PEDOMAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PERBIBITAN TERNAK TAHUN 2015

dokumen-dokumen yang mirip
PEDOMAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN USAHA PERBIBITAN TERNAK TAHUN 2015 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK

PEDOMAN PELAKSANAAN OPTIMALISASI FUNGSI UNIT PEMBIBITAN DAERAH TAHUN 2015

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGUATAN PEMBIBITAN UNGGAS DIKABUPATEN/KOTA TERPILIH TAHUN 2015

FOKUS PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN PETERNAKAN DAN KESWAN TAHUN 2016

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 72/Permentan/OT.140/10/2011 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGUATAN PEMBIBITAN UNGGAS DI KABUPATEN/KOTA TERPILIH TAHUN 2016

PEDOMAN PELAKSANAAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN PENYULUH PERTANIAN SWADAYA TAHUN 2016

PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBIBITAN TERNAK RUMINANSIA TAHUN 2014 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 72/Permentan/OT.140/10/2011 TANGGAL : 31 Oktober 2011

PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

Samarinda, 29 Februari 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN

RILIS HASIL AWAL PSPK2011

PEDOMAN PELAKSANAAN KREDIT USAHA PEMBIBITAN SAPI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEDOMAN PENILAIAN PETANI BERPRESTASI BAB I PENDAHULUAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Kredit Usaha. Pembibitan Sapi. Pelaksanaan. Pencabutan.

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 42/Permentan/OT.140/3/2013 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN PETANI BERPRESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

PEDOMAN PELAKSANAAN OPERASIONAL PENGAWAS BIBIT TERNAK TAHUN 2015

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 48/Permentan/OT.140/9/2011 TENTANG PEWILAYAHAN SUMBER BIBIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 54/Permentan/KP.120/7/2007 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN PETANI BERPRESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2011 DIREKTUR PERBIBITAN TERNAK ABUBAKAR

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Arsip Nasional Re

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 71/Permentan/OT.140/12/2010 TENTANG

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN DAN PENETAPAN RUMPUN ATAU GALUR TERNAK TAHUN 2014

PEMERINTAH PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PENGENDALIAN TERNAK SAPI DAN KERBAU BETINA PRODUKTIF

DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG

2017, No dalam rangka Penyelenggaraan Dekonsentrasi Tahun Anggaran 2018; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakh

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG

2017, No telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahu

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembar

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT JENDERAL DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016

PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN BABI TAHUN 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK

PEDOMAN PELAKSANAAN PENETAPAN RUMPUN ATAU GALUR TERNAK TAHUN 2015

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 70/Permentan/OT.140/12/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 48/Permentan/OT.140/9/2011 TENTANG PEWILAYAHAN SUMBER BIBIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 96/Pennentan/ar.140/12/2011 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 60/Permentan/HK.060/8/2007 TENTANG UNIT PERCEPATAN PENCAPAIAN SWASEMBADA DAGING SAPI TAHUN 2010

2015, No dan Usaha Kecil dan Menengah yang dilaksanakan dan dikelola secara efisien, efektif, berdaya guna dan berhasil guna yang dikelola Satua

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. Nomor : 08 /Per/M.KUKM/XII/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 97/Penrentan/ar.140/12/2011 RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 17/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 95/Perrrentan/ar.140/12/2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2015

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.115, 2010 Kementerian Perumahan Rakyat. Pelimpahan wewenang. Dekonsentrasi.

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PETERNAKAN DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 82/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS BIBIT TERNAK

-2- Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3455); 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Perbendaharaan Negara (Lembaga N

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 220/MENKES/SK/VI/2013 TENTANG TIM BINAAN WILAYAH BIDANG KESEHATAN

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48/Permentan/PK.210/10/2016

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Pembinaan. Pengawasan. Pencabutan.

