PERSEPSI PENYEDIA JASA KONSTRUKSI TERHADAP EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI AANWIJZING ELEKTRONIK. Yervi Hesna 1,*), Suwardi Siregar 2)

dokumen-dokumen yang mirip
KAJIAN EFISIENSI DAN EFEKTIFITAS AANWIJZING ELEKTONIK PADA PENGADAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI DARI SEGI PENYEDIA JASA SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. pengadaan barang seperti pengadaan fasilitas gedung pada suatu instansi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

E-PROCUREMENT DAN PENERAPANNYA DI KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA Jumat, 30 Maret 2012

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pengadaan merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. mencari penyedia barang dan jasa. Proses lelang (procurement) biasanya dilakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seluruh kegiatan untuk memperoleh barang/jasa. Presiden Nomor 4 Tahun 2015 adalah sebagai berikut ini.

SURAT EDARAN NOMOR: 07/SE/M/2012

APLIKASI SISTEM PENGADAAN SECARA ELEKTRONIK

BAB I PENDAHULUAN. keamanan dalam negeri dan pertahanan, (2) untuk menyelenggarakan peradilan,

Sosialisasi & Bimtek. Oleh: Aditya Widyawan Prima, S.Kom. Selasa, 24 Oktober 2017

Petunjuk Pengoperasian SPSE 3.5 Auditor

KABUPATEN CIREBON. Buku Panduan LPSE Kab. Cirebon 56

Petunjuk Pengoperasian SPSE Auditor

PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e- PURCHASING KENDARAAN PANITIA

PENGANTAR E-PROCUREMENT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PROSEDUR EPROCUREMENT

Petunjuk Pengoperasian SPSE Panitia

Petunjuk Pengoperasian SPSE Admin Agency

PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e- PURCHASING OBAT PPK

MATERI 7 PENGANTAR E-PROCUREMENT

ANALISIS PERBANDINGAN PELELANGAN MANUAL DENGAN E-PROCUREMENT

1.1. Pejabat Pembuat Komitmen

-1- PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2013 TENTANG

PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e- PURCHASING PERALATAN BERAT PPK

Petunjuk Pengoperasian SPSE Verifikator

BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA SECARA ELEKTRONIK (LPSE) KOTA MEDAN

PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e- PURCHASING PP- SHEET PENYEDIA

MANUAL PROCEDURE. Pelelangan Sederhana Pengadaan Barang dan Jasa

BAB I PENDAHULUAN. pengadaan barang dan jasa yang tidak disediakan oleh pihak swasta.

PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e- PURCHASING ALAT BERAT PENYEDIA

Daftar Isi. Panduan SPSE V4 User PENYEDIA [SPSEV ]

Kebijakan e-procurement Nasional. DALAM RANGKA PENGELOLAAN e-lelang CEPAT dan SiKaP. Direktur Pengembangan Sistem Pengadaan Secara Elektronik LKPP

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Peraturan Presiden ini, yang dimaksud dengan: 1. Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah yang selanjutnya disebut dengan

PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e- PURCHASING OBAT PANITIA

PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e- PURCHASING OBAT PENYEDIA

Airnav indonesia. V e r s i PENGENALAN spse PANITIA SOSIALISASI PENGADAAN BARANG/JASA SECARA ELEKTRONIK (E-PROCUREMENT) TANGERANG, 2-3 MEI 2016

1. Pendahuluan PPK Memulai Aplikasi Akses ke dalam SPSE PPK untuk Menggunakan SPSE Menu Log Akses...

STANDAR PELAYANAN PENYELENGGARAAN LAYANAN PENGADAAN SECARA ELEKTRONIK (LPSE) PEMERINTAH PROVINSI NTB

PETUNJUK PENGGUNAAN BERMOTOR PPK

PENGANTAR E-PROCUREMENT

PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e- PURCHASING ALAT KESEHATAN PPK

DAFTAR ISI. Pengantar E-Procurement. Diklat Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah TUJUAN PELATIHAN PENDAHULUAN. e-tendering. e-purchasing 10/19/2016

Petunjuk Pengoperasian SPSE Helpdesk

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT IMPLEMENTASI SPSE KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT TA 2016

PETUNJUK PELAKSANAAN PENGADAAN OBAT DENGAN PROSEDUR E-PURCHASING BERDASARKAN E-CATALOGUE

BAB I PENDAHULUAN. atau individu dan biasanya melalui sebuah kontrak (Wikipedia,2008). 1. Meningkatkan tranparansi dan akuntabilitas

