1 HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG DOKUMENTASI KEPERAWATAN DENGAN SIKAP PERAWAT DALAM PENDOKUMENTASIAN PROSES KEPERAWATAN DI PUSKESMAS KARTASURA DAN PUSKESMAS BAKI Aprilina Dian Kusumaningrum, Meri Oktariani * Rufaida Nur Fitriana * ABSTRAK Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan harus menunjukkan sikap profesional kepada seluruh pasien yang dirawatnya. Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan memandang pasien sebagai pusat perhatian. Sikap dan tingkah laku dalam memberikan pelayanan keperawatan meliputi rasa empati, kepedulian, menghargai orang lain dan tenggang rasa. Pengetahuan tinggi yang dimiliki perawat sebagai sarana mencapai profesionalisme keperawatan, melalui pengetahuannya maka keperawatan tersebut diharapkan mempercepat proses perubahan atau transisi menuju yang lebih baik Tujuan dari penelitian ini secara umum untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan tentang dokumentasi keperawatan dengan sikap perawat dalam pendokumentasian proses keperawatan di Puskesmas Kartasura Dan Puskesmas Baki Penelitian dilakukan pada perawat di Puskesmas Kartasura dan Puskesmas Baki. Analisis data dengan menggunakan uji statistik chi square dengan signifikansi 0,05. Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan perawat yang bekerja di Puskesmas Kartasura dan Puskesmas Baki mayoritas termasuk kedalam kategori baik yaitu 34 orang atau 70,8 %. Sikap perawat tentang proses pendokumentasi keperawatam mayoritas masuk dalam kategori baik yaitu 36 orang atau 75 %.Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan tentang dokumentasi keperawatan dengan sikap perawat dalam pendokumentasian proses keperawatan di Puskesmas Kartasura Dan Puskesmas Baki dengan nilai chi square ( 2) sebesar 13,445 lebih besar chi square tabel 5,99 dengan signifikansi 0,001 lebih kecil dari 0,05. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan masukan pihak manajemen puskesmas dalam upaya meningkatkan kualitas perawat dalam pendokumentasian proses keperawatan Kata kunci: Tingkat Pengetahuan, Sikap Perawat Daftar Pustaka : 39 (2001 2014) ABSTRACT When extending nursing care, a nurse should show his or her professional attitudes to all of the clients he or she takes care. He or she views the clients as the center of attention. The attitudes and behaviors when extending the nursing care include feeling of empathy, concern, respect for others, and tolerance. High knowledge level is a medium for him or her to achieve the nursing professionalism, and through the knowledge the nursing care extended is expected to accelerate the healing process or the transition to a better state. The objective of this research is to investigate the correlation between the nurses knowledge level of nursing documentation and their attitude on the nursing process documentation at Community Health Center of Kartasura and Community Health Center of Baki. This research was conducted at the two aforementioned Community Health Centers. The data of research were analyzed by using the Chi square Test at the significance level of 0.05. 1
2 The result of research shows that 34 nurses (70.8%) employed at the two Community Health Centers had a good knowledge level. 34 nurses (75%) had a good attitude on the nursing process documentation. Thus, there was a correlation between the nurses knowledge level of nursing documentation and their attitude on the nursing process documentation at Community Health Center of Kartasura and Community Health Center of Baki as indicated by the value of Chi-square ( 2) = 13.445 which was greater than the value of the Chi-square table = 5.99 with the significance level of 0.001 which was less than 0.05. Thus, the result of this research was expected to give inputs to the management of the two Community Health Centers in an effort of improving the quality of their nurses in the nursing process documentation. Keywords: Nurses, knowledge level, attitude References: 39 (2001 2014) * Dosen Stikes Kusuma Husada Surakarta