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 37/Permentan/SR.130/5/2010 TENTANG PEDOMAN UMUM BANTUAN LANGSUNG PUPUK TAHUN ANGGARAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG

Revisi ke 05 Tanggal : 27 Desember 2017

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN DANA DEKONSENTRASI

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 64 TAHUN 2015 TENTANG PENERAPAN KARTU TERNAK SAPI DI KABUPATEN BADUNG

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG IZIN USAHA PETERNAKAN DAN PENDAFTARAN PETERNAKAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN Nomor : 35/permentan/OT.140/7/2011 PENGENDALIAN TERNAK RUMINANSIA BETINA PRODUKTIF

2011, No Gubernur sebagaimana dimaksud pada huruf a, ditetapkan dengan Peraturan Menteri; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN SISTEM PERTANIAN BERBASIS TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2013

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 / HUK / 2012 TENTANG

PEDOMAN PENILAIAN PETANI BERPRESTASI BAB I PENDAHULUAN

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 35/Permentan/OT.140/7/2011 TENTANG PENGENDALIAN TERNAK RUMINANSIA BETINA PRODUKTIF

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.31/MEN/2012 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 071 TAHUN 2013 TENTANG PENGELUARAN TERNAK DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 61/Permentan/OT.140/11/2008 TENTANG

SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH DI WILAYAH PROVINSI.

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG

Transkripsi:

KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK TAHUN 2015

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PERBIBITAN TERNAK TAHUN 2015 DIREKTORAT PERBIBTAN TERNAK DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PERBIBITAN TERNAK TAHUN 2015 Hak cipta 2014, Direktorat Perbibitan Ternak Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kantor Pusat Kementerian Pertanian Jl. Harsono RM No 3 Ragunan Pasar Minggu Jakarta Selatan 12550 Telp. +62.21.7815781 Fax. +62.21.7811385 Isi buku dapat disitasi dengan menyebutkan sumbernya Hak cipta dilindungi Undang-undang. Disain & foto kulit Perbanyakan Dicetak oleh : Rosikin, S.Pt : Direktorat Perbibitan Ternak : Tristar Kreasi

KATA PENGANTAR Dalam mewujudkan kemandirian penyediaan bibit ternak yang berkelanjutan, diperlukan peternak pembibit yang berkualitas, handal, berkemampuan manajerial dan kewirausahaan. Untuk itu, diharapkan peternak pembibit mampu membangun usaha pembibitan yang berdaya saing dan berkelanjutan sehingga dapat meningkatkan posisi tawarnya. Pemberdayaan peternak pembibit dilakukan melalui fasilitasi, penyelenggaraan penyuluhan yang efektif dan efisien serta penguatan kelembagaan dengan pendekatan kelompok. Pendekatan kelompok diarahkan untuk mendorong penumbuhan dan penguatan kelembagaan kelompok pembibit dan Gabungan kelompok pembibit dalam menerapkan sistim agribisnis dan untuk memperoleh surat keterangan layak bibit dan/ atau sertifikat layak bibit. Berdasarkan hal tersebut diatas, perlu disusun pedoman pelaksanaan untuk dapat dijadikan acuan bagi semua pihak yang terkait dalam pelaksanaannya dan agar ditindaklanjuti oleh Dinas Provinsi dengan Petunjuk Pelaksanaan serta Dinas Kabupaten/Kota dengan Petunjuk Teknis dengan mengakomodir hal yang spesifik di daerah masing-masing. Jakarta, DIREKTUR JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN SYUKUR IWANTORO i

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR..... DAFTAR ISI.......... i ii KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PERBIBITAN TERNAK TAHUN 2015... 1 LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PERBIBITAN TERNAK TAHUN 2015... 5 BAB I. PENDAHULUAN... 5 A. Latar Belakang........ 5 B. Maksud dan Tujuan... 6 C. Keluaran... 6 D. Ruang Lingkup... 6 BAB II. PELAKSANAAN KEGIATAN..... 7 A. Persiapan...... 7 B. Pelaksanaan...... 7 BAB III. PENDANAAN..... 9 BAB.IV. PEMBINAAN DAN PENGORGANISASIAN..... 10 A. Pembinaan...... 10 B. Pengorganisasian... 10 BAB V. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN... 12 A. Monitoring dan Evaluasi...... 12 B. Pelaporan...... 12 BAB VI. PENGENDALIAN DAN INDIKATOR KEBERHASILAN... 13 A. Pengendalian...... 13 B. Indikator Keberhasilan...... 13 BAB VII. PENUTUP... 13 ii

DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN 1..... 15 LAMPIRAN 2.......... 16 LAMPIRAN 3... 17 iii

