sanitasi kabupaten bintan Tahun anggaran Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

b. Kecamatan Padang Panjang Timur, terdiri dari : 1. Kelurahan Koto Panjang; Bagian C Lampiran

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pelalawan

SEKILAS BUKU PUTIH BEBERAPA PERTANYAAN YANG SERING MUNCUL

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis dan Fisiografis. perbukitan karst berarti bentuk wilayahnya perbukitan dan batuannya karst.

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Balangan

Gambar 2. Lokasi Penelitian Bekas TPA Pasir Impun Secara Administratif (

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016

BAB I PENDAHULUAN. Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) adalah. sebuah roadmap pembangunan Sanitasi di Indonesia.

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pendahuluan. Bab Latar Belakang

Strategi Sanitasi Kabupaten Landak 2013 BAB I PENDAHULUAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

IV.B.7. Urusan Wajib Perumahan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Guna menghasilkan strategi sanitasi Kabupaten sebagaimana tersebut di

1.1 Latar Belakang. 1.2 Wilayah cakupan SSK

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT 2014

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Millennium Development Goals (Tujuan Pembangunan Milenium, atau MDGs) mengandung delapan tujuan sebagai respon atas permasalahan perkembangan global, dengan target pencapaian pada tahun 2015. Tujuan Pembangunan Milenium terdapat dalam Deklarasi Milenium yang diadopsi oleh 189 negara dan ditandatangi oleh 147 kepala Negara dan pemerintahan pada UN Millennium Summit yang diadakan di bulan September tahun 2000. Delapan butir MGDs terdiri dari 21 target kuantitatif dan dapat diukur oleh 60 indikator. Salah satu target MDGs adalah mengurangi hingga setengah jumlah penduduk yang tidak memiliki akses terhadap air minum yang aman dan sanitasi dasar, dengan indikator: Proporsi dari populasi yang menggunakan sumber air minum berkualitas Proporsi dari populasi yang menggunakan sarana sanitasi berkualitas MDGs mencanangkan pada 2015 sebanyak 77,2% persen penduduk Indonesia ditargetkan telah memiliki akses air minum yang layak dan minimal 59.1 persen penduduk Indonesia di Kota dan Desa sudah memperoleh pelayanan sanitasi yang memadai (Status Millenium Development Goals Indonesia 2009). Secara nasional, Indonesia telah mencapai target ini, tetapi cakupan ini belum merata dan belum menggambarkan kualitas fasilitas sanitasi yang sebenarnya. Ada beberapa hal yang menyebabkan terjadinya kondisi ini, antara lain disebabkan lemahnya perencanaan pembangunan sanitasi, yang ditandai dengan pembangunan sanitasi tidak terpadu, salah sasaran, tidak sesuai kebutuhan, dan tidak berkelanjutan, serta kurangnya perhatian masyarakat pada perilaku hidup bersih dan sehat. Kondisi pelayanan air minum Kabupaten Banjarnegara pada Tahun 2010 adalah sebesar 85,4% sedangkan pelayanan sanitasi khususnya kepemilikan jamban adalah sebesar 52,91% dari seluruh penduduk di Kabupaten Banjarnegara. Sesuai dengan target MDGs, maka pada Tahun 2015 target pelayanan air minum di Kabupaten Banjarnegara adalah sebesar 92,7% sedangkan target pelayanan sanitasi adalah sebesar 76,45% dari jumlah penduduk Kabupaten Banjarnegara. Salah satu upaya memperbaiki kondisi sanitasi adalah dengan menyiapkan sebuah perencanaan pembangunan sanitasi yang responsif dan berkelanjutan. Dalam hal ini, Pemerintah mendorong kota dan kabupaten di Indonesia untuk menyusun Strategi Sanitasi Perkotaan atau Kabupaten (SSK) yang memiliki prinsip: II - 1

- Berdasarkan data aktual - Berskala kota atau kabupaten - Disusun sendiri oleh kota atau kabupaten (dari, oleh, dan untuk kota atau kabupaten tersebut) - Menggabungkan pendekatan bottom-up dan top-down Untuk menghasilkan SSK yang demikian, maka kota atau kabupaten harus mampu memetakan situasi sanitasi wilayahnya. Pemetaan situasi sanitasi yang baik hanya bisa dibuat apabila kota atau kabupaten mampu mendapatkan informasi lengkap, akurat, dan mutakhir tentang kondisi sanitasi, baik menyangkut aspek teknis mapun non teknis. Dalam konteks ini Buku Putih merupakan prasyarat utama dan dasar bagi penyusunan SSK. Buku Putih Sanitasi merupakan pemetaan situasi sanitasi kota atau kabupaten berdasarkan kondisi aktual. Pemetaan tersebut mencakup aspek teknis dan aspek nonteknis, yaitu aspek keuangan, kelembagaan, pemberdayaan masyarakat, perilaku hidup bersih dan sehat, dan aspek-aspek lain seperti keterlibatan para pemangku kepentingan secara lebih luas. Buku Putih merupakan database sanitasi kota atau kabupaten yang paling lengkap, mutakhir, aktual, dan disepakati seluruh SKPD dan pemangku kepentingan terkait pembangunan sanitasi. Sesuai dengan maksud penyusunannya, maka Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banjarnegara ini akan menggambarkan: 1) Status terkini situasi sanitasi di Kabupaten Banjarnegara 2) Kebutuhan layanan sanitasi dan peluang pengembangan di masa mendatang di Kabupaten Banjarnegara 3) Usulan atau rekomendasi awal terkait peluang pengembangan layanan sanitasi. 1.2 Pengertian Dasar Sanitasi Secara umum sanitasi didefinisikan sebagai usaha untuk memastikan pembuangan kotoran manusia, cairan limbah dan sampah secara higienis (Manual B-Penilaian dan Pemetaan Sanitasi Kota). Sedangkan pengertian yang lebih teknis dari sanitasi adalah upaya pencegahan terjangkitnya dan penularan penyakit melalui penyediaan sarana sanitasi dasar (jamban), pengelolaan air limbah rumah tangga (termasuk sistem jaringan perpipaan air limbah), drainase dan sampah (Bappenas, 2003). Sehingga dengan definisi tersebut dapat dilihat 3 sektor yang terkait dengan sanitasi adalah sistem pengelolaan air limbah rumah tangga, pengelolaan persampahan dan drainase lingkungan. Air limbah rumah tangga adalah air sisa proses dari kegiatan rumah tangga. Berkaitan dengan pengelolaan air limbah rumah tangga, maka limbah yang muncul dari rumah tangga dikelompokkan dalam dua bagian. Bagian pertama adalah limbah yang berasal dari metabolisme tubuh manusia (excreta) berupa air kencing (urine) dan tinja. Kelompok pertama ini biasa disebut sebagai blackwater. Sedangkan kelompok kedua adalah air limbah yang berasal selain dari metabolisme tubuh manusia, antara lain berasal II - 2

dari sisa pencucian pakaian, dapur, dan sisa air mandi. Bagian kedua ini dikenal sebagai greywater. Sektor lain yang terkait dengan sanitasi adalah sektor persampahan. Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. (Undangundang No. 18/2008). Di dalam pengelolaan sampah dikenal istilah sampah spesifik dan sampah non spesifik. Yang termasuk didalam pengertian sampah non spesifik adalah sampah yang berasal dari rumah tangga dan sejenis sampah rumah tangga (kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, dan fasilitas lainnya). Sedangkan yang termasuk di dalam sampah spesifik adalah: 1) sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun; 2) sampah yang mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun; 3) sampah yang timbul akibat bencana; 4) puing bongkaran bangunan; 5) sampah yang secara teknologi belum dapat diolah; dan/atau 6) sampah yang timbul secara tidak periodik. Sektor terakhir yang berhubungan dengan sanitasi adalah sektor drainase lingkungan. Drainase lingkungan adalah suatu sistem penanganan atau pengaliran air hujan. Secara konvensional, hujan yang turun pada suatu wilayah diusahakan secepat mungkin mengalir melalui saluran-saluran air hujan menuju badan air penerima. Hal ini dilakukan untuk mencegah timbulnya genangan di pemukiman atau jalan. Sistem ini sebagian besar berhasil digunakan untuk mengendalikan terjadinya genangan, tetapi menjadi tidak terkait dengan konservasi air. Konsep penanganan air hujan dengan memperhatikan konservasi air tanah biasa disebut sebagai konsep drainase berwawasan lingkungan atau ecodrainage. Dengan konsep ini maka air hujan yang turun diusahakan untuk semaksimal mungkin meresap ke dalam tanah atau ditampung untuk dimanfaatkan, sedangkan kelebihannya baru dialirkan melalui saluran air hujan. Peresapan air hujan dapat dilakukan dengan menggunakan kolam retensi atau embung, sumur resapan air hujan dan biopori. Walaupun sektor air besih/air minum tidak termasuk di dalam sektor-sektor yang terkait dengan sanitasi, tetapi sektor air minum dianggap sangat mempengaruhi kondisi sanitasi. Oleh karena itu seringkali sektor air minum disebut beriringan dengan sistem sanitasi, seperti istilah Water and Sanitation (WATSAN) atau AMPL (Air Minum Dan Penyehatan Lingkungan). Sebagai salah satu bahan penyusunan Buku Putih dilakukan penilaian kondisi sanitasi suatu daerah, yang dikenal dengan Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA). EHRA adalah sebuah survai partisipatif di tingkat kota yang bertujuan untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan higinitas serta perilaku-perilaku yang terkait yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan program termasuk advokasi di tingkat kota sampai ke kelurahan. Tujuan dari studi EHRA adalah untuk mendapatkan II - 3

gambaran fasilitas sanitasi dan perilaku yang berisiko terhadap kesehatan tingkat kota berdasarkan data primer. Studi lain yang dilakukan sebagai bahan penyusunan buku putih adalah survey partisipasi sektor swasta dan Lembaga Non-Pemerintah (LNP) di dalam pengelolaan sanitasi perkotaan, atau biasa disebut sebagai Sanitation Supply Assessment (SSA). Tujuan studi SSA adalah: 1) Menilai dan memetakan pihak-pihak yang saat ini berperan dalam penyelenggaraan sanitasi kota, khususnya partisipasi sektor swasta dan Lembaga Non Pemerintah 2) Mengumpulkan data/ informasi untuk merumuskan bentuk sinergi antara: Pemerintah kota, Sektor swasta, baik yang lahan usahanya terkait maupun tidak terkait dengan pengelolaan sanitasi, dan Lembaga Non Pemerintah yang memfasilitasi masyarakat dalam pengelolaan sanitasi 3) Meningkatkan efektivitas program pengelolaan sanitasi dengan melibatkan semua unsur yang terkait. Hasil dari berbagai bahan yang masuk di dalam penyusunan buku putih akan digunakan untuk menentukan area berisiko. Area berisiko adalah area kelurahan/desa yang memiliki potensi risiko terhadap kesehatan. Apabila tidak segera dilakukan intervensi tertentu, akan memperbesar potensi terjadinya kasus kejadian penyakit. Hal ini perlu dibedakan dengan dampak yang dinyatakan dengan kasus kejadian penyakit. Oleh karenanya, angka kejadian penyakit seharusnya tidak dijadikan sebagai salah satu indikator untuk penentuan area berisiko tinggi, sebab hal ini akan mencampurkan antara risiko dengan dampak (Seri Manual Pengembangan Strategi Sanitasi Perkotaan Tahap B Penilaian dan Pemetaaan Situasi Sanitasi Kota). Tahap awal penentuan area berisiko, indikator yang umum digunakan adalah : a. Kepadatan penduduk. Makin padat penduduk, maka risiko penyebaran penyakit akan semakin besar. Informasi yang juga penting tetapi relatif sukar diperoleh adalah jumlah penduduk pendatang di masing-masing kelurahan, sebab informasi ini seringkali tidak terdata di tingkat kota. Bappeda memang memiliki sumber data tentang jumlah dan kepadatan penduduk. Tetapi informasi mengenai penduduk pendatang, bila dipandang perlu, harus dicari di instansi lain, atau harus dikumpulkan melalui Ketua RW/kelurahan. Apabila data tersebut sukar diperoleh maka dapat diabaikan lebih dulu. b. Jumlah KK miskin. Semakin banyak KK miskin, yang relatif lebih sulit untuk mendapatkan akses sanitasi, maka risikonya pun semakin tinggi. Ada beberapa data KK miskin, sehingga sering membingungkan data mana yang akan digunakan. Pemerintah Kabupaten biasanya memiliki data resmi yang berasal dari BPS. II - 4

c. Sambungan air bersih. Berupa sambungan langsung atau hidran umum. Makin banyak anggota masyarakat yang mendapatkan akses air bersih maka pengaruhnya positif, artinya risiko terhadap penyakit makin kecil. Data ini berasal dari PDAM, Dinas PU dan Dinas Kesehatan. d. Jumlah jamban. Dihitung berdasarkan jumlah KK yang memiliki jamban, artinya bila ada KK memiliki lebih dari satu jamban maka hanya dihitung satu. Semakin banyak KK yang memiliki jamban maka pengaruhnya positif, berarti risikonya semakin kecil. Data jumlah jamban biasanya diperoleh dari Dinas Kesehatan. e. Fasilitas jaringan sewerage atau sistem komunal (Sanimas atau lainnya). Jaringan sewerage atau sistem komunal membawa air limbah (terutama black water) keluar dari area permukiman. Adanya koneksi ke jaringan sewerage atau sistem komunal mengecilkan risiko. 1.3 Maksud dan Tujuan 1.3.1 Maksud Buku Putih Sanitasi ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang jelas dan faktual mengenai kondisi dan profil sanitasi Kabupaten Banjarnegara pada saat ini. Pemetaan kondisi dan profil sanitasi (sanitation mapping) dilakukan untuk menetapkan zona sanitasi prioritas yang penetapannya berdasarkan urutan potensi risiko kesehatan lingkungan (priority setting). Dalam Buku Putih ini, priority setting dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang tersedia, hasil studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan (Environmental Health Risk Assessment) atau EHRA, dan persepsi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Banjarnegara yang menangani secara langsung pembangunan dan pengelolaan sektor sanitasi di Kabupaten Banjarnegara. 1.3.2 Tujuan Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam proses penyusunan Buku Putih ini antara lain adalah pembangunan kapasitas (capacity building) Pemerintah Kabupaten Banjarnegara beserta stakeholder lainnya untuk mampu mengidentifikasi, memetakan, menyusun rencana tindak dan menetapkan strategi pengembangan sanitasi Kabupaten. Di samping itu, pembentukan Pokja Sanitasi diharapkan dapat menjadi embrio entitas suatu badan permanen yang akan menangani dan mengelola program pembangunan dan pengembangan sanitasi di tingkat Kabupaten. 1.4 Pendekatan dan Metodologi Pendekatan yang digunakan di dalam penyususnan buku putih ini adalah pendekatan partisipatif yang melibatkan para pemangku kepentingan secara transparan dan akuntabel. Secara umum metode di dalam penyusunan Buku Putih ini terdiri dari beberapa langkah, yaitu : II - 5

a. Pengumpulan Data Sekunder Data sekunder sektor sanitasi digunakan sebagai dasar untuk membuat pemetaan kondisi sanitasi secara aktual, serta memotret kebutuhan akan layanan sanitasi yang baik, sesuai standar kebutuhan minimal pembangunan sanitasi. Tidak hanya sekedar kompilasi, tetapi juga dilakukan proses seleksi dan verifikasi data. Banyak dokumen kegiatan program yang mampu memberikan informasi mengenai apa yang terjadi dimasa lampau yang erat kaitannya dengan kondisi yang terjadi pada masa kini. Data sekunder diperoleh melalui desk study, antara lain dengan kajian literatur dan pencarian data di internet. b. Pendalaman data Sekunder yang telah diperoleh Dari data sekunder yang telah diperoleh, maka dilakukan verifikasi lanjutan, pengecekan silang data-data yang diperoleh dan pendalaman data tersebut dengan melaksanakan: pertemuan secara berkala antar anggota Pokja yang dikoordinasikan oleh Bappeda Kabupaten Banjarnegara selaku Ketua Pokja meninjau tempat-tempat yang dilayani program sanitasi serta sebagian dari daerah pelayanan di kawasan perkotaan dan daerah kumuh (survei dan observasi) diskusi yang bersifat teknis Focus Group Discussion (FGD) dan mendalam juga akan dilakukan dengan pihak-pihak yang terlibat dalam sanitasi. Diskusi untuk memberikan gambaran yang lebih jelas terkait kondisi yang ada serta upaya-upaya yang telah, sedang dan akan dilakukan untuk meningkatkan pelayanan pemerintah kepada masyarakat di bidang sanitasi. Pengumpulan Data Primer melalui penelitian lapangan (observasi dan wawancara responden), FGD dan indepth interview. Data primer yang dikumpulkan meliputi : - Studi Kelembagaan dan Keuangan - Penilaian Sanitasi Berbasis Masyarakat (Community-based Sanitation Assessment) - Studi Penyedia Layanan Sanitasi (Sanitation Supply Assessment/SSA) - Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan (Environmental Health Risk Assessment/EHRA) - Studi Komunikasi dan Pemetaan Media Data-data yang telah diperoleh dianalisis secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Deskriptif kualitatif dilakukan dengan menganalisis kondisi dan permasalahan eksisting di bidang sanitasi secara kualitatif untuk dapat mengetahui sebab dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kondisi dan permasalahan di Kabupaten Banjarnegara. Analisis kualitatif dilakukan dengan mengolah data-data yang bersifat kuantitatif baik dari data primer maupun data sekunder untuk mengetahui tingkat pelayanan di bidang sanitasi Kabupaten Banjarnegara. II - 6

