BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. kenyataannya, anak ada yang normal dan anak yang berkebutuhan khusus.

Prosiding Psikologi ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Panti Sosial Asuhan Anak adalah suatu lembaga usaha kesejahteraan sosial

Studi Deskriptif Mengenai Derajat Kesabaran Pada Ibu Asuh Di SOS Children s Village (SOS Kinderdorf) Lembang

BAB I PENDAHULUAN. kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga

Sengsara membawa Nikmat (Buah dari Kesabaran) Oleh: Estu Miyarso

BAB IV ANALISIS. Yang Mengajar Anak Berkebutuhan Khusus Di SDN Banua Anyar 4 dan SDN. 1. Efikasi Diri Guru yang Mengajar Anak Berkebutuhan Khusus

BAB IV ANALISIS MASALAH. 4.1 Analisis Tentang Kepercayaan Diri Anak Tuna Netra di Balai

BAB I PENDAHULUAN. politik, sosial, dan lain sebagainya. Permasalahan-permasalahanan tersebut kerap

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

terus berjuang, meskipun kadang-kadang banyak rintangan dan masalah dalam kehidupan. Kesuksesan dapat dirumuskan sebagai tingkat di mana seseorang

= DAILY MOTIVATION SKILL = disampaikan oleh

KESABARAN DI BULAN KEMULIAAN. Oleh: A.B.E. Miyarso

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan

BAB IV ANALISIS PROBLEM PSIKOLOGIS PASIEN PRA DAN PASCA MELAHIRKAN DAN PELAKSANAAN BIMBINGAN ROHANI ISLAM

1 Universitas Indonesia

LAMPIRAN A SKALA PENELITIAN SEBELUM UJI COBA. 1. Skala Tawakal ( I ) 2. Skala Adversity Quotient ( II )

1. PENDAHULUAN. Gambaran resiliensi dan kemampuan...dian Rahmawati, FPsi UI, Universitas Indonesia

Ingatlah, hanya dengan berdzikir kepada Allah sajalah hati akan menjadi tenteram (QS Ar Ra d : 28).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. telah membina keluarga. Menurut Muzfikri (2008), anak adalah sebuah anugrah

Fakultas Psikologi, Jl. Tamansari No.1 Bandung 1

*** Buah Kesabaran ????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????

ADAB DAN MANFAAT MENUNTUT ILMU

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN UTSMAN NAJATI TENTANG KECERDASAN EMOSIONAL DAN RELEVANSINYA DENGAN PENDIDIKAN ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kebahagiaan. Kebahagian di dalam hidup seseorang akan berpengaruh pada

Bab 2 LANDASAN ETIKA DALAM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan keragu-raguan, ataupun kecemasan. Misalnya ketika seseorang diminta

SIKAP MUSLIM MENGHADAPI MUSIBAH. Ust. H. Ahmad Yani, MA. Kondisi Manusia Menghadapi Musibah


5. DISKUSI, KESIMPULAN, DAN SARAN

5. PENUTUP. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berbagai macam permasalahan remaja dalam hal ini salah satunya adalah

1 Tesalonika 1. 1 Tesalonika 2

LAMPIRAN 1. Blue Print Kuisioner. Dukungan Sosial

Mempersembahkan... SEQ. Training Kewirausahaan. Menjadi Pebisnis Amanah & Tawadhu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Gambaran Stres..., Muhamad Arista Akbar, FPSI UI, 2008

Studi Deskriptif Mengenai Derajat Kesabaran pada Mahasiswa HIPMI Univ TELKOM Bandung

BAB 1 PENDAHULUAN. psikologis, sosial, dan spiritual (Hidayat, 2009). Sedangkan menurut Undang-

BAB IV PERILAK TERPUJI

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi untuk jaman sekarang sangat dibutuhkan oleh setiap perorangan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada waktu dan tempat yang kadang sulit untuk diprediksikan. situasi

BAB IV ANALISIS PERANAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DALAM MENINGKATKAN MORAL KLIEN ANAK DI BALAI PEMASYARAKATAN KLAS I SEMARANG A.

