Insidens ikterus di Indonesia pada bayi cukup

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

MODUL FOTOTERAPI PADA BAYI NSA419. Materi Fototerapi Pada Bayi. Disusun Oleh Ns. Widia Sari, M. Kep. UNIVERSITAS ESA UNGGUL Tahun 2018

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bilirubin merupakan produk dari sejumlah destruksi normal dari sirkulasi eritrosit dimana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikterus neonatorum merupakan masalah yang sering dijumpai pada perawatan bayi baru lahir normal, khususnya di

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Metabolisme bilirubin meliputi sintesis, transportasi, intake dan konjugasi serta

METABOLISME BILIRUBIN

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dimana 75% berasal dari penghancuran eritrosit dan 25% berasal dari

Hiperbilirubinemia adalah terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan ekstrauterin. Secara normal, neonatus aterm akan mengalami

BAB IV METODE PENELITIAN. khususnya subbagian Perinatologi. Penelitian ini dilakukan di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNDIP/ RS

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

INOVASI TERKAIT HIPERBILIRUBINEMIA

HIPERBILIRUBINEMIA PADA NEONATUS

PEMBERIAN ASI EFEKTIF MEMPERSINGKAT DURASI PEMBERIAN FOTOTERAPI

BAB I PENDAHULUAN. Ikterus merupakan perubahan warna kuning pada kulit, jaringan mukosa,

KAJIAN PUSTAKA FOTO TERAPI PADA IKTERUS NEONATORUM. Oleh: Berlian Nadiah

HUBUNGAN ANTARA INSIDEN IKTERUS NEONATORUM DENGAN PERSALINAN SECARA INDUKSI

PERBEDAAN RERATA KADAR BILIRUBIN PADA NEONATUS YANG MENDAPAT ASI EKSKLUSIF DAN TIDAK EKSKLUSIF JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN USIA GESTASI DAN JENIS PERSALINAN DENGAN KADAR BILIRUBINEMIA PADA BAYI IKTERUS DI RSUP NTB. Syajaratuddur Faiqah

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 7, No. 1, Februari 2011

BAB I PENDAHULUAN. Bilirubin merupakan produk samping pemecahan protein hemoglobin di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Amerika Serikat, dari 4 juta neonatus yang lahir setiap

DAFTAR PUSTAKA. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Hiperbilirubinemia merupakan peningkatan kadar plasma bilirubin 2 standar

FAKTOR RISIKO NEONATUS BERGOLONGAN DARAH A ATAU B DARI IBU BERGOLONGAN DARAH O TERHADAP KEJADIAN HIPERBILIRUBINEMIA JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

GAMBARAN KADAR BILIRUBIN PADA IKTERUS NEONATORUM SEBELUM DAN PASCA FOTOTERAPI DI RUMAH SAKIT PERTAMINA CIREBON PERIODE JANUARI-AGUSTUS 2014

BAB I PENDAHULUAN. yang sering dihadapi tenaga kesehatan terjadi pada sekitar 25-50% bayi

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan umur bayi atau lebih dari 90 persen.

C. Pengaruh Sinar Fototerapi Terhadap Bilirubin Pengaruh sinar terhadap ikterus pertama sekali diperhatikan dan dilaporkan oleh seorang perawat di

MODUL 4 IKTERUS NEONATORUM

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

ASUHAN HIPERBILIRUBIN

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi diperlukan manusia Indonesia yang berkualitas untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. bulan, 80% anak meninggal terjadi saat umur 1-11 bulan. 1 Menurut profil

BAB VI PEMBAHASAN. pemeriksaan dan cara lahir. Berat lahir pada kelompok kasus (3080,6+ 509,94

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak khususnya bidang nutrisi,

BAB 4 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak, khususnya

PENJELASAN MENGIKUTI PENELITIAN

Kuning pada Bayi Baru Lahir: Kapan Harus ke Dokter?