Analisis baik deskriptif kualitatif maupun kuantitatif digunakan untuk merumuskan penyusunan skenario dan strategi dalam menyusun alternatif solusi atau penyelesaian masalah bidang sanitasi dan merencanakan target peningkatan pelayanan sanitasi di Kabupaten Banjarnegara. 1.5 Posisi Buku Putih Buku Putih Sanitasi menyediakan data dasar yang esensial mengenai struktur, situasi, dan kebutuhan sanitasi Kabupaten Banjarnegara. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banjarnegara Tahun 2011 ini, diposisikan sebagai acuan perencanaan strategis sanitasi tingkat kabupaten. Rencana pembangunan sanitasi Kabupaten Banjarnegara dikembangkan atas dasar permasalahan yang dipaparkan dalam Buku Putih Sanitasi. Setiap tahun data yang ada akan dibuat Laporan Sanitasi Tahunan yang merupakan gabungan antara Laporan Tahunan SKPD dan status program/kegiatan sanitasi. Laporan Sanitasi Tahunan menjadi Lampiran Buku Putih Sanitasi 2011 dan setelah 3 tahun, semua informasi tersebut dirangkum dalam Revisi Buku Putih Sanitasi. 1.6 Sumber Data Data yang dikumpulkan dalam tahap ini sebagian besar berasal dari berbagai Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), baik berupa data umum maupun data khusus yang menyangkut teknis, keuangan, kebijakan daerah dan kelembagaan, peran serta swasta dalam layanan sanitasi, dan media. Sumber data lainnya adalah LSM atau universitas yang pernah melakukan penelitian di Kabupaten Banjarnegara. Aspek-aspek data yang dikumpulkan sebagai dasar informasi dalam Buku Putih Sanitasi Kabupaten adalah: 1. Umum dan Teknis: Diberikan daftar kebutuhan data yang perlu dikumpulkan oleh anggota Pokja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara. Data tersebut nantinya terutama dibutuhkan dalam diskusi Manajemen dan Operasi Sistem Sanitasi. 2. Kebijakan Daerah dan Kelembagaan: Selain diberikan daftar kebutuhan data yang perlu dikumpulkan oleh Pokja Sanitasi Kabupaten, maka akan dilakukan Focus Group Discussion (FGD) bersama anggota Pokja Sanitasi Kabupaten. FGD dimaksudkan untuk membahas aspek tersebut lebih mendalam dan bersama anggota Pokja Sanitasi Kabupaten melakukan analisis terhadap aspek kelembagaan dan peraturan. Ini nantinya harus bisa dibagi ke dalam beberapa fungsi (di antaranya fungsi perencanaan, implementasi fisik maupun non-fisik, operasi, pengawasan, serta monitoring dan evaluasi). Termasuk juga keterkaitan kerja antar SKPD dalam menjalankan fungsifungsi tersebut. Berdasarkan pengalaman, diskusi ini sebaiknya dilakukan dengan dibantu oleh tenaga ahli sebagai nara sumber yang memahami kebijakan daerah dan kelembagaan, serta berpengalaman bekerja di bidang sanitasi. Data ini dibawa pada saat diskusi Manajemen dan Operasi Sistem Sanitasi. II - 7

3. Keuangan: Pokja Sanitasi Kabupaten perlu memilah anggaran yang terkait dengan sanitasi. Penting dipahami, Pokja Sanitasi Kabupaten harus memiliki kesamaan pemahaman dan kesepakatan bagaimana memilah data keuangan yang terkait dengan sanitasi. Selain biaya investasi infrastruktur sanitasi, perlu dicatat juga besarnya biaya operasi dan pemeliharaan dalam beberapa tahun terakhir. 4. Peran serta swasta dalam layanan sanitasi: Sebagian data diperoleh dari pihak swasta yang memiliki kontrak kerja sama dengan Pemerintah Kabupaten ataupun informasi lain yang dimiliki oleh SKPD terkait. Pada tahap ini, proses pengumpulan data dilakukan berdasarkan informasi lisan atau tertulis yang dimiliki SKPD atau jika diperlukan dilakukan pencarian data secara langsung di lapangan. 5. Pemberdayaan masyarakat dan jender: Informasi tentang pemberdayaan masyarakat dalam bidang sanitasi dapat diperoleh melalui institusi lokal. Isu jender sudah menjadi perhatian dalam program-program Pemerintah Kabupaten, hanya saja kaitannya dalam bidang sanitasi serta kedalaman dari isu tersebut masih bisa dipertanyakan lebih jauh. Tetapi informasi mengenai isu jender tersebut umumnya sudah tersedia. 6. Komunikasi: Informasi yang dibutuhkan berhubungan dengan kegiatan-kegiatan dan jenis media yang digunakan oleh Pemerintah Kabupaten, melalui SKPD atau lembaga lainnya (misalnya PKK), untuk penyebarluasan informasi yang berhubungan dengan sanitasi. 1.7 Peraturan Perundangan 1.7.1 Kebijakan Umum Bidang Sanitasi dan Air Minum Penyusunan Program Strategi Pembangunan Sanitasi di Kabupaten Banjarnegara didasarkan pada aturan-aturan dan produk hukum yang meliputi Undang-undang, Peraturan Pemerntah, Keputusan Presiden, Peraturan dan Keputusan Menteri, Standar Nasional Indonesia, dan Peraturan Daerah di tingkat Provinsi maupun tingkat Kabupaten. Daftar peraturan-peraturan tersebut adalah sebagai berikut. a. Undang-undang 1) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alami Hayati dan Ekosistemnya; 2) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Pemukiman; 3) Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung; 4) Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air; 5) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah; 6) Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antar Pemerintah Pusat dan Daerah; 7) Undang-undang Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalan ; II - 8

8) Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang; 9) Undang-undang No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah ; 10) Undang-undang No 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik; 11) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup; 12) Undang-undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. b. Peraturan Pemerintah 1) Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1982 Tentang Pengaturan Air; 2) Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1985 Tentang Perlindungan Hutan; 3) Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 Tentang Sungai; 4) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1995 Tentang Perlindungan Tanaman; 5) Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1998 Tentang Kawasan Suaka Alam dan Pelestarian Alam; 6) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan 7) Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air; 8) Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum; 9) Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 Tentang Jalan; 10) Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional c. Keputusan Presiden 1) Keputusan Presiden Nomor 53 Tahun 1989 Tentang Kawasan Industri; 2) Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 Tentang Pengelolaan Kawasan Lindung; 3) Keputusan Presiden Nomor 33 Tahun 1990 Tentang Penggunaan Tanah bagi kawasan Industri d. Peraturan dan Keputusan Menteri 1) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No: 21/PRT/2006 tentang kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP); 2) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No: 16/PRT/2008 tentang kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah Permukiman (KSNP- SPALP); 3) Keputusan Menteri Kesehatan No : 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan; 4) Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2003 II - 9

tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik; 5) Keputusan Menteri Kesehatan No : 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat; 6) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No: 13 tahun 2010 tentang Upaya Pengelolaan lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Hidup (UKP-UPL) dan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPL). e. Standar Nasional Indonesia 1) SNI 03-3241-1994 Tata Cara Pemilihan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir Sampah; 2) SNI 03-3242-1994 Tata Cara Pengelolaan Sampah di Permukiman; 3) SNI 19-2454-2002 Tata Cara Pengelolaan Teknik Sampah Perkotaan; 4) Standar Nasional Indonesia No :03-2406-1991 Spesifikasi sumur resapan air hujan untuk lahan pekarangan; 5) SNI 02-2406-1991Tata cara perencanaan umum drainase perkotaan; 6) SNI 03-2453-2002 Tata cara perencanaan teknik sumur resapan air hujan untuk lahan pekarangan; 7) SNI 19-6466-2000 Tata cara evaluasi lapangan untuk sistem peresapan pembuangan air limbah rumah tangga; 8) SNI 03-2399-2002 Tata Cara Perencanaan Bangunan MCK Umum; 9) SNI 03-2398-2002 Tata Cara Perencanaan Tangki Septik dengan Sistem Resapan.; f. Peraturan Daerah 1) Peraturan Daerah Kabupaten Banjarnegara Nomor 27 tahun 2003 tentang Retribusi Persampahan dan Kebersihan; 2) Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2004 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banjarnegara (Berita Daerah Kabupaten Banjarnegara Tahun 2004 Nomor 6 Seri E); 3) Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Kabupaten Banjarnegara Tahun 2005 2025; 4) Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kabupaten Banjarnegara Tahun 2006-2011; 5) Peraturan Daerah Kabupaten Banjarnegara Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pendirian Perusahaan Air Minum Daerah (PDAM) Kabupaten Banjarnegara; 6) Peraturan Daerah Kabupaten Banjarnegara Nomor 18 Tahun 2010 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Banjarnegara Tahun 2011 (Lembaran Daerah Kabupaten Banjarnegara Tahun 2010 Nomor 18 Seri A); 7) Peraturan Bupati Banjarnegara Nomor 789 Tahun 2010 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten Banjarnegara Tahun Anggaran 2011 (Berita Daerah Kabupaten Banjarnegara Tahun 2010 Nomor 41 Seri E); II - 10

8) Keputusan Bupati Banjarnegara Nomor : 050/ 296 tahun 2011 tentang Pembentukan Kelompok Kerja (POKJA) Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Kabupaten Banjarnegara; 9) Keputusan Bupati Banjarnegara Nomor : 050/ 932 tahun 2011 tentang Pembentukan Tim Teknis Sanitasi Kabupaten Banjarnegara. 1.7.2 Kebijakan Daerah dalam Peran Pemangku Kepentingan Secara umum kebijakan umum di bidang sanitasi di Kabupaten Banjarnegara tidak terlepas dari Kebijakan Daerah (Propinsi) dan Pusat, meskipun dalam batas-batas tertentu belum seluruh kebijakan dapat diterapkan di daerah, oleh karena adanya berbagai kendala. Hal ini tercermin dari komitmen Pemerintah Kabupaten Banjarnegara dalam pembangunan sanitasi di dalam RPIJM Kabupaten Banjarnegara. Pemerintah Kabupaten Banjarnegara melalui Surat Bupati Banjarnegara Nomor : 050/ 340 tahun 2010 tanggal 17 Mei 2010 perihal Pernyataan Minat Mengikuti Program Nasional Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) menjadi bentuk komitmen terhadap pembangunan di bidang sanitasi dan mengalokasikan anggaran dalam APBD Tahun 2011 Kabupaten Banjarnegara untuk kegiatan PPSP. Sosialisasi program-program terkait sanitasi terutama dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan, bekerjasama dengan SKPD terkait. Sosialisasi dilakukan terutama untuk memperjelas posisi pemerintah sebagai pendukung dan fasilitator, disamping sebagai regulator, kegiatan sanitasi yang dilakukan oleh swasta dan masyarakat. 1.7.3 Penegakan Hukum Penegakan hukum yang dilaksanakan berkaitan dengan masalah sanitasi di Banjarnegara bertujuan selain untuk membentuk ketertiban di masyarakat, juga sebagai sarana pendidikan dan sosialisasi kepada masyarakat. Tujuan kedua inilah yang lebih dominan di dalam penegakan hukum di dalam permasalahan sanitasi di Kabupaten Banjarnegara, sehingga di dalam penegakan hukum lebih bersifat pencegahan (preventif), salah satu contoh adalah dengan pemasangan tanda larangan untuk membuang sampah sembarangan. II - 11

II - 12

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN BANJARNEGARA 2.1 KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI Kabupaten Banjarnegara terletak antara 7⁰12 7⁰31 Lintang Selatan dan 109⁰29 109⁰45 50 Bujur Timur. Berada pada jalur pegunungan di bagian tengah Provinsi Jawa Tengah sebelah barat yang membujur dari arah barat ke timur. Batas wilayah administrasi Kabupaten Banjarnegara adalah sebagai berikut : a. Sebelah Utara : Kab. Pekalongan dan Kab. Batang b. Sebelah Timur : Kab. Wonosobo c. Sebelah Selatan : Kab. Kebumen d. Sebelah Barat : Kab. Purbalingga dan Kab. Banyumas Wilayah Kabupaten Banjarnegara memiliki luas 1.070 Km 2. Kabupaten Banjarnegara terbagi dalam 20 kecamatan yang terdiri dari 266 desa dan 12 kelurahan, serta terbagi dalam 953 dusun, 5.150 Rukun Tetangga (RT) dan 1.312 Rukun Warga (RW). Kecamatan hasil pemekaran dari Kecamatan Banjarnegara dan Kalibening yang terealisasi pada tanggal 1 Juni 2004, yaitu Kecamatan Pagedongan dan Kecamatan Pandanarum. Luas wilayah, banyaknya desa/kelurahan, RT dan RW dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.1 Kedudukan Ibukota Kecamatan, Jumlah Desa, Kelurahan dan Dusun Dirinci menurut Kecamatan di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2010 No. Kecamatan Ibukota Banyaknya Kecamatan Desa Kelurahan Total Dusun 1. Susukan Susukan 15 15 43 2. Purworejo Klampok Klampok 8 8 35 3. Mandiraja Mandiraja Kulon 16 16 50 4. Purwonegoro Purwonegoro 13 13 60 5. Bawang Manktrianom 18 18 61 6. Banjarnegara Kutabanjarnegara 4 9 13 18 7. Pagedongan Pagedongan 9 9 42 8. Sigaluh Gembongan 14 1 15 37 9. Madukara Kutayasa 18 2 20 60 10. Banjarmangu Banjarmangu 17 17 51 11. Wanadadi Wanadadi 11 11 35 12. Rakit Rakit 11 11 52 13. Punggelan Punggelan 17 17 79 II - 13

No. Kecamatan Ibukota Banyaknya Kecamatan Desa Kelurahan Total Dusun 14. Karangkobar Leksana 13 13 41 15. Pagentan Pagentan 16 16 58 16. Pejawaran Panusupan 17 17 56 17. Batur Batur 8 8 37 18. Wanayasa Wanayasa 17 17 49 19. Kalibening Kalibening 16 16 57 20. Pandanarum Beji 8 8 32 Jumlah 266 12 278 953 Sumber : Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka, 2010 Sedangkan luas wilayah Kabupaten Banjarnegara menurut kecamatan dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut: Tabel 2.2 Luas Wilayah Kabupaten Banjarnegara Menurut Kecamatan Tahun 2010 No. Kecamatan Jumlah Desa/ Kelurahan Luas (Ha) Prosentase Terhadap Luas Kabupaten 1. Susukan 15 5.265,67 4,92 % 2. Purworejo Klampok 8 2.186,67 2,04 % 3. Mandiraja 16 5.261,58 4,92 % 4. Purwonegoro 13 7.386,53 6,90 % 5. Bawang 18 5.520,64 5,16 % 6. Banjarnegara 13 2.624,20 2,45 % 7. Pagedongan 9 8055,24 7,53 % 8. Sigaluh 15 3.955,95 3,70 % 9. Madukara 20 4.820,15 4,51 % 10. Banjarmangu 17 4.635,61 4,33 % 11. Wanadadi 11 2.827,41 2,64 % 12. Rakit 11 3.244,62 3,03 % 13. Punggelan 17 10.284,01 9,61 % 14. Karangkobar 13 3.906,94 3,65 % 15. Pagentan 16 4.618,98 4,32 % 16. Pejawaran 17 5.224,97 4,88 % 17. Batur 8 4.717,10 4,41 % 18. Wanayasa 17 8.201,13 7,67 % 19. Kalibening 16 8.377,56 7,83 % 20. Pandanarum 8 5.856,05 5,47 % Jumlah 278 106.971 100,00 % Sumber : Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka, 2010 II - 14

PEMERINTAH KABUPATEN BANJARNEGARA 1 II-3 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BANJARNEGARA PETA ORIENTASI WILAYAH KABUPATEN BANJARNEGARA DALAM PROVINSI JAWA TENGAH SUMBER : RTRW KAB. BANJARNEGARA, 2010

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BANJARNEGARA 2 II-4 SUMBER : RTRW Kabupaten Banjarnegara Tahun 2011-2031

2.2 KONDISI FISIK WILAYAH Kondisi fisik wilayah Kabupaten Banjarnegara dapt diliat dari aspek bentukan alam dan topografi, kondisi geologi, kondisi hidrologi atau kondisi air tanah dan air permukaan serta kondisi klimatologi. 2.2.1 Bentukan Alam dan Topografi Bila ditinjau dari bentuk tata alam dan penyebaran geografis, maka Kabupaten Banjarnegara dapat digolongkan dalam tiga wilayah yaitu: a. Bagian utara, terdiri dari daerah pegunungan Kendeng dengan relief bergelombang dan curam, bagian ini meliputi wilayah Kecamatan Kalibening, Karangkobar, Pagentan, Pejawaran, Batur, Madukara, Banjarmangu dan Punggelan; b. Bagian tengah, terdiri wilayah dengan relief yang datar merupakan lembah sungai Serayu yang subur mencakup sebagian wilayah Kecamatan Banjarnegara, Madukara, Bawang, Purwonegoro, Mandiraja, Purworejo Klampok, Susukan, Rakit, Wanadadi dan Banjarmangu; c. Bagian selatan, terdiri dari wilayah dengan relief yang curam merupakan bagian dari pegunungan Serayu meliputi Kecamatan Banjarnegara, Bawang, Purwonegoro, Mandiraja Purworejo Klampok dan Susukan. Kabupaten Banjarnegara mempunyai ketinggian yang bervariasi, meskipun kebanyakan berada pada ketinggian 100 m dpl karena letaknya yang berada pada jalur pegunungan; yang sebagian besar berada pada ketinggian 100 500 mdpl (37,04%); 500 1.000 mdpl (28,74%); dan >1.000 mdpl (24,4%); sedangkan wilayah dengan ketinggian kurang dari 100 mdpl hanya seluas 9,82% saja. Adapun ketinggian topografi setiap daerah di Kabupaten Banjarnegara adalah sebagai berikut : 1. Kurang dari 100 mdpl meliputi luas 9,82 % dari luas wilayah Kabupaten yang meliputi Kecamatan Susukan, Purworejo Klampok, Mandiraja, Purwonegoro dan Bawang. 2. Antara 100-500 mdpl, meliputi luas 37,04 % luas wilayah Kabupaten Banjarnegara yang meliputi Kecamatan Susukan, Mandiraja, Purwonegoro, Bawang, Banjarmangu, Banjarnegara, Wanadadi, Rakit, Punggelan dan Madukara. 3. Antara 500-1.000 mdpl, meliputi luas 28,74 % dari luas wilayah Kabupaten Banjarnegara, yang meliputi Kecamatan Banjarmangu, Sigaluh dan sebagian Banjarnegara. 4. Lebih dari 1.000 mdpl, meliputi luas 24,4 % dari luas wilayah Kabupaten Banjarnegara, yang meliputi Kecamatan Karangkobar, Wanayasa, Kalibening, Pagentan, Pejawaran dan Batur. II - 17