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 36 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang penting dalam perbaikan pengelolaan keuangan negara. Salah satu perwujudannya

LEMBAR PENGESAHAN. PETUNJUK PENGGUNAAN SPSE v4.1.1 USER PANITIA

LAMPIRAN I PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR : 4 Tahun 2008 TANGGAL : 4 Pebruari 2008 BAB I PENGORGANISASIAN KEGIATAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

WALIKOTA BEKASI PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 45 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN LAYANAN PENGADAAN SECARA ELEKTRONIK (LPSE) KOTA BEKASI

LEMBAR PENGESAHAN. PETUNJUK PENGUNAAN SPSE v4 USER PENYEDIA

LEMBAR PENGESAHAN. PETUNJUK PENGGUNAAN SPSE v4 USER PANITIA

Lampiran : PERATURAN KEPALA LKPP Nomor : Tahun 2011 Tanggal : TATA CARA E-TENDERING

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tent

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

MANUAL PROCEDURE. Penunjukkan Langsung (E-Catalog)

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA ACARA PENJELASAN PEKERJAAN Nomor : PL

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 233/PMK.01/2012 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR : 4 TAHUN 2010

Daftar Isi. Panduan SPSE V4 User POKJA [SPSEV ]

PETUNJUK PENGGUNAAN BERMOTOR PANITIA

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG BUPATI BADUNG,

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Dalam konteks tata pemerintahan, procurement dilakukan oleh

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.01/MEN/2012 TENTANG

BERITA ACARA PENJELASAN PEKERJAAN Nomor : PL

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT. EVALUASI IMPLEMENTASI eprocurement TA 2017 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e-purchasing ALAT MESIN PERTANIAN (ALSINTAN) PANITIA

Pengalaman Implementasi dan Perencanaan Ke Depan di Pemerintah Kota Surabaya Drh. SUNARNO ARIS TONO,MSi.

PETUNJUK PENGGUNAAN PANITIA 1 D I R E K T O R A T P E N G E M B A N G A N S I S T E M K A T A L O G - L K P P

2 khususnya terhadap Barang/Jasa yang secara luas dibutuhkan oleh Pemerintah. Oleh karena itu, Pemerintah merasa perlu untuk mengakselerasi pertumbuha

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PERAN e-catalogue DALAM PROSES PENGADAAN ELEKTRONIK

PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e- PURCHASING ALAT KESEHATAN PENYEDIA

SISTEM PENGADAAN SECARA ELEKTRONIK

TATA CARA E-TENDERING

BERITA ACARA PENJELASAN PEKERJAAN

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR: PK. 20 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) BARANG/ JASA BADAN SAR NASIONAL

PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e-purchasing ALAT MESIN PERTANIAN (ALSINTAN) PENYEDIA

PENJELASAN ATAS PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2015

BAB I INSTRUKSI KEPADA PESERTA LELANG

2 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok- Pokok Kepegawaian Timur ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan

MODUL 10 PENGGUNAAN EPROCUREMENT

BUPATI SINJAI PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN SINJAI

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG

PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e- PURCHASING PRODUK BARANG/JASA PEMERINTAH DISTRIBUTOR/PELAKSANA PEKERJAAN

PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATAKERJA UNIT LAYANAN PENGADAAN KOTA YOGYAKARTA

PANITIA PENGADAAN BARANG DAN JASA LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN ANGGARAN 2014

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KOTA BANJAR

Transkripsi:

PERSEPSI PENYEDIA JASA KONSTRUKSI TERHADAP EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI AANWIJZING ELEKTRONIK Yervi Hesna 1,*), Suwardi Siregar 2) 1) Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Universitas Andalas Padang *Email : yervi@ft.unand.ac.id 2) Alumni Jurusan Teknik Sipil Universitas Andalas Padang ABSTRAK Aanwijzing merupakan media tanya jawab antara penyedia jasa dengan panitia atau aanwijzer mengenai proyek yang akan dilelang. Pada pelelangan konvensional, aanwijzing dilakukan dengan cara mempertemukan langsung antara penyedia jasa dan aanwijzer. Sedangkan pada pelelangan secara elektonik (e-procurement), aanwijzing dilakukan secara online. Penelitian ini mengkaji tentang efisiensi dan efektifitas pelaksanaan aanwijzing online yang telah dilaksanakan oleh penyedia jasa pada pelelangan elektronik yang diadakan oleh LPSE. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuisioner kepada beberapa penyedia jasa konstruksi yang sudah pernah mengikuti pelelangan secara elektronik yang diadakan oleh LPSE, baik itu LPSE provinsi, kota, kabupaten maupun instansi yang ada di Sumatera Barat. Dari kuisioner yang disebarkan, diperoleh data tentang bersarnya biaya dan waktu yang dihabiskan penyedia jasa dalam mengikuti aanwijzing konvensional dan aanwijzing online, serta pendapat penyedia jasa tentang efektifitas dan efisiensi pada aanwijzing online. Kata Kunci : Aanwijzing, Elektronik, Persepsi, Penyedia Jasa 1. PENDAHULUAN Secara konvensional, pengadaan barang/jasa dilakukan dengan langsung mempertemukan secara fisik pihak-pihak yang terkait seperti penyedia barang/jasa dan pengguna barang/jasa. Kelebihan yang didapat dari sistem ini adalah para pengguna dan penyedia barang/jasa dapat secara bersamasama mendiskusikan tentang transaksi yang akan dilakukan. Tetapi kelemahannya metode pengadaan konvensional dipandang dapat menimbulkan praktek kolusi, korupsi dan nepotisme (KKN). Pada Instruksi Presiden No. 5 tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi, di butir ke-4 disebutkan salah satu cara untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan mengimplementasikan e- procurement pada semua proses pengadaan barang dan jasa pemerintah (Sulaiman, 2005). Pelaksanaan proses pengadaan barang/jasa pemerintah secara elektronik (e- procurement) dilakukan dengan memanfaatkan fasilitas teknologi komunikasi dan informasi. Proses pengadaan barang/jasa pemerintah secara elektronik ini dipandang lebih meningkatkan dan menjamin terjadinya efisiensi, efektifitas, transparansi, dan akuntabilitas dalam pembelanjaan uang negara. Selain itu, proses pengadaan barang/jasa pemerintah secara elektronik ini juga dapat lebih menjamin tersedianya informasi, kesempatan dan peluang usaha, serta mendorong terjadinya persaingan yang sehat dan terwujudnya keadilan (non discriminative) bagi seluruh pelaku usaha yang bergerak di bidang pengadaan barang/jasa pemerintah. Dikeluarkanya Perpres No. 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah mewajibkan Kementrian/ Lembaga/ Daerah/ Instansi (K/L/D/I) membentuk Unit layanan Pengadaan (ULP) paling lambat tahun anggaran 2014 dan wajib melaksanakan pengadaan barang/ jasa secara elektronik (e-procurement) untuk sebagian atau seluruh paket pekerjaan pada Tahun Anggaran 2012 yang dapat dilihat pada pasal 130 ayat 1 dan pasal 131 ayat 1 Perpres No.54 Tahun 2010. Pada pelaksanaannya e-procurement dilaksanakan dengan meminimalkan pertemuan antara panitia dengan pihak penyedia jasa dengan tujuan agar terjadi persaingan sehat. Hal ini dapat dilihat pada keseluruhan proses pelelangan yang dimulai dari pengumuman pelelangan, download dokumen pemilihan dan kualifikasi, penjelasan dokumen lelang (aanwijzing), upload dokumen penawaran (dokumen penawaran harga, administrasi dan teknis) serta dokumen kualifikasi, evaluasi penawaran, evaluasi dokumen kualifikasi dan pembuktian kualifikasi, upload berita acara hasil pelelangan, penetapan pemenang, pengumuman TeknikA 40