3 PENDAHULUAN Peran puskesmas adalah sebagai penanggungjawab penyelenggaraan upaya kesehatan untuk jenjang pertama diwilayah kerjanya masing-masing (Satrianegara, 2014). Demikian juga peran Puskesmas Kartasura berperan penting dalam pembangunan kesehatan, guna mencapai keberhasilannya dalam pembangunan kesehatan tersebut berbagai upaya bidang kesehatan diselenggarakan secara menyeluruh, berjenang dan terpadu di wilayah Kecamatan Kartasura. Setiap puskesmas memiliki visi dam misi, adapun visi dari Puskesmas Kartasura adalah terwujudnya Kecamatan Kartasura sehat tahun 2015 maksudnya masyarakat Kartasura hidup dalam lingkungan yang sehat dan berperilaku bersih dan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil, merata dan terjangkau serta memiliki derajat kesehatan setinggi-tingginya. Untuk mencapai visi, ada 4 misi, yaitu menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan, mendorong kemandirian masyarakat untuk dapat berperilaku hidup sehat, memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau, serta memelihara dan meningkatkan kesehatan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya (Profil Puskesmas Kartasura, 2010). Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI NOMOR HK.02.02/- MENKES/ 148/I/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Perawat, menjelaskan perawat dituntut untuk mampu menentukan kriteria dalam menilai rencana keperawatan, menilai tingkat pencapaian tujuan, mengidentifikasi perubahanperubahan yang diperlukan, mengevaluasi data permasalahan keperawatan, serta mendokumentasikan dalam proses keperawatan. Perawat perlu memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap profesional termasuk keterampilan teknikal dan interpersonal, hal ini guna memenuhi tuntutan dan mengikuti perkembangan yang terjadi (Sumarni, dkk, 2014). Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan harus menunjukkan sikap profesional kepada seluruh pasien yang dirawatnya. Sikap merupakan konsep paling penting dalam psikologi sosial yang membahas unsur sikap baik sebagai perawat (Wawan dan Dewi, 2010). Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek (Sunaryo, 2013). Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan memandang pasien sebagai pusat perhatian. Sikap dan tingkah laku dalam memberikan pelayanan keperawatan meliputi rasa empati,
4 kepedulian, menghargai orang lain dan tenggang rasa. Pemahaman perawat tentang nilai, klien, dan profesional akan sangat membantu dalam proses pelayanan kesehatan atau yang lainnya (Wawan dan Dewi, 2010). Perawat bertanggung jawab atas pelayanan kesehatan pasien selama duapuluh empat jam, maka sikap dan perilakunya berpengaruh terhadap persepsi pasien terhadap dirinya (Gaffar, 2009). Selain sikap perawat terhadap faktor lain yang berhubungan dengan proses pendokumentasian keperawatan yaitu pengetahuan yang dimiliki perawat itu sendiri. Pengetahuan tinggi yang dimiliki perawat sebagai sarana mencapai profesionalisme keperawatan, melalui pengetahuannya maka keperawatan tersebut diharapkan mempercepat proses perubahan atau transisi menuju yang lebih baik (Nursalam, 2013). Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan, bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula (Wawan dan Dewi, 2010). Kinerja perawat dalam melakukan dokumentasian tentu tidak terlepas dari tingkat pengetahuannya terhadap sistem pendokumentasian keperawatan. Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa kinerja seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat pengetahuannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan tersebut antara lain, yaitu pendidikan, pengalaman, pelatihan, dan lingkungan (Notoatmodjo, 2007). Begitu pula pengetahuan perawat terhadap dokumentasi keperawatan yang dapat dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan perawat, pengalaman perawat, pelatihan terkait pendokumentasian yang pernah diikuti, dan juga lingkungan tempat perawat tinggal atau bekerja (Dermawan, 2012). Berdasarkan hasil studi pendahuluan dilihat dalam upaya pengembangan kesehatan masyarakat, pengetahuan dan keterampilan perawat dalam pelaksanaan pendokumentasian dirasakan belum optimal. Hal ini dikarenakan terdapat beberapa perawat di Puskesmas Kartasura dan Puskesmas Baki dengan tingkat pendidikan yang berbeda-beda. Studi pendahuluan ini dilakukan lima orang perawat Puskesmas Kartasura dan 5 perawat rawat inap di Puskesmas Baki, keseluruhan berpendidikan tingkat Sekolah Perawat Kesehatan. Kemampuan perawat Puskesmas Kartasura dalam proses pendokumentasian diketahui 2 perawat yang belum memahami tentang dokumentasi keperawatan seperti mengenai dasar-dasar dokumentasi keperawatan. Sedangkan perawat Puskesmas Baki diketahui ada 3 perawat yang kurangnya kesadaran perawat akan pentingnya dokumentasi keperawatan menyebabkan
5 pencatatan terkadang tidak lengkap. Menurut Dermawan (2012) kesalahan dalam membuat atau pengisian dokumentasi yang tidak lengkap akan membuat informasi tentang riwayat pasien menjadi kabur. Berdasarkan temuan hasil studi pendahuluan ini peneliti tertarik untuk mengetahui tingkat pengetahuan perawat tentang pendokumentasian keperawatan serta dikaitkan dengan sikap perawat dalam proses pelaksanaannya. METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian adalah deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Lokasi penelitian di Puskesmas Kartasura dan Puskesmas Baki pada tanggal tanggal 8 Juni 2015 sampai dengan 13 Juni 2015. Populasi yang digunakan peneliti adalah perawat di Puskesmas Kartasura yaitu 24 orang dan perawat Puskesmas Baki yang berjumlah 24 orang diambil dengan teknik total sampling. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner. Teknik analisis data meliputi analisis univariat dan analisis bivariat dengan menggunakan uji statistik chi-square. HASIL PENELITIAN 1. Tingkat Pengetahuan Perawat tentang Dokumentasi Keperawatan Tabel 1. Tingkat Pengetahuan Perawat tentang Dokumentasi Keperawatan Tingkat Frekuensi Prosentase Pengetahuan Cukup Baik 14 29,2 % Baik 34 70,8 % Total 48 100,0 % Pada tabel 1. di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar perawat yang bekerja di Puskesmas Kartasura dan Puskesmas Baki masuk dalam kategori tingkat pengetahuan yang baik yaitu 34 orang atau 70,8 %, terdapat 14 orang perawat atau 29,2 % masuk dalam kategori pengetahuan yang cukup baik. 2. Sikap Perawat tentang Dokumentasi Keperawatan Tabel 2. Sikap Perawat dalam Pendokumentasian Proses Keperawatan Sikap Frekuensi Prosentase Buruk Baik 12 36 25,0 % 75,0 % Total 48 100,0 % Pada tabel 2. di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar perawat yang bekerja di Puskesmas Kartasura dan Puskesmas Baki masuk dalam kategori memiliki sikap yang baik dalam proses pendokumentasian keperawatan yaitu 36 orang atau 75 %, dan terdapat 12 orang perawat atau 25 % masuk dalam kategori memiliki sikap yang buruk dalam proses pendolumentasian keperawatan. 3. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Tentang Dokumentasi Keperawatan Dengan Sikap Perawat Dalam Pendokumentasian Proses Keperawatan di Puskesmas Kartasura dan Puskesmas Baki
6 Adapun hasil analisa tabulasi silang hubungan antara tingkat pengetahuan tentang dokumentasi keperawatan dengan sikap perawat dalam pendokumentasian proses keperawatan di Puskesmas Kartasura dan Puskesmas Baki akan disajikan pada tabel 3 berikut ini. Tabel 3. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Tentang Dokumentasi Keperawatan Dengan Sikap Perawat Dalam Pendokumentasian Proses Keperawatan di Puskesmas Kartasura dan Puskesmas Baki Tingkat Sikap Perawat Jumlah Pengetahuan Cukup baik Buruk 9 18,8 % Baik 3 6,3 % Jumlah 12 25 % Baik 5 10,4 % 31 64,6 % 36 75 % 14 29,2 % 32 70,8 % 48 100,0 % Berdasarkan tabel 3. di atas maka di antara tingkat pengetahuan perawat tentang dokumentasi keperawatan dikatakan cukup baik dengan sikapnya buruk terdapat 9 orang atau 18,8 % sedangkan 5 orang atau 10,4 % perawat memiliki sikap baik. Selanjutnya tingkat pengetahuan perawat tentang dokumentasi keperawatan dikatakan baik dengan sikap buruk terdapat 3 orang atau 6,3 % dab 31 orang atau 64,6 % lainnya memiliki sikap baik. Tabel 4. Hasil Uji Bivariat dengan Chi Square Value df p value Chi Square 13,445 1 0,000 Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa nilai chi square ( 2 ) sebesar 13,445 dengan p value 0,000. Berdasarkan ketentuan di bab sebelumnya bahwa jika pvalue lebih dari α maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti 0 berarti tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang dokumentasi keperawatan dengan sikap perawat dalam pendokumentasian proses keperawatan di Puskesmas Kartasura dan Puskesmas Baki. Sebaliknya jika p value kurang dari α maka Ho ditolak dan Ha diterima berarti berarti ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang dokumentasi keperawatan dengan sikap perawat dalam pendokumentasian proses keperawatan di Puskesmas Kartasura dan Puskesmas Baki. Berdasarkan ketentuan tersebut diketahui bahwa 2 sebesar 13,445 dibanding dengan nilai 2 tabel dengan 5,99. Pembandingan ini menggunakan derajat bebas = 2 dengan nilai signifikansi p value (0,000) < α (0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima berarti berarti ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang dokumentasi keperawatan dengan sikap perawat dalam pendokumentasian proses keperawatan di Puskesmas Kartasura dan Puskesmas Baki.
7 PEMBAHASAN 1. Tingkat Pengetahuan Perawat tentang Dokumentasi Keperawatan Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa perawat yang bekerja di Puskesmas Kartasura dan Puskesmas Baki sudah memahami tentang dokumentasi keperawatan. Hal ini menunjukkan bahwa skor jawaban responden antara 7-13 memiliki jawaban yang benar. Pengetahuan perawat di Puskesmas Kartasura dan Puskesmas Baki masuk kategori baik dalam pemahaman dokumentasi keperawatan diantaranya mengenai pengertian dokumentasi keperawatan, tujuan dari dokumentasi keperawatan, manfaat dan kepentingan. Pemahaman yang baik dalam hal strategi dokumentasi pengkajian, diagnose, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dari keperawatan. Serta peran perawat dalam pendokumentasian proses keperawatan. Menurut Damayanti (2013) pengetahuan pelaksanaan pendokumentasian harus dimiliki oleh berbagai profesi tenaga kesehatan salah satunya adalah perawat. Seorang perawat mempunyai peran dalam melaksanakan pendokumentasian asuhan keperawatan dalam rekam medis. Menurut Nuryani dan Susanti (2014) pengetahuan perawat menentukan tindakan perawat dalam memberikan pelayanan kepada pasien, sehingga tindakan perawat yang dilandasi oleh pengetahuan akan memberikan pelayanan yang lebih baik dibandingkan dengan perawat yang melakukan tindakannya tanpa didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan perawat juga sangat berperngaruh terhadap kelengkapan pengisian dokumentasi asuhan keperawatan. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Adryani, dkk. (2012) menunjukkan bahwa 33 responden (61,1%) menyatakan perawat memiliki pengetahuan yang baik dalam diagnosa keperawatan pasien hipertensi dan 25 responden (46,3%) memiliki pengetahuan cukup serta 8 responden (14,8%) yang memiliki diagnosa keperawatan pasien hipertensi kurang baik. 2. Sikap Perawat tentang Dokumentasi Keperawatan Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar perawat yang bekerja di Puskesmas Kartasura dan Puskesmas Baki masuk dalam kategori memiliki sikap yang baik dalam proses pendokumentasian keperawatan yaitu 36 orang atau 75 %, dan terdapat 12 orang perawat atau 25 % masuk dalam kategori memiliki sikap yang buruk dalam proses pendolumentasian keperawatan.
