BAB 2 LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 LANDASAN TEORI

completed efficiently and effetively with and through other people.

Sesi XIII AHP (Analytical Hierarchy Process)

BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK. Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 3 METODE PENELITIAN. Tabel 3.1 Disain Penelitian. Desain Penelitian. Individu PT. Affiat Bestari. Santosa. Individu PT. Affiat.

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

BAB 2 LANDASAN TEORI. Yang dimaksud dengan proyek adalah suatu keseluruhan kegiatan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. AsiA Day Madiun-Malang, penelitian menggunakan metode-metode penilaian

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT

Pengertian Metode AHP

BAB II LANDASAN TEORI. pengambilan keputusan baik yang maha penting maupun yang sepele.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Ekonomi dan Produk Domestik Regional Bruto. Istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani, terdiri atas kata oikos dan

BAB 2 LANDASAN TEORI

Bab II Analytic Hierarchy Process

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

III. LANDASAN TEORI A. PERENCANAAN PROYEK INVESTASI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

Sistem Penunjang Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing dan Penguji Skipsi Dengan Menggunakan Metode AHP

JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Pujawan dan Erawan (2010) memilih supplier merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam

BAB 2 LANDASAN TEORI Analytial Hierarchy Process (AHP) Pengertian Analytical Hierarchy Process (AHP)

Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Jurusan Siswa-Siswi SMA (IPA/IPS/BAHASA) Menggunakan Metode AHP (Studi Kasus SMA di Kota Padang).

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

PEMILIHAN LOKASI PERGURUAN TINGGI SWASTA DI JAWA BARAT BERDASARKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Oleh : RATNA IMANIRA SOFIANI, SSi

Pengenalan Metode AHP ( Analytical Hierarchy Process )

IMPLEMENTASI ANALYTIC HIERARCHY PROCESS DALAM PENENTUAN PRIORITAS KONSUMEN PENERIMA KREDIT. Sahat Sonang S, M.Kom (Politeknik Bisnis Indonesia)

Sistem Pendukung Keputusan Memilih Perguruan Tinggi Swasta di Palembang Sebagai Pilihan Tempat Kuliah

BAB 2 LANDASAN TEORI. fisika dan kimia untuk mengubah bentuk (geometry), sifat (properties)

Techno.COM, Vol. 12, No. 4, November 2013:

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

PENERAPAN MICOROSOFT EXCEL PADA METODE KUANTITATIF BISNIS DENGAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (PROSES ANALITIS HIERARKIS) ABSTRAK ABSTRACT

PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN HANDPHONE TERBAIK DENGAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

APLIKASI ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) PADA PEMILIHAN SOFTWARE MANAJEMEN PROYEK

BAB II LANDASAN TEORI

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PERIJINAN DAN PENEMPATAN KOLAM JARING TERAPUNG MENGGUNAKAN METODE AHP STUDI KASUS PT

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN BONUS KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE AHP SKRIPSI

MEMILIH METODE ASSESMENT DALAM MATAKULIAH PENERBITAN DAN PEMROGRAMAN WEB MENGGUNAKAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

MODEL ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS UNTUK MENENTUKAN TINGKAT PRIORITAS ALOKASI PRODUK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelayakan proyek adalah suatu penelitian tentang layak atau tidaknya suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III MENENTUKAN PRIORITAS DALAM AHP. Wharton School of Business University of Pennsylvania pada sekitar tahun 1970-an

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN PERTANIAN DENGAN METODE ANALY TICAL HIERARCHY P ROCESS (AHP) Jefri Leo, Ester Nababan, Parapat Gultom

Analytic Hierarchy Process

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS SEBAGAI PENDUKUNG KEPUTUSAN (DECISION SUPPORT) PEMILIHAN LOKASI PEMBANGUNAN RUMAH KOS UNTUK KARYAWAN

Prinsip-Prinsip Dasar Analytical Hierarchy Process. Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Bab 5 Penganggaran Modal

Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Supplier Terbaik dengan Metode AHP Pada AMALIUN FOODCOURT

UJI ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS SEBAGAI SISTEM PENGAMBIL KEPUTUSAN TEMPAT TINGGAL

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PENENTUAN PRIORITAS KEGIATAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN DAERAH IRIGASI DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) (185A)

METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN GALANGAN KAPAL UNTUK PEMBANGUNAN KAPAL TANKER DI PULAU BATAM

JURNAL. SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN KENAIKAN JABATAN PADA PT BANK CENTRAL ASIA Tbk. (BCA) MENGGUNAKAN METODE ANALITYC HEARARCHY PROCESS

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kawasan Pengembangan Pariwisata Nasional

CESS (Journal of Computer Engineering System and Science) p-issn :

Sistem pendukung keputusan pemilihan program studi pada perguruan tinggi melalui jalur SNMPTN pada SMA N 16 Semarang

III KERANGKA PEMIKIRAN

Kuliah 11. Metode Analytical Hierarchy Process. Dielaborasi dari materi kuliah Sofian Effendi. Sofian Effendi dan Marlan Hutahaean 30/05/2016

Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Paket Umroh (Studi Kasus: PT. Amanah Iman)

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI PERANGKINGAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN SUPERIORITY INDEX

PENDEKATAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PENENTUAN URUTAN PENGERJAAN PESANAN PELANGGAN (STUDI KASUS: PT TEMBAGA MULIA SEMANAN)

ANALISIS DATA Metode Pembobotan AHP

BAB II INVESTASI. Setiap perusahaan yang melakukan investasi aktiva tetap selalu

BAB III ANP DAN TOPSIS

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENJURUSAN SMA MENGGUNAKAN METODE AHP

BAB II TINJAUAN TEORI

RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN

JURNAL LENTERA ICT Vol.3 No.1, Mei 2016 / ISSN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) Dalam Evaluasi Agen Pangkalan LPG 3 kg

BAB II LANDASAN TEORI

ISSN VOL 15, NO 2, OKTOBER 2014

III. METODE PENELITIAN

PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS DI PT. EWINDO BANDUNG)

ABSTRAK. Kata kunci : SPK, metode AHP, penentuan lokasi.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Pertemuan 9 (AHP) - Mochammad Eko S, S.T

ANALISA FAKTOR PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI TINGKAT SARJANA MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALITICAL HIRARKI PROCESS)

P11 AHP. A. Sidiq P.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Karyawan Terbaik Menggunakan Metode AHP

ANALISIS LOKASI CABANG TERBAIK MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS

BAB III METODE FUZZY ANP DAN TOPSIS

Transkripsi:

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Alasan Penggantian Mesin Kelancaran proses produksi sangat penting bagi suatu perusahaan agar dapat bersaing dengan industri lainnya. Agar proses produksi dapat berjalan lancar maka diperlukan penggantian mesin. Adapun alasan suatu mesin perlu diganti menurut Sofjan Assauri (2004, p105), adalah : 1 Adanya keuntungan potensial dari penggunaan mesin baru. Misalnya penggunaan mesin baru akan lebih menguntungkan karena penggunaan bahan dan tenaga kerja yang lebih sedikit, sehingga harga pokok produk menjadi lebih rendah atau memberikan penghematan yang terbesar. 2 Mesin yang dipergunakan sudah rusak sehingga tidak dapat bekerja sebagaimana mestinya. Mesin rusak perlu diganti, karena apabila mesin ini tidak diganti dan terus dipergunakan maka akan menimbulkan kerugian-kerugian seperti : a Waktu pengerjaan (operation time) dari produk di mesin tersebut bertambah b Produksi perusahaan menurun, karena waktu produksi per satuan bertambah c Kualitas produk menurun d Biaya tenaga kerja akan bertambah besar e Biaya maintenance juga akan bertambah besar