Ditinjau dari segi kemiringan, dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) kemiringan, yaitu: a. Antara 0 15 % meliputi luas 24,61% dari luas wilayah Kabupaten banjarnegara yang meliputi Kecamatan Susukan, Purworejo Klampok, Mandiraja, Purwanegara, Pagedongan, Bawang dan Rakit. b. Diatas 15 40 %, meliputi luas 45,04 % dari luas wilayah kabupaten Banjarnegara yang meliputi Kecamatan Madukara, Banjarmangu, Wanadadi, Punggelan, Karangkobar, Pagentan, Wanayasa dan Kalibening. c. Lebih dari 40 % meliputi luas 30,35 % dari luas wilayah Kabupaten Banjarnegara meliputi Kecamatan Susukan, Banjarnegara, Sigaluh, Banjarmangu, Pejawaran dan Batur. Berikut merupakan tabel ketinggian wilayah Kabupaten Banjarnegara. Tabel 2.3 Ketinggian Wilayah Kabupaten Banjarnegara No. Ketinggian Kecamatan Keterangan 1. < 100 mdpl Susukan Purworejo Klampok Mandiraja Purwonegoro Susukan Mandiraja Purwonegoro Bawang 2. 100-500 mdpl Banjarmangu Banjarnegara Wanadadi Rakit Punggelan Madukara Banjarmangu 3. 500-1.000 mdpl Sigaluh Banjarnegara Pagedongan Karangkobar Wanayasa Wanayasa 4. > 1.000 mdpl Kalibening Pagentan Pandanarum Pejawaran Batur Sumber : Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka, 2010 luas 9,82 % dari luas wilayah Kabupaten Banjarnegara luas 37,04 % luas Banjarnegara wilayah Kabupaten luas 28,74 % dari luas wilayah Kabupaten Banjarnegara luas 24,4 % dari luas wilayah Kabupaten Banjarnegara Apabila ditinjau dari kemiringan lahan, wilayah Kabupaten Banjarnegara memiliki tiga jenis tingkat kemiringan. Berikut merupakan tingkat kemiringan di Banjarnegara. II - 18

Tabel 2.4 Kelerengan Wilayah Kabupaten Banjarnegara No. Kelerengan Kecamatan Keterangan 1. Antara 0 15 % Susukan Purworejo Klampok Mandiraja Purwanegara Pagedongan Bawang Rakit Madukara Banjarmangu Wanadadi 2. Diatas 15 40 % Punggelan Karangkobar Pagentan Wanayasa Kalibening Susukan Banjarnegara 3. Lebih dari 40 % Sigaluh Banjarmangu Pejawaran Batur Sumber : Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka, 2010 luas 24,61% dari luas wilayah Kabupaten banjarnegara meliputi luas 45,04 % dari luas wilayah kabupaten Banjarnegara luas 30,35 % dari luas wilayah Kabupaten Banjarnegara II - 19

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BANJARNEGARA 3 II-8 SUMBER : RTRW Kabupaten Banjarnegara Tahun 2011-2031

2.2.2 Kondisi Geologi Kabupaten Banjarnegara memiliki kondisi geologi meliputi: jenis tanah, struktur geologi dan gerakan tanah yang sangat berpengaruh dalam kondisi lingkungan fisik di Kabupaten Banjarnegara. 2.2.2.1 Jenis Tanah Jenis tanah yang cenderung berbeda pada sebagian besar wilayah di Kabupaten Banjarnegara memerlukan penanganan yang berbeda. Jenis tanah yang ada di kabupaten Banjarnegara adalah: a. Tanah aluvial : dengan asosiasinya, berwarna kelabu coklat dan hitam, sifatnya bera neka ragam. Produktivitas tanah rendah hingga tinggi sesuai untuk pertanian. terdapat pada Kecamatan Batur, Kalibening, Rakit, Punggelan, Susukan, Purworejo Klampok, dan Wanadadi. b. Tanah latosol : berarsosiasi dengan andosol, sifatnya agak asam hingga netral, warnanya beraneka ragam yaitu kelabu, coklat, hitam coklat kemerah-merahan. Tingkat kesuburan tanah sedang sampai tinggi. Sesuai untuk usaha pertanian, kebun campuran, pertanian sayur-sayuran dan hutan. Terdapat pada Kecamatan Susukan, Purworejo Klampok, Purwonegoro, Wanadadi, Rakit, Bawang, Sigaluh, Madukara, Banjarnegara, Wanayasa, Pejawaran, Kalibening, Karangkobar, Banjarmangu, Pagedongan, Mandiraja, Punggelan, Pandanarum,dan Pegentan c. Tanah andosol : dengan asosiasi berwarna coklat, coklat kekuning-kuningan, bersifat netral sampai asam. Produktivitas tanah sedang hingga tinggi, cocok untuk tegalan, kebun campuran dan hutan. Terdapat di Kecamatan Wanayasa, Pejawaran, Pegentan, dan Batur. d. Tanah grumosol : asosiasinya dengan tanah mediteran, sifatnya agak netral, warna kelabu hingga hitam, merah kekuning-kuningan, merah hingga coklat. Produktivitasnya rendah sampai sedang, cocok dipergunakan untuk usaha-usaha persawahan dan tegalan. terdapat di Kecamatan Kalibening, Karangkobar, Pagentan, Wanadadi, Wanayasa, Madukara, dan Banjarmangu e. Tanah podsolik merah kuning : tanah bertekstur liat, struktur blok di lapisan bawah, konsistensi teguh, bersifat asam dengan ph kurang dari 5,5. Terbentuk pada daerah dengan curah hujan antara 2500 sampai 3000 mm tiap tahun serta biasanya berada pada ketinggian di atas 25 meter di atas permukaan laut. Terdapat di sekitar tegalan pada Kecamatan Pandarum, Kalibening, dan Punggelan. f. Tanah litosol : tanah yang beraneka sifat dan warnanya. Jenis tanah ini kurang baik untuk pertanian, terdapat di Kecamatan Banjarmangu. Berikut merupakan tabel jenis tanah dan pesebarannya di Kabupaten Banjarnegara II - 21

Tabel 2.5 Jenis Tanah Di Kabupaten Banjarnegara No. Jenis Tanah Persebaran Aluvial kelabu coklat dan Batur, Kalibening, Rakit, Punggelan, Susukan, Purworejo 1. hitam Klampok, dan Wanadadi 2. Latosol kelabu, coklat, hitam coklat kemerah-merahan Susukan, Purworejo Klampok, Purwonegoro, Wanadadi, Rakit, Bawang, Sigaluh, Madukara, Banjarnegara, Wanayasa, Pejawaran, Kalibening, Karangkobar, Banjarmangu, Pagedongan, Mandiraja, Punggelan, Pandanarum,dan Pegentan 3. Andosol coklat, coklat Wanayasa, Pejawaran, Pagentan, dan Batur. kekuning-kuningan 4. Grumosol kelabu hingga hitam, merah kekuningkuningan, Kalibening, Karangkobar, Pagentan, Wanadadi, Wanayasa, Madukara, dan Banjarmangu merah hingga coklat 5. Podsolik Merah Kuning Pandanarum, Kalibening, dan Punggelan 6. litosol Banjarmangu Sumber : Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka, 2010 2.2.2.2 Struktur Patahan Berdasarkan peta geologi Kabupaten Banjarnegara dapat dijelaskan mengenai kondisi geologi sebagai berikut : 1. Pembagian Formasi Endapan Berdasarkan hasil survey nasional tentang geologi regional, Kabupaten Banjarnegara termasuk wilayah jalur fisiografi pegunungan Serayu Selatan. Adapun Stratigrafi Daerah terdiri dari batuan yang tertua yaitu batuan molion (metamorf) yang terdiri dari : Sekis Kristalin, Sabak, Serpil Hitam, Filit, Kwarsit dan batuan batu Gamping. 2. Formasi Batuan Formasi batuan di Kabupaten Banjarnegara adalah sebagai berikut: Batuan Grewake dan Lempung Hitam tersingkap di daerah Kalitengah sampai Merden Batuan Metasedimen tersingkap di daerah Kalitengah hingga daerah Kebutuhan Duwur Batuan Filit dan Sekis singkapannya banyak ditemukan di lereng selatan pegunungan Serayu Selatan. 2.2.2.3 Gerakan Tanah Kabupaten Banjarnegara merupakan salah satu wilayah di Provinsi Jawa Tengah yang rawan terhadap terjadinya gerakan tanah. Tingkat kerawanan tinggi gerakan tanah terjadi pada wilayah dengan kondisi topografi perbukitan dan pegunungan baik di wilayah bagian utara maupun wilayah bagian selatan Kabupaten Banjarnegara. Sedangkan wilayah bagian tengah Kabupaten Banjarnegara yang relatif lebih datar memiliki tingkat kerawanan rendah sampai sedang. II - 22

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BANJARNEGARA 4 II-11 SUMBER : RTRW Kabupaten Banjarnegara Tahun 2011-2031

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BANJARNEGARA 5 II-12 SUMBER : RTRW Kabupaten Banjarnegara Tahun 2011-2031

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BANJARNEGARA 6 II-13 SUMBER : RTRW Kabupaten Banjarnegara Tahun 2011-2031

2.2.3 Kondisi Hidrogeologi Sumberdaya air memiliki komponen berupa air tanah dan air permukaan. Sungai yang menjadi sumber air permukaan utama adalah Sungai Serayu, Pekacangan, Gintung, Merawu dan Sungai Tulis dengan anak-anak sungainya. Sifat sungai tersebut umumnya adalah prenial (mengalir sepanjang tahun) dan merupakan bagian DAS (Daerah Aliran Sungai) Serayu. Berikut jumlah mata air dan sungai di daerah resapan Kabupaten Banjarnegara: Tabel 2.6 Jumlah Mata Air dan Sungai di Daerah Resapan Kabupaten Banjarnegara No. Kecamatan Mata Air Nama Sungai 1. Rakit 42 Serayu, Pekacangan 2. Punggelan. 6 Pekacangan Kedawun, Pandanaran, Wujil, Cacaban, Gintung 3. Wanadadi 4 Serayu, Pekacangan 4. Banjarmangu 9 Serayu, Merawu, Kandangwangi, Lumajang, Pekacangan 5. Madukara 20 Serayu, Merawu, Langkrang, Bangbang 6. Pagentan 9 Merawu, Bojong, Jawar 7. Pejawaran 13 Bojong, Penaraban, Putih, Dalak 8. Batur - Anget, Panaraban, Putih, Dalak 9. Wanayasa - Panaraban, Gondang, Sibebek, Merawu, Sigembol 10. Karangkobar - Urang, Pandanarum, Jrampang, Ragajaya 11. Kalibening - Gintung, tarsana, Bangbang Duwur, Brukah Sumber : Laporan Rencana Identifikasi Lokasi DPP-KTP2D Kab. Banjarnegara, 2007 Mata air di Kabupaten Banjarnegara umumnya terdapat di daerah bawah (selatan), mata air terbanyak di Kecamatan Rakit (42 mata air), sedangkan daerah perbukitan terdapat di Kecamatan Pejawaran, Pagentan dan sebagian Banjarmangu. Air tanah merupakan potensi yag sangat penting selain air permukaan. Air tanah merupakan air yang menempati rongga-rongga dalam antar butir dalam batuan. Air tanah sangat terkait dengan lingkungan geologis suatu wilayah, sehingga dikenal dengan kondisi hidrogeologi. Tabel 2.7 Karakteristik hidrogeologi Kabupaten Banjarnegara Litologi Utama Satuan Hidrogeologi Karakteristik Hidrogeologi ENDAPAN ALLUVIAL Endapan Aluvial Holosen (Lempung, debu, kerakal dan pasir. Tersusun oleh endapan Sungai Serayu, endapan aluvial tengah bagian utara basin Serayu. Cakupan wilayah : Pungelan dan Wanadadi Akuifer luas dengan trasmisibilitas sedang hingga agak tinggi, maka featik dan peizometrik dekat permukaan, ketebalan akuifer mencapai 150 meter, konduktivitas akuifer mencapai 150 meter, konduktivitas hidroulik mencapai 8 18 m/hari, debit sumur rerata 10-30 lt/detik, dan specific yield 3-28% II - 26

Litologi Utama Satuan Hidrogeologi Karakteristik Hidrogeologi KOMPLEKS VULKANIK KUARTER BATUAN DASAR PREKUARTER Endapan Teras Pleistosen (Batu pasir tufaan, tuff, konglomerat dan breksi tuffan, endapan akibat pelapukan cukup dalam). Cakupan Wilayah : Rakit, Wanadadi, Banjarmangu dan Madukara Lereng Bawah Vulkan Kuarter (Breksi vulkan kasar tak termampatkan, lahar dingin dan aliran debris, tuff pasiran dan aliran lava). Cakupan wilayah: Kalibening, Madukara, Pejawaran Lereng Tengah Vulkan Kuarter (lahar aglomemerat dominan, Breksi vluvio vulkan dan tuff kasar, pada zona rendah (900 1.200 m), aliran lava dan piroklastik dominan pada zona tinggi (1.200 1.500 m). Cakupan wilayah: Batur, Wanayasa dan Karangkobar. Lereng Atas Vulkan Kuarter (Aliran lava andesit porus, aliran breksi dan breksi piroklastik). Cakupan wilayah: Batur dan Pejawaran Batuan Vulkanik Prekuarter (Andesit Aglomerat, endapan lahar dan aliran lava (ava bantal), batu pasir tuffan halus, batunapal dan marl) Cakupan Wilayah: Kalibening Batuan Marine Pre-Kuarter (batupasir halus kasar, batusabak, batu lempung dan marl, konglomerat dan breksi andesit). Cakupan wilayah : Pagentan, Wanayasa, Karangkobar dan Punggelan Akuifer luas dengan trasmisibilitas sedang, distribusi pelapisan air tidak teratur, muka featik dan peizometrik dekat permukaan, ketebalan akuifer mencapai 80 m, konduktivitas hidroulik mencapai 5-15m/hr, debit sumur rerata 10-20lt/detik, dan specific yield 21% Akuifer luas dan produktif dengan transmisibilitas sedang hingga tinggi, muka freatik dan piezometrik dekat permukaan atau di atas permukaan (air tanah artetis), ketebalan akuifer mencapai 200 m, konduktivitas hidroulik mencapai 10-40 m/hari, debit sumur arttis (rerata) dan specific yield 23-28%. Akuifer luas dan produktif dengan transmisibilitas tinggi pada beberapa satuan yang lebih rendah, muka freatik permukaan, sebagian sebagai daerah tangkapan, ketebalan bantuan bantuan permeabel paling sedikit 300 m, permeabilitas 20-50lt/detik, dan specific yield 23-28%. Akifer melayang secara lokal dengan kedalaman dangkal, muka air tanah umumnya sangat dalam dan tidak teratur, daerah tangkapan dan transmisibilitas sangat tinggi, debit sumur < 10lt/detik, serta dan specific yield sangat kecil Akuifer lokal dan kecil dengan trasmisibilitas rendah pada,kedalaman dangkal di dalam batuan hasil rombakan dan termampatkan, permeabilitas < 5m/hari, pada beberapa tempat terdapat akuifer dangkal setempat dalam endapan abu kuarter, Debit sumur <5 lt/detik dan specific yield berkisar 21-27 % Akuifer bersifat lokal dan dangkal, transmisibilitas sangat rendah (hanya pada zona pelapukan intensif dan pada batuan berpasir dengan retakan-retakan) Batuan Marine Eosien dan Miosen (Batuanlempung marl dan marl dengan dasar tuff halus sedang dan lapisan tipis batulumpur serta konglomerat) Cakupan wilayah: Kalibening Akuifer tidak produktif (dangkal maupun kedalaman yang lebih luas). specific yield dan debit sumur sangat kecil Sumber : Hydrogeological Map of the Serayu River Basin, 1987 dalam Laporan Rencana Identifikasi Lokasi DPP-KTP2D Kab. Banjarnegara, 2008 II - 27

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BANJARNEGARA 7 II-16 SUMBER : RTRW Kabupaten Banjarnegara Tahun 2011-2031

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BANJARNEGARA 8 II-17 SUMBER : RTRW Kabupaten Banjarnegara Tahun 2011-2031

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BANJARNEGARA 9 II-18 SUMBER : RTRW Kabupaten Banjarnegara Tahun 2011-2031

No 33 Berdasarkan kondisi hidrogeologi tersebut, wilayah pada bagian Selatan yaitu Wanadadi, Punggelan, Rakit, Banjarmangu dan Madukara memiliki potensi air tanah dan akuifer potensial. Dengan karakteristik air tanah akuifer luas dengan transmisibilitas sedang hingga tinggi. Cekungan Air Tanah Nama Purwokerto - Purbalingga Tabel 2.8 Potensi Air Tanah Kabupaten Banjarnegara Tahun 2010 Luas (Km²) 1.318 Wilayah Administrasi (Kabupaten) Banyumas Purbalingga Banjarnegara 40 Karangkobar 316 Banjarnegara 42 Wonosobo 666 Wonosobo Banjarnegara Litologi Akuifer Utama Endapan sungai: pasir dan kerakal: Batuan gunung api G. Slamet tak teruraikan: Breksi gunung api, lava, lapilli dan tuf; Lava G. Slamet: lava andesit berongga: Endapan lahar G. Slamet: lahar mengandung bongkah batuan beku. Bartuan gunung api Jembangan: lava, breksi dan lahar. Batuan gunung api G.Sindoro-G.Sumbing: lava, breksi piroklastik dan lahar; Batuan gunung api Jembangan: rombakan gunung api, lava, breksi piroklastik dan lahar. Peringkat Penyelidikan Jumlah Air Tanah (juta m³/tahun) Bebas (Q1) Ter-tekan (Q2) Diketahui 503 10 Diketahui 153 4 Diketahui 210 8 Sumber : Kepmen ESDM No.716 K/40/MEM/2003 tentang Batas Horizontal Cekungan Air Tanah Di Pulau Jawa dan Pulau Madura, 2003 Mata air Kabupaten Banjarnegara dari segi hidrologi memiliki potensi cukup besar untuk dimanfaatkan sebagai kebutuhan rumah tangga, irigasi, industri dan lainnya yang bersumber dari Sungai Serayu, Pekacangan, Tulis, Merawu, Sapi dan sungai kecil lainnya. Banjarnegara memiliki beberapa telaga seperti Telaga Balaikambang, Telaga Sewiwi, dan Telaga Merdada. Waduk buatan yang dikembangkan sebagai pembangkit tenaga listrik, irigasi, perikanan dan objek wisata yaitu PLTA Panglima Besar Sudirman dan PLTA Tulis. 2.2.4 Kondisi Klimatologi Kondisi klimatologi Kabupaten Banjarnegara beriklim tropis, dengan bulan basah umumnya lebih banyak daripada bulan kering. Temperatur udara berkisar antara 20 26ºC, temperatur terdingin yaitu 3 18ºC dengan temperatur terdingin tercatat pada musim kemarau di Dataran Tinggi Dieng. Kelembaban udara berkisar antara 80% 85 % dengan curah hujan tertinggi rata-rata 3.000 mm/tahun. II - 31