pemenang, masa sanggah hasil lelang, surat penunjukan Penyedia Barang/jasa dan penandatanganan kontrak. Rapat penjelasan pekerjaan secara tatap muka atau yang lebih dikenal dengan aanwijzing merupakan tahapan dalam sebuah pelelangan pada pengadaan barang/ jasa secara konvensional, yang dilaksanakan untuk memberikan penjelasan mengenai pasal-pasal dalam RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat) dan merupakan media tanya jawab dan diskusi antara penyedia jasa dengan panitia mengenai proyek yang akan dilelang. Pelaksanaan aanwijzing dapat menjadi acuan bagi penyedia jasa dalam menyusun dokumen penawaran. Pada pengadaan barang/jasa secara elektronik rapat penjelasan pekerjaan dilakukan secara online selanjutnya disebut dengan aanwijzing elektronik. Pada pelaksanaannya aanwijzing elektronik tidak mempertemukan panitia dengan penyedia jasa. Penyedia jasa memberikan pertanyaan dan panitia/ aanwijzer memberikan jawaban secara online melalui situs LPSE dengan jangka waktu yang telah diatur oleh panitia pengadaan. Komunikasi secara online tentu berbeda dengan komunikasi secara visual. Pada komunikasi secara visual pendapat, pertanyaan dan jawaban bisa diungkapkan dengan jelas dan langsung. Sedangkan pada komunikasi online, pertanyaan maupum jawaban harus dituangkannya dalam bentuk tulisan. Di sisi lain aanwijzing elektronik juga hendaknya bisa mempermudah dan menguntungkan penyedia jasa untuk mengikutinya, karena penyedia jasa tidak perlu mendatangi suatu tempat untuk mengikuti aanwijzing. Sehingga, pelaksanaan aanwijzing elektronik seharusnya bisa mengurangi biaya dan waktu perjalanan. Dari beberapa kondisi di atas perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui efisiensi dan efektifitas aanwijzing secara elektronik berdasarkan persepsi penyedia jasa konstruksi pada pelelangan yang dilaksanakan oleh Lembaga Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) yang ada di Sumatera Barat. 2. AANWIJZING KONVENSIONAL DAN AANWIJZING ELEKTRONIK Terdapat dua macam kegiatan penjelasan pekerjaan atau aanwijzing yaitu : 1. Aanwijzing kantor, adalah penjelasan pekerjaan yang dilakukan dalam ruangan tertentu. Seluruh penyedia jasa konstruksi calon peserta lelang akan menerima penjelasan dari panitia lelang tentang pekerjaan yang akan dilelangkan. Penyampaian penjelasan dilakukan dengan cara membacakan isi dokumen pengadaan halaman per halaman. Dan bila ada hal-hal yang sifatnya meragukan dan merugikan, maka peserta aanwijzing dapat langsung mengajukan pertanyaan, mengajukan keberatan, sekaligus memberikan saran. Setelah aanwijzing selesai, dan berita acara perubahan (jika ada) sudah ditandatangani oleh perwakilan peserta, maka tidak ada lagi diskusi mengenai dokumen pengadaan. Seluruh peserta dianggap sudah memahaminya. 2. Aanwijzing lapangan, adalah penjelasan pekerjaan dengan cara melakukan peninjauan ke lokasi pekerjaan. Meskipun di dalam dokumen pengadaan dinyatakan bahwa peninjauan lokasi pekerjaan dapat dilakukan jika dipandang perlu, dan atas biaya masing-masing calon peserta lelang, namun aanwijzing lapangan itu sangat berguna dalam proses pembuatan penawaran. Mengetahui kondisi lokasi secara pasti akan dapat membantu perhitungan anggaran biaya menjadi lebih riil, mengontrol volume yang diberikan oleh panitia, serta memprediksi adanya risikorisiko biaya lain. Aanwijzing elektronik merupakan penjelasan dokumen antara panitia dengan penyedia barang/jasa melalui media elektronik untuk menggantikan fungsi dari aanwijzing kantor. Demikian juga untuk aanwijzing lapangan, sifatnya dilakukan jika diperlukan untuk melengkapi informasi yang diberikan dari aanwijzing elektronik. Adapun mekanisme pelaksanaan aanwijzing elektronik ini sudah diatur melalui Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah (LKPP) tentang tatacara e- Tendering. 3. METODOLOGI Penelitian tentang kajian efektifitas dan efisiensi pelaksanaan aanwijzing elektronik ini dilaksanakan melalui survey terhadap responden perusahaan jasa konstruksi yang sudah pernah mengikuti lelang elektronik pada LPSE Sumatera Barat pada paket lelang tahun anggaran 2010 dan 2011. Dari 20 responden yang diteliti, hanya 14 responden yang mengembalikan kuisioner. Jumlah responden perusaahaan jasa konstruksi berdasarkan gred perusahaan dapat dilihat pada gambar berikut : TeknikA 41