Kelompok Azizatul Mar ati ( ) 2. Nur Ihsani Rahmawati ( ) 3. Nurul Fitria Febrianti ( )

BAB I PENDAHULUAN. 40 tahun dimana terjadi perubahan fisik dan psikologis pada diri individu, selain itu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Iding Tarsidi, 2013

HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN KECERDASAN RUHANIAH DENGAN KECENDERUNGAN POST POWER SYNDROME PADA ANGGOTA TNI AU DI LANUD ISWAHJUDI MADIUN.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan para mahasiswa yang tanggap akan masalah, tangguh, dapat di

BAB I PENDAHULUAN. membacanya ibadah dan tidak ditolak kebenarannya (Al-hafidz, 2005: 1).

BAB IV PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA ISLAM DAN FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT BIMBINGAN AGAMA ISLAM BAGI PARA LANJUT USIA

??????????????????????????????????????????????? :????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari uraian yang telah disampaikan dari Bab I sampai Bab IV, maka dapat

Berpaling Ketika Senang, Berputus Asa Ketika Susah

?????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.


BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perusahaan yang siap berkompetisi harus memiliki manajemen

BAB I PENDAHULUAN. Andi Mappiare, Psikologi Remaja (Surabaya: Usaha Nasional 1982), h. 45

BAB V PEMBAHASAN. A. Rangkuman Hasil Seluruh Subyek Hasil penelitian dengan mengunakan metode wawancara, tes

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak adalah anugerah, anak adalah titipan dari Allah SWT. Setiap

No Karakter Pengertian No 1. Bermutu adalah mencapai standar kualitas yang ditetapkan. Bermutu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. murid-murid dengan baik dan hasilnya tidak mengecewakan. Diperlukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Setiap pasangan memiliki harapan serta keinginan-keinginan menjalani

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman diabad 21 ini memperlihatkan perubahan yang begitu

AKHLAK PRIBADI ISLAMI

Karakteristik Anak Usia Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. dari waktu ke waktu. Humas Badan Narkotika Nasional RI (2016) telah

Mutiara Islahul Qulub 6

STUDI DESKRIPTIF TENTANG KESABARAN IBU BEKERJA DALAM MENGASUH ANAK HIPERAKTIF DI SDN PUTRACO-INDAH

LAMPIRAN. repository.unisba.ac.id

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya. Seseorang yang mengalami peristiwa membahagiakan seperti dapat

Pendidikan Agama Islam

BAB I PENDAHULUAN. yang diciptakan oleh Tuhan yang memiliki kekurangsempurnaan baik dalam segi

REVIEW. Disampaikan pada perkuliahan PENDIDIKAN AGAMA ISLAM kelas PKK. Dr. Dede Abdul Fatah, M.Si. Modul ke: Fakultas EKONOMI. Program Studi AKUNTANSI

BAB I PENDAHULUAN. ajaran Islam sangat mementingkan pemeliharaan terhadap lima hal, yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kecerdasan emosional

BAB V PEMBAHASAN. yang ada dalam kenyataan sosial yang ada. Berkaitan dengan judul skripsi ini,

BAB I PENDAHULUAN. I. A. Latar Belakang. Anak yang dilahirkan secara sehat baik dalam hal fisik dan psikis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efikasi Diri. Menurut Bandura (1997) Efikasi diri merupakan bagian penting dalam

Pendidikan Agama Islam

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu yang hidup di dunia ini pasti selalu berharap akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang sangat luar biasa, karena anak akan menjadi generasi penerus dalam keluarga.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tita Andriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan dan kebahagiaan di dunia dan ahkirat. manusia dengan berbagai dimensi kemanusiaannya, potensinya, dan

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. satu pun dari semua ini ada karena hak manusia memutuskan untuk. kebesaran dan kekuasaan Allah di alam semesta ciptaan-nya.

I. PENDAHULUAN. Anak tunagrahita merupakan bagian dari anak berkebutuhan khusus, anak

BAB I PENDAHULUAN. pembeda. Berguna untuk mengatur, mengurus dan memakmurkan bumi. sebagai pribadi yang lebih dewasa dan lebih baik lagi.