BAB I PENDAHULUAN. Bayi menurut WHO ( World Health Organization) (2015) pada negara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pelatihan medik maupun paramedik serta sebagai pelayanan peningkatan

Angka kematian neonatus (AKN) merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. kejang pada bayi baru lahir, infeksi neonatal. 1 Hiperbilirubinemia merupakan

BAB IV METODE PENELITIAN. Bedah Kepala dan Leher subbagian Neuro-otologi. Perawatan Bayi Resiko Tinggi (PBRT) dan Neonatal Intensive Care Unit (NICU)

ABSTRAK INSIDENSI DAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO IKTERUS NEONATORUM DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2005

BULAN. Oleh: J DOKTER

Hubungan antara Apgar Score Dengan Ikterus Neonatorum Fisiologis di RSUD Al-Ihsan Kabupaten Bandung Tahun 2014

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di SMF Ilmu Kesehatan Anak Sub Bagian Perinatologi dan. Nefrologi RSUP dr.kariadi/fk Undip Semarang.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup tempat : RSIA. Hermina Pandanaran Semarang. Indonesia.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah ilmu kesehatan anak khususnya sub bagian

PROSES KELAHIRAN DAN PERAWATAN BAYI BARU LAHIR YANG KAMI INGINKAN

Peningkatan Keterampilan Mahasiswa untuk Memberikan Edukasi Mengenai Perawatan Metode Kanguru (PMK) Kontinu di Rumah

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kesehatan Anak, khususnya

Rasio Bilirubin Albumin pada Neonatus dengan Hiperbilirubinemia

PENGARUH PEMBERIAN LEAFLET DAN PENJELASAN TERHADAP PENGETAHUAN IBU MENGENAI HIPERBILIRUBINEMIA NEONATORUM

3. Potensial komplikasi : dehidrasi. 3. Defisit pengetahuan

BUKU PEGANGAN MAHASISWA MODUL 4 BAYI BERATLAHIR RENDAH

Pengaruh Pemberian Air Susu Ibu Terhadap Kadar Glukosa Darah pada Bayi Cukup Bulan

STUDI KOMPARATIF KADAR BILIRUBIN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN FOTOTERAPI YANG DIBERIKAN ASI ESKLUSIF DAN NON ESKLUSIF DI RST MALANG ABSTRAK

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. secara spontan dan teratur segera setelah lahir. 1,2. penyebab mortalitas dan morbiditas bayi baru lahir dan akan membawa berbagai

LAMPIRAN. b. NIP : e. Fakultas / Program Studi : Kedokteran / PPDS IKA

PROFESI Volume 10 / September 2013 Februari 2014

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG. setelah pulang dari perawatan saat lahir oleh American Academy of Pediatrics

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pengaruh Posisi Bayi Terhadap Kadar Bilirubin Pada Fototerapi Konvensional

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di ruang rekam medik RSUP Dr.Kariadi Semarang

BAB III METODE PENELITIAN. sekaligus pada suatu saat (Notoatmodjo, 2010). Variabel bebas yang. Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Dr Moewardi.

BAB IV PEMBAHASAN A. PENGKAJIAN PERTAMA (11 JUNI 2014) obyektif serta data penunjang (Muslihatun, 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Iriyanto dan Dyah Titisari (2011). Merancang phototherapy dengan

HUBUNGAN PERUBAHAN BERAT BADAN NEONATUS DENGAN KADAR BILIRUBIN HARI KETIGA DAN BILIRUBIN AKHIR MINGGU PERTAMA

Hubungan Pendidikan Kesehatan dengan Kejadian Hiperbilirubinemia di Rumah Sakit.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Angka kematian bayi di negara-negara ASEAN seperti Singapura

TATALAKSANA FOTOTERAPI PADA BAYI KURANG BULAN. Roro Kurnia Kusuma W

PEMBERIAN FOTOTERAPI DENGAN PENURUNAN KADAR BILIRUBIN DALAM DARAH PADA BAYI BBLR DENGAN HIPERBILIRUBINEMIA

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Anak. awal Maret 2016 sampai dengan jumlah sampel terpenuhi.

BAB I PENDAHULUAN. dengan melibatkan individu secara total, melibatkan keseluruhan status

FBilirubin adalah katabolisme dari heme yang

BAB II LANDASAN TEORI

Perbedaan Kecepatan Kesembuhan Anak Gizi Buruk yang Diberi Modisco Susu Formula dan Modisco Susu Formula Elemental Di RSU dr.