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN NOMOR:1220/Kpts/F/12/2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PERBIBITAN TERNAK TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN,, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung program swasembada daging sapi/kerbau tahun 2014 dan swasembada berkelanjutan, dilakukan Kegiatan Pengembangan Kelembagaan Pembibitan Ternak pada Tahun Anggaran 2015; b. bahwa dalam pelaksanaannya Kegiatan Pengembangan Kelembagaan Pembibitan Ternak perlu acuan dasar pelaksanaannya agar berjalan dengan baik; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Kelembagaan Pembibitan Ternak Tahun 2015, dengan Keputusan Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Mengingat : 1. Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 224, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587); 2. Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437); 3. Undang Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4660); Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Kelembagaan Perbibitan Ternak Tahun 2015 1

4. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Tahun 2014 Nomor 338, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5619); 5. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5433); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemeritahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Kabupaten Kota (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lemabaran Negara nomor 4347); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2011 tentang Sumber Daya Genetik Hewan dan Perbibitan Ternak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5260); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2013 tentang Pemberdayaan Peternak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5391); 9. Peraturan Presiden Nomor 48 Tahun 2013 tentang Budidaya Hewan Peliharaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 115 ); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 121/P tahun 2014 tentang Pembentukan Kabinet Kerja; 11. Peraturan Menteri Pertanian: Nomor 56/Permentan.OT.140/ 10/2006 tentang Pedoman Pembibitan Kerbau Yang Baik; 12. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 35/Permentan/OT.140/ 8/2006 tentang Pedoman Pelestarian dan Pemanfaatan Sumber Daya Genetik ternak; 13. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/OT.140/ 10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian; 14. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 53/Permentan/OT.140/ 9/2010 tentang Pedoman Pembibitan Kelinci Yang Baik; 2

15. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 40/Permentan/OT.140/ 7/2011 tentang Pedoman Pembibitan Ayam Ras Yang Baik; 16. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 48/Permentan/OT.140/ 10/2011 tentang Perwilayahan Sumber Bibit, jo. Permentan Nomor 61/Permentan/OT.140/8/2012; 17. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 82/Permentan/OT.140/ 8/2013 tentang Pedoman Pembinaan Kelompoktani dan Gabungan Kelompoktani; 18. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 102/Permentan.OT.140/ 7/2014 tentang Pedoman Pembibitan Kambing dan Domba Yang Baik; 19. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 79/Permentan/OT.140/6/ 2014 tentang Pedoman Pembibitan Ayam Lokal Yang Baik; 20. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 99/Permentan/OT.140/7/ 2014 tentang Pedoman Pembibitan Itik Lokal Yang Baik; 21. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 101/Permentan. OT.140/7/ 2014 tentang Pedoman Pembibitan Sapi Potong Yang Baik; 22. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 100/Permentan. OT.140/7/ 2014 tentang Pedoman Pembibitan Sapi Perah Yang Baik; Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Kelembagaan Perbibitan Ternak Tahun 2015 3

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PEDOMAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PEMBIBITAN TERNAK TAHUN 2015. Pasal 1 Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Kelembagaan Pembibitan Ternak Tahun 2015, seperti tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan ini. Pasal 2 Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Kelembagaan Pembibitan Ternak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 sebagai dasar bagi Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya dalam membentuk, menata, mengembangkan, dan menetapkan Kelompok Pembibit, dan Gabungan Kelompok Pembibit. Pasal 3 Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 12 Desember 2014 DIREKTUR JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN, SYUKUR IWANTORO SALINAN Keputusan ini disampaikan kepada Yth : 1. Inspektur Jenderal Kementerian Pertanian; 2. Sekretaris Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. 4

LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN NOMOR : TANGGAL : PEDOMAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PEMBIBITAN TERNAK TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembibitan ternak rakyat masih menjadi andalan dalam penyediaan bibit sapi potong, sapi perah, kerbau, kambing, domba, babi, ayam buras dan itik. Kondisi pembibitan ternak rakyat sebagian besar berasal dari usaha pembibitan dengan skala kecil yang dikelola peternak di pedesaan. Pemerintah telah memfasilitasi berbagai kegiatan dalam upaya peningkatan usaha pembibitan rakyat antara lain penguatan pembibitan sapi potong, kerbau dan unggas di pulau dan kabupaten terpilih, program aksi perbibitan, penambahan indukan, dukungan kawasan perbibitan, insentif betina bunting dan penguatan kelompok pembibitan. Pemberdayaan peternak pembibit dilakukan melalui fasilitasi penyelenggaraan penyuluhan yang efektif dan efisien serta penguatan kelembagaan dengan pendekatan kelompok. Pendekatan kelompok diarahkan untuk mendorong penumbuhan dan penguatan kelembagaan kelompok pembibit (POKBIT) dan Gabungan Kelompok Pembibit (GAPOKBIT). Pengembangan usaha pembibitan ternak diperlukan pembinaan dan pendampingan secara kontinyu yang bersifat multi-years sampai terbentuk POKBIT/GAPOKBIT yang menerapkan Good Breeding Practices (GBP) dan mampu menghasilkan ternak bibit yang memiliki Surat Keterangan Layak Bibit (SKLB) atau bersertifikat. Memperhatikan hal tersebut, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan memfasilitasi pengembangan kelembagaan perbibitan ternak dengan Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Kelembagaan Perbibitan Ternak Tahun 2015 5

melibatkan peran serta masyarakat, untuk mengoptimalkan peran kelembagaan perbibitan yang dikelola masyarakat diperlukan untuk menerbitkan Pedoman Pelaksanaan Kelembagaan Perbibitan Ternak tahun 2015. B. Maksud dan Tujuan Maksud disusunnya pedoman pelaksanaan ini sebagai acuan bagi pelaksana pusat dan daerah dalam melaksanakan kegiatan pengembangan kelembagaan perbibitan ternak. Tujuan dari kegiatan pengembangan usaha pembibitan ternak adalah untuk : 1. Meningkatkan koordinasi penguatan kelembagaan pembibitan ternak dengan instansi terkait. 2. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kelompok pembibitan di bidang manajemen teknis dan managemen organisasi. 3. Melakukan pembinaan penguatan kelompok pembibitan menuju berbadan hukum 4. Melakukan identifikasi calon kelompok pembibitan. C. Keluaran Keluaran yang diharapkan dari kegiatan ini adalah : 1. Tersedianya data dan informasi hasil identifikasi kelompok pembibit; 2. Tersedianya laporan koordinasi penguatan kelembagaan pembibitan ternak; 3. Terselenggaranya pelatihan manajemen kelompok; 4. Terbinanya penguatan kelompok pembibitan menuju berbadan hukum. D. Ruang Lingkup Ruang lingkup pedoman pelaksanaan pengembangan kelembagaan perbibitan ternak ini meliputi pelaksanaan kegiatan, pemanfaatan dana, identifikasi kelompok pembibitan, pembinaan dan pengorganisasian, indikator keberhasilan, monitoring, evaluasi dan pelaporan, penutup. 6

BAB II PELAKSANAAN KEGIATAN A. Persiapan 1. Perencanaan Operasional Perencanaan operasional Pengembangan Kelembagaan Perbibitan Tahun 2015 dituangkan kedalam Pedoman Pelaksanaan (Pedlak) yang disusun oleh Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan hewan dan Petunjuk Pelaksanaan disusun oleh Tim Pembina Provinsi. Hal-hal yang belum diatur dalam pedoman ini dituangkan lebih lanjut dalam juknis dengan memperhatikan potensi dan kondisi daerah masing-masing. 2. Sosialisasi Kegiatan Sosialisasi kegiatan pengembangan kelembagaan perbibitan ternak tahun 2015 dilakukan oleh pelaksana Direktorat Jenderal Peternakan dan Keswan kepada Dinas provinsi yang membidangi fungsi peternakan dan Keswan dan ditindak lanjuti oleh dinas Kabupaten/Kota yang membidangi fungsi peternakan kepada kelompok yang menjadi sasaran. Sosialisasi secara langsung dilaksanakan melalui rapat koordinasi dan pembinaan kegiatan secara intensif dan berjenjang mulai dari Pusat,Provinsi dan Kabupaten/Kota sampai tingkat lapangan. Sosialisasi secara langsung dilaksanakan oleh Tim Pusat dan Tim Pembina Provinsi sesuai dengan tingkatannya. Sosialisasi secara tidak langsung dilaksanakan melalui bahan publikasi. B. Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan disesuaikan pada alokasi dana yang ada pada DIPA masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Adapun kegiatankegiatan yang dilaksanakan dalam kegiatan pengembangan kelembagaan meliputi : 1. Identifikasi Kelompok. Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Kelembagaan Perbibitan Ternak Tahun 2015 7