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai anak yang normal. Melihat anak anak balita tumbuh dan. akan merasa sedih. Salah satu gangguan pada masa kanak kanak yang

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH ANTARA JAMA AH HALAQOH SHALAT KHUSYUK DAN BUKAN JAMA AH HALAQOH SHALAT KHUSYUK DI SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ayat di atas bermakna bahwa setiap manusia yang tunduk kepada Allah

BAB IV ANALISIS TERHADAP TERAPI RUQYAH PADA PENDERITA GANGGUAN JIN

???????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????

BAB I PENDAHULUAN. setiap anak berhak memperoleh pendidikan yang layak bagi kehidupan mereka,

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

15 Prinsip dasar Kecerdasan Emosional : Modal Dasar Perawat Profesional

BAB I PENDAHULUAN. ujian-nya. Kebahagiaan dan kesedihan merupakan salah satu bentuk ujian

BAB I PENDAHULUAN. menjadi orang tua dari anak-anak mereka. Orang tua merupakan individu yang

MENINGKATKAN KEMANDIRIAN MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK ABA 010 CABANG KUOK KABUPATEN KAMPAR

Transkripsi:

28 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alasan Pemilihan Teori Teori kesabaran yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teori sabar menurut Yusuf (2010). Kesabaran menurut Yusuf (2010) mewakili peneliti dalam fenomena yang ada. Sabar menurut umar yusuf (2010) dapat diartikan sebagai kemampuan mengatur, mengendalikan, mengarahkan (pikiran, perasaan dan tindakan), serta mengatasi berbagai kesulitan secara komprehensif dan integratif (Yusuf, 2010). Terlebih lagi dalam teori Kesabaran menurut Umar Yusuf sudah dibuatkan aspek aspek kesabaran itu sendiri, sehingga untuk melakukan penelitian lebih memudahkan dalam hal pengukuran. 2.2 Penjelasan Teori yang Digunakan 2.2.1 Pengertian Sabar Makna kata sabar berasal dari Al-man u (menahan) atau al-habsu (mencegah). Dengan penjelasan bahwa mana kata sabar ialah menahan jiwa dari sikap cemas, mencegah lisan dari sikap mengeluh, dan mengontrolaktivitas tubuh lainnya dari menyakiti (Al-Jauziyah,2009). Sabar berasal dari bahasa Arab Shobaro. Shobaro ala berarti bersabar atau tabah hati, Shabara an berarti memohon atau mencegah, Shabarabihi berarti menanggung. Sabar juga dapat berarti menahan diri dan mengendalikan diri. Terdapat pendapat yang mengatakan bahwa mana kata ashshabru mengacu pada suatu kaum yang mampu bertahan dalam masalah yang tengah membelit mereka, dan kesimpulan dari mana kata sabar sesungguhnya ada tiga, yaitu

29 al-man u (menahan), asy-syiddatu (kokoh), dan azh-zhammu (menghimpun) (al- Jauziyah, 2009). Berdasarkan penjelasan Al-Quran dan Al-Hadist, kata sabar memiliki makna yang sangat luas, selain memiliki makna usaha dan kerja keras; sabar dapat berarti kemampuan dalam hal pengendalian jiwa; sabar dapat berarti pengatura dan pengelolaan diri; sabar dapat berarti pengerahan aktivitas; dan sabar juga sebagai upaya untuk mengatasi kesulitan dan atau permasalahan yang dapat mendatangkan kerugian. Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung (QS. Ali Imran [3] : 200). Ayat tersebut menjelaskan bahwa pentingnya bersabar serta menguatkan kesabaran, serta selalu berusaha dalam setiap keadaan baik senang maupun susah. Serta seruan untuk selalu bertawakal kepada Allah agar manusia dapat memetik hasil dari kesabarannya tersebut.