Hubungan Jenis Persalinan dan Prematuritas dengan Hiperbilirubinemia di RS Persahabatan

BAB V PEMBAHASAN. A. Analisis Hasil Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Dr. Moewardi September hingga

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

BAB IV METODE PENELITIAN

UNIVERSITAS INDONESIA TESIS HUBUNGAN JENIS PEMBERIAN MINUM DENGAN STATUS HIDRASI PADA BAYI YANG DI FOTOTERAPI DI RSAB HARAPAN KITA JAKARTA

STUDI PERFORMANSI PADA FOTOTERAPI UNIT DI RSU HAJI SURABAYA. Nur Muflihah*)

ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA NEONATUS DENGAN MASALAH IKTERIK NEONATUS DI RUANG MELATI RSUD Prof.Dr.MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

BAB IV METODE PENELITIAN

UKDW. % dan kelahiran 23% (asfiksia) (WHO, 2013). oleh lembaga kesehatan dunia yaitu WHO serta Centers for Disease

EFEKTIVITAS FOTOTERAPI TUNGGAL DIBANDINGKAN FOTOTERAPI GANDA PADA NEONATUS DENGAN HIPERBILIRUBINEMIA INDIREK TESIS

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki Angka Kematian Ibu (AKI) yang. tertinggi bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan neonatal harus dimulai sebelum bayi dilahirkan

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Kesehatan Anak

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan masa yang penting bagi perkembangan janin.

BAB 6 PEMBAHASAN. Dari 48 subyek pada penelitian ini, didapatkan subyek laki-laki lebih besar

Luaran Bayi Kurang Bulan Late Preterm

Peningkatan kadar bilirubin merupakan salah

Transkripsi:

Artikel Asli Dampak Lama Fototerapi Terhadap Penurunan Kadar Bilirubin Total pada Hiperbilirubinemia Neonatal M Sholeh Kosim,* Robert Soetandio,* M Sakundarno** *Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK Universitas Diponegoro RS dr Kariadi, **Bagian Epidemiologi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro, Semarang Latar belakang. Fototerapi dapat menurunkan kadar bilirubin total namun lama pemberian fototerapi masih belum jelas. Fototerapi di RS dr Kariadi biasanya dilakukan selama 12-24 berturut-turut tanpa memandang kadar bilirubin total awal. Tujuan. Menganalisis perbedaan rata-rata penurunan kadar bilirubin total dalam 6, 12, 18, dan 24 setelah pemberian fototerapi. Metode. Penelitian kuasi eksperimental pada 40 neonatus hiperbilirubinemia, dibagi 4 kelompok (kelompok I: bilirubin total 13-15 mg/dl, fototerapi 6 ; kelompok II: 16-17 mg/dl, fototerapi 12 ; kelompok III: 18-20 mg/dl, fototerapi 18 dan kelompok IV: >20 mg/dl, fototerapi 24 ), menggunakan 4 buah lampu biru khusus fluoresen (Philips TL52/20W), dengan jarak 50 cm. Keadaan hemolitik dan ASI merupakan variabel perancu yang mempengaruhi efek fototerapi. Uji Wilcoxon signed ranks test digunakan untuk menganalisa perbedaan rerata penurunan kadar bilirubin total terhadap lamanya fototerapi. Hasil. Tidak terdapat perbedaan bermakna penurunan kadar bilirubin total pada kelompok II dan III (p>0,05), sebaliknya ada perbedaan bermakna penurunan kadar bilirubin total pada kelompok IV (p<0,05). Setelah enam penurunan kadar bilirubin total terbesar terjadi pada kelompok IV (4,83±2,42 mg/dl). Pada akhir fototerapi, penurunan kadar bilirubin total pada kelompok I, II, III, dan IV adalah 3,14±1,86 mg/dl, 4,89±1,82 mg/dl, 7,96±1,94 mg/dl, dan 13,41±3,27 mg/dl. Tidak ada perbedaan bermakna kadar bilirubin total setelah fototerapi antara kelompok berdasarkan gambaran hemolitik atau pemberian ASI. Kesimpulan. Rerata penurunan kadar bilirubin total secara berurutan terdapat pada kadar bilirubin total >20mg/dL yang diberikan fototerapi selama 24. (Sari Pediatri 2008;10(3):201-6). Kata kunci: hiperbilirubinemia, fototerapi, neonatus Alamat Korespondensi: Sholeh Kosim, dr., Sp.A (K) Sub Bagian Perinatologi Bagian IKA FK UNDIP/RS. Dr. Kariadi Semarang email: mskosim@indosat.net.id Insidens ikterus di Indonesia pada bayi cukup bulan di beberapa RS pendidikan antara lain RSCM, RS Dr Sardjito, RS Dr Soetomo, RS Dr Kariadi bervariasi dari 13,7% hingga 85%. 1 Insidensi ikterus non fisiologis di RSU Dr Soetomo Surabaya 9,8% (tahun 2002) dan 15,66%. 2 Tata 201