Keberadaan data dan informasi tentang kelembagaan peternak masih relatif terbatas sehingga data tersebut belum sepenuhnya mampu mendukung pengembangan peternakan termasuk kelembagaan strategis. Data dan informasi merupakan sumber utama untuk mengetahui maju mundur suatu kegiatan.data kelembagaan kelompok peternak tidak bersifat statis, melainkan dinamis mengikuti situasi perkembangan usaha peternakan sehingga diperlukan data dan informasi yang terus di up date agar dinamika kelembagaan kelompok dapat terus dipantau. Identitifikasi kelompok merupakan langkah awal dalam membangun data base kelembagaan kelompok peternak. Pemanfaatan data base kelembagaan peternak tidak hanya diperlukan oleh dinas atau instansi pemerintah saja melainkan juga bagi stakeholder yang membutuhkan data tersebut. Identifikasi kelompok dimaksud menggunakan formulir 1 pada lampiran 3. 2. Koordinasi Penguatan Kelembagaan Pembibitan Ternak; Setelah dinas provinsi dan kabupaten/kota mendapatkan hasil dari identifikasi kelompok, bersama-sama dinas yang menangani fungsi penyuluhan pertanian memverifikasi mengenai status kelompok 3. Pelatihan SDM Kelompok pembibitan ternak; Jenis jenis pelatihan yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan kelompok dan disusun bersama-sama dengan dinas yang menangani fungsi penyuluhan pertanian. Dan apabila diperlukan dapat melibatkan Perguruan Tinggi, Badan Litbang Pertanian/BPTP dan stake holder lainnya. 4. Pembinaan dan pendampingan kelompok pembibit menuju berbadan hukum; Peningkatan posisi tawar dari kelompok menjadi salah satu tujuan kegiatan pengembangan kelembagaan pembibitan ternak. Diharapakan melalui bentuk badan hukum dapat menjadi kelompok-kelompok tersebut berdaya dalam pemasaran dan akses permodalan. Pembinaan dan pemdampingan tersebut dilakukan bersama-sama dinas yang membidangi perkoperasian di provinsi maupun kabupaten/kota 8

BAB III PENDANAAN Pendanaan kegiatan Pengembangan Kelembagaan Pembibitan Tahun 2015 masing-masing dialokasikan dalam DIPA Satuan Kerja Kerja Daerah (SKPD) sebagaimana terlampir pada lampiran 1. Uraian kegiatan dan pendanaan secara rinci terdapat pada masing-masing satker. Secara umum berada dalam jenis belanja barang, sehingga tatakelola pemanfaatan dan pertanggung jawabannya sesuai akun tersebut yang diatur sesuai dengan ketentuan. Pendanaan berada pada masing-masing provinsi sehingga pemanfaatan dana secara tepat dan benar mejadi tanggungjawab masing-masing SKPD Provinsi. Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Kelembagaan Perbibitan Ternak Tahun 2015 9

BAB IV PEMBINAAN DAN PENGORGANISASIAN A. Pembinaan Dalam upaya meningkatkan kinerja kelompok pembibitan sapi potong, dilakukan pembinaan teknis dan manajemen serta pembinaan kelembagaan. Pembinaan teknis dan manajemen dilakukan dalam rangka penerapan prinsip-prinsip perbibitan antara lain rekording, seleksi, yang mengacu pada GBP sapi potong. Pembinaan manajemen dilakukan dalam rangka peningkatan manajemen pemeliharaan antara lain penyediaan dan pemberian pakan dan air minum, perkandangan dan kesehatan hewan. Sedangkan pembinaan kelembagaan diberikan dalam rangka mengarahkan kelompok peternak berkembang menjadi gabungan kelompok, koperasi sehingga memiliki posisi tawar yang baik. B. Pengorganisasian Untuk kelancaran kegiatan ini dilaksanakan secara terkoordinasi mulai dari tingkat pusat sampai dengan tingkat lapangan. Oleh karena itu dalam upaya mengoptimalkan pelaksanaannya diperlukan pengaturan organisasi untuk memperjelas tugas dan fungsi dari setiap lini kelembagaan, sebagai berikut : 1. Tim Pusat Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan Kelembagaan Pembibitan, Tim Pusat Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, mempunyai kewajiban sebagai berikut : a. Menyusun Pedoman Pengembangan Kelembagaan Pembibitan; b. Mengkoordinasikan kegiatan di tingkat pusat dan daerah; c. Melakukan sosialisasi dan pembinaan kegiatan; d. Melakukan monitoring dan evaluasi; e. Menyusun dan menyampaikan laporan perkembangan pelaksanaan kegiatan kepada Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. 10