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BANJARNEGARA 10 II-20 SUMBER : RTRW Kabupaten Banjarnegara Tahun 2011-2031

Jan. Feb. Mrt. Apr. Mei Jun. Jul. Agt. Sep. Okt. Nov. Des. Semakin tinggi tempat itu dari permukaan air laut, maka curah hujan dan frekuwensi hujannya semakin tinggi. Pada umumnya bulan basah terjadi antara bulan September Maret, sedangkan bulan kering berkisar antara April Agustus. Puncak musim hujan berada pada bulan Desember Januari. Kabupaten Banjarnegara bagian Utara merupakan wilayah yang memiliki curah hujan yang paling tinggi dibandingkan dengan wilayah tengah maupun selatan. Tabel 2.9 Banyaknya Hari Hujan Dan Curah Hujan di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2010 (mm hari) No Stasiun Lokasi Stasiun Pengamat 1 51B Susukan 2 36B Purworejo Klampok hari 26 22 23 22 19 10 19 10 24 26 21 17 mm 527 312 400 277 287 219 318 425 658 583 505 491 hari - - - - - - - - - - - - mm - - - - - - - - - - - - 3 57 Purworejo hari 27 17 18 16 20 8 14 8 17 20 20 20 Klampok mm 530 414 365 315 347 355 221 185 596 447 425 470 4 58 Mandiraja hari - - - - - - - - - - - - mm - - - - - - - - - - - - 5 58B Purwonegoro hari 23 22 19 16 20 3 14 3 20 23 14 22 mm 626 714 499 227 538 241 213 156 700 609 259 493 6 60D Bawang hari - - - - - - - - - - - - mm - - - - - - - - - - - - 7 62 Banjarnegara hari 26 20 21 20 21 9 19 9 22 25 20 22 mm 425 522 543 209 468 429 299 152 579 573 453 392 8 62C Sigaluh hari - - - - - - - - - - - - mm - - - - - - - - - - - - 9 62D Madukara hari 26 24 24 23 19 12 16 12 24 23 26 23 mm 538 700 880 489 695 287 295 173 624 501 578 648 10 62C Banjarmangu hari - - - - - - - - - - - - mm - - - - - - - - - - - - 11 60 Wanadadi hari 29 25 25 20 25 16 20 16 27 23 26 23 mm 471 469 703 291 568 285 154 257 173 395 695 524 12 58A Rakit hari - - - - - - - - - - - - mm - - - - - - - - - - - - 13 60C Punggelan hari 25 21 24 19 19 16 19 16 20 17 19 22 mm 677 704 649 411 539 296 434 194 530 501 653 529 14 64 Karangkobar hari - - - - - - - - - - - - mm - - - - - - - - - - - - 15 67 Pagentan hari 30 27 26 26 24 12 18 12 26 26 28 23 mm 510 878 507 645 562 327 350 169 652 540 570 501 16 65 Pejawaran hari - - - - - - - - - - - - mm - - - - - - - - - - - - 17 65 Batur hari 31 28 31 29 29 16 14 16 29 25 28 28 mm 509 461 550 364 470 179 161 199 366 481 445 545 18 63 Wanayasa hari - - - - - - - - - - - - mm - - - - - - - - - - - - 19 59 Kalibening hari - - - - - - - - - - - - mm - - - - - - - - - - - - Sumber : Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka, 2010 II - 33

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BANJARNEGARA 11 II-22 SUMBER : RTRW Kabupaten Banjarnegara Tahun 2011-2031

2.3 KEPENDUDUKAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA Dalam merencanakan suatu daerah tidak dapat terlepas dari masalah kependudukan yang ada di suatu wilayah. Kondisi kependudukan suatu wilayah yang perlu diperhatikan meliputi jumlah dan perkembangan penduduk; kepadatan penduduk; struktur perkembangan penduduk, serta mata pencaharian pendduduk. Adapun karakteristik kependudukan yang ada di Kabupaten Banjarnegara lebih lanjut akan dibahas berikut ini. 2.3.1 Jumlah dan Perkembangan Penduduk Jumlah Penduduk Kabupaten Banjarnegara dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, hal ini dapat dilihat dari jumlah penduduk sebesar 903.059 jiwa pada tahun 2006 menjadi sebesar 932.688 jiwa pada tahun 2010. Secara umum pertambahan penduduk di Kabupaten Banjarnegara tidak mengalami peningkatan yang pesat. Dalam 5 tahun terakhir rata-rata tingkat pertumbuhan penduduk Kabupaten Banjarnegara adalah sebesar 0,78%. Peningkatan jumlah penduduk juga terjadi pada tiap-tiap kecamatan yang ada di Kabupaten Banjarnegara. Diperinci tiap kecamatan, jumlah penduduk terbesar terdapat di Kecamatan Punggelan yaitu sebesar 70.278 jiwa pada tahun 2006 dan 72.468 jiwa pada tahun 2010. Sedangkan jumlah penduduk terkecil terdapat di Kecamatan Pandanarum yaitu sebesar 21.777 jiwa pada tahun 2006 dan 22.157 jiwa pada tahun 2010. Berdasarkan angka pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun di Kabupaten Banjarnegara dapat diketahui bahwa pertumbuhan penduduk terbesar adalah pada tahun 2008/2009 yaitu sebesar 0,88% dan pertumbuhan terkecil adalah pada tahun 2005/2006 yaitu 0,67%. Jika dirinci tiap kecamatan dalam 5 tahun terakhir, maka dapat diketahui bahwa rata-rata angka pertumbuhan penduduk tertinggi adalah berada di Kecamatan Sigaluh yaitu sebesar 1,63% dan pertumbuhan penduduk terendah adalah berada di Kecamatan Pagentan sebesar 0,25%. Untuk lebih lengkapnya jumlah dan pertumbuhan penduduk Kabupaten Banjarnegara dapat dilihat pada Tabel berikut. Tabel 2.10 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2006 2010 No. Kecamatan 2006 2007 2008 2009 2010 1. Susukan 60.211 61.021 61.522 61.944 62.603 2. Purworejo Klampok 46.646 47.026 47.465 47.937 48.317 3. Mandiraja 66.581 66.729 66.829 67.087 67.303 4. Purwonegoro 69.871 70.603 71.114 71.927 72.396 5. Bawang 53.003 53.426 53.613 53.957 54.279 6. Banjarnegara 60.175 60.267 60.505 60.637 60.946 7. Pagedongan 34.952 35.268 35.718 36.292 36.809 II - 35

No. Kecamatan 2006 2007 2008 2009 2010 8. Sigaluh 28.739 29.273 29.886 30.247 30.657 9. Madukara 40.799 41.024 41.449 41.819 42.077 10. Banjarmangu 39.988 40.380 40.597 41.011 41.261 11. Wanadadi 29.457 29.644 29.821 29.897 29.931 12. Rakit 49.176 49.654 50.224 50.770 51.387 13. Punggelan 70.278 70.878 71.507 72.029 72.468 14. Karangkobar 28.009 28.151 28.261 28.484 28.788 15. Pagentan 37.033 37.157 37.290 37.382 37.408 16. Pejawaran 41.366 41.829 42.167 42.641 43.080 17. Batur 37.855 38.119 38.487 38.861 39.094 18. Wanayasa 43.330 43.891 44.345 45.418 46.135 19. Kalibening 43.813 44.327 44.898 45.365 45.592 20. Pandanarum 21.777 21.846 21.932 21.956 22.157 Jumlah 903.059 910.513 917,630 925.661 932.688 Sumber : Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka, 2010 Tabel 2.11 Angka Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Banjarnegara Diperinci Tiap Kecamatan Tahun 2005/2006 2009/2010 (dalam persen) No. Kecamatan 2005/ 2006 2006/ 2007 2007/ 2008 2008/ 2009 2009/ 2010 Rata-rata Pertumbuhan 1, Susukan 0,75 1,35 0,82 0,69 1,06 0,98 2, Purworejo Klampok 0,85 0,81 0,93 0,99 0,79 0,88 3, Mandiraja 0,32 0,22 0,15 0,39 0,32 0,27 4, Purwonegoro 0,61 1,05 0,72 1,14 0,65 0,89 5, Bawang 0,16 0,80 0,35 0,64 0,60 0,60 6, Banjarnegara 0,29 0,15 0,39 0,22 0,51 0,32 7, Pagedongan 0,19 0,90 1,28 1,61 1,42 1,30 8, Sigaluh 1,35 1,86 2,09 1,21 1,36 1,63 9, Madukara 0,98 0,55 1,04 0,89 0,62 0,77 10, Banjarmangu 0,63 0,98 0,54 1,02 0,61 0,79 11, Wanadadi 0,64 0,63 0,60 0,25 0,11 0,40 12, Rakit 0,38 0,97 1,15 1,09 1,22 1,11 13, Punggelan 0,60 0,85 0,89 0,73 0,61 0,77 14, Karangkobar 0,88 0,51 0,39 0,79 1,07 0,69 15, Pagentan 0,81 0,33 0,36 0,25 0,07 0,25 16, Pejawaran 0,88 1,12 0,81 1,12 1,03 1,02 17, Batur 0,92 0,70 0,97 0,97 0,60 0,81 18, Wanayasa 0,97 1,29 1,03 2,42 1,58 1,58 19, Kalibening 1,32 1,17 1,29 1,04 0,50 1,00 20, Pandanarum 0,68 0,32 0,39 0,11 0,92 0,43 Jumlah 0,67 0,83 0,78 0,88 0,76 0,78 Sumber : Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka, 2010 II - 36

Pertumbuhan penduduk di Kabupaten Banjarnegara dapat dipengaruhi oleh kondisi tingkat kelahiran, kematian dan migrasi dari penduduknya. Pertumbuhan penduduk yang dipengaruhi oleh tingkat kelahiran dan kematian saja disebut pertumbuhan alami dan pertumbuhan penduduk yang dipengaruhi oleh tingkat kelahiran, kematian dan migrasi disebut pertumbuhan non alami. Secara umum jumlah kelahiran dan kematian di Kabupaten Banjarnegara pada tahun 2010 yaitu jumlah kelahiran sebesar 6.309 jiwa dan jumlah kematian sebesar 2.315 jiwa, sehingga dapat disimpulkan bahwa jumlah kelahiran di Kabupaten Banjarnegara jauh lebih besar jika dibandingkan dengan jumlah kematian. Apabila diperinci tiap kecamatan, pada tahun tersebut 2010 jumlah kelahiran tertinggi terdapat di Kecamatan Madukara yaitu sebesar 533 jiwa sedangkan untuk jumlah kelahiran terendah terdapat di Kecamatan Pagentan sebesar 51 jiwa. Pada tahun yang sama, jumlah kematian tertinggi di Kecamatan Madukara sebesar 380 jiwa, sedangkan jumlah kematian terendah di Kecamatan Pagentan sebesar 18 jiwa. Migrasi di Kabupaten Banjarnegara pada Tahun 2010, penduduk yang datang berjumlah 1.888 jiwa dan penduduk yang pindah berjumlah 2.139 jiwa. Diperinci tiap kecamatan, migrasi datang tertinggi terdapat di Kecamatan Madukara yaitu sebesar 408 jiwa dan terkecil di Kecamatan Pagentan yaitu sebesar 4 jiwa, sedangkan migrasi pindah yang terbesar di Kecamatan Madukara yaitu sebesar 404 jiwa dan terkecil di Kecamatan Wanayasa yaitu sebesar 5 jiwa, Untuk melihat kondisi kematian, kelahiran, migrasi datang, dan migrasi pergi secara lengkap dapat dilihat pada Tabel dibawah ini: Tabel 2.12 Banyaknya Kelahiran dan Kematian Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2010 No, Kecamatan Penduduk Jumlah Jumlah Tengah Tahun Kelahiran Kematian Datang Pergi 1 Susukan 2.278 473 161 19 6 2 Purworejo Klampok 48.149 415 170 195 272 3 Mandiraja 67.200 326 194 95 124 4 Purwonegoro 72.161 481 197 142 191 5 Bawang 54.137 338 169 165 192 6 Banjarnegara 60.671 345 127 169 112 7 Pagedongan 36.556 292 22 25 42 8 Sigaluh 30.440 289 72 104 104 9 Madukara 41.920 533 380 408 404 10 Banjarmangu 41.108 233 54 33 59 11 Wanadadi 29.867 203 45 79 173 12 Rakit 51.091 355 75 41 25 13 Punggelan 42.266 474 180 108 200 II - 37

No, Kecamatan Penduduk Tengah Tahun Jumlah Kelahiran Jumlah Kematian Datang Pergi 14 Karangkobar 28.615 166 53 140 80 15 Pagentan 37.388 51 18 4 17 16 Pejawaran 42.879 362 144 19 36 17 Batur 38.985 172 60 30 33 18 Wanayasa 45.702 447 53 44 5 19 Kalibening 45.491 195 81 29 42 20 Pandanarum 22.041 159 60 39 22 Jumlah 928.945 6.309 2.315 1.888 2.139 Sumber : Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka, 2010 2.3.2 Kepadatan Penduduk Jumlah rumah tangga tahun 2010 di Kabupaten Banjarnegara adalah 245.242 KK dengan rata-rata per KK adalah 4 jiwa, sedangka angka kepadatan penduduk sebesar 872 jiwa/km 2. jumlah rumah tangga terbesar adalah di Kecamatan Purwonegoro yaitu 21.314 keluarga, jumlah rumah tangga terkecil adalah di Kecamatan Pandanarum yaitu sebesar 6.411 keluarga. Kemudian jika dilihat berdasarkan jumlah kepadatan penduduknya maka, angka kepadatan penduduk tertinggi adalah di Kecamatan Banjarnegara yaitu sebesar 2.323 jiwa/km 2, dan angka kepadatan penduduk terendah adalah di Kecamatan Pandanarum yaitu sebesar 378 jiwa/km 2. Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah rumah tangga dan angka kepadatan penduduk di Kabupaten Banjarnegara dapat dilihat pada tabel di bawah ini: No Tabel 2.13 Banyaknya Desa/Kelurahan, Luas, Penduduk, Rumah Tangga dan Rata-rata Anggota Rumah Tangga Menurut Kecamatan di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2010 Kecamatan Jmlh Desa/ Kelurahan Luas (Km 2 ) Jmlh Penduduk (Jiwa) Jmlh Rmh Tangga (KK) Kepadatan (Jiwa/Km 2 ) Rata-rata (Jiwa/KK) 1 Susukan 15 52,66 62.603 15.875 1.189 4 2 Purworejo Klampok 8 21,87 48.317 11.570 2.209 4 3 Mandiraja 16 52,61 67.303 16.853 1.279 4 4 Purwonegoro 13 73,86, 72.396 21.314 980 3 5 Bawang 18 55,25 54.279 15.066 982 4 6 Banjarnegara 13 26,24 60.946 14.542 2.323 4 7 Pagedongan 9 80,51 36.809 8.889 457 4 8 Sigaluh 15 39,56 30.657 8.313 775 4 9 Madukara 20 48,20 42.077 10.310 873 4 10, Banjarmangu 17 46,36 41.261 12.251 890 3 11 Wanadadi 11 28,27 29.931 8.561 1.059 3 12 Rakit 11 32,45 51.361 14.766 1.583 3 13 Punggelan 17 102,84 72.468 18.272 705 4 II - 38

No Kecamatan Jmlh Desa/ Kelurahan Luas (Km 2 ) Jmlh Penduduk (Jiwa) Jmlh Rmh Tangga (KK) Kepadatan (Jiwa/Km 2 ) Rata-rata (Jiwa/KK) 14 Karangkobar 13 39,67 28.788 7.553 726 4 15 Pagentan 16 46,19 37.408 10.015 810 4 16 Pejawaran 17 52,25 43.080 10.726 824 4 17 Batur 8 47,17 39.094 9.729 829 4 18 Wanayasa 17 82,01 46.135 12.872 563 4 19 Kalibening 16 83,78 45.592 11.354 544 4 20 Pandanarum 8 58,56 22.157 6.411 378 3 Jumlah 278 1.069,71 932.688 245.242 872 4 Sumber : Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka, 2010 II - 39

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BANJARNEGARA 12 II-28 SUMBER : RTRW Kabupaten Banjarnegara Tahun 2011-2031