laksana hiperbilirubinemia bertujuan untuk mencegah agar kadar bilirubin indirek dalam darah tidak mencapai kadar yang neurotoksik. 3 Tata laksana terkini meliputi fototerapi dan transfusi tukar. 4,5 Penggunaan fototerapi sebagai salah satu terapi hiperbilirubinemia telah di mulai sejak tahun 1950, 6,7 dan efektif dalam menurunkan insidensi kerusakan otak akibat hiperbilirubinemia. 8 Keuntungan fototerapi tidak invasif, efektif, tidak mahal dan mudah digunakan. 9 Fototerapi mengurangi hiperbilirubinemia melalui tiga proses yaitu fotoisomerisasi, isomerisasi struktural dan fotooksidasi. 10 Efektivitas fototerapi tergantung pada kualitas cahaya yang dipancarkan lampu (panjang gelombang), intensitas cahaya (iradiasi), luas permukaan tubuh, ketebalan kulit dan pigmentasi, lama paparan cahaya, kadar bilirubin total saat awal fototerapi. 11,12 Fototerapi yang intensif seharusnya dapat menurunkan kadar bilirubin total serum 1-2 mg/dl dalam 4-6, sehingga kadar bilirubin harus dimonitor setiap 4-12. 13,14,15,16 Pemeriksaan kadar bilirubin pada neonatus hiperbilirubinemia yang mendapat fototerapi di RS dr Kariadi dilakukan tiap 12-24. 17,18 Semakin lama fototerapi semakin cepat penurunan kadar bilirubin, namun perlu diperhatikan efek samping yang dapat timbul berupa eritema, kerusakan oksidasi, dehidrasi (kehilangan cairan transepidermal), hipertermi, diare dan kerusakan retina. 11,16 Selama ini belum ada penelitian yang membahas lama pemberian fototerapi yang optimal untuk menurunkan kadar bilirubin. Berdasarkan uraian diatas perlu dilakukan penelitian berapa lama waktu pemberian fototerapi yang diperlukan untuk menurunkan kadar bilirubin darah pada neonatus dengan hiperbilirubinemia. Metode Penelitian kuasi eksperimental, subjek dari empat rumah sakit di Semarang, secara nonprobabilty sampling (consecutive sampling), sebelumnya orang tua mengisi informed conscent. Empat puluh neonatus hiperbilirubinemia, dibagi menjadi 4 kelompok (kelompok I: bilirubin total 13- <16 mg/dl, fototerapi 6 ; kelompok II: 16-<18 mg/dl, fototerapi 12 ; kelompok III: 18-<20 mg/dl, fototerapi 18 dan kelompok IV: 20 mg/dl, fototerapi 24 ), menggunakan 4 buah lampu biru khusus fluoresent (Philips TL52/20W), lama berpijar tidak lebih dari 1000, jarak lampu dengan neonatus 50 cm. Pengukuran kadar bilirubin total ulang setelah fototerapi pada kelompok I pada ke 6, kelompok II ke 6 dan 12, kelompok III ke 6,12, dan 18, kelompok III ke 6,12,18,24. Efek samping akibat fototerapi yang terjadi akan diterapi sesuai dengan prosedur dan fototerapi dihentikan. Pengaruh keadaan hemolitik dan ASI terhadap penurunan kadar bilirubin total juga dianalisis karena merupakan variabel perancu yang mempengaruhi efek fototerapi. Uji hipotesis komparatif akan mengunakan uji Anova untuk data tidak berpasangan lebih dari 2 kelompok yang distribusinya normal dan jika distribusinya tidak normal dapat digunakan uji Wilcoxon untuk data berpasangan 2 kelompok, uji Mann-Whitney untuk 2 kelompok tidak berpasangan, uji Friedman untuk data berpasangan lebih dari 2 kelompok, uji Kruskall Wallis untuk data tidak berpasangan lebih 2 kelompok. Perbedaan dianggap bermakna apabila p 0,05 dengan 95% interval kepercayaan. Analisis statistik menggunakan program SPSS versi 11.5 for windows. Hasil Tabel 1 menunjukkan karakteristik subjek dan secara statistik tidak ada perbedaan bermakna proporsi usia, berat badan, usia gestasi, kadar hemoglobin, jenis kelamin, jenis persalinan, hemolisis dan pemberian ASI antara kelompok I, II, III, dan IV saat mulai dilakukan fototerapi. Tabel 2 memperlihatkan bahwa secara umum rerata kadar bilirubin total menurun setelah dilakukan fototerapi dari waktu ke waktu. Pada Gambar 1 tertera secara umum kemiringan garis penurunan kadar bilirubin total antara kelompok 1,2,3, dan 4 mirip satu dengan yang lainnya, kecuali pada kelompok 4 pada 6 pertama terlihat kemiringan garis penurunan kadar bilirubin total lebih curam dibandingkan dengan kelompok lainnya. Apabila dilihat dari masing-masing kelompok (Tabel 1), tidak terdapat perbedaan bermakna rerata penurunan kadar bilirubin total pada kelompok I-IV. Khusus pada kelompok IV rerata penurunan kadar bilirubin total setelah fototerapi 6, 12, 18, dan 24 berbeda bermakna. Terdapat perbedaan bermakna penurunan kadar bilirubin total dan persentase penurunan kadar bilirubin setelah dilakukan fototerapi (p<0,001), 202