8 Menurut Zakiyah (2011) menjelaskan suatu sikap yang dipunyai individu mengenai pekerjaannya dihasilkan dari persepsi mereka terhadap pekerjaannya, didasarkan pada faktor lingkungan kerja, gaya supervisi, kebijakan dan prosedur Hal ini sesuai dengan teori sikap yang mengatakan bahwa melalui tindakan dan belajar, seseorang akan mendapatkan kepercayaan dan sikap terhadap sesuatu yang pada giliranya akan mempengarui perilaku. Teori perubahan perilaku mengatakan berdasarkan anggapan bahwa perubahan perilaku individu tergantung kepada kebutuhan. Perilaku dilatar belakangi oleh kebutuhan individu yang bersangkutan. Menurut Azwar (2012), sikap seseorang adalah predisposisi untuk memberikan tanggapan terhadap rangsangan lingkungan yang dapat membimbing tingkah laku orang tersebut. Sikap merupakan salah satu komponen dalam faktor predisposisi terbentuknya perilaku. Menurut Efendi dan Makhfudli (2009), sikap adalah reaksi atau respon tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap belum tentu menunjukan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi menjadi predisposisi sebuah tindakan. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Adryani, dkk. (2012) menunjukkan bahwa menunjukkan bahwa 32 responden (59,3%) mempunyai diagnosa keperawatan pasien hipertensi baik dan 23 responden (42,6%) memiliki sikap baik serta 9 responden (16,7%) yang memiliki diagnosa keperawatan pasien hipertensi kurang baik. Temuan Zakiyah (2011) hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap dan pendidikan perawat berpengaruh terhadap praktik pendokumentasian asuhan keperawatan. 3. Hubungan antara Tingkat Pengetahuan tentang Dokumentasi Keperawatan dengan Sikap Perawat dalam Pendokumentasian Proses Keperawatan di Puskesmas Kartasura Dan Puskesmas Baki Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang dokumentasi keperawatan dengan sikap perawat dalam pendokumentasian proses keperawatan di Puskesmas Kartasura dan Puskesmas Baki. Dengan demikian hipotesis alternatif (ha) yang diajukan terbukti kebenarannya. Hal ini menunjukkan kecenderungan semakin baik pengetahuan perawat di Puskesmas Kartasura dan Puskesmas Baki, maka
9 semakin baik pula sikap perawat dalam proses pendokumentasian hasil keperawatannya. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Utami dan Supratman (2009) yang telah membuktikan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dan sikap perawat dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pasien. Didukung pula oleh Zakiyah (2011) menunjukkan bahwa sikap dan pendidikan perawat berpengaruh terhadap praktik pendokumentasian asuhan keperawatan. Perawat yang mempunyai sikap baik dan perawat dengan latar belakang pendidikan S1 keperawatan cenderung melakukan pendoku-mentasian asuhan keperawatan dengan baik. Perawat yang mempunyai sikap yang baik akan berfikir dan dan mempunyai keyakinan bahwa dirinya harus bekerja dengan baik. Pendidikan dapat meningkatkan kemampuan dan kualitas seseorang, sehingga semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula keinginan untuk mengaplikasikan pengetahuannya dalam bekerja. Pendidikan perawat yang tinggi memegang peran penting dalam mempengaruhi sikap perawat tentang pendokumentasian keperawatan. Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan. Ketiga hasil penelitian di atas semakin menguatkan hasil penelitian yang peneliti lakukan, bahwa pengetahuan memiliki hubungan dengan sikap seseorang. Berdasarkan pengamatan Adryani, dkk. (2012), berasumsi bahwa antara pengetahuan dan sikap perawat sangat mempengaruhi diagnosa keperawatan pasien hiertensi sehingga dalam memberikan pelayanan, perawat harus memiliki wawasan yang luas dan perawat harus bersikap profesional agar tercipta harapan-harapan yang diinginkan baik perawat itu sendiri maupun klien. Menilik beberapa penelitian terdahulu yang di sajikan di atas, peneliti telah membuktikan dalam penelitian ini bahwa pengetahuan ada hubungannya dengan sikap perawat dalam pelaksanaan proses pendokumentasian keperawatan pada pasien. Semakin tinggi pengetahuan perawat tentang dokumentasi keperawatan maka semakin baik pula sikap perawat dalam pelaksanaan proses pendokumentasian keperawatan pada pasien SIMPULAN 1. Tingkat pengetahuan perawat yang bekerja di Puskesmas Kartasura dan Puskesmas Baki mayoritas termasuk kedalam kategori baik yaitu 34 orang atau 70,8 %.