2.3.3 Struktur Penduduk Struktur penduduk di Kabupaten Banjarnegara ditinjau menurut umur, mata pencaharian dan tingkat pendidikan penduduk. 2.3.3.1 Struktur Penduduk Menurut Umur Struktur penduduk menurut umur dan jenis kelamin pada Kabupaten Banjarnegara dapat menggambarkan usia produktif, usia anak-anak dan usia tidak produktif. Usia anakanak meliputi usia di bawah 15 tahun sedangkan usia produktif antara 15 sampai dengan 59 tahun, sedangkan usia tidak produktif pada usia di atas 60 tahun, Dilihat dari kondisi tersebut maka Kabupaten Banjarnegara pada tahun 2010 memiliki struktur umur dominan pada usia produktif, disusul usia sekolah dan usia belum dan tidak produktif. Kondisi penduduk menurut struktur umur ini dapat dilihat pada Tabel dibawah ini : Tabel 2.14 Penduduk Menurut Kelompok umur dan Jenis Kelamin di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2010 No, Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah 1 0-4 40.602 38.662 79.264 2 5-9 46.583 46.767 93.350 3 10-14 48.876 43.811 92.687 4 15-19 42.511 38.250 80.761 5 20-24 34.427 33.979 68.406 6 25-29 32.522 35.530 68.052 7 30-34 32.231 37.330 59.561 8 35-39 36.529 39.030 75.559 9 40-44 34.818 35.345 70.163 10 45-49 28.754 29.198 57.952 11 50-54 25.634 23.830 49.464 12 55-59 17.929 16.769 34.698 13 60+ 44.994 47.777 92.771 Jumlah 466.410 466.278 932.688 Sumber : Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka, 2010 Tabel 2.15 Penduduk Menurut Kelompok Usia Dewasa/Anak-anak dan Jenis Kelamin Dirinci Menurut Kecamatan di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2010 No, Kecamatan Dewasa Anak-anak Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Jumlah 1. Susukan 22.081 22.717 9.094 8.711 62.603 2 Purworejo Klampok 17.333 17.236 7.139 6.609 48.317 3 Mandiraja 23.341 24.828 9.614 9.520 67.303 4 Purwonegoro 25.655 26.147 10.567 10.027 72.396 II - 41

No, Kecamatan Dewasa Anak-anak Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Jumlah 5 Bawang 19.235 19.604 7.922 7.518 54.279 6 Banjarnegara 21.407 22.207 8.817 8.515 60.946 7 Pagedongan 13.035 13.304 5.368 5.102 36.809 8 Sigaluh 11.075 10.857 4.562 4.163 30.657 9 Madukara 14.888 15.220 6.132 5.837 42.077 10 Banjarmangu 14.614 14.910 6.019 5.718 41.261 11 Wanadadi 10.636 10.780 4.381 4.134 29.931 12 Rakit 18.166 18.605 7.482 7.134 51.387 13 Punggelan 25.691 26.163 10.582 10.032 72.468 14 Karangkobar 10.247 10.352 4.220 3.969 28.788 15 Pagentan 13.338 13.428 5.493 5.149 37.408 16 Pejawaran 15.382 15.442 6.335 5.921 43.080 17 Batur 13.926 14.047 5.735 5.386 39.094 18 Wanayasa 16.440 16.570 6.771 6.354 46.135 19 Kalibening 15.938 16.689 6.565 6.400 45.592 20 Pandanarum 7.921 7.932 3.263 3.041 22.157 Jumlah 330.349 337.038 136.061 129.240 932.688 Sumber : Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka, 2010 2.3.3.2 Struktur Penduduk Menurut Mata Pencaharian Struktur penduduk menurut mata pencaharian dapat menggambarkan kondisi perekonomian penduduk dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Jenis mata pencaharian penduduk yang Utama Kabupaten Banjarnegara mempunyai banyak ragamnya, dari pertanian, industri, perdagangan, angkutan dan komunikasi, keuangan dan jasa-jasa. Dari jumlah penduduk yang ada di Kabupaten Banjarnegara, yaitu sebanyak 1,073,187, jiwa, sesuai data banyaknya penduduk berumur 10 tahun keatas menurut lapangan usaha tahun 2008 yang memiliki mata pencaharian hanya sebanyak 422,317 jiwa, Mata pencaharian utama sebagian besar penduduk di Kabupaten Banjarnegara adalah di sektor pertanian, yaitu sebanyak 206,032 jiwa, sedangkan paling rendah adalah di sektor Listrik, Gas dan Air Minum, yaitu sebanyak 116 jiwa. Untuk jelasnya mengenai jumlah penduduk menurut mata pencaharian dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 2.16 Penduduk Usia 10 tahun Keatas yang Bekerja Menurut Lapangan Kerja Utama di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2010 No, Lapangan Usaha Utama Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah 1. Pertanian 129,889 76,143 206,032 2. Pertambangan dan Penggalian 3,276 917 4,193 3. Industri 12,581 26,797 39,378 4. Listrik, Gas dan Air Minum 116-116 5. Bangunan 28,829-28,829 II - 42

No, Lapangan Usaha Utama Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah 6. Perdagangan 31,879 38,571 70,450 7. Angkutan 12,408 45 12,453 8. Bank Lemb, Keuangan Lainnya 2,852 1,487 4,339 9. Jasa-jasa 34,993 21,534 56,527 Jumlah 256,823 165,494 422,317 Sumber : Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka, 2010 2.3.3.3 Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Jumlah penduduk berdasarkan jenjang pendidikan yang ditamatkan, khususnya mereka yang telah berumur 6 tahun ke atas, sebagian besar hanya tamat Sekolah Dasar (SD), Tingkat partisipasi kasar SD sebesar 103,95% sedangkan tingkat partisipasi murni SD adalah 98,05%, Angka partisipasi kasar Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebesar 95,81%, sedangkan angka partisipasi murni sebesar 88,29%, Pada angka partisipasi Kasar SMA di Kabupaten Banjarnegara sebesar 51,06% dan angka partisipasi murni sebesar 45,91%. Tabel 2.17 Angka Partisipasi Kasar Dirinci Menurut Kecamatan dan Tingkat Sekolah di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2010 No, Kecamatan Angka Partisipasi Kasar (%) SD SMP SMA 1 Susukan 102,90 82,33-2 Purworejo Klampok 176,87 153,68 234,71 3 Mandiraja 96,29 92,79 3,71 4 Purwonegoro 97,07 73,93 20,18 5 Bawang 93,30 97,48 144,03 6 Banjarnegara 94,90 153,43 373,08 7 Pagedongan 90,16 65,40 7,88 8 Sigaluh 103,17 72,68 64,27 9 Madukara 112,93 148,81 5,27 10 Banjarmangu 187,44 83,58 13,38 11 Wanadadi 89,04 144,44 64,97 12 Rakit 98,91 98,92 8,43 13 Punggelan 99,89 82,30 26,48 14 Karangkobar 104,62 119,23 71,67 15 Pagentan 91,18 80,53 5,10 16 Pejawaran 104,48 84,00 3,34 17 Batur 113,35 70,59 13,66 18 Wanayasa 99,77 82,95 11,40 19 Kalibening 114,73 81,58 32,05 20 Pandanarum 71,82 80,29 7,12 Jumlah 103,95 95,81 51,06 Sumber : Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka, 2010 II - 43

Tabel 2.18 Angka Partisipasi Murni Dirinci Menurut Kecamatan dan Tingkat Sekolah di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2010 No, Kecamatan Angka Partisipasi Murni (%) SD SLTP SLTA 1. Susukan 99,02 79,74-2. Purworejo Klampok 169,11 146,28 220,59 3. Mandiraja 91,86 86,92 1,84 4. Purwonegoro 94,14 70,38 16,85 5. Bawang 87,74 93,26 137,93 6. Banjarnegara 91,80 144,59 361,55 7. Pagedongan 81,98 53,57 7,03 8. Sigaluh 98,30 65,24 56,87 9. Madukara 105,42 136,54 3,81 10. Banjarmangu 175,13 74,31 5,11 11. Wanadadi 85,25 136,70 59,42 12. Rakit 89,74 91,44 4,09 13. Punggelan 93,37 75,06 21,00 14. Karangkobar 96,76 108,26 59,46 15. Pagentan 84,47 63,63 2,35 16. Pejawaran 97,20 70,34 1,80 17. Batur 105,01 61,90 9,31 18. Wanayasa 93,88 73,03 6,53 19. Kalibening 107,42 73,69 17,18 20. Pandanarum 69,01 72,57 4,44 Jumlah 98,05 88,29 45,91 Sumber : Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka, 2010 2.3.3.4 Penduduk Miskin Jumlah penduduk miskin Kabupaten Banjarnegara pada tahun 2010 adalah 85.279 Kepala Keluarga (KK) dengan jumlah 268.420 jiwa atau 28,78% dari jumlah penduduk sebesar 932.688 jiwa. No. Tabel 2.19 Jumlah Kepala keluarga (KK) dan Jiwa Miskin Kabupaten Banjarnegara Tahun 2008 2010 Kecamatan 2008 2009 2010 KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa 1 Susukan 4.945 13.693 4.495 15.583 3.810 16.543 2 Purworejo Klampok 4.793 10.895 4.357 11.903 4.253 12.415 3 Mandiraja 8.258 17.216 7.507 19.232 6.586 20.256 4 Purwonegoro 7.615 19.166 6.914 20.804 6.403 21.636 5 Bawang 5.456 13.323 4.960 15.591 4.389 16.743 II - 44

No. Kecamatan 2008 2009 2010 KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa 6 Banjarnegara 5.166 16.041 4.696 17.679 4.158 18.511 7 Sigaluh 4.723 5.516 4.294 7.248 2.297 8.208 8 Madukara 2.684 8.254 2.440 10.774 3.069 12.054 9 Banjarmangu 4.203 9.202 3.821 11.344 4.113 12.432 10 Wanadadi 4.807 6.831 4.370 8.217 4.028 8.921 11 Rakit 4.651 12.537 4.228 13.923 5.075 14.627 12 Punggelan 6.095 19.696 5.541 21.838 9.378 22.926 13 Karang kobar 4.351 5.117 3.754 6.755 3.594 7.587 14 Pagentan 4.281 6.938 3.892 8.954 3.815 9.978 15 Pejawaran 4.701 10.779 4.274 12.921 3.760 14.009 16 Batur 5.188 8.294 4.716 9.302 2.565 9.814 17 Wanayasa 3.494 8.925 3.176 11.067 3.558 12.155 18 Kalibening 4.071 9.268 4.274 11.284 4.434 12.308 219 Pandanarum 5.414 4.391 4.922 5.399 2.113 5.911 20 Pagedongan 2.860 9.676 2.600 10.810 3.881 11.386 Jumlah 97.756 215.758 89.231 250.628 85.279 268.420 Sumber : BPS Kab. Banjarnegara, 2008-2010 2.4 PENDIDIKAN Fasilitas pendidikan di Kabupaten Banjarnegara meliputi TK, SD, SMP, SMA dan politeknik, serta fasilitas pendidikan agama mulai dari Madrasah Diniyyah (MD), Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), dan Madrasah Aliyah (MA), baik negeri maupun swasta. Kondisi fasilitas pendidikan di Kabupaten Banjarnegara dapat didiskripsikan sebagai berikut: a. Fasiilitas Pendidikan Umum Fasilitas pendidikan playgroup di Kabupaten Banjarnegara pada tahun 2010 sebanyak 352 unit, yang tersebar di seluruh wilayah kabupaten, Persebaran playgroup terbesar berada di Kecamatan Bawang sebanyak 28 unit, kemudian Kecamatan Banjarnegara 25 unit. Sedangkan fasilitas playgroup paling sedikit di kecamatan Pandanarum sebanyak 7 unit. Fasilitas pendidikan Taman Kanak-kanak di Kabupaten Banjarnegara pada tahun 2010 adalah 278 unit dengan penyebaran terbesar pada Kecamatan Rakit (33 TK) dan jumlah terkecil di Kecamatan Pagentan yang hanya memiliki 4 Taman Kanakkanak. Fasilitas SD baik negeri maupun swasta berjumlah 654 unit, dengan penyebaran terbesar pada Kecamatan Susukan (50 unit) dan terkecil pada Kecamatan Pandanarum (20 SD). II - 45

Fasilitas SMP berjumlah 107 unit pada Tahun 2010, dengan penyebaran terbesar pada Kecamatan Banjarnegara (9 unit) dan terkecil pada Kecamatan Sigaluh, Rakit dan Pandanarum (3 unit). Fasilitas SMA di Kabupaten Banjarnegara berjumlah 13 unit pada Tahun 2010 yang terdapat di Kecamatan Banjarnegara (3 unit), Kecamatan Purworejo Klampok (2 unit), Kecamatan Mandiraja, Purwonegoro, Bawang, Sigaluh, Wanadadi, Karangkobar, Batur dan Kalibening masing-masing 1 unit. Fasilitas SMK tersedia di Kabupaten Banjarnegara sebanyak 17 unit, yang tersebar di Kecamatan Banjarnegara sebanyak 6 unit; Purworejo Klampok (3 unit); Kecamatan Bawang (2 unit); Kecamatan Sigaluh, Banjarmangu, Wanadadi, Punggelan, Karangkobar dan Wanayasa masing-masing 1 unit, Politeknik Banjarnegara terdapat di Kecamatan Madukara. STIE Taman Siswa dan STIMIK Tunas Bangsa terdapat di Kecamatan Banjarnegara. Fasilitas pendidikan formal umum Kabupaten Banjarnegara pada Tabel di bawah: Tabel 2.20 Banyaknya Sarana Pendidikan Umum dirinci Menurut Kecamatan Di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2010 No Kecamatan Playgroup TK SD SMP SMA SMK Polteknik/ STIE 1 Susukan 16 21 50 6 - - - 2 Purworejo Klampok 18 19 34 5 2 3-3 Mandiraja 17 18 47 7 1 - - 4 Purwonegoro 20 25 49 7 1 - - 5 B a w a n g 28 13 36 6 1 2-6 Banjarnegara 25 17 39 9 3 6 2 7 Pagedongan 19 9 22 4 - - - 8 S i g a l u h 24 12 23 3 1 1-9 Madukara 18 18 30 6 - - 1 10 Banjarmangu 18 18 29 4-1 - 11 Wanadadi 9 10 25 5 1 1-12 R a k i t 23 33 34 3 - - - 13 Punggelan 21 19 43 7-1 - 14 Karangkobar 9 7 27 5 1 1-15 Pagentan 23 4 29 6 - - - 16 Pejawaran 21 5 29 6 - - - 17 B a t u r 12 4 24 3 1 - - 18 Wanayasa 16 13 31 5-1 - 19 Kalibening 8 6 33 6 1 - - 20 Pandanarum 7 7 20 4 - - - J u m l a h 352 278 654 107 13 17 3 Sumber : Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka, 2010 II - 46

b. Fasilitas Pendidikan Agama Fasilitas MI pada tahun 2010 baik negeri maupun swasta berjumlah 198, yang tersebar di semua kecamatan di Kabupaten Banjarnegara dengan persebaran terbesar di Kecamatan Punggelan sebanyak 26 unit, sedangkan pesebaran terkecil berada di Kecamatan Pagentan dan Pandanarum dengan 3 unit. Fasilitas MTs baik negeri maupun swasta berjumlah 37 unit, dengan penyebaran terbesar pada Kecamatan Banjarnegara dan Rakit (masing-masing 4 unit). Fasilitas Madrasah Aliyah baik swasta maupun negeri di Kabupaten Banjarnegara adalah 14 unit yang terdapat di Kecamatan Banjarnegara, Kecamatan Pagedongan dan Bawang (2 unit); Kecamatan Purworejo Klampok, Sigaluh, Madukara, Wanadadi, Rakit, Karangkobar, Wanayasa dan Kalibening (masing-masing 1 unit), Selain ke-empat kelompok fasilitas pendidikan keagamaan yang ada di Kabupaten Banjarnegara juga terdapat fasilitas pendidikan informal berupa pondok pesantren yang tercatat pada tahun 2010 adalah 129 Ponpes. Selengkapnya mengenai keberadaan fasilitas pendidikan pada Kabupaten Banjarnegara seperti pada Tabel di bawah ini. Tabel 2.21 Banyaknya Sarana Pendidikan Formal Agama dirinci Menurut Kecamatan di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2010 Fas Pend, Informal MI MTs MA Pesantren No Kecamatan Fas Pend. Formal Agama 1 Susukan 5 - - 3 2 Purworejo Klampok 9 1 1 3 3 Mandiraja 13 3-11 4 Purwonegoro 8 2-5 5 B a w a n g 16 2 2 8 6 Banjarnegara 4 3 2 12 7 Pagedongan 17 4 2 4 8 S i g a l u h 6 2 1 3 9 Madukara 6 2 1 10 10 Banjarmangu 12 1-6 11 Wanadadi 9 1 1 4 12 R a k i t 19 4 1 10 13 Punggelan 26 3-15 14 Karangkobar 5 1 1 3 15 Pagentan 3 - - 1 16 Pejawaran 10 2-9 17 B a t u r 4 1-6 18 Wanayasa 16 3 1 10 19 Kalibening 7 2 1 6 20 Pandanarum 3 - - - J u m l a h 198 37 14 129 Sumber : Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka, 2010 II - 47