Tabel 1. Karakteristik subjek berdasarkan kelompok kadar bilirubin total Usia saat fototerapi (hari)* Berat badan saat fototerapi (gram)* Hb (g %) saat mulai foto terapi* Retikulosit saat mulai fototerapi* Gambaran sediaan apus darah tepi (n,%) Hemolisis (+) Hemolisis (-) Pemberian ASI (n,%) Ya Tidak *Rerata ± SB Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok IV p 4,20 ± 1,13 5,50 ± 1,43 4,40 ± 0,84 5,00 ± 0,94 0,064 3105,00 ± 575,16 2930,00 ± 320,76 3130,00 ± 548,33 3185,00 ± 450,96 0,710 13,52 ± 2,95 13,66 ± 2,05 14,81 ± 1,05 14,89 ± 1,163 0,591 1,71 ± 0,86 1,32 ± 0,24 1,29 ± 0,69 1,74 ± 0,91 0,528 3 (30) 7 (70) 8 (80) 2 (20) 2 (20) 8 (80) 6 (60) 4 (40) 0 10 (100) 6 (60) 4 (40) 2 (20) 8 (80) 4 (40) 6 (60) 0,349 0,343 Tabel 3. Distribusi rerata penurunan kadar bilirubin total setelah fototerapi Penurunan bilirubin fototerapi Kelompok Penurunan bilirubin total awal dan pasca fototerapi 6 6 dan 12 12 dan 18 18 dan 24 p I II III IV 3,14 ± 1,86 2,89 ± 1,72 2,52 ± 0,64 4,83 ± 2,42 1,99 ± 1,75 2,72 ± 1,36 3,63 ± 0,92 2,72 ± 0,60 2,59 ± 1,04 2,36 ± 1,16 p 0,020 0,030 0,850 0,515 0,924 0,020 mg/dl 26 24 22 20 18 16 14 12 10 total awal fototerapi 6 fototerapi 12 fototerapi 18 fototerapi 24 total Gambar 1. Rerata kadar bilirubin total saat awal dan setelah fototerapi Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok IV 203