12 Jika mesin yang dipakai telah rusak, maka persoalannya bukan menentukan esin ini apakah diganti atau tidak, tetapi mesin mana yang akan dibeli untuk menggantikan mesin yang rusak tersebut. 3 Mesin yang dipergunakan telah kuno/tua atau ketinggalan zaman. Walaupun mesin yang kuno masih dapat berfungsi, tetapi tidak dapat memenuhi tuntutan kemajuan teknologi yang modern (dalam arti ekonomis), sehingga produk yang dihasilkan tidak dapat bersaing dengan produk lain dipasar, yang diproduksi dengan mesin baru yang lebih efisien. 4 Mesin yang dipergunakan tidak cocok atau tidak mampu untuk menghasilkan produk baru yang berbeda sebagai akibat perubahan keinginan dari konsumen atau perubahan pasar. Perubahan keinginan dari konsumen mengharuskan atau memaksa perusahaan mengadakan perubahan desain dari produk, perubahan mana dapat merupakan perubahan kecil atau perubahan besar, dan perubahan ini menyebabkan mesin yang dimiliki tidak cocok atau tidak dapat dipergunakan lagi. Apabila semangat kerja dari para pekerja telah menurun dan kondisi kerja yang menjadi jelek, karena keadaan-keadaan yang tidak menyenangkan para pekerja yang ditimbulkan oleh mesin yang dipergunakan. Dalam hal ini mesin-mesin yang menimbulkan keadaan tersebut seperti suara mesin yang ribut/keras, asapnya banyak, dan sering menimbulkan kecelakaan, haruslah diganti dengan mesin baru agar semangat kerja dapat bertambah baik dan kondisi kerja dapat ditingkatkan atau lebih menyenangkan. Jika keadaan tersebut dibiuarkan, maka akan menimbulkan jumlah produksi menurun atau kualitas hasil yang menurun.

13 2.2 Kesulitan yang Dihadapi Dalam Penggantan Mesin Di dalam penggantian mesin, dimana mesin yang diganti adalah mesin yang telah lama dipergunakan, dan mesin yang baru membutuhkan sesuatu yang baru sama sekali seperti suasana kerja, modal dan keahlian, maka selalu terdapat kesulitan Kesulitan yang dihadapi dalam penggantian mesin adalah : 1 Adanya sifat atau behavior bahwa orang tidak mau mengganti mesin yangdimilikinya sebelum mesin tersebut rusak sama sekali atau secara teknis tidak dapat dipergunakan ladi. Jadi walaupun mesinnya telah tua dan tidak efisien lagi tetapi masih tetap dipergunakan. 2 Terdapatnya keadaan dimana mesin yang walaupun secara teknis belum tua atau aus, tetapisecara ekonomis telah tua aus atau ketinggalan zaman (obsolescent). Timbulnya obsolescent ini karena terdapatnya mesin baru dipasar yang menguunakan tenaga kerja yang lebih sedikit, dan lebih menjamin keselamatan kerja, serta dengan menggunakan peralatan (tools) yang serba otomatis. 3 Adanya kasulitan keuangan yang dihadapi perusahaan untuk mengadakan pembelian mesin baru, oleh karena mesin baru membutuhkan sejumlah uang yang cukup besar. Jika uang yang dibutuhkan tidak ada, maka harus dilakukan pinjaman, sedangkan untu melakukan pinjaman diperlukan syarat-syarat yang kadang-kadang sukar dipenuhi. Dibutuhkannya tenaga pekerja yang cakap dan dalam jumlah yang cukup besar, terutama apabila dibeli mesin-mesin yang mekanisasinya tinggi. Dalam hal ini manajer harus memperhatikan perawatan mesin-mesin tersebut dimana dibutuhkan