Gambar 1. Jumlah Responden Berdasarkan Gred Perusahaan Sedangkan jabatan responden dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar 2. Jabatan Responden Instrumen survey disusun dalam format kuisioner yang dibagi menjadi 5 variabel serta 16 indikator. Adapun kelompok pertanyaannya adalah sebagai berikut : a. Pengetahuan tentang pengalaman dan pemahaman penyedia jasa dalam mengikuti e-procurement b. Pengetahuan tentang pengalaman dan pemahaman penyedia jasa dalam mengikuti aanwijzing c. Biaya yang dikeluarkan penyedia jasa dalam mengikuti aanwijzing d. Waktu pada pelaksanaan aanwijzing e. Komunikasi pada aanwijzing online 4. SNAPSHOT KONDISI TERKINI PENYEDIA JASA KONSTRUKSI SUMATERA BARAT DALAM MENGIKUTI E-PROCUREMENT Dari hasil penelusuran kondisi terkini penyedia jasa konstruksi Sumatera Barat memperlihatkan bahwa mayoritas responden yakni 93,33% responden sudah memahami sistem pelelangan secara elektronik yang diselenggarakan oleh LPSE. Tingginya persentase penyedia jasa konstruksi yang sudah memahami sistem e-procurement turut dipengaruhi oleh besarnya partisipasi penyedia jasa dalam mengikuti pelatihan yang dilaksanakan oleh LPSE Sumbar, dimana 80 % dari penyedia jasa konstruksi sudah pernah mengikuti pelatihan e- Procurement yang dilaksanakan oleh LPSE Sumbar. Hal ini mengindikasikan bahwa pelatihan yang diadakan oleh LPSE Sumbar tentang e- Procurement sudah membuahkan hasil yang baik. Kemampuan penyedia jasa konstruksi Sumatera Barat dalam melakukan pelelangan secara elektronik juga sudah cukup baik. Sebagian besar penyedia jasa konstruksi (86,67 %) sudah bisa melakukan pelelangan sendiri tanpa dibantu oleh administrator LPSE. Untuk penyedia jasa konstruksi yang masih dibantu oleh administrator LPSE dalam mengikuti e-procurement adalah penyedia jasa konstruksi yang berada pada gred-2 dan gred-3. Hal ini kemungkinan berkaitan dengan belum siapnya SDM pada perusahaan gred-2 dan gred-3 dalam melakukan pelelangan elektronik. Sedangkan penyedia jasa konstruksi yang berada pada gred-4 sampai gred-7 sudah bisa melakukan pelelangan sendiri. Selain penyedia jasa yang berada pada gred rendah, penyedia jasa konstruksi yang masih dibantu oleh administrator LPSE dalam mengikuti pelelangan elektronik adalah penyedia jasa konstruksi yang masih minim pengalaman dalam mengikuti pelelangan secara elektronik yakni baru pernah mengikuti lelang elektronik sebanyak 1-5 kali. Sumatera Barat sebagai salah satu pelopor pengadaan barang/ jasa secara elektronik sudah mulai menerapkan e-procurement dalam pengadaan barang/ jasa pada tahun 2008 di LPSE Sumbar. Sesuai dengan pasal 131 ayat 1 Perpres No. 54 tahun 2010 bahwa K/L/D/I (Kementrian/ Lembaga/ Daerah/ Instansi) wajib melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa secara elektronik untuk sebagian/seluruh paket-paket pekerjaan pada Tahun Anggaran 2012, untuk itu penyedia jasa konstruksi Sumatera Barat juga sudah mulai berbenah. Mayoritas penyedia jasa konstruksi Sumatera Barat sudah berlangganan layanan internet (93,33%) dan semua penyedia jasa konstruksi menyatakan sudah memiliki peralatan laptop / komputer di kantor perusahaan. Akan tetapi, tidak semua penyedia jasa konstruksi yang memiliki staf IT yang khusus menangani e-procurement. Dari data yang diperoleh penyedia jasa yang tidak memiliki staf khusus IT bukan hanya perusahaan yang berada pada gred rendah saja akan tetapi perusahaan grad 7 juga ada yang tidak memiliki staf khusus IT. TeknikA 42