Tabel 2. Distribusi rerata kadar bilirubin total setelah fototerapi Kelompok I II III IV sebelum fototerapi (mg/ dl) 13,95 ± 0,81 16,74 ± 0,51 19,10 ± 0,59 23,50 ± 4,39 6 10,81 ± 2,00 13,84 ± 1,61 16,58 ± 0,59 18,67 ± 0,85 12 11,85 ± 1,77 13,86 ± 1,55 15,05 ± 2,52 Fototerapi p 0,007 0,290 18 24 11,14 ± 1,62 12,45 ± 2,11 10,09 ± 1,19 p 0,005 Tabel 4. Penurunan kadar bilirubin total awal dengan kadar bilirubin total akhir pasca fototerapi dan persentase penurunan kadar bilirubin awal dan akhir fototerapi Kelompok I II III IV Semakin lama fototerapi semakin besar penurunan kadar bilirubin total (Tabel 4). total pada neonatus yang menderita hi perbilirubinemia yang diberikan ASI maupun yang tidak diberikan ASI secara statistik tidak berbeda bermakna untuk masing-masing kelompok penelitian. Demikian pula kadar bilirubin total pada neonatus yang menderita hiperbilirubinemia yang mengalami hemolisis maupun yang tidak hemolisis pada saat sebelum diberikan fototerapi, secara statistik tidak berbeda bermakna untuk masing-masing kelompok penelitian. Diskusi Selisih kadar bilirubin total * 3,14 ± 1,86 4,89 ± 1,82 7,96 ± 1,94 13,41 ± 3,27 Persentase penurunan kadar bilirubin 22,53 ± 13,68 29,15 ± 10,74 41,52 ± 9,17 56,68 ± 2,67 Pada penelitian didapatkan usia saat fototerapi, berat badan, rerata Hb, rerata retikulosit, pemberian ASI dan proses hemolisis tidak berbeda bermakna.(tabel 1). Jenis lampu, jarak lampu, intensitas cahaya, luas daerah yang terpapar dan keadaan dehidrasi disamakan antar keempat kelompok. Jadi secara umum pengaruh faktor-faktor yang dikhawatirkan akan mempengaruhi p *(kadar bilirubin awal)-(kadar bilirubin pasca fototerapi) efek fototerapi telah diminimalisasi. Dampak fototerapi terhadap penurunan kadar bilirubin total juga dipengaruhi oleh kadar bilirubin total sebelum fototerapi. 19,20 Fototerapi pada bayi dengan faktor risiko dimulai pada kadar bilirubin 13 mg/dl. Pembagian kelompok pada sampel didasarkan pada teori bahwa setelah dilakukan fototerapi yang diletakkan 35-50 cm dari neonatus hiperbilirubinemia terjadi penurunan kadar bilirubin 1-2 mg/dl pada 4-6 pertama yang penurunannya berlanjut. 13,1,14,21 Misal pada kelompok I (bilirubin total 13-15 mg/ dl), neonatus dengan kadar bilirubin total 15 mg/dl diharapkan setelah fototerapi 6 menjadi 13 mg/ dl sehingga fototerapi tidak perlu diteruskan lagi. Sehingga pengelompokan sampel pada penelitian ini dilakukan sesuai kadar bilirubin total sebelum dilakukan fototerapi. Secara statistik juga didapatkan perbedaan bermakna rerata kadar bilirubin total sebelum dilakukan fototerapi antara kelompok (p< 0,001) (Tabel 2). Dampak fototerapi akan meningkat jika kadar bilirubin di kulit makin tinggi. 12,20 Fototerapi mengubah bilirubin di kapiler superfisial dan jaringan interstitial dengan reaksi fotokimia dan fotooksidasi menjadi isomer (isomerisasi struktural dan konfigurasi) secara cepat, yang larut dalam air dan dapat diekskresi melalui hepar tanpa proses konjugasi sehingga mudah diekskresi dan tidak toksik. 5,19 Penurunan bilirubin total paling besar terjadi pada 6 pertama. 12 Rubaltelli dkk 22 1978, melakukan penelitian pada 24 neonatus dengan rerata BB 3050 gram dan usia gestasi 37-41 minggu dikelompokan menjadi 2 kelompok, kelompok I (bilirubin total >15 mg/dl) dan kelompok yang lain (bilirubin total <15 mg/dl). Penurunan kadar bilirubin total pada kelompok bilirubin total awal >15 mg/dl setelah dilakukan fototerapi 24 204