14 tenaga-tenaga yang mampu dan tepat. Kalau tenagayang dibutuhkan tidak ada maka harus diusahakan untuk mendidik dan melatihnya terlebih dahulu 2.3 Metode-metode Pemilihan dan Penggantian Mesin Secara teoritis ada beberapa metode yang dapat dipergunakan sebagai pedoman atau petunjuk dalam rencana penggantian mesin. Metode-metode pemilihan dan penggantan mesin menurut Sofjan Assauri (2004, p106), adalah : 1 Annual Cost Saving Approach 2 Total Life Average Approach 3 Present Worth Method 4 The New MAPI Formula Sebelum membahas metode-metode penggantian mesin, perlu diketahui bahwa biaya-biaya yang dikeluarkan untuk pembelian mesin baru dapat dibedakan atas dua macam yaitu : 1 Recurring cost yaitu biaya-biaya yang terus menerus timbul atau terjadi dari tahun ke tahun selama mesin tersebut digunakan. Biaya-biaya ini terdiri dari biaya upah langsung (direct labor cost), biaya upah tidak langsung (indirect labor cost), tenaga listrik (power), biaya pemeliharaan (maintenance cost), pajak dan asuransi. 2 Non recurring costs yaitu biaya-biaya yang hanya dikeluarkan satu kali saja selama mesin atau peralatan tersebut dimiliki. Biaya-biaya ini terdiri dari biaya atau harga pembelian, biaya pengangkutan (transportation cos) dan biaya pemasangan mesin tersebut

15 Disamping kedua biaya tersebut, perlu diperhatikan adanya penyusutan atau depresiasi dalam nilai mesin atau peralatan. Penyusutan adalah penurunan dari nilai mesin atau peralatan sebagai akibat penggunaan atau pengorbanan mesin atau peralatan tersebut untuk menghasilkan barang atau jasa. Metode enyusutan yang dipergunakan adalah penyusutan yang tetap jumlahnya setiap tahun yang dinamakan dengan metode garis lurus (straight line method). 2.3.1 Annual Cost Saving Approach Pendekatan atau metode ini menekankan pada adanya penghematan yang diperoleh dari mesin-mesin yang dipilih. Dalam hal ini perlu diperbandingkan antara recurring costs dan non recurring costs serta depresiasi dari mesin-mesin yang akan dipilih. Non recurring costs yang diperhitungakan dalam hal ini adalah sebesar bunga setiap tahun dari biaya-biaya pembelian, pengangkutan dan pemasaran mesin tersebut. Bunga dimasukkan dalam perhitungan ini karena jika jumlah uang untuk investasi dalam mesin tersebut tidak dipinjam tetapi dibelanjai dari modal sendiri, maka besarnya bunga diperhitungkan sebagai opportunity costs yang besarnya sam adenan tingkat bunga yang berlaku di pasaran. Dengan annual cost saving dapat dibandingkan antara mesin yang satu dengan mesin yang lain. 2.3.2 Total Life Average Approach Dalam pendekatan atau metode ini, semua biaya pertahun diperbandingkan termasuk biaya untuk memiliki mesin dan taksiran semua biaya-biaya operasi (operating cost) dari mesin selama hidupnya (operating life). Semua biaya-biaya dijumlahkan dan dibagi dengan umur (operating life) dari mesin, maka di peroleh

16 biaya total rata-rata setiap tahun apabila memiliki dan mengoperasikan mesin yang ada. Untuk menentukan mesin mana yang akan dipilih, maka biaya total rata-rata setiap tahun dari mesin-mesin tersebut diperbandingkan. Sudah tentu mesin yang mempunyai biaya total rata-rata setiap tahun (total life average) yang terendah yang akan dipilh, disamping pertimbangan-pertimbangan lain yang perlu diperhatikan seperti apa yang disebut dalam model pertama yaitu Annual Cost Saving Approach. Total biaya selama umur mesin = depresiasi + biaya operasi + bunga Total biaya operasi = Upah langsung Upah tidak langsung + Biaya pemeliharaan + Biaya rata-rata pertahun = 2.3.3 Present Worth Method Biaya listrik + Pajak dan Asuransi Total biaya selama umur mesin Umur mesin Pengertian Present Worth Method menurut Sofjan Assauri (2004, p111) : Present Worth Method adalah nilai pada saat sekarang ini dari sejumlah dana dengan suatu tingkat bunga (interest (uang) yang diinvestasikan untuk jangka waktu tertentu (sekian tahun) dari masa sekarang tertentu) Dalam metode Present Worth semua biaya-biaya baik biaya pemilikan (investasi) maupun biaya operasi dari masing-masing diperkirakan dengan nilai sekarang dan kemudian diperbandingkan. Metode ini mencoba mengadakan panilaian pendapatan (earnings) maupun biaya operasi dari masing-maisng diperkirakan dengan niai sekarang dan kemudian diperbandingkan. Metode ini mencoba mengadakan penilaian atas biaya-biaya yang terjadi sekarang dan yang terjadi pada