2.5 KESEHATAN Fasilitas kesehatan pada wilayah ini mencakup jumlah Rumah Sakit Umum (RSU), rumah sakit bersalin, rumah bersalin, puskesmas, puskesmas pembantu, praktek dokter, apotik dan toko obat, Kecamatan Banjarnegara merupakan kecamatan terlengkap dalam penyediaan fasuilitas ini, Keberadaan fasilitas kesehatan pada wilayah Kabupaten Banjarnegara dapat didiskripsikan sebagai berikut: Rumah sakit terdapat 4 unit, yaitu di Kecamatan Banjarnegara, Bawang, Purwonegoro, dan Purworejo Klampok masing-masing 1 unit, Balai Pengobatan terdapat 33 unit yang tersebar di 13 Kecamatan, antara lain: Banjarnegara sebanyak 7 unit; Madukara 5 unit; Purwonegoro dan Purworejo Klampok masing-masing 4 unit; Bawang 3 unit; Sigaluh dan Wanadadi masingmasing 2 unit; serta Pagedongan, Banjarmangu, Rakit, Wanayasa, Kalibening dan Pandanarum (masing-masing 1 unit), Rumah sakit bersalin terdapat 1 buah, yaitu di Kecamatan Banjarnegara, Puskesmas tersebar merata di setiap kecamatan di Kabupaten Banjarnegara, ratarata setiap Kecamatan memiliki 2 Puskesmas, kecuali Kecamatan Pagedongan, Karangkobar, Pejawaran, Kalibening dan Pandanarum masing-masing hanya memiliki 1 puskesmas, Puskesmas Pembantu tersebar merata di setiap kecamatan di Kabupaten Banjarnegara, Kecamatan memiliki 4 Puskesmas Pembantu yaitu Kecamatan Mandiraja; Kecamatan Purwonegoro, Bawang, Sigaluh, Punggelan, Pejawaran dan Wanayasa (masing-masing 3 unit); sedangkan yang memiliki jumlah Puskesmas Pembantu terkecil yaitu di Kecamatan Purworejo Klampok, Banjarmangu, Rakit, Batur, Kalibening dan Pandanarum (masing-masing 1 unit), Puskesmas Keliling tersebar di seluruh Kecamatan di Kabupaten Banjarnegara, Rata-rata setiap Kecamatan memiliki 2 Puskesmas Keliling, kecuali Kecamatan Pagedongan, Karangkobar, Pejawaran, Kalibening dan Pandanarum (memiliki 1 unit Puskesmas Keliling), Toko Obat di Kabupaten Banjarnegara berjumlah 7 unit, yang tersebar di Kecamatan Banjarnegara (3 unit); Karangkobar (2 unit); dan Purworejo Klampok dan Wanadadi masing-masing 1 unit, Laboratorium hanya terdapat di Kecamatan Banjarnegara, sebanyak 1 unit, Apotik di Kabupaten Banjarnegara tidak terdapat di seluruh kecamatan, namun hanya terdapat di kecamatan tertentu, Jumlah apotek terbanyak terdapat di Kecamatan Banjarnegara sebanyak 11 unit. Untuk lebih jelasnya mengenai penyebaran fasilitas kesehatan pada wilayah ini dapat dilihat pada Tabel di bawah ini. II - 48

Tabel 2.22 Banyaknya Sarana Kesehatan Dirinci Menurut Kecamatan di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2010 No Kecamatan RS BP RSB Puskesmas Puskes Pmbntu Puskes Ling Tk, Obat Lab. Apotik 1 Susukan - - - 2 2 2 - - 1 2 Purworejo Klampok 1 4-2 1 2 1-5 3 Mandiraja - - - 2 4 2 - - 4 4 Purwonegoro 1 4-2 3 2 - - 3 5 B a w a n g 1 3-2 3 2 - - 3 6 Banjarnegara 1 7 1 2 2 2 3 1 11 7 Pagedongan - 1-1 2 1 - - - 8 S i g a l u h - 2-2 3 2 - - 1 9 Madukara - 5-2 2 2 - - 1 10 Banjarmangu - 1-2 1 2 - - 1 11 Wanadadi - 2-2 2 2 1-2 12 R a k i t - 1-2 1 2 - - 1 13 Punggelan - - - 2 3 2 - - 1 14 Karangkobar - - - 1 2 1 2-1 15 Pagentan - - - 2 2 2 - - - 16 Pejawaran - - - 1 3 1 - - - 17 B a t u r - - - 2 1 2 - - 1 18 Wanayasa - 1-2 3 2 - - - 19 Kalibening - 1-1 1 1 - - 1 20 Pandanarum - 1-1 1 1 - - - J u m l a h 4 33 1 35 42 35 7 1 37 Sumber : Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka, 2010 2.6 SOSIAL MASYARAKAT 2.6.1 Fasilitas Peribadatan Fasilitas peribadatan yang tersedia di wilayah Kabupaten Banjarnegara meliputi masjid, mushola/ langgar, gereja, pura dan wihara, Fasilitas peribadatan berupa Masjid dan Mushola/ langgar tersebar merata di seluruh kecamatan se Banjarnegara, namun fasilitas peribadatan lain, hanya terdapat pada kecamatan tertentu, Masjid sebagai tempat ibadah kaum Muslim tersedia sebanyak 1.512 unit. Penyebaran terbanyak terdapat pada Kecamatan Punggelan sebanyak 127 unit, disusul kemudian pada Kecamatan Wanayasa, Sementara jumlah terendah terdapat pada Kecamatan Batur yaitu sebanyak 35 unit. Fasilitas mushola/langgar yang mempunyai jangkauan pelayanan lebih kecil daripada masjid tersedia sebanyak 3.554 unit. Penyebaran terbesar terdapat pada wilayah Kecamatan Rakit, yaitu sebanyak 372, Sementara jumlah terendah pada Kecamatan Pandanarum sebanyak 30 unit. II - 49

Fasilitas gereja sebagai tempat ibadah pemeluk Katholik tersedia sebanyak 8 unit yang tersebar di Kecamatan Purworejo Klampok, Purwonegoro, Banjarnegara (masingmasing 2 unit), Kecamatan Madukara dan Kecamatan Mandiraja sebanyak 1 unit. Fasilitas gereja Protestan sebagai tempat ibadah pemeluk Protestan tersedia sebanyak 18 unit yang tersebar di Kecamatan Purwonegoro sebanyak 7 unit, Banjarnegara sebanyak 5 unit, Purworejo Klampok sebanyak 3 unit, sedangkan Kecamatan Susukan, Mandiraja dan Madukara masing-masing sebanyak 1 unit. Vihara (tempat ibadah pemeluk Budha) terdapat 10 unit yang tersebar di Kecamatan Pagentan sebanyak 3 unit, Kecamatan Mandiraja dan Purwonegoro sebanyak 2 unit, Kecamatan Susukan, Banjarnegara dan Madukara sebanyak 1 unit. Selengkapnya mengenai keberadaan fasilitas peribadatan pada Kabupaten Banjarnegara seperti pada Tabel berikut. Tabel 2.23 Banyaknya Sarana Tempat Ibadah Dirinci Menurut Jenis dan Kecamatan di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2010 Langgar/ Gereja Gereja Vihara/ No Kecamatan Masjid Mushola Khatolik Protestan Pura 1 Susukan 56 237 1 1 1 2 Purworejo Klampok 44 155 2 3 3 Mandiraja 57 419 1 1 2 4 Purwonegoro 104 312 2 7 2 5 B a w a n g 91 271 - - - 6 Banjarnegara 105 198 2 5 1 7 Pagedongan 86 181 - - - 8 S i g a l u h 63 74 - - - 9 Madukara 77 154-1 1 10 Banjarmangu 97 163 - - - 11 Wanadadi 59 124 - - - 12 R a k i t 67 372 - - - 13 Punggelan 127 259 - - - 14 Karangkobar 61 111 - - - 15 Pagentan 73 100 - - 3 16 Pejawaran 77 63 - - - 17 B a t u r 35 84 - - - 18 Wanayasa 72 143 - - - 19 Kalibening 95 104 - - - 20 Pandanarum 66 30 - - - J u m l a h 1.512 3.554 8 18 10 Sumber : Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka, 2010 II - 50

2.6.2 Fasilitas Pelayanan Umum Fasilitas pelayanan umum yaitu pelayanan perkantoran dari pemerintah pemerintah yang mendukung pada kegiatan pelayanan umum yang meliputi pelayanan pemerintahan dan pelayanan kewarganegaraan yang meliputi hak dan kewajiban sebagai warga negara, Pelayanan umum dari perkantoran milik pemerintah meliputi keamanan, birokrasi, dan pelayanan umum lainnya, dengan bangunan gedung berupa 1 buah kantor Pemerintah Daerah Kabupaten, 20 kantor Kecamatan, dan 278 kantor Kepala Desa/Kelurahan, Perkantoran lainnya meliputi kantor-kantor Dinas dilingkungan Kabupaten Banjarnegara, kantor-kantor Dinas dan Departemen, Kantor Polisi dan Hankam, Fasilitas pelayanan umum ini telah tersebar sesuai dengan skala pelayanannya, untuk skala pelayanan kabupaten hampir semua fasilitas ada di Kecamatan Banjarnegara sebagai Ibukota Kabupaten, sedangkan untuk fasilitas pelayanan umum dengan skala kecamatan ada di Ibu Kota Kecamatan masing-masing. 2.6.3 Kebudayaan Masyarakat Dalam perang Diponegoro. R,Tumenggung Dipoyudo IV berjasa kepada pemerintah mataram, sehingga di usulkan oleh Sri Susuhunan Pakubuwono VII untuk di tetapkan menjadi bupati banjar berdasarkan Resolutie Governeor General Buitenzorg tanggal 22 agustus 1831 nomor I, untuk mengisi jabatan Bupati Banjar yang telah dihapus setatusnya yang berkedudukan di Banjarmangu dan dikenal dengan Banjarwatulembu dan usul tersebut disetujui. Persoalan meluapnya Sungai Serayu menjadi kendala yang menyulitkan komunikasi dengan Kasunanan Surakarta, Kesulitan ini menjadi sangat dirasakan menjadi beban bagi bupati ketika beliau harus menghadiri Pasewakan Agung pada saat-saat tertentu di Kasultanan Surakarta, Untuk mengatasi masalah ini diputuskan untuk memindahkan ibukota kabupaten ke selatan Sungai Serayu. Daerah Banjar (sekarang Kota Banjarnegara) menjadi pilihan untuk ditetapkan sebagai ibukota yang baru, Kondisi daerah yang baru ini merupakan persawahan yang luas dengan beberapa lereng yang curam, Di daerah persawahan (Banjar) inilah didirikan ibukota kabupaten (Negara) yang baru sehingga nama daerah ini menjadi Banjarnegara (Banjar : Sawah, Negara : Kota). 2.7 KONDISI PEREKONOMIAN 2.7.1 Keuangan Daerah Kabupaten Banjarnegara merupakan daerah yang tumbuh relatif lebih lambat dibandingkan dengan kabupaten lain di wilayah Provinsi Jawa Tengah. Walaupun demikian, perkembangan ekonomi Kabupaten Banjarnegara selama lima tahun terakhirmenunjukkan kinerja yang relatif baik dan stabil. Kemampuan daerah tercermin II - 51

dari indikator pertumbuhan pendapatan asli daerah yang kontinyu yaitu pendapatan pajak dan retribusi. Berikut adalah realisasi pendapatan daerah Kabupaten Banjarnegara Tahun 2010. No. Tabel 2.24 Realisasi Pendapatan Daerah Otonom Kabupaten Banjarnegara Menurut Jenis Penerimaan Tahun Anggaran 2010 Jenis Penerimaan Realisasi (Rp.) I. BAGIAN PENDAPATAN ASLI DAERAH 1. Pajak Daerah 9.265.190.711 2. Retribusi Daerah 39.760.948.541 3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 3.348.725.471 4. Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 10.061.970.780 II. BAGIAN DANA PERIMBANGAN 1. Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak 47.313.951.641 2. Dana Alokasi Umum 506.783.177.000 3. Dana Alokasi Khusus 60.953.600.000 III. LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 1. Pendapatan Hibah 364.627.500 2. Dana bagi hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya 23.556.433.639 3. Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 54.621.064.800 4. Bantuan Keuangan dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya 56.442.683.000 5. Dana Penguatan Desentralisasi Fiskal dan Percepatan Pembangunan Daerah 37.190.274.038 JUMLAH 849.662.647.121 Sumber: DPPKAD Kab. Banjarnegara dalam Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka, 2010 Jenis No. Penerimaa n 1 Pajak Daerah Tabel 2.25 Target dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah Sendiri Kabupaten Banjarnegara Tahun Anggaran 2006 2010 (dalam Juta Rp.) 2006 2007 2008 2009 2010 Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi 5.702,38 6.538,71 6.211,80 6.810,61 6.418,98 7.314,77 7.063,50 8.161,47 9.265,19 2. Ret.Daerah 20.644,77 22.441,04 25.835,45 25.215,36 27.485,99 27.229,68 39.722,21 39.104,93 39.760,95 3. Bag.laba 1.271,41 1.257,57 1.361,84 1.355,84 1.706,12 1.747,45 3.363,89 3.619,84 3.348,72 BUMD 4. Lain2 7.095,96 13.648,92 7.649,20 11.49113 7.115,75 10.229,49 8.862,91 9.750,57 10.061,97 Pendapatan Jumlah 26.405,53 29.938,63 41.058,29 44.872,94 42.726,84 46.521,39 59.012,52 60.636,81-62.436,83 Sumber: Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka, 2010 2.7.2 Perekonomian Daerah Kabupaten Banjarnegara sebagai salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah merupakan daerah dengan pola perekonomian agraris, dimana sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian pada sektor pertanian. Kondisi ini dapat dilihat dari tingginya kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik regional Bruto (PDRB) Kabupaten Banjarnegara. Gambaran PDRB Kabupaten Banjarnegara dalam kurun waktu lima tahun antara Tahun 2006 2010 ditunjukkan dengan tabel-tabel di bawah ini: II - 52

Tabel 2.26 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Banjarnegara Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku LAPANGAN USAHA 2006 2007 2008 2009 2010 (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. PERTANIAN 1.627.355,56 1.907.995,27 2.186.637,66 2.374.741,12 2.564.623,97 a. Tanaman Bahan Makanan 1.413.284,51 1.664.099,18 1.914.913,84 2.076.431,87 2.235.828,75 b. Tanaman Perkebunan 78.452,45 84.386,99 93.167,37 104.747,64 112.289,26 c. Peternakan 71.687,23 87.320,89 102.954,55 113.190,19 122.591,81 d. Kehutanan 27.978,69 32.262,17 36.545,64 39.497,92 43.038,90 e. Perikanan 35.952,67 39.926,05 39.056,26 40.873,51 50.875,24 2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 21.901,19 25.095,06 27.882,11 30.290,14 33.383,09 a. Minyak dan Gas Bumi - - - - - b. Pertambangan Tanpa Migas - - - - - c. Penggalian 21.901,19 25.095,06 27.882,11 30.290,14 33.383,09 3. INDUSTRI 573.919,88 634.045,05 788.703,83 822.843,72 852.797,29 a. Industri Migas - - - - - b. Industri Non Migas 573.919,88 634.045,05 788.703,83 822.843,72 852.797,29 1. Mak. Min. & Tembakau 226.494,84 245.267,42 300.180,61 314.151,01 325.122,10 2. Tekstil, Brg Klt & Als Kaki 14.868,28 16.398,78 19.625,27 20.071,59 22.107,19 3. Brg. Kayu & Hsl Hut Lain 62.771,45 68.849,53 86.707,80 89.949,15 92.663,86 4. Kertas & Brg Cetakan 1.301,22 1.407,59 1.772,69 1.832,17 1.868,38 5. Pupuk, Kimia & Brg dr Karet 70,07 74,44 91,92 93,88 104,45 6. Semen & Brg lain Bkn logam 265.989,42 299.315,62 376.952,44 393.228,20 407.151,88 7. Logam Dasar Besi & Baja 2.423,34 2.730,23 3.371,35 3.515,90 3.777,41 8. Alat Angk. Mesin & Peralatan - - - - - 9. Barang lainnya 1,25 1,44 1,77 1,84 2,02 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 18.308,06 18.977,50 23.664,42 27.447,38 31.293,10 a. Listrik 14.432,37 15.287,51 18.875,16 21.576,91 25.201,35 b. Air Bersih 3.875,69 3.690,00 4.789,27 5.870,47 6091,76 5. BANGUNAN 289.686,47 327.027,92 362.854,90 395.925,90 451.675,39 6. PERDAGANGAN 548.703,15 617.727,59 749.109,41 814.603,67 909.029,80 a. Perdagangan Besar dan Eceran 524.400,91 590.644,47 715.337,56 777.766,30 865.933,19 b. Hotel 2.773,87 2.857,69 2.614,74 3.408,49 3.862,78 c. Restoran 21.528,37 24.225,43 31.157,11 33.428,88 39.233,83 7. ANGKUTAN 180.260,19 199.995,11 226.166,94 253.004,49 302.150,62 a. Pengangkutan 151.194,48 176.507,91 199.982,02 223.842,64 269.639,25 1. Angkutan Jalan Raya 158.901,92 176.209,26 199.633,31 223.430,45 269.176,17 2. Jasa Penunjang Angkutan 292,56 298,65 348,71 412,19 463,08 b. Komunikasi 21.065,71 23.487,20 26.184,93 29.161,85 32.511,37 1. Pos dan Telekomunikasi 19.042,54 21.185,89 23.168,88 25.799,38 28.762,69 2. Jasa Telekomunikasi 2.023,17 2.301,31 3.016,05 3.362,47 3.748,68 8. BANK & LEMBAGA KEU LAINNYA 244.641,28 277.469,33 310.890,67 349.820,39 424.682,20 a. Bank 34.359,47 42.967,27 49.258,08 61.466,75 66.848,70 b. Lembaga Keuangan Bukan Bank 9.916,05 11.526,39 13.489,37 15.111,83 17.270,26 c. Jasa Penunjang Keuangan - - - - - d. Sewa Bangunan 194.017,86 216.433,50 241.072,17 265.382,61 331.560,17 e. Jasa Perusahaan 6.347,91 6.542,16 7.071,04 7.859,20 9.003,07 9. JASA-JASA 652.798,86 698.012,12 850.665,04 955.204,73 1.131.836,26 a. Pemerintahan Umum 521.201,58 562.232,80 701.436,64 794.849,45 965.578,73 b. Swasta 131.597,28 135.779,32 149.228,40 160.355,28 166.257,53 1. Sosial Kemasyarakatan 73.152,83 72.431,58 81.735,81 89.938,30 92.790,89 2. Hiburan dan Rekreasi 3.552,38 3.518,20 2.725,58 3.020,47 3.173,30 3. Perorangan dan Rumah Tangga 54.892,06 59.829,54 64.767,01 67.396,51 70.293,34 PDRB 4.157.574,64 4.706.344,95 5.526.574,99 6.023.881,54 6.701.471,72 II - 53