10 2. Sikap perawat tentang proses pendokumentasi keperawatam mayoritas masuk dalam kategori baik yaitu 36 orang atau 75 %. 3. Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan tentang dokumentasi keperawatan dengan sikap perawat dalam pendokumentasian proses keperawatan di Puskesmas Kartasura Dan Puskesmas Baki dengan nilai chi square ( 2) sebesar 16,269 lebih besar chi square tabel 5,99 dengan signifikansi 0,001 lebih kecil dari 0,05. SARAN 1. Bagi Puskesmas Diharapkan Puskesmas Kartasura dan Puskesmas Baki selalu membimbing dan mengarahkan pada seluruh tenaga kesehatan khususnya perawat tentang pentingnya pendokumentasian proses keperawatan guna menjaga dan meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan. Bimbingan yang maksudkan dapat berbentuk pendampingan sampai perawat paham mengenai proses pendokumentasian keperawatan 2. Bagi Institusi Pendidikan Dokumentasi keperawatan yang dilaksanakan secara baik dan benar akan membantu para mahasiswa dalam proses belajar mengajar untuk mendapatkan pengetahuan dan membandingkannya baik teori maupun praktik. 3. Bagi Peneliti Lain Diharapkan dalam melakukan penelitian dengan pokok permasalahan yang hampir mirip, maka perlu menambahan variabel, jumlah responden, lokasi penelitian untuk menekankan tingkat pengetahuan perawat tentang dokumentasi keperawatan dengan sikap perawat dalam proses pendokumentasian keperawatan. 4. Bagi Manajemen Puskesmas Sesuai dengan wewenang yang dimiliki puskesmas dalam menyelenggarakan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi tentang pembangunan kesehatan maka diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan masukan pihak manajemen puskesmas dalam upaya meningkatkan kualitas pegawai baik medis maupun non medis khususnya perawat dalam pendokumentasian proses keperawatan dengan mengikutsertakan para perawat secara periodik untuk mengikuti pendidikan maupun pelatihan mengenai proses pendokumentasian keperawatan. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Puskesmas Kartasura dan Puskesmas Baki Kabupaten Sukoharjo dan responden penelitian yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini.
11 DAFTAR PUSTAKA Andryani, I.E., Imayani, dan Kadir, A. 2012. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Perawat dalam Diagnosa Keperawatan pada Pasien Hipertensi di Instalasi Rawat Inap Lontara I RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Jurnal Ilmu Keperawatan. Vo 1 No 5. Pp 1-8. Azwar, S. 2012. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Dermawan, D. 2012. Proses Keperawatan : Penerapan Konsep dan Kerangka Kerja. Magelang: Gosyen Publishing. Effendy, F. Dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Utami, Y.W. dan Supratman. 2009. Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Sikap Perawat Dalam Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Pasien di BRSUD Sukoharjo. Berita Ilmu Keperawatan ISSN 1979-2697, Vol. 2 No. 2, Juni 2009: 69-74 Wawan, A. dan Dewi, H. 2011. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika. Zakiyah, A. 2011. Hubungan Sikap dan Karakteristik Perawat Dengan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit Umum Sidoarjo. Jurnal Ilmu Keperawatan. Vol 2 No 4. Pp 1-8 Gaffar, L.O. J. 2009. Keperawatan Profesional. Jakarta: EGC. Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam. 2013. Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Medika. Satrianegara, F.M. 2014. Organisasi dan Manajemen Pelayanan Kesehatan: Teori dan Aplikasi dalam Pelayanan Puskesmas dan Rumah Sakit. Jakarta: Salemba Medika. Sumarni, E.E.S., Utami, G.T., dan Elita, V. 2014. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Perawat tentang Pemberian Obat Terhadap Tindakan Pendokumentasian Keperawatan. Jurnal Ilmu Keperawatan. Vol 2 No 6. Pp 1-7. Sunaryo. 2013. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: ECG.