30 Artinya : Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar (QS. Al-Baqarah [2] : 155). Artinya : (yaitu) orang-orang yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, orang-orang yang sabar terhadap apa yang menimpa mereka, orang-orang yang mendirikan sembahyang dan orang-orang yang menafkahkan sebagian dari apa yang telah Kami rezkikan kepada mereka (QS. Al-Hajj [22] :35). Ayat-ayat tersebut diatas menggambarkan bahwa sabar berarti teguh, tabah, tekun. Sabar dapat diartikan sebagai kemampuan mengatur, mengendalikan, mengarahkan (pikiran, perasaan dan tindakan), serta mengatasi berbagai kesulitan secara komprehensif dan integratif (Umar Yusuf, 2010). Komprehensif dalam pengertian ini adalah mampu menangkap (menerima) permasalahan dengan baik; memiliki informasi yang luas dan lengkap (tentang ruang lingkup atau isinya); serta memperlihatkan wawasan yang luas tentang permasalahan yang dihadapi (Kamus

31 Besar Bahasa Indonesia). Sedangkan yang dimaksud dengan kata integratif adalah mampu melihat permasalahan secara terpadu. Sabar dalam kamus bahasa Indonesia memiliki 3 pengertian, yaitu yang pertama menghadapi cobaan seperti tidak lekas marah, tidak lekas putus asa dan tidak lekas patah hati, sabar dalam pengertian seperti hal tersebut dapat diartikan tabah. Konsep sabar dalam makna tabah ini juga terlihat dalam kamus besar ilmu pengetahuan yaitu sikap dan tahan menderita. Kedua, sabar juga dapat berarti teguh pada pendirian yaitu biasanya ditandai dengan kehati-hatiian dalam bertindak, tahan uji dalam mengabdi dan mengemban perintah-perintah Allah, serta tahan dari godaan dan cobaan duniawi. Ketiga, sabar dapat diartikan tenang, tidak tergesa-gesa dan tidak terburu-buru. Artinya sabar yang ketiga ini dapat dimaknakan sebagai tekun. Dalam istilah syariat, sabar berarti menahan diri untuk melakukan keinginan dan meninggalan larangan allah SWT (Yusuf, 2010). Dari kedua istilah diatas dapatlah dikatakan orang sabar adalah orang yang mampu melihat permasalahan secara luas dari berbagai perspektif dan mampu untuk mengintegrasikan secara terpadu dalam mengatasi permasalahan yang dihadapinya. Kesabaran dan ketangguhan erat kaitannya dengan kehendak yang kuat. Seorang yang sabar adalah seorang yang mempunyai kehendak yang kuat. Meskipun ia menghadapi berbagai kesulitan dan hambatan, kemauannya tidaklah melemah dan citanya tidak memudar. Dan kehendak yang kuat membuat manusia bisa melaksanakan pekerjaan-pekerjaan besar dan merealisasikan tujuan-tujuan yang tinggi.

32 2.2 Aspek-aspek Sabar 2.2.1 Teguh pada Prinsip Teguh pada prinsip adalah menggambarkan keyakinan seseorang dalam menjalankan kehidupannya dan berusaha dengan keras mencapai apa yang diingnkannya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991) teguh pada prinsip adalah kukuh (pada perbuatan), kuat dalam memegang (janji atau perkataan), serta tetap dan tidak berubah (pendirian, keyakinan, kesetiaan). Keteguhan hati akan membawa pelakunya untuk berani dalam menghadapi cobaan dan tidak berupaya untuk menghindarinya. Keteguhan dapat dicapai dengan cara bertawakal kepada Allah SWT, yaitu tidak hanya pasrah dengan pemberian Allah SWT, namun juga berusaha untuk menghadapi segala cobaan dengan patut dan niat yang ikhlas. Teguh pada pendirian atau prinsip meliputi konsekuen dan konsisten, dengan sub aspek antara lain : a. Konsekuen berarti melakukan suatu hal sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya. Di dalam konsekuen terkandung adanya keberanian mengambil resiko, dan optimisme. - Keberanian mengambil resiko yaitu mau menerima tantangan dalam menjalankan kehidupan dengan segala kemungkinannya yang baik ataupun yang buruk. - Optimis bahwa setiap masalah ada solusinya. Keyakinan bahwa dirinya mampu mencapai target tertentu dengan baik walaupun terdapat hambatan-hambatan baik bersifat eksternal maupun internal.