LAPANGAN USAHA 2006 2007 2008 2009 2010 JUMLAH PENDUDUK PERTENGAHAN TAHUN (JIWA) 900.162 906.364 914.037 921.931 928.945 PDRB PERKAPITA (Rp) 4.618.694 5.192.555 6.046.336 6.533.983 7.214.067 Pendapatan Per Kapita (Rp) 3.981.675 4.476.387 5.212.412 5.632.802 6.219.087 Sumber: PDRB Kabupaten Banjarnegara, 2010 Tabel 2.27 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Banjarnegara Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 LAPANGAN USAHA 2006 2007 2008 2009 2010 (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. PERTANIAN 904.050,75 941.666,77 977.037,17 1.016.343,12 1.035.558,72 f. Tanaman Bahan Makanan 780.068,06 812.583,02 845.097,98 878.088,19 890.815,55 g. Tanaman Perkebunan 42.938,72 43.025,21 46.108,27 47.115,12 43.967,83 h. Peternakan 38.259,63 41.507,94 44.756,26 46.665,99 48.925,87 i. Kehutanan 19.876,63 21.299,78 22.722,62 23.760,84 24.172,00 j. Perikanan 21.878,31 23.337,31 21.435,09 21.719,84 24.530,19 2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 12.691,78 13.315,41 14.018,82 14.669,27 15.294,96 a. Minyak dan Gas Bumi - - - - - b. Pertambangan Tanpa Migas - - - - - c. Penggalian 12.691,78 13.315,41 14.018,82 14.669,27 15.294,96 3. INDUSTRI 338.493,74 353.362,70 366.594,77 374.312,85 379.955,75 a. Industri Migas - - - - - b. Industri Non Migas 338.493,74 353.362,70 366.594,77 374.321,85 379.955,75 1. Mak. Min. & Tembakau 122.413,13 125.284,13 128.655,08 130.384,32 131.862,88 2. Tekstil, Brg Klt & Als Kaki 10.528,15 10.843,94 11.171,79 10.959,62 11.392,02 3. Brg. Kayu & Hsl Hut Lain 39.823,42 42.099,34 43.953,59 45.168,68 45.899,94 4. Kertas & Brg Cetakan 819,17 860,06 894,77 913,42 921,69 5. Pupuk, Kimia & Brg dr Karet 45,99 47,37 48,80 49,23 49,67 6. Semen & Brg lain Bkn logam 163.842,56 173.169,42 180.770,86 185.796,26 188.735,72 7. Logam Dasar Besi & Baja 1.020,47 1.057,57 1.092,97 1.076,41 1.092,91 8. Alat Angk. Mesin & Peralatan - - - - - 9. Barang lainnya 0,86 0,88 0,90 0,91 0,92 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 10.956,50 11.289,21 11.635,50 12.715,20 13.798,94 a. Listrik 8.632,05 9.089,33 9.508,44 10.224,08 11.232,47 b. Air Bersih 2.324.45 2.199,88 2.127,07 2.491,12 2.557,47 5. BANGUNAN 158.632,72 172.080,22 137.592,07 185.754,77 192.240,54 6. PERDAGANGAN 306.521,12 318.037,76 333.486,16 349.819,18 366.334,84 a. Perdagangan Besar dan Eceran 293.851,94 305.446,71 320.578,72 336.422,88 351.359,91 b. Hotel 1.219,31 970,88 1.110,02 1.231,31 11.452,72 c. Restoran 11.449,87 11.452,72 11.936,56 12.286,28 13.743,62 7. ANGKUTAN 100.394,82 105.526,17 108.243,01 118.822,74 130.362,23 a. Pengangkutan 83.917,34 88.691,82 90.570,76 100.094,28 110.701,58 1. Angkutan Jalan Raya 83.767,43 88.544,65 90.450,50 99.906,41 110.499,67 2. Jasa Penunjang Angkutan 149,91 147,17 165,26 187,87 201,91 b. Komunikasi 16.477,48 16.834,34 17.672,25 18.728,46 19.660,65 1. Pos dan Telekomunikasi 14.932,37 15.184,89 15.636,71 16.591,61 17.417,44 2. Jasa Telekomunikasi 1.545,12 1.649,45 2.035,54 2.136,85 2.243,21 8. BANK & LEMBAGA KEU LAINNYA 130.521,42 142.897,38 151.569,48 162.948,45 176.509,23 a. Bank 20.574,61 24.609,28 26.119,87 32.593,70 33.045,98 b. Lembaga Keuangan Bukan Bank 5.830,24 6.482,25 6.428,17 7.197,62 7.710,48 c. Jasa Penunjang Keuangan - - - - - d. Sewa Bangunan 100.514,62 108.319,84 115.629,71 119.530,61 131.199,09 II - 54

LAPANGAN USAHA 2006 2007 2008 2009 2010 e. Jasa Perusahaan 3.601,95 3.486,01 3.391,73 3.626,51 3.653,68 9. JASA-JASA 414.431,74 437.610,20 483.812,64 518.541,13 578.477,91 a. Pemerintahan Umum 337.254,65 360.154,17 404.474,59 439.159,09 497.958,93 b. Swasta 77.177,69 77.456,03 79.338,05 79.382,04 80.518,98 1. Sosial Kemasyarakatan 39.558,14 38.821,05 40.283,36 40.930,61 40.993,24 2. Hiburan dan Rekreasi 2.642,03 2.563,72 1.889,69 2.075,40 2.128,13 3. Perorangan dan Rumah Tangga 34.977,53 36.071,26 37.164,99 36.376,03 37.397,60 PDRB 2.376.694,59 2.495.785,82 2.619.989,61 2.753.935,73 2.888.524,12 JUMLAH PENDUDUK PERTENGAHAN TAHUN (JIWA) 900.162 906.364 914.037 921.931 928.945 PDRB PERKAPITA (Rp) 2.640.297 2.753.624 2.866.393 2.987.139 3.109.467 Pendapatan Per Kapita (Rp) 2.276.141 2.373.838 2.471.054 2.575.146 2.680.603 Sumber: PDRB Kabupaten Banjarnegara, 2010 Perkembangan perekonomian Kabupaten Banjarnegara dalam kurun waktu lima tahun sampai dengan Tahun 2010 menunjukkan perbaikan dari waktuke waktu, dimana pertumbuhan selama kurun waktu tersebut secara umum masih berada pada sisi positif. Laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Banjarnegara sebagai berikut: Tabel 2.28 Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Banjarnegara Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2006-2010 (persen) LAPANGAN USAHA 2006 2007 2008 2009 2010 (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. PERTANIAN 12,80 17,25 14,60 8,60 8,00 k. Tanaman Bahan Makanan 12,98 17,75 15,07 8,43 7,68 l. Tanaman Perkebunan 6,13 7,56 10,40 12,43 7,20 m. Peternakan 16,40 21,81 17,90 9,94 8,31 n. Kehutanan 9,76 15,31 13,28 8,08 8,96 o. Perikanan 17,15 11,05 (2,18) 4,65 24,47 2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 10,41 14,58 11,11 8,64 10,21 a. Minyak dan Gas Bumi - - - - - b. Pertambangan Tanpa Migas - - - - - c. Penggalian 10,41 14,58 11,11 8,64 10,21 3. INDUSTRI 6,25 10,48 24,39 4,33 3,64 a. Industri Migas - - - - - b. Industri Non Migas 6,25 10,48 24,39 4,33 3,64 1. Mak. Min. & Tembakau 9,88 8,29 22,39 4,65 3,49 2. Tekstil, Brg Klt & Als Kaki 2,76 10,29 19,68 2,27 10,14 3. Brg. Kayu & Hsl Hut Lain 4,07 9,68 25,94 3,74 3,02 4. Kertas & Brg Cetakan 4,88 8,17 25,94 3,35 1,98 5. Pupuk, Kimia & Brg dr Karet 2,88 6,23 23,48 2,14 11,25 6. Semen & Brg lain Bkn logam 4,07 12,53 25,94 4,32 3,54 7. Logam Dasar Besi & Baja 3,43 12,66 23,48 4,29 7,44 8. Alat Angk. Mesin & Peralatan - - - - - 9. Barang lainnya 2,79 14,91 23,00 3,57 9,88 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 10,65 3,66 24,70 15,59 14,01 a. Listrik 6,23 5,93 23,47 14,31 16,80 b. Air Bersih 30,92 (4,79) 29,79 22,58 3,77 5. BANGUNAN 10,63 12,89 10,96 9,11 14,08 6. PERDAGANGAN 12,12 12,58 21,27 8,74 11,59 II - 55

LAPANGAN USAHA 2006 2007 2008 2009 2010 a. Perdagangan Besar dan Eceran 11,76 12,63 21,11 8,73 11,34 b. Hotel 23,38 3,02 (8,50) 30,36 13,33 c. Restoran 20,08 12,53 28,61 7,29 17,37 7. ANGKUTAN 9,10 10,95 13,09 11,87 19,43 a. Pengangkutan 9,09 10,88 13,30 11,93 20,46 1. Angkutan Jalan Raya 9,11 10,89 13,29 11,92 20,47 2. Jasa Penunjang Angkutan (1,05) 2,08 16,76 18,21 12,35 b. Komunikasi 9,14 11,49 11,49 11,37 11,49 1. Pos dan Telekomunikasi 9,70 11,26 9,36 11,35 11,49 2. Jasa Telekomunikasi 4,13 13,75 31,06 11,49 11,49 8. BANK & LEMBAGA KEU LAINNYA 17,89 13,42 12,05 12,52 21,40 a. Bank 9,40 25,05 14,64 24,79 8,76 b. Lembaga Keuangan Bukan Bank 22,44 16,24 17,03 12,03 14,28 c. Jasa Penunjang Keuangan - - - - - d. Sewa Bangunan 19,74 11,55 11,38 10,08 24,94 e. Jasa Perusahaan 6,07 3,06 8,08 11,15 14,55 9. JASA-JASA 13,19 6,93 21,87 12,29 18,49 a. Pemerintahan Umum 12,73 7,87 24,76 13,32 21,48 b. Swasta 15,04 3,18 9,91 7,46 3,68 1. Sosial Kemasyarakatan 15,92 (0,99) 12,85 10,04 3,17 2. Hiburan dan Rekreasi 6,46 (0,96) (22,53) 10,82 5,06 3. Perorangan dan Rumah Tangga 14,48 8,99 8,25 4,06 4,30 PDRB 11,76 13,20 17,43 9,00 11,25 Pendapatan Per Kapita (Rp) 10,97 12,42 16,44 8,07 10,41 Sumber: PDRB Kabupaten Banjarnegara, 2010 Tabel 2.29 Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Banjarnegara Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2006-2010 (persen) LAPANGAN USAHA 2006 2007 2008 2009 2010 (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. PERTANIAN 2,75 4,61 3,76 4,02 1,89 p. Tanaman Bahan Makanan 2,54 4.17 4,00 3,90 1,45 q. Tanaman Perkebunan 1,42 (2,34) 0,20 7,17 2,18 r. Peternakan 5,00 8,49 7,83 4,27 4,84 s. Kehutanan 7,51 7,16 6,68 4,57 1,73 t. Perikanan 5,23 6,67 (8,15) 1,33 12,94 2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 6,64 4,91 5,28 4,64 4,27 a. Minyak dan Gas Bumi - - - - - b. Pertambangan Tanpa Migas - - - - - c. Penggalian 6,64 4,91 5,28 4,64 4,27 3. INDUSTRI 2,61 4,39 3,74 2,11 1,51 a. Industri Migas - - - - - b. Industri Non Migas 2,61 4,39 3,74 2,11 1,51 1. Mak. Min. & Tembakau 0,97 2,35 2,69 1,34 1,13 2. Tekstil, Brg Klt & Als Kaki (1,21) 3,00 3,02 (1,90) 3,95 3. Brg. Kayu & Hsl Hut Lain 3,83 5,27 4,40 2,76 1,62 4. Kertas & Brg Cetakan 3,83 4,99 4,04 2,08 0,91 5. Pupuk, Kimia & Brg dr Karet 1,85 3,00 3,02 0,87 0,91 6. Semen & Brg lain Bkn logam 3,83 5,69 4,39 2,76 1,60 7. Logam Dasar Besi & Baja 1,85 3,64 3,35 (1,52) 1,53 8. Alat Angk. Mesin & Peralatan - - - - - 9. Barang lainnya 1,54 2,69 2,82 1,23 0,99 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 6,39 3,04 3,07 9,28 8,45 a. Listrik 1,34 5,30 4,61 7,53 9,86 II - 56

LAPANGAN USAHA 2006 2007 2008 2009 2010 b. Air Bersih 30,55 (5,36) (3,31) 17,12 2,66 5. BANGUNAN 7,89 8,48 0,88 7,01 3,49 6. PERDAGANGAN 2,82 3,76 4,86 4,90 4,72 a. Perdagangan Besar dan Eceran 2,60 3,95 4,95 4,94 4,44 b. Hotel 23,37 (6,64) (14,71) 14,33 10,93 c. Restoran 6,74 0,02 4,22 2,93 11,86 7. ANGKUTAN 8,68 5,11 2,57 9,77 9,71 a. Pengangkutan 8,61 5,69 2,12 10,52 10,60 1. Angkutan Jalan Raya 8,63 5,70 2,10 10,51 10,60 2. Jasa Penunjang Angkutan (1,25) (1,83) 12,29 13,68 7,47 b. Komunikasi 9,03 2,17 4,98 5,98 4,98 1. Pos dan Telekomunikasi 9,64 6,75 2,98 6,11 4,98 2. Jasa Telekomunikasi 3,44 9,48 23,41 4,98 4,98 8. BANK & LEMBAGA KEU LAINNYA 6,03 19,16 6,07 7,51 8,32 a. Bank 4,64 19,61 6,14 24,79 4,15 b. Lembaga Keuangan Bukan Bank 17,11 11,18 (0,83) 11,97 7,13 c. Jasa Penunjang Keuangan - - - - - d. Sewa Bangunan 5,91 7,77 6,75 3,37 9,76 e. Jasa Perusahaan 1,45 (3,22) (2,70) 6,92 0,75 9. JASA-JASA 7,63 5,59 10,56 7,18 11,56 a. Pemerintahan Umum 7,10 6,79 12,31 8,58 13,39 b. Swasta 10,00 0,36 2,43 0,06 1,43 1. Sosial Kemasyarakatan 11,00 (1,86) 3,77 1,61 0,15 2. Hiburan dan Rekreasi 2,36 (2,96) (26,29) 9,83 2,54 3. Perorangan dan Rumah Tangga 9,49 3,13 3,03 (2,12) 2,81 PDRB 4,35 5,01 4,98 5,11 4,89 JUMLAH PENDUDUK PERTENGAHAN TAHUN (JIWA) PDRB PERKAPITA (Rp) Pendapatan Per Kapita (Rp) 3,61 4,29 4,10 4,21 4,10 Sumber: PDRB Kabupaten Banjarnegara, 2010 Besarnya kontribusi sektor pertanian terlihat pada Tahun 2009 masih menyumbangkan 38,78 % dari keseluruhan PDRB Kabupaten Banjarnegara. Hal ini memberikan dasar yang kuat untuk menyatakan sebagai daerah dengan pola perekonomian agraris. Namun perkembangan pertumbuhan perekonomian tidak hanya terjadi pada sektor pertanian, kondisi ini juga didukung dengan perkembangan pertumbuhan dari sektor jasajasa serta sektor bank dan lembaga keuangan. Distribusi PDRB menurut lapangan usaha Kabupaten Banjarnegara: Tabel 2.30 Distribusi PDRB Kabupaten Banjarnegara Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2006-2010 (persen) LAPANGAN USAHA 2006 2007 2008 2009 2010 (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. PERTANIAN 39,14 40,54 39,57 39,42 38,27 a. Tanaman Bahan Makanan 33,99 35,36 34,65 34,47 33,36 b. Tanaman Perkebunan 1,89 1,79 1,69 1,74 1,68 c. Peternakan 1,72 1,86 1,86 1,88 1,83 d. Kehutanan 0,67 0,69 0,66 0,66 0,64 II - 57

LAPANGAN USAHA 2006 2007 2008 2009 2010 e. Perikanan 0,86 0,85 0,71 0,68 0,76 2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 0,53 0,53 0,50 0,50 0,50 a. Minyak dan Gas Bumi - - - - - b. Pertambangan Tanpa Migas - - - - - c. Penggalian 0,53 0,53 0,50 0,50 0,50 3. INDUSTRI 13,80 13,47 14,27 13,66 12,73 a. Industri Migas - - - - - b. Industri Non Migas 13,80 13,47 14,27 13,66 12,73 1. Mak. Min. & Tembakau 5,45 5,21 5,43 5,22 4,85 2. Tekstil, Brg Klt & Als Kaki 0,36 0,35 0,36 0,33 0,33 3. Brg. Kayu & Hsl Hut Lain 1,51 1,46 1,57 1,49 1,38 4. Kertas & Brg Cetakan 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 5. Pupuk, Kimia & Brg dr Karet 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 6. Semen & Brg lain Bkn logam 6,40 6,36 6,82 6,53 6,08 7. Logam Dasar Besi & Baja 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06 8. Alat Angk. Mesin & Peralatan - - - - - 9. Barang lainnya 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 0,44 0,40 0,43 0,46 0,47 a. Listrik 0,35 0,32 0,34 0,36 0,38 b. Air Bersih 0,09 0,08 0,09 0,10 0,09 5. BANGUNAN 6,97 6,95 6,57 6,57 6,74 6. PERDAGANGAN 13,20 13,13 13,55 13,52 13,56 a. Perdagangan Besar dan Eceran 12,61 12,55 12,94 12,91 12,92 b. Hotel 0,07 0,06 0,05 0,06 0,06 c. Restoran 0,52 0,51 0,56 0,55 0,59 7. ANGKUTAN 4,34 4,25 4,09 4,20 4,51 a. Pengangkutan 3,83 3,75 3,62 3,72 4,02 1. Angkutan Jalan Raya 3,82 3,74 3,61 3,71 4,02 2. Jasa Penunjang Angkutan 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 b. Komunikasi 0,51 0,50 0,47 0,48 0,49 1. Pos dan Telekomunikasi 0,46 0,45 0,42 0,43 0,43 2. Jasa Telekomunikasi 0,05 0,05 0,05 0,06 0,06 8. BANK & LEMBAGA KEU LAINNYA 5,88 5,90 5,63 5,81 6,34 a. Bank 0,83 0,91 0,89 1,02 1,00 b. Lembaga Keuangan Bukan Bank 0,24 0,24 0,24 0,25 0,26 c. Jasa Penunjang Keuangan - - - - - d. Sewa Bangunan 4,67 4,60 4,36 4,41 4,95 e. Jasa Perusahaan 0,15 0,14 0,13 0,13 0,13 9. JASA-JASA 15,70 14,83 15,39 15,86 16,89 a. Pemerintahan Umum 12,54 11,95 12,69 13,19 14,41 b. Swasta 3,17 2,89 2,70 2,66 2,48 1. Sosial Kemasyarakatan 1,76 1,54 1,48 1,49 1,38 2. Hiburan dan Rekreasi 0,09 0,07 0,05 0,05 0,05 3. Perorangan dan Rumah Tangga 1,32 1,27 1,17 1,12 1,05 PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber: PDRB Kabupaten Banjarnegara, 2010 II - 58