2. Tim Pembina Provinsi a. Menyusun Petunjuk Pelaksanaan dengan mengacu kepada pedoman pelaksanaan dan disesuaikan dengan kondisi spesifik masing-masing daerah yang ditetapkan oleh kepala Dinas Provinsi. b. Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan dengan instansi terkait di tingkat Pusat, provinsi dan kabupaten. c. Melakukan verifikasi terhadap kelompok pembibit. d. Melakukan sosialisasi dan pembinaan kegiatan serta penanganan masalah di tingkat provinsi e. Melaksanakan pembinaan, monitoring dan evaluasi. f. Menyusun dan melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan untuk disampaikan kepada Kepala Dinas Provinsi dan kemudian diteruskan kepada Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. 3. Tim Teknis Kabupaten Dalam pelaksanaan kegiatan, Tim Teknis Kabupaten, mempunyai kewajiban sebagai berikut : a. Menyusun petunjuk teknis kegiatan dengan mengacu kepada petunjuk pelaksanaan dan disesuaikan dengan kondisi spesifik daerah yang ditetapkan oleh Dinas Kabupaten. b. Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan dengan instansi terkait di tingkat kabupaten. c. Melakukan sosialisasi dan pembinaan kegiatan di tingkat kabupaten. d. Melakukan pendampingan pelaksanaan kegiatan. e. Melakukan monitoring dan evaluasi. f. Membuat laporan perkembangan pelaksanaan kegiatan di tingkat kabupaten untuk disampaikan kepada Kepala Dinas Kabupaten yang kemudian diteruskan kepada Kepala Dinas Provinsi dan Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Kelembagaan Perbibitan Ternak Tahun 2015 11

BAB V MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN A. Monitoring dan Evaluasi Monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan, dimaksudkan untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan kegiatan. Disamping itu untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan mulai dari tingkat pusat, provinsi, kabupaten dan kelompok serta memberikan saran alternatif pemecahan masalah. Untuk menjaga transparansi penggunaan dana, perlu dilakukan monitoring dan evaluasi secara intensif dan berjenjang dengan mekanisme sebagai berikut : 1. Tim Teknis Kabupaten melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan di lokasi kegiatan; 2. Tim Pembina Provinsi melakukan monitoring dan evaluasi baik kegiatan maupun keuangan; 3. Tim Pusat melakukan monitoring dan evaluasi kabupaten/kota. B. Pelaporan Pelaporan diperlukan untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan kegiatan. Untuk itu perlu ditetapkan mekanisme pelaporan sebagai berikut : 1. Dinas Kabupaten melakukan rekapitulasi seluruh laporan yang diterima dari kelompok dan melaporkan perkembangan kegiatan yang dilakukan setiap 3 (tiga) bulan kepada Dinas Provinsi. 2. Dinas Provinsi melakukan rekapitulasi seluruh laporan yang diterima dari Dinas Kabupaten dan melaporkan perkembangan kegiatan yang dilakukan setiap 3 (tiga) bulan kepada Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan c.q. Direktur Perbibitan Ternak sebagaimana format pada lampiran 2. 12