17 masa yang akan dating, dengan nilai pada saat sekarang ini. Penilaian ini dilakukan baik untuk mesin lama maupun mesin baru, sehingga dengan demikian dapat diperbandingkan. Mesin yang dipilih adalah mesin yang mempunyai nilai biaya pada saat sekarang yang paling rendah. 2.3.4 The New MAPI Formula Metode atau pendekatan ini mencoba untuk mengadakan penganalisaan dalam mengambil suatu keputusan mengenai apakah suatu mesin yang dimiliki/ dipergunakan sebaiknya diganti dengan mesin baru yang ada dipasar, dengan menggunakan perbandingan antara modal yang ditanam (capital charges/capital cost) untuk mesin lama yang dimiliki dengan kekurangan atau ketidak sempurnaan beroperasi (operating inferiority) dari mesin lama. Untuk membeli mesin baru dibutuhkan sejumlah uang (capital cost) yang harus diperhatikan. Pada waktu membeli mesin baru ketidak sempurnaan (operating inferiority) adalah pada titik minimum, sedangkan biaya modal (capital cost) ada pada titik maksimum. Makin lama mesin dipergunakan maka biaya modal (capital charges/capital cost) terus menurun, sedang ketidaksempurnaan (operating inferiority) terus naik. Oleh karena adanya keadaan yang bertentangan ini, maka menimbulkan persoalan yang sulit bagi manager dimana harus memilih diantara : - Lebih besar biaya modal (capital cost)nya sedang kelemahan/kurang sempurnanya lebih sedikit atau ; - Lebih kecil biaya modal modal (capital cost)nya sedang kelemahan/kurang sempurnanya lebih besar.

18 Konsep New MAPI approach menggambarkan bahwa kebanyakan aktiva yang dapat disusutkan mempunyai suatu trend yang menurun dalam pendapatan (earnings) yang melebihi umur aktiva (aset). MAPI membagi pola proyeksi (projection pattern) dari absolute earnings dalam 3 bagian : a Standard projection pattern yang meliputi aktiva yang mempunyai trend earnings yang konstan b Variant A projection pattern yang meliputi aktiva yang mempunyai prosentase penurunan earnings yang lebih kecil pada setengah tahun pertama daripada setengah tahun kedua. Varian B projrction pattern yang meliputi aktiva yang mempunyai prosentase penurunan earnings yang lebih besar pada setengah tahun pertama daripada setengah tahun kedua 2.4 Analytical Hierarchy Process (AHP) 2.4.1 Prinsip prinsip Dasar Analytical Hierarchy Process (AHP) Analytic Hierarchy Process (AHP) yang dikembangkan oleh Thomas Saaty pada tahun 1970-an merupakan suatu metode dalam pemilihan alternatif-alternatif dengan melakukan penilaian komparatif berpasangan sederhana yang digunakan untuk mengembangkan prioritas-prioritas secara keseluruhan berdasarkan ranking. AHP adalah prosedur yang berbasis matematis yang sangat baik dan sesuai untuk evaluasi atribut-atribut kualitatif. Atribut-atribut tersebut secara matematik dikuantitatif dalam satu set perbandingan berpasangan, yang kemudian digunakan