Tabel 2.31 Distribusi PDRB Kabupaten Banjarnegara Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2006-2010 (persen) LAPANGAN USAHA 2006 2007 2008 2009 2010 (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. PERTANIAN 38,04 37,73 37,29 36,91 35,85 f. Tanaman Bahan Makanan 32,82 32,56 32,26 31,88 30,84 g. Tanaman Perkebunan 1,85 1,72 1,64 1,67 1,63 h. Peternakan 1,61 1,66 1,71 1,69 1,69 i. Kehutanan 0,84 0,85 0,87 0,86 0,84 j. Perikanan 0,92 0,94 0,82 0,79 0,85 2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 0,53 0,53 0,54 0,53 0,53 a. Minyak dan Gas Bumi - - - - - b. Pertambangan Tanpa Migas - - - - - c. Penggalian 0,53 0,53 0,54 0,53 0,53 3. INDUSTRI 14,24 14,16 13,99 13,59 13,15 a. Industri Migas - - - - - b. Industri Non Migas 14,24 14,16 13,99 13,59 13,15 1. Mak. Min. & Tembakau 5,15 5,02 4,91 4,73 4,57 2. Tekstil, Brg Klt & Als Kaki 0,44 0,43 0,43 0,40 0,39 3. Brg. Kayu & Hsl Hut Lain 1,68 1,69 1,68 1,64 1,59 4. Kertas & Brg Cetakan 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 5. Pupuk, Kimia & Brg dr Karet 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 6. Semen & Brg lain Bkn logam 6,89 6,94 6,90 6,75 6,53 7. Logam Dasar Besi & Baja 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 8. Alat Angk. Mesin & Peralatan - - - - - 9. Barang lainnya 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 0,46 0,45 0,44 0,46 0,48 a. Listrik 0,36 0,36 0,36 0,37 0,39 b. Air Bersih 0,10 0,09 0,08 0,09 0,09 5. BANGUNAN 6,67 6,89 6,63 6,75 6,66 6. PERDAGANGAN 12,90 12,74 12,73 12,70 12,63 a. Perdagangan Besar dan Eceran 12,36 12,24 12,24 12,22 12,16 b. Hotel 0,05 0,05 0,04 0,04 0,04 c. Restoran 0,48 0,46 0,46 0,45 0,48 7. ANGKUTAN 4,22 4,23 4,13 4,31 4,51 a. Pengangkutan 3,53 3,55 3,46 3,63 3,83 1. Angkutan Jalan Raya 3,52 3,55 3,45 3,63 3,83 2. Jasa Penunjang Angkutan 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 b. Komunikasi 0,69 0,67 0,67 0,68 0,68 1. Pos dan Telekomunikasi 0,63 0,61 0,60 0,60 0,60 2. Jasa Telekomunikasi 0,07 0,07 0,08 0,08 0,08 8. BANK & LEMBAGA KEU LAINNYA 5,49 5,73 5,79 5,92 6,11 a. Bank 0,87 0,99 1,00 1,18 1,18 b. Lembaga Keuangan Bukan Bank 0,25 0,26 0,25 0,26 0,27 c. Jasa Penunjang Keuangan - - - - - d. Sewa Bangunan 4,23 4,34 4,41 4,34 4,54 e. Jasa Perusahaan 0,15 0,14 0,13 0,13 0,13 9. JASA-JASA 17,44 17,53 18,47 18,83 20,03 a. Pemerintahan Umum 14,19 14,43 15,44 15,95 17,24 b. Swasta 3,25 3,10 3,03 2,88 2,79 1. Sosial Kemasyarakatan 1,66 1,56 1,54 1,49 1,42 2. Hiburan dan Rekreasi 0,11 0,10 0,07 0,08 0,07 3. Perorangan dan Rumah Tangga 1,47 1,43 1,42 1,32 1,29 PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber: PDRB Kabupaten Banjarnegara, 2010 II - 59

Kondisi Sektor Pertanian Tanaman Pangan Pertanian tanaman pangan merupakan salah satu sektor dimana produk yang dihasilkan menjadi kebutuhan pokok hidup rakyat. Berdasarkan data BPS Kab. Banjarnegara tahun 2010, luas lahan Kabupaten Banjarnegara 14.568 Ha atau 13,62% termasuk lahan sawah, sehingga Kabupaten Banjarnegara juga memproduksi tanaman pangan seperti padi sawah, jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah, kacang hijau, dan kedelai. Kabupaten Banjarnegara memiliki lahan non pertanian lebih besar daripada lahan pertanian yaitu 86,38% atau 92.403 Ha. Luas panen padi Kabupaten Banjarnegara sebesar 27.311 Ha, terdiri dari 25.028 Ha sawah basah dan 2.283 Ha sawah kering (padi gogo). Jumlah produksi padi sawah di Kabupaten Banjarnegara tahun 2010 adalah 143.666,54 ton yang tersebar pada seluruh kecamatan kecuali Batur, Jumlah produksi terbesar terdapat di Kecamatan Mandiraja sebesar 16.683,97 ton dan jumlah produksi terkecil terdapat di Kecamatan Batur karena tidak memiliki lahan pertanian sawah, Sedangkan untuk padi gogo jumlah produksinya adalah 8.419,33 ton dan ada beberapa kecamatan yang tidak mengasilkan padi gogo. Tanaman palawija yang terdapat di Kabupaten Banjarnegara antara lain jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang kedelai, kacang tanah dan kacang hijau. Jumlah produksi tanaman palawija antara lain jagung sebesar 102.004,82 ton dari 24.359 Ha luas panen yang tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Banjarnegara. Produksi tanaman Ubi Kayu sebesar 270.826,95 ton dari 12.109 Ha. Produksi tanaman Kacang Tanah sebesar 2.015,84 ton dari 1.738 Ha. Sedangkan produksi tanaman Kedelai sebesar 393,03 ton dari 501 Ha. Tanaman Sayuran Kondisi tanaman sayur-sayuran di Kabupaten Banjarnegara terdiri atas bawang daun, kentang, kubis, petsai/sawi, wortel, kacang merah, kacang panjang, cabe, tomat, buncis, ketimun, labu siam, kangkung, bayam, petai, jengkol, mlinjo dan terong. Tanaman Buah-buahan Kabupaten Banjarnegara menghasilkan buah-buahan dalam jumlah yang cukup besar, Jenis buah-buahan yang ada di Kabupaten Banjarnegara dan produksinya dalam tahun 2010 adalah; Pisang (7.278.867 Kg), Salak (228.226.078 Kg), Nenas (64.643 Kg), Jambu Biji (776.840 Kg), Pepaya (543.810 Kg), Durian (1.180.855 Kg), Rambutan (1.070.690 Kg), Duku (1.052.290 Kg), Jeruk siam (150.100 Kg), Mangga (3.485 Kg), Manggis (1.078 Kg), Alpukat (58.550 Kg), Belimbing (54.210 Kg), Jambu Air (1.974,95 Kg), Sawo (63.030 Kg), Sirsak (79.144 Kg), Melinjo (208.755 Kg) dan Sukun (70.110 Kg). II - 60

Kondisi Peternakan Kondisi peternakan di Kabupaten Banjarnegara dikelopokan menjadi 3 jenis, yaitu ternak besar (kuda, sapi potong, sapi perah dan kerbau), ternak kecil (kambing dan domba) dan ternak unggas dan kelinci (ayam, itik, puyuh, unggas lainnya dan kelinci), Ternak sapi potong kerbau, kuda, kambing dan domba tersebar di seluruh kecamatan, begitu juga dengan ternak unggas juga tersebar di seluruh kecamatan. 2.7.3 Sektor Industri Sektor industri di Kabupaten Banjarnegara didukung dengan keberadaan perusahaan maupun industri skala rumah tangga baik pengoalahan dari hasil pertanian, perkebunan, kehutanan dan aneka jenis industri kerajinan lainnya. No. Tabel 2.32 Jumlah Perusahaan, Jumlah Tenaga Kerja, Nilai Investasi dan Produksi Menurut Kelompok Jenis Industri di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2010 Jenis Industri Jumlah Perusahaan Jumlah Tenaga Kerja (Juta Rp.) Nilai Investasi Produksi Satuan A. Industri Hasil Pertanian dan Kehutanan 1 Tempe Kedelai 1.923 4.225 1.712,06 5.477.744 Kg 2 Tempe Gembus 13 51 13,30 27.320 Kg 3 Tahu 111 312 468,20 599.448 Kg 4 Gula Kelapa 6.358 13.007 13.285,09 6.731.120 Kg 5 Gula Aren 370 735 79,60 312.690 Kg 6 Susu Kedelai 5 10 21,70 6.310 Liter 7 Minyak 11 39 107,00 27.480 Kg Nilam/atsiri 8 Aneka Makanan 734 2.213 3.827,50 3.761.888 Kg ringan 9 Jenang 65 164 193,60 306.180 Kg 10 Emping Melinjo 41 91 17.70 25.680 Kg 11 Tepung Tapioka 6 381 295,00 1.728.000 Kg 12 Tembakau 482 2.333 534,90 295.671.201 Kg garangan 13 Jamur Tiram 9 18 1.041,20 13.850 Kg 14 Kopra 9 19 49,00 78.800 Kg 15 Kerupuk singkong 66 183 136,75 72.345 Kg 16 Teh Rakyat 59 202 17,40 66.580 Kg 17 Madu 1 3 5,00 1.500 Kg 18 Pengolahan Gaber 12 23 220,00 262.000 Kg 19 Bioetanol 1 2 95,00 2.400 Kg 20 Pengolahan Kayu 31 312 2.116,00 212.777 M3 21 Gaplek 2 5 2,90 540 Kg 22 Kolang-Kaling 3 36 6,00 6.000 Kg 23 Minuman Carica 3 10 16,50 3.855 Btl 24 Minuman 1 5 2,00 750 Sachet Purwaceng 25 Tape/peyem 4 10 1,80 6.420 Kg 26 Kopi Bubuk 14 17 4,24 3.955 Kg 27 Saos Tomat 1 8 1,50 880 Btl II - 61

No. Jenis Industri Jumlah Perusahaan Jumlah Tenaga Kerja (Juta Rp.) Nilai Investasi Produksi Satuan 28 Minyak Urut 1 2 0.50 450 Btl 29 Mebelair/perabot 772 1.678 3.389,40 140.065 Buah 30 Kerajinan 6.179 10.738 5.986,15 115.824.297 Buah Bambu/Kayu 31 Penggilingan 93 170 1.782,10 1.419.479 Kg Padi/Tepung 32 Pakan ikan 1 10 15,00 30.000 Kg 33 Rokok 1 10 50,00 864.000 Batang 34 Pengolahan 2 8 10,00 20.000 Buah Tempurung 35 Kecap 1 3 50,00 3.000 btl Jumlah 17.385 37.033 35.554 433.709.004 B Industri Aneka 1 Genteng 60 145 1.201,0 2.100.000 Lembar 2 Paving 4 11 16,9 43.800 Stel 3 Industri Tas 4 19 19,0 1.630 Pasang 4 Konveksi/penjahit 210 292 635,0 685.116 Buah 5 Batu Bata 751 2453 1.448,7 35.059.066 Lembar 6 Alumunium 23 45 135,0 52.970 Lusin 7 Batako 32 123 266,1 2.741.600 Buah 8 Pelana kuda 1 3 1,0 84 Buah 9 Kaligrafi Bambu 1 1 1,0 36 Buah 10 Perbengkelan 230 489 2.016,0 13.164 Buah 11 Pupuk Organik 2 7 18,2 39.000 Buah 12 Sapu Ijuk 14 29 11,9 8.100 Buah 13 Pandai Besi 48 159 136,7 164.377 Buah 14 Gypsum 17 39 177,0 19.551 Buah 15 Bulu Mata 18 485 12,8 830.260 Buah 16 Batik Tulis 73 158 829,5 19.272 Buah 17 Kerajinan Kulit 27 89 301,0 252.000 Buah Kerang 18 Keramik 29 182 205,0 114.680 19 Batu Lempeng 3 9 31,0 9.600 20 Anyaman Jaring 1 2 1,0 36 21 Reparasi Elektronik 31 36 39,7 1.075 22 Kerajinan Batu 26 47 12,6 4.260 23 Kaki Guci 33 284 217,5 196.640 24 Wayang Kulit 1 1 0,4 30 25 Sablon 7 20 13,6 7.860 26 Kaos Kaki 1 3 25,0 450 27 Batu Split 51 257 221,2 3.401 28 Mainan anak 1 2 5,0 2.250 Jumlah 1.699 5.390 7.999 42.370.308 Sumber: Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka, 2010 2.8 KONDISI UTILITAS WILAYAH 2.8.1 Jaringan Air Bersih Penyediaan air bersih perkotaan bertujuan untuk menunjang perkembangan pembangunan di Kabupaten Banjarnegara. Prasarana air bersih untuk Kabupaten Banjarnegara selama ini dilayani oleh sistem pelayanan air bersih perpipaan (PDAM) dan non perpipaan, Walaupun belum merata menjangkau seluruh penduduk, sistem penyediaan II - 62

air bersih PDAM saat ini telah dapat melayani setiap wilayah yang ada di Kabupaten Banjarnegara terutama yang dekat dengan jalan raya. A. Perpipaan (PDAM) PDAM adalah penyedia utama air bersih perkotaan di Kabupaten Banjarnegara, Akan tetapi karena keterbatasan investasi, kondisi PDAM belum dapat berkembang optimal sehingga cakupan pelayanannya juga tergolong masih sangat rendah, Sampai tahun 2010, pelayanan kebutuhan air bersih yang dapat dijangkau oleh sambungan air dari PDAM Kabupaten Banjarnegara baru 8,180 pelanggan/rumah tangga, atau hanya terlayani 3,39% dari 241,527 rumah tangga, Pelayanan PDAM masih sangat terbatas pada bagian pusat kota dan sekitarnya, Oleh karena itu, perlu penambahan jaringan pelayanan air bersih PDAM guna memenuhi kebutuhan masyarakat pada daerah yang belum terlayani. PDAM Kabupaten Banjarnegara dibagi ke dalam beberapa cabang pelayanan sesuai dengan area pelayanannya, PDAM Kabupaten Banjarnegara mengelola beberapa sumber air baku dengan memanfaatkan air permukaan dan air tanah, Tetapi alternatif sumber air baku yang lebih dioptimalkan pemanfaatannya berasal dari air permukaan, yaitu Sungai Serayu. Air tanah yang dimanfaatkan sebagai sumber air baku oleh PDAM adalah air tanah dangkal dan air tanah dalam, Namun sumber air tanah dangkal hanya dapat dimanfaatkan pada musim penghujan saja karena pada musim kemarau sumur biasanya mengalami kekeringan. Tabel 2.33 Banyaknya Pelanggan Air PDAM dan Jumlah Pemakaian Air (m 3 ) yang Dipakai Dirinci Menurut IKK di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2010 No IKK Banyaknya Pelanggan Jumlah Pemakaian Air (m 3 ) 1 Susukan 296 55.050 2 Purworejo Klampok 628 116.380 3 Mandiraja 100 18.453 4 Purwonegoro 151 25.922 5 Bawang 421 109.387 6 Banjarnegara 5.045 1.099.543 7 Wanadadi 159 30.113 8 Punggelan 582 99.395 9 Kaeangkobar 235 37.620 10 Pejawaran 86 17.591 11 Wanayasa 308 38.073 12 Kalibening 101 15.046 Jumlah 8.112 1.662.573 Sumber : Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka, 2010 II - 63

Tabel 2.34 Banyaknya Air Minum yang Disalurkan oleh PDAM Menurut Jenis Pelanggan di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2010 No, I. Sosial II. III. IV, Jenis Jumlah Pelanggan Air Minum yang Disalurkan Jumlah (m 3 ) Nilai (Rp. 000) Sosial Umum 112 71.806 66.719.300 Sosial Khusus 134 47.741 79.869.940 Non Niaga Rumah Tangga A 7.297 1.398.650 2.761.044.950 Rumah Tangga B 133 23.695 63.220.830 Rumah Tangga C Rumah Tangga D Instansi Pemerintah Niaga Niaga Kecil Niaga Besar Industri 194 77.100 228.496.770 Industri Kecil 242 43.581 197.465.000 Industri Besar V, Khusus Pelabuhan Tangki Jumlah 8.112 1.662.573 3.396.816.790 Tahun 2009 8.270 1.619.440 3.327.288.420 Sumber : Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka, 2010 B. Non-perpipaan Sumber air bersih yang menggunakan non-perpipaan yaitu berasal langsung dari sungai dan sumur. Sebagian besar masyarakat di Kabupaten Banjarnegara juga memanfaatkan secara langsung aliran sungai Serayu dan anak sungai lainnya untuk keperluan mencuci dan mandi serta irigasi pertanian, Selain itu, ada pula yang menggunakan sumur artetis maupun sumur gali, Bagi pemukiman yang letaknya dekat dengan sungai, mereka langsung mengambil air dari sungai dengan pipa-pipa yang dialirkan dari sungai menuju kerumah masing-masing, sedangkan pemukiman yang jauh dari sungai, mereka menggunakan sumur artesis untuk keperluan MCK sehari-hari, II - 64

PETA 13 PENYEDIAAN SISTEM AIR MINUM PERPIPAAN (PDAM) KABUPATEN BANJARNEGARA KECAMATAN TERLAYANI KECAMATAN BELUM TERLAYANI Sumber: PDAM Banjarnegara, 2010