lebih besar dibandingkan dengan kelompok yang lain. Pada penelitian kami didapatkan hasil yang sama yaitu penurunan kadar bilirubin total pada 6 pertama setelah fototerapi paling ta terjadi pada kelompok 4 (kadar bilirubin total sebelum fototerapi >20 mg/ dl) (Gambar 1). Penurunan 50% dapat dicapai dalam 24 dengan kadar bilirubin di atas 15 mg/dl dengan cahaya spektrum emisi yang sama dengan spektrum absorbsi bilirubin. 1 Pada penelitian kami terjadi penurunan kadar bilirubin total >50% (56,68±2,67 %) pada kelompok 4 setelah mendapat fototerapi selama 24 (Tabel 4). Meskipun selisih kadar bilirubin total tiap 6 setelah fototerapi pada kelompok I, II, dan III secara statistik tidak bermakna, namun secara klinis penurunan bilirubin total 2 mg/dl tiap 6 sangat berarti untuk menghentikan fototerapi. Keputusan menghentikan fototerapi tergantung penyebab hiperbilirubinemia dan penentuan kadar bilirubin untuk menghentikan fototerapi pada masing-masing pusat pelayanan berbeda. 12 American Academy of Pediatrics menghentikan fototerapi jika kadar bilirubin fototerapi di bawah 13 mg/dl sedangkan UKK Perinatologi IDAI jika bilirubin total di bawah batas untuk dilakukan fototerapi atau 15 mg/dl. 12,18 Pada kelompok I fototerapi dapat dihentikan setelah 6, kelompok II setelah 12, kelompok III setelah 18, dan kelompok IV setelah 24. Penyebab kurangnya dampak fototerapi terhadap penurunan kadar bilirubin pada bayi yang diberi ASI karena faktor yang tidak diketahui di dalam ASI dapat meningkatkan sirkulasi enterohepatik. 5,23 Pemberian susu formula menghambat sirkulasi enterohepatik bilirubin sehingga dapat memperbaiki efektifitas fototerapi. 12,19 Namun AAP 2004 tetap menganjurkan pemberian ASI disamping susu formula pada neonatus hiperbilirubinemia yang mendapatkan fototerapi karena kandungan ASI yang berguna bagi neonatus. 12 Pengaruh pemberian ASI terhadap kadar bilirubin total sebelum dan setelah fototerapi pada tiap kelompok dan tiap 6 pada penelitian ini tidak bermakna. Hal ini sesuai dengan penelitian Gulcan dkk, 24 kemungkinan disebabkan karena pasien selain mendapatkan ASI juga mendapatkan susu formula. Fototerapi dapat menurunkan kebutuhan transfusi tukar pada bayi aterm dan preterm dengan proses hemolitik dan non hemolitik. 3 Tan KL 25 membandingkan efektivitas fototerapi dan transfusi tukar untuk tata laksana neonatus hiperbilirubinemia non hemolitik. Penurunan bilirubin total lebih cepat pada bayi yang ditransfusi tukar namun terjadi peningkatan bilirubin total yang cepat dalam 24 setelah transfusi tukar. Pada kelompok fototerapi penurunan kadar bilirubin total yang terus menerus selama tiga hari, dan pada hari ketiga subjek sudah tidak perlu fototerapi. Penelitian lain menunjukkan hemolisis menyebabkan fototerapi kurang efektif. 26 Maurer dkk, 27 melakukan penelitian tentang fototerapi pada 34 neonatus hiperbilirubinemia, berat badan 2500 g dan uji Coombs positif menurunkan kadar bilirubin namun dampaknya hanya sedikit dan tidak berbeda bermakna dengan kontrol. Fototerapi karena hemolitik ini tidak menurunkan tindakan transfusi tukar. Pada penelitian kami, fototerapi diberikan pada neonatus hiperbilirubinemia karena proses hemolitik maupun non hemolitik. Secara statistik tidak didapatkan perbedaan bermakna proses hemolisis antara kelompok I-IV, juga mendapatkan bahwa hemolisis tidak mempengaruhi kadar bilirubin setelah fototerapi. Keterbatasan penelitian kami adalah memasukkan semua penyebab hiperbilirubinemia sehingga tidak dapat diketahui dampak fototerapi pada tiap penyebab, evaluasi tanda-tanda hemolisis tidak dilakukan setelah fototerapi dan tidak melakukan pemeriksaan kadar bilirubin total ulang dan dampak klinis hiperbilirubinemia setelah fototerapi dihentikan. Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan terdapat perbedaan rerata penurunan kadar bilirubin total setelah dilakukan fototerapi selama 6 dan 12 antar kelompok. Namun pada fototerapi selama 18 tidak didapatkan perbedaan bermakna antara kelompok. Daftar Pustaka 1. Health Technology Assesment. Tata laksana ikterus neonatorum. HTA Indonesia; 2004; Jakarta: Unit pengkajian teknologi kesehatan direktorat jenderal pelayanan medik departemen kesehatan RI; 2004. 2. Etika R, Harianto A, Indarso F, Damanik SM. Hiperbilirubinemia pada neonatus. Dalam: Permono B, Kaspan MF, Soegianto S, Soejoso DA, Narendra M, Noer MS, penyunting. Continuing Education Ilmu Kesehatan Anak. Surabaya: Surabaya Intellectual Club 2004.h.97-112. 3. Stoll B, Kliegman R. Jaundice and hyperbilirubinemia in 205