19 untuk mengembangkan prioritas-prioritas secara keseluruhan untuk penyusunan alternatif-alternatif pada urutan ranking / prioritas. Kelebihan AHP dibandingkan dengan metode yang lainnya karena adanya struktur yang berhirarki, sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipilih, sampai kepada sub-sub kriteria yang paling mendetail. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh para pengambil keputusan (Saaty, 1990). Karena menggunakan input persepsi manusia, model ini dapat mengolah data yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Jadi kompleksitas permasalahan yang ada di sekitar kita dapat didekati dengan baik oleh model AHP ini. Selain itu AHP mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah yang multi-objektif dan multikriteria yang didasarkan pada perbandingan preferensi dari setiap elemen dalam hierarki. Jadi model ini merupakan suatu model pengambilan keputusan yang komperehensif. Ada beberapa prinsip yang harus dipahami dalam menyelesaikan persoalan dengan AHP, diantaranya adalah : decomposition, comparative judgement, synthesis of priority dan logical consistency (Sri Mulyono, 2007 : 220). 2.4.1.1 Decomposition Setelah persoalan didefinisikan, maka perlu dilakukan decomposition yaitu memecah persoalan yang utuh menjadi unsur-unsurnya. Jika ingin mendapatkan hasil yang akurat, pemecahan juga dilakukan terhadap unsur-unsurnya sampai tidak mungkin dilakukan pemecahan lebih lanjut, sehingga didapatkan beberapa tingkatan

20 dari persoalan tadi. Karena alasan ini, maka proses analisis ini dinamakan hirarki (hierarchy). Ada dua jenis hirarki yaitu lengkap dan tak lengkap. Dalam hirakri lengkap, semua elemen pada suatu tingkat memiliki semua elemen yang ada pada tingkat berikutnya. Jika tidak demikian, dinamakan hirarki tak lengkap. 2.4.1.2 Comparative Judgement Prinsip ini berarti membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkat diatasnya. Penilaian ini merupakan inti dari AHP, karena ia akan berpengaruh terhadap prioritas elemenelemen. Hasil dari penilaian ini akan tampak lebih baik bila disajikan dalam bentuk matriks yang dinamakan matriks pairwise comparison. Pertanyaan yang biasa diajukan dalam penyusunan skala kepentingan adalah : a. Elemen mana yang lebih (penting/disukai/mungkin)?, dan b. Berapa kali lebih (penting/disukai/mungkin)? Agar diperoleh skala yang bermanfaat ketika membandingkan dua elemen, seseorang yang akan memberikan jawaban perlu pengertian menyeluruh tentang elemen-elemen yang dibandingkan dan relevansinya terhadap kriteria atau tujuan yang dipelajari. Dalam penyusunan skala kepentingan ini, digunakan acuan seperti pada tabel berikut.

21 Nilai Numerik Tabel 2.1 Skala prioritas dalam AHP Tingkat Kepentingan (Preference) 1 Sama pentingnya (Equal Importance) 2 Sama hingga Sedikit Lebih penting 3 Sedikit Lebih penting (Slightly more Importance) 4 Sedikit Lebih hingga Jelas lebih penting 5 Jelas lebih penting (Materially more Importance) 6 Jelas hingga Sangat jelas lebih penting 7 Sangat jelas lebih penting (Significantly more Importance) 8 Sangat jelas hingga Mutlak lebih penting 9 Mutlak lebih penting (Absolutely more Importance) Dalam penilaian kepentingan relatif dua elemen berlaku aksioma reciprocal artinya jika elemen i dinilai 3 kali lebih penting daripada j, maka elemen j harus sama dengan 1/3 kali pentingnya dibanding elemen i. Disamping itu perbandingan dua elemen yang sama akan menghasilkan angka 1, artinya sama pentingnya. 2.4.1.3 Synthesis of Priority Dari setiap pairwise comparison kemudian dicari eigen vectornya untuk mendapatkan local priority. Karena matriks pairwise comparison terdapat pada setiap tingkat, maka untuk mendapatkan global priority harus dilakukan sintesa diantara local priority. Prosedur melakukan sintesis berbeda menurut bentuk hirarki. Pengurutan elemen-elemen menurut kepentingan relatif melalui prosedur sintesa dinamakan priority setting. 2.4.1.4 Comparative Judgement