BAB VI PENGENDALIAN DAN INDIKATOR KEBERHASILAN A. Pengendalian Pengendalian dilakukan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan di provinsi dan kabupaten. Pengawasan fungsional kegiatan dilaksanakan oleh Aparat Pengawas Fungsional. Pengawasan dan pengendalian dapat dilakukan setiap saat selama kegiatan. B. Indikator Keberhasilan 1. Indikator Input Tersedianya dana untuk kegiatan pengembangan kelembagaan pembibitan ternak di 22 provinsi. 2. Indikator Output a. Terlatihnya manajemen teknis dan organisasi di 22 kelompok; b. Teridentifikasinya 22 kelompok pembibit di 22 provinsi. 3. Indikator Outcome a. Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan kelompok pembibitan; b. Terbentuknya kelompok pembibitan yang memiliki posisi tawar yang baik. 4. Indikator Manfaat a. Berkembangnya kemampuan kelompok pembibitan; b. Aktivitas kelompok berjalan dengan baik. Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Kelembagaan Perbibitan Ternak Tahun 2015 13

BAB VII PENUTUP Pedoman pelaksanaan ini disusun sebagai acuan bagi pelaksanaan pengembangan kelembagaan Tahun 2015 mulai dari tingkat Pusat, Provinsi dan Lapangan. Hal-hal yang bersifat spesifik dan belum diatur dalam pedoman ini dituangkan lebih lanjut di dalam Petunjuk Pelaksanaan yang diterbitkan oleh Dinas Provinsi dengan memperhatikan kondisi masing-masing wilayah. DIREKTUR JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN SYUKUR IWANTORO 14

Lampiran 1. Lokasi kegiatan Pengembangan Kelembagaan Pembibitan Tahun 2015 yaitu: 1. Aceh 2. Sumatera Utara 3. Sumatera Barat 4. Riau 5. Jambi 6. Bengkulu 7. Sumatera Selatan 8. Bangka Belitung 9. Jawa Barat 10. Jawa Tengah 11. DIY 12. Jawa Timur 13. Bali 14. Nusa Tenggara Barat 15. Nusa Tenggara Timur 16. Kalimantan Selatan 17. Kalimantan Timur 18. Sulawesi Utara 19. Sulawesi Selatan 20. Maluku 21. Papua 22. Papua Barat Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Kelembagaan Perbibitan Ternak Tahun 2015 15

Lampiran 2. KABUPATEN : PROVINSI : No Nama Kelompok / Ketua Kelompok LAPORAN KEGIATAN PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PEMBIBITAN TERNAK Alamat Kelompok Tanggal /Tahun Pembentukan Kelompok Jumlah Anggota Kelompok Fasilitas yang pernah didapat oleh kelompok Populasi Ternak Kelompok yang dipelihara/dimiliki (ekor) Sapi Potong Sapi Perah Kerbau Kambing Domba Ayam Lokal Itik Pelatihan 16

Lampiran 3, Formulir 1. Penilaian kelompok ternak yang berpotensi menjadi usaha pembibitan 1. Nama Kelompok : 2. Tanggal, Bulan, Tahun Berdiri : 3. Alamat Kelompok : a. RT/RW : b. Desa : c. Kecamatan : d. Kabupaten/Kota : 4. Nama Ketua Kelompok : 5. Telpon/HP Ketua Kelompok : 6. Jumlah Anggota : 7. Jenis Ternak : 8. Jumlah Ternak (Segala Umur) : No Uraian Bobot Nilai Penilaian dan Penjelasan Setiap Nilai 4 3 2 1 Manajemen dan Organisasi (40) a. AD/ART kelompok 10 Dicetak dan diedarkan ke seluruh anggota b. Struktur organisasi 5 Pengurus harian, bidang dan bidang2, khususnya ada bidang usaha Terdokumentasi secara baik Pengurus hrian, bidang2, kecuali bidang usaha Tidak terdokumentasi dan tampak tak terawat Hanya ada pengurus harian Keterangan Bukti fisik Bukti fisik Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Kelembagaan Perbibitan Ternak Tahun 2015 17