Vol. 20 No. 1 April 2013 ISSN : 0854-8471 5. PERSEPSI PENYEDIA JASA KONSTRUKSI TERHADAP PELAKSANAAN AANWIJZING ONLINE Dari pelaksanaan aanwijzing online yang diikuti oleh penyedia jasa, semua penyedia jasa yang menjadi responden menyatakan telah memahami sistem aanwijzing online. Akan tetapi, sekitar 6,67 % responden menyatakan mereka tidak pernah mengikuti aanwijzing online dalam pelelangan elektonik. Partisipasi penyedia jasa yang selalu mengikuti aanwijzing online pada lelang elektronik yang mereka ikuti masih kurang dari 50 % yaitu sebesar 42,86 %. Sedangkan 50,47 % menyatakan bahwa mereka mengikuti aanwijzing online kadang kadang. Tingkat keikutsertaan dalam mengikuti aanwijzing online menurut persepsi responden dipengaruhi oleh besar paket pekerjaan yang dilelang. Untuk paket pekerjaan yang kecil atau sederhana biasanya tidak terlalu banyak yang ditanyakan pada saat aanwijzing. Selain itu, penyedia jasa yang tidak mengikuti aanwijzing secara online masih bisa melihat pertanyaan penyedia jasa lain dan jawaban dari panitia di portal LPSE. Bisa jadi pertanyaan yang akan diajukan oleh sebuah penyedia jasa tidak jauh berbeda dan pertanyaan penyedia jasa lain tersebut sudah mewakili. Dibandingkan dengan aanwijzing konvensional, 66,67 % dari responden mempunyai persepsi bahwa komunikasi pada aanwijzing online masih kurang efektif. Hal ini terlihat dari responden pernah mengalami kesulitan dalam mendiskusikan hal-hal yang bersifat teknis pada saat aanwinzing online. Namun sebagian besar responden menyatakan bahwa jawaban yang diberikan saat aanwijzing online sudah cukup baik untuk menjawab pemahaman penyedia jasa. Akan tetapi, 33,33 % dari responden menyatakan pertanyaan mereka pernah tidak dijawab saat aanwijzing online. Apabila pertanyaan yang masuk banyak, panitia memilah-milah terlebih dahulu apakah ada pertanyaan yang sama. Sehingga ada kemungkinan pertanyaan penyedia jasa tersebut sudah dijawab oleh panitia pada pertanyaan penyedia jasa lainnya. Sehingga disarankan Penyedia jasa yang mengikuti aanwijzing online dapat melihat pertanyaan penyedia jasa lain dan jawaban panitia di halaman aanwijzing online tersebut. Salah satu faktor penentu kesuksesan dalam berkomunikasi online adalah kemampuan penuturan dalam dalam bentuk teks. Peserta yang bertanya harus menyusun kata-kata yang tepat agar panitia memahami maksud pertanyaan mereka dengan baik. Apabila panitia tidak memahami maksud pertanyaan peserta, panitia tidak mungkin meminta pertanyaan itu diperjelas lagi tetapi panitia akan menjawab berdasarkan persepsi mereka. Tidak tertutup kemungkinan juga bahwa jawaban yang diberikan panitia masih belum menjelaskan secara keseluruhan apa yang ditanyakan oleh peserta. Berbeda dengan aanwijzing tatap muka apabila pertanyaan yang diajukan peserta kurang jelas, panitia bisa meminta diperjelas agar tidak terjadi salah jawab oleh panitia. Selain itu, pada aanwijzing konvensional penyedia jasa diberikan waktu untuk bertanya sampai tidak ada lagi yang diragukan tentang proyek yang akan dilelang. Hal ini menurut persepsi sebagian besar responden lebih menguntungkan apabila aanwijzing tatap muka dilaksanakan untuk proyek yang berskala besar dan kompleks. Namun untuk proyek skala kecil, mayoritas responden sebesar 66,67 % menyatakan aanwijzing online berlangsung efektif. 66,67% Kurang 13,33% itas Aanwijzing online untuk Paket Pekerjaan yang Kecil Tidak f 0% Gambar 3. itas Aanwijzing Online Untuk Paket Perkerjaan Kecil Kurang 66,67% itas Aanwijzing untuk Paket Pekerjaan yang Besar dan Kompleks Tidak 0% Sangat 20% Sangat 13,,33% 20% Sangat Kurang Tidak Sangat Kurang Tidak Gambar 4. itas Aanwijzing untuk Paket Pekerjaan yang Besar dan Kompleks TeknikA 43

6. EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI PELAKSANAAN AANWIJZING ONLINE itas menurut Hidayat (1986) menjelaskan bahwa efektifitas adalah suatu ukuran yan menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas, waktu) telah tercapai. Makin besar persentase target tercapai, makin tinggi keefektifannya. Sedangkan menurut Prasetyo Budi Saksono (1984) menyatakan efektifitas adalah seberapa besar tingkat kelekatan output yang dicapai dengan output yang diharapkan dari sejumlah input. Dari beberapa pengertian tersebut dapat disarikan sebagai rumus berikut : itas = Output Aktual/Output Target 1 Untuk pelaksanaan aanwijzing, ketercapaian output berdasarkan data kuisioner adalah sebagai berikut : Tabel 1. Ketercapaian Output Pada Aanwijzing Output Pelaksanaan aanwijzing Pembuatan BAP Paham thd penjelasan panitia Aanwijzing Konvensional Aanwijzing Online Tidak tercapai Tidak tercapai Berdasarkan rumus di atas, efektifitas pelaksanaan aawijzing konvensional adalah 1, sedangkan aanwijzing online adalah 0,33. Hal yang tidak menyebabkan tercapainya output actual dalam pelaksanaan aanjijzing online adalah adanya listrik padam, gangguan koneksi nternet, computer rusak serta kesulitan akses terhadap portal LPSE. Efisiensi adalah penggunaan sumber daya secara minimum guna mencapai hasil yang maksimum. Dari rincian biaya umum yag dikeluarkan penyedia jasa untuk mengikuti aanwijzing, dapat diketahui bahwa untuk mengikuti aanwijzing sebuah pengadaan pekerjaan konstruksi secara online, penyedia jasa lebih sedikit mengeluarkan biaya. Sedangkan dari segi waktu, jumlah waktu yang dihabiskan untuk mengikuti aanwijzing konvensional lebih lama dibandingkan aanwijzing online. Akan tetapi, alokasi waktu yang disediakan panitia untuk pelaksanaan aanwijzing online masih kurang, sehingga dapat mengganggu ketercapaian tujuan pelaksanaan aanwijzing online. 7. KESIMPULAN Dari hasil bahasan diatas dapat disimpulkan beberapa hal berikut: 1. Biaya yang dikeluarkan penyedia jasa untuk mengikuti aanwijzing online lebih efisien bila dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan penyedia untuk mengikuti aanwijzing konvensional. 2. Waktu yang dihabiskan penyedia jasa untuk mengikuti aanwijzing online lebih efisien bila dibandingkan dengan waktu yang dihabiskan untuk mengikuti aanwijzing konvensional. Akan tetapi, waktu yang disediakan panitia untuk pelaksanaan aanwijzing konvensional lebih efektif. 3. Komunikasi pada aanwijzing konvensional lebih efektif bila dibandingkan dengan komunikasi pada aanwijzing online. 4. Besar kecilnya paket pekerjaan dan kompleksitas pekerjaan mempengaruhi efektifitas komunikasi pada aanwijzing online. Komunikasi pada aanwijzing online lebih efektif untuk proyek kecil. Sedangkan untuk proyek besar dengan pekerjaan yang kompleks aanwijzing online kurang efektif. 5. Untuk paket pekerjaan yang terletak di daerah yang sulit dijangkau efektifitas aanwijzing online juga dipengaruhi oleh besar kecilnya paket pekerjaan. Untuk paket pekerjaan yang kecil, aanwijzing online efektif. Sedangkan untuk paket pekerjaan yang besar, aanwijzing online kurang efektif. REFERENSI 1. Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/ jasa Pemerintah (LKPP) Tahun 2010, Tatacara E-Tendering 2. Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 54 Tahun 2010, Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. 3. Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah (LKPP) Implementasi E- Procurement Sebagai Inovasi Pelayanan Publik. Jakarta : November 2009. 4. Malik, Alfian. Pengantar Bisnis Jasa Pelaksana Konstruksi. Andi Offset : Yogyakarta : 2010. 5. Layanan Pengadaan Secara Elektronik Sumatera Barat. Modul Pelatihan Aplikasi e- Procurement (LPSE) Provinsi Sumatera Barat untuk Penyedia). Padang : 2011. TeknikA 44

6. Lembaga Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Provinsi Sumatera Barat : http://lpse.sumbarprov.go.id/eproc/app. 7. Lembaga Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Nasional : http://www.pengadaannasionalbappenas.go.id/eproc/app. TeknikA 45