33 b. Konsisten (memiliki disiplin tinggi) yaitu bertingkah laku secara selaras dan sesuai dengan apa yang telah diyakini. Konsisten meliputi disiplin yaitu taat terhadap peraturan dan tertib dalam melaksanakan aturan. - Taat terhadap aturan menunjukkan bagaimana seseorang mampu dan mau taat terhadap aturan yang berlaku dalam kehidupan dan senantiasa tunduk dan tidak melakukan kecurangan. - Tertib dalam melaksanakan aturan menunjukkan bagaimana seseorang menjalankan aturan yang berlaku secara terus menerus dan sistematis. 2.2.2 Tabah Tabah adalah kekuatan dalam menghadapi (cobaan, bahaya, ujian, kesulitan) (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1991). Tabah juga diartikan tetap dan kuat hati (dalam menghadapi bahaya dsb); berani: kita harus dl menghadapi berbagai cobaan (ujian, kesulitan). Sehingga, tabah adalah sebuah ketahanan individu dalam menghadapi suatu hal yang menghambat dan tidak menyenangkan atau tidak disukainya, jadi bagaimana seorang individu ini menyikapi dan menghadapi suatu keadaan yang tidak menyenangkan atau tidak disukainya.tabah meliputi daya tahan, daya juang, toleransi terhadap frustrasi, mampu belajar dari kegagalan, dan bersedia menerima umpan balik untuk memperbaiki diri. a. Daya tahan dalam menghadapi kesulitan diartikan sebagai waktu bertahanyaitu lamanya seseorang melakukan sesuatu intensitas kerja. b. Daya juang yaitu kegigihan dalam mencapai tujuan.

34 c. Toleransi terhadap frustrasi yaitu kemampuan menghadapi dan mengatasi masalah yang dapat menimbulkan stress. d. Mampu belajar dari kegagalan yaitu berusaha untuk memperbaiki diri menjadi lebih baik. e. Bersedia menerima umpan balik untuk memperbaiki diri dan atau perilakunya. Mau menerima masukan dari orang lain dan menjadikan masukan tersebut sebagai hal yang positif agar kehidupan yang dihadapinya menjadi lebih baik. 2.2.3 Tekun Tekun artinya berkeras hati, teguh pada pendirian, rajin, giat, sungguhsungguh dan terus menerus dalam bekerja meskipun mengalami kesulitan, hambatan dan rintangan. Sifat tekun ini diwujudkan dalam semangat yang berkesinambungan dan tidak kendur walaupun banyak rintangan yang menghadang. Di dalam tekun meliputi perencanaan dan antisipatif atau kesiagaan. a. Antisipatif yaitu tanggap terhadap sesuatu yang sedang atau akan terjadi dan memiliki rencana cadangan apabila menghadapi kesulitan dalam pencapaian target atau tujuan. Allah SWT menjelaskan :

35 Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung (QS. Ali Imran [3] : 200). b. Terencana yaitu memiliki rencana dalam penyelesaian dan usaha dalam merealisasikan rencana tersebut. Allah SWT berfirman : Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung (QS. Ali Imran [3] : 200). c. Fokus/Terarah terhadap pencapaian tujuan Fokus merupakan kunci untuk mencapai keberhasilan. Kekuatan fous bisa dibuktikan dengan melalui kaca pembesar, dimana kaca pembesar itu memiliki cermin cembung yang berfungi untuk menampung cahaya dan memantulkannya pada objek tertentu yang kita tentukan. Dalam Hadist Rasulullah saw dari Aisyah : Sesungguhnya Allah mencintai setiap kalian yang apabila mengerjakan suatu pekerjaan, maka ia menyempurnakannya.