c. Program kelompok 10 Disusun dalam rapat anggota yang isinya berorientasi pada upaya pembibitan, dibukukan, dan diedarkan ke anggotanya d. Administrasi kelompok 10 Tertib, lengkap, dan digunakan secara terus menurus e. Umur kelompok 2 Lebih dari 10 tahun f. Proses Pembentukan 3 Swadaya dan kemauan sendiri Jumlah 40 2 Manajemen Pembibitan (30) a. Jumlah betina produktif di kelompok b. Stabilitas jumlah betina (produktif maupun muda) dalam 4 tahun terakhir c. Pencatatan produktivitas dan reproduktivitas d. Jumlah pejantan dalam kelompok Disusun dalam rapat anggota yang isinya tidak berorientasi pada upaya pembibitan dan didokumentasi/ disimpan di Disusun berdasarkan perintah dari dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan Bukti fisik pengurus hewan Tertib dan kurang Kurang tertib lengkap dan kurang lengkap 5 sd 10 tahun Kurang dari 5 tahun Bukti fisik swadaya dan Karena difasilitasi permintaan Dinas 6 Lebih dari 100 ST 40 ST - 100 ST kurang dari 40 ST Bukti fisik, hitung dan kondisi buku 4 Meningkat Tetap Menurun Hitung 5 Tertib dan selalu dilakukan sesuai dengan tujuan 5 Tidak ada karena pakai IB Dilakukan secara kadang-kadang Kurang dari 5 ekor dan kadangkadang pakai IB Bukti fisik dan wawancara mendalam Hitung (Sapi =. Ekor, dll.) Tidak dilakukan Bukti fisik, catat Lebih dari 5 ekor dan tidak pernah pakai IB infromasi yang didapat Hitung dan check 18

e. Pola penjualan ternak 5 Diputuskan dalam rapat anggota kelompok f. Jumlah yang dihasilkan per Tahun dalam 4 tahun terakhir g. Usaha lain yang dikelola selain pengembangbiakan/pembibit an Jumlah 30 3 Sarana Pengelolaan (20) Alat ukur produktifitas dan reproduktifitas Alat pencatat dan penyimpan data (komputer dan sejenisnya; kartu individu ternak dan sejenisnya Sendiri-sendiri tetapi mempertimbangk an saran kelompok Sendiri2 dan tidak ada urusan apapun dengan kelompok Check dan bukti fisik catatan 3 Tinggi Sedang Rendah hitung dan catat hasil wawancara 2 1 usaha 2 usaha lebih dari 2 usaha mendalam catat hasil wawancara mendalam 10 Sangat lengkap Lengkap Kurang lengkap Alat ukur produktifitas dan reproduktifitas 5 Sangat lengkap Lengkap Kurang lengkap Alat pencatat dan penyimpan data (komputer dan sejenisnya; kartu individu ternak dan sejenisnya Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Kelembagaan Perbibitan Ternak Tahun 2015 19

Petugas pengukur dan pencatat 5 Ditunjuk secara tetap Ada beberapa Jumlah 20 4 Sarana Pendukung (10) a. Bahan pembuatan kandang dan kondisi lingkungannya (intensif) b. Ketersediaan pagar, tempat teduh, embung, dan kondisi lingkungannya (extensif) c. Penyediaan dan pengolahan pakan orang Tidak tentu Petugas pengukur dan pencatat 4 Sangat baik Baik Cukup Ambil foto dan uraikan secara lengkap bahan yang digunakan, tata letak kandang, dan sanitasi 3 Sangat baik Baik Cukup Ambil foto dan uraikan secara lengkap asal pakan, penyimpanan dan pengolahan pakan, dan yang terkait 20

d. Akses ke jalan ekonomi 3 Sangat mudah Mudah Cukup Catat jarak Jumlah 10 Total Jumlah 100 lokasi kandang dengan jalan umum dan biaya yang diperlukan untuk mengangkut ternak ke pasar, dan info lain yang relevan Keterangan: Nilai terbaik adalah 400 dan nilai terburuk adalah 200; Kelompok bernilai lebih besar dari 300 berpotensi terpilih; Kelompok bernilai kurang dari 300 disingkirkan; Tim penilai melakukan penilaian Kelompok Pembibit dari beberapa aspek yaitu manajemen organisasi, manajemen perbibitan, sarana pengelolaan dan sarana pendukung. Manajemen organisasi memiliki bobot nilai 40, manajemen pembibitan memiliki bobot nilai 30, sarana pengelolaan memiliki bobot nilai 20 dan sarana pendukung memiliki bobot nilai 10, Skor penilaian berkisar antara 1 4 sehingga nilai terbaik adalah 400 Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Kelembagaan Perbibitan Ternak Tahun 2015 21

22 Catatan :

Direktorat Perbibitan Ternak DIREKTORAL JENderal peternakan dan kesehatan hewan Kementerian pertanian