the newborn. Dalam: Behrman R, Kleigman R, Jenson H, penyunting. Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-17. Philadelphia: W.B. Saunders; 2004.h.592-8. 4. Bhutani VK. Newborn jaundice and disorders of bilirubin metabolism. Dalam: Bhutani VK, Rao MN, Sagar DV, Fernandez A, penyunting. Recent advances in neonatology. Edisi ke-1. New Delhi: Jaypee brothers medical publishers; 2004.h.7-15. 5. Dennery P, Seidman D, Stevenson D. Neonatal hyperbilirubinemia. N Eng J Med 2001;344:581-90. 6. Hammerman C, Kaplan M. Recent developments in the management of neonatal hyperbilirubinemia. Neoreviews. 2000;1:19-23. 7. Philip A. The rise and fall of exchange transfusion. Neoreviews 2003;4:169-74. 8. Kappas A. A method for interdicting the development of severe jaundice in newborns by inhibiting the production of bilirubin. Pediatrics 2004;113:119-22. 9. Facchini F, Otilia M, Silva B. Intensive phototherapy treatment for severe hemolytic disease of the newborn. J de Pediatrica 2000;76:387-90. 10. Deorari A, Agarwal R. Unconjugated Hyperbilirubinemia in Newborns: Current Perspective. Indian Pediatrics 2002;39:30-42. 11. Vreman H, Wong R, Stevenson D. Phototherapy: current methods and future directions. Semin perinatol 2004;28:326-33. 12. AAP. Management of hyperbilirubinemia in the newborn infant 35 or more weeks of gestation. Pediatrics 2004;114:297-316. 13. Porter ML, Dennis BL. Hyperbilirubinemia in term newborn. American family physician 2002;65:599-606. 14. Clemons R. Issues in newborn care. Primary care clinics in office practice 2000;27:259-62. 15. Moyer V, Ahn C, Sneed S. Accuracy of clinical judgment in neonatal jaundice. Arch Pediatr adolesc med 2000;154:391-4. 16. Martin C, Cloherty J. Neonatal hyperbilirubinemia. Dalam: Cloherty J, Eichenwald E, Stark A, penyunting. Manual of neonatal care. Edisi ke-5. USA: Lippincott wiliams & wilkins; 2004.h.185-221. 17. RSDK. Penatalaksanaan terapi sinar. Prosedur tetap pelayanan perinatal risiko tinggi rumah sakit dokter Kariadi semarang. Semarang 2006:75-6. 18. Surjono A, Suradi R, Djauhariah A, Kosim M, Indarso F, Usman A, dkk. Ikterus. Dalam: Kosim M, Surjono A, Setyowireni D, penyunting. Buku Panduan manajemen masalah bayi baru lahir untuk dokter, bidan dan perawat di rumah sakit. Edisi ke-1. Jakarta: MNH-JHPIEGO- Depkes RI; 2003.h.42-8. 19. Stokowski LA, Short M, Witt CL. Fundamentals of phototherapy for neonatal jaundice. Adv Neonatal Care 2006;6:303-12. 20. Hansen T. Phototherapy for neonatal jaundice still in need of fining tuning. Acta Paediatr 2000;89:770-2. 21. Cohen SM. Jaundice in the full-term newborn. Pediatr Nurs. 2006;32:202-8. 22. Rubaltelli FF, Zanardo V, Granati B. Effect of various phototherapy regimens on bilirubin decrement. Pediatrics 1978;61:838-41. 23. Steffensrud S. Hyperbilirubinemia in term and near-term infants: kernicterus on the rise? NBIN 2004;4:191-200. 24. Gulcan H, Tiker F, Kilicdag H. Effect of feeding type on the efficacy of phototherapy. Indian Pediatrics 2007;44:32-6. 25. Tan KL. Comparison of the effectiveness of phototherapy and exchange transfusion in the management of non hemolytic neonatal hyperbilirubinemia. Pediatrics 1975;87:609-12. 26. Stanley I, Chung M, Kulig J, O Brein R, Sege R, Glicken S, et al. An evidence-based review of important issues concerning neonatal hyperbilirubinemia. Pediatrics 2004;114:130-53. 27. Maurer HM, Kirkpatrick BV, McWilliams NB, Draper DA, Bryla DA. Phototherapy for hyperbilirubinemia of hemolytic disease of the newborn. Pediatrics 1985:407-12. 206