36 2.3 Orang tua anak berkebutuhan khusus Ada beberapa peran khusus dan tanggung jawab dari orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus dalam Mangunsong (2011). 1. Orang tua sebagai pengambil keputusan Pada awalnya apapun yang dilakukan kalangan profesional hanyalah sekedar membantu melayani, memberikan alternatif pemecahan masalah, sesuai dengan problema yang dihapai anak cacat. Namun pilihan mana alternatif yang akan ditempuh sepenuhnya adalah hak dan tanggung jawab orang tua. 2. Tanggung jawab sebagai orang tua Meliputi : pertama, proses penyesuaian diri bahwa ia adalah orang tua dari anak cacat dengan menerima realistis, memiliki kesadaran intelektual mengenai kecacatan anaknya dan harus bisa melakukan penyesuaian secara emosional. Hal ini dapat dibantu oleh parent support group. Kedua, sosialisasi anak yang umumnya sumber keprihatian orang tua berasala dari perlakuan negatif masyarakat normal terhadap anak yang cacat. Anak menjadi terasing dan tidak bersosialisasi dengan baik. Ketiga, memperhatikan hubungan saudara-saudara anak luar biasa. Keempat, merencanakan masa depan dan perwalian. 3. Tanggung jawab sebagai guru Orang tua dipandang sebagai instructional resources dalam mempertemukan kebutuhan anak dengan kebutuhan pendidikannya yang disesuaikan dengan perkembangan anak. Alasannya adalah orang tua memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap anak-anaknya. Orang tua juga merupakan orang yang paling mengetahui anaknya dan lebih banyak waktu bersama anaknya.

37 4. Sebagai penasehat atau advokasi. Orang tua bertanggung jawab sebagai pendukung dan pembela kepentingan anak sebagai anak berkebutuhan khusus. 2.5 Tunaganda Mangunsong (1998) menjelaskan tentang pengertian anak tunaganda adalah anak yang menderita kombinasi atau gabungan dari dua atau lebih kelainan/kecatatan dalam segi fisik, mental, emosi, dan soisal, sehingga memerlukan pelayanan pendidikan, psikologik, medik, sosial, vokasional melebihi pelayanan yang sudah tersedia bagi anak yang berkelainan tunggal, agar masih dapat mengembangkan kemampuannya seoptimal mungkin untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Menurut Sontag, dkk (1982, dalam Mangunsong,1998) mengemukakan bahwa anak tunaganda dan cacat berat adalah anak-anak yang berkebutuhan dasar pendidikannya perlu pemantapan dan pengembangan keterampilan dasar di bidangbidang sosial, bantu diri dan komunikasi. 2.6 Kerangka Pemikiran Anak berkebutuhan khusus akan berperilaku yang berbeda dengan anak lain yang normal pada usianya. Terlebih lagi untuk anak yang mmiliki ketunaan ganda atau yang disebut tunaganda, yaitu anak yang memiliki kombinasi atau beberapa kecacatan. Sehingga perbedaan perilaku anak tunaganda akan sangat dirasakan oleh pengasuhnya terutama ibu. Anak berkebutuhan khusus akan mendapatkan pendidikan disekolah khusus. SLB-G yayasan Bhakti Mitra Utama Baleendah Kabupaten Bandung merupakan satu-satunya sekolah luar biasa dengan label G (Tunaganda).

38 Pada anak tunaganda usia 6-12 tahun di SLB-G YBMU memiliki perilaku seperti tidak mandiri dalam melakukan self help seperti mandi, makan, menggunakan pakaian, dan lain sebagainya. Keadaan tersebut menjadikan ibu harus berada didekat anak secara terus menerus. Anak tidak dapat berinteraksi dengan baik sesuai usianya, dikarenakan memiliki banyak hambatan dan lingkungan sekitar terkadang tidak menerima dengan keadaan anak, sehingga anak menjadi sulit berinteraksi dengan anak lain, dan terkadang mendapatkan perlakuan tidak baik seperti ejekan dan perlakuan fisik seperti dicubit atau dipukul. Ibu dari anak tunaganda di SLB-G YBMU ini memiliki latar belakang ekonomi menengah kebawah, sehingga ada keterbatasan orang tua dalam memfasilitasi kebutuhan anak tunaganda. Dilihat dari keadaan tersebut, tidak menjadikan ibu berputus asa, seperti halnya dalam pengobatan anak. Ibu mengikut sertakan anaknya untuk terapi, namun jika keuangan keluarga dirasakan kurang baik, ibu tidak menghentikan pengobatan anak, namun ibu menyiasatinya dengan cara pengobatan tradisional. Ibu menganggap bahwa anak yang dimilikinya merupakan karunia Allah SWT dan harus dijaga keberadaannya, sehingga dalam keadaan yang sulit sekalipun ibu tetap berusaha untuk merawat anaknya. Berdasarkan hal tersebut, menunjukkan bahwa ibu dalam keadaan yang sulit sekalipun tetap berusaha untuk menerima cobaan dan berusaha untuk bangkit dari hambatan-hambatan yang ada. Berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Menurut Parrish (2010), ibu yang memiliki anak tunaganda akan mengalami rasa kehilangan dan perasaan sedih yang lama dengan siklus yang berulang dengan memiliki arakteristik gangguan stres pasca-trauma, kesedihan

39 antisipatif, dan kesedihan yang kronis. Selain itu juga Olsson & Hwang (2008) mengatakan bahwa orang tua dari anak dengan cacat intelektul memiliki tingkat stres yang lebih tinggi dibandingkan dari orang tua dengan anak-anak yang berkembang secara normal. Dari hasil penelitian terdahulu dan fenomena yang ditemukan oleh peneliti, dapat dilihat bahwa ternyata ibu yang memiliki anak tunaganda dengan dasar ketunaan tunagrahita dapat berkembang menjalani hidup dengan sabar, seperti ibu berusaha melalui hambatan dan tekanan yang ada, berani dalam menghadapi kenyataan yang ada pada anaknya, dan ibu tetap kuat hati dalam menghadapi berbagai tekanan baik dari dirinya sendiri maupun daari lingkungan sekitar. Berdasarkan paparan diatas, fenomena ini disebut dengan Sabar, karena ibu mampu bertahan dalam situasi yang berat dengan memiliki anak tunganda dengan tetap menerima keberadaan anak, mampu menjalin hubungan yang baik dengan lingkungannya walaupun dalam kondisi sulit yang dimiliki oleh ibu. Berdasarkan konteks Psikologi Islam kemampuan tersebut berkaitan dengan sabar. Sabar merupakan suatu sifat (psychological traits) yang penting dalam perilaku, karena sabar adalah kemampuan mengatur, mengendalikan, mengarahkan (pikiran, perasaan dan tindakan), serta mengatasi berbagai kesulitan secara komprehensif dan integratif (Yusuf, 2010). Kesabaran tentunya sangat diperlukan pada ibu dalam mengasuh anaknya dengan berkebutuhan khusus yaitu tunaganda. Ibu emnganggap bahwa apa yang terjadi padanya merupakan takdir Allah dan anaknya adalah titipin Allah SWT.

40 Ibu dari anak tunaganda berusia 6-12 tahun di SLB-G Yayayasan Bhakti Mitra Utama Baleendah Kabupaten Bandung Dampak yang dirasakan ibu dari ketunaan anak: 1. Beban pengasuhan menjadi lebih berat. 2. nak tidak mandiri, sehingga ibu harus berada didekat anak. 3. Perasaan malu, minder, sedih, keputusasaan, acuh tak acuh, menolak kehadiran anak. 4.Mendapatkan perilaku yang tidak menyenangkan dari lingkungan. Sabar Teguh: Ibu yakin bahwa mengasuh anak merupakan kewajibannya, ibu yakin apabila mengajarkan anak sesuatu akan memiliki kemampuan lebih baik. Tabah: Ibu tidak trauma dengan kelahiran anak tunaganda, Ibu dari anak tunaganda menerima ketunaan anak dengan keterbatasnnya yang dimilikinya terlihat dari cara ibu mencari informasi untuk memahami ketunaan yang dimiliki anak, memfasilitasi kebutuhan anak seperti pendidikan anak, ibu tidak malu dengan keadaan anak yang berbeda dari yang lain Tekun: ibu yang tetap berusaha untuk mengasuh anaknya dan belajar terus menerus untuk membuat keterbatasan yang dimiliki anak menjadi optimal dengan cara menyasati menyekolahkan dan mengajarkan anak dirumah, ibu tidak menyerah dengan keadaan anak sehingga ibu mengikutsertakan anak untuk terapi ataupun pengobatan tradisional