22 Dari setiap pairwise comparison kemudian dicari eigen vectornya untuk mendapatkan local priority. Karena matriks pairwise comparison terdapat pada setiap tingkat, maka untuk mendapatkan global priority harus dilakukan sintesa diantara local priority. Prosedur melakukan sintesis berbeda menurut bentuk hirarki. Pengurutan elemen-elemen menurut kepentingan relatif melalui prosedur sintesa dinamakan priority setting. 2.4.1.5 Synthesis of Priority Dari setiap pairwise comparison kemudian dicari eigen vectornya untuk mendapatkan local priority. Karena matriks pairwise comparison terdapat pada setiap tingkat, maka untuk mendapatkan global priority harus dilakukan sintesa diantara local priority. Prosedur melakukan sintesis berbeda menurut bentuk hirarki. Pengurutan elemen-elemen menurut kepentingan relatif melalui prosedur sintesa dinamakan priority setting. 2.4.1.6 Logical Consistency Konsistensi memiliki dua makna. Pertama adalah bahwa objek-objek yang serupa dapat dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan relevansi. Kedua adalah menyangkut tingkat hubungan antara objek-objek yang didasarkan pada kriteria tertentu. AHP mengukur seluruh konsistensi penilaian dengan menggunakan Consistency Ratio (CR), yang dirumuskan : CR = CI RandomConsistencyIndex Dimana :

23 CI : Consistency Index (CI) CI Z = mak n n 1 Suatu tingkat konsistensi yang tertentu memang diperlukan dalam penentuan prioritas untuk mendapatkan hasil yang sah. Nilai CR semestinya tak lebih dari 10%. Jika tidak, penilaian yang telah dibuat mungkin dilakukan secara random dan perlu direvisi. Tabel 2.2 Random Consistency Index (RI) N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 RI 0 0 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49 2.4.2 Tahap-tahap pemecahan masalah dengan AHP Misalkan kita akan memilih lokasi pabrik baru dengan tiga alternatif pilihan A, B dan C maka terlebih dahulu kita harus menetapkan kriteria pengambilan keputusan terhadap alternatif alternatif tersebut, misalkan harga, jarak dan tenaga kerja. Maka struktur hirarki lengkap dari masalah pemilihan lokasi pabrik yang disederhanakan ini ditunjukkan seperti pada gambar berikut.

24 Gambar 2.1 Contoh Hirarki Lengkap Pilihan Lokasi Pabrik Langkah-langkah penyelesaian masalah selanjutnya adalah : 1. Membuat matriks hubungan perbandingan berpasangan antara tiap alternatif untuk setiap kriteria keputusan. Perbandingan dilakukan berdasarkan pilihan dari pembuat keputusan dengan menilai tingkat kepentingan / preference level suatu alternatif dibandingkan alternatif lainnya. Harga A B C A 1 3 2 B 1/3 1 1/5 C 1/2 5 1 Jarak A B C A 1 6 1/3 B 1/6 1 1/9 C 3 9 1 Tenaga Kerja A B C A 1 1/3 1 B 3 1 7 C 1 1/7 1 Gambar 2.2 Contoh Matriks Alternatif Vs Preferensi Untuk Tiap Kriteria 2. Untuk setiap matriks kriteria, dilakukan penjumlahan nilai tiap kolom. 3. Membagi setiap nilai alternatif berpasangan dengan hasil penjumlahan pada kolom terkait, hasil pembagian kemudian dijumlahkan searah kolom, hasilnya seharusnya sama dengan 1 untuk menunjukkan konsistensinya.

25 4. Merubah nilai ke bilangan desimal dan mencari nilai rata-rata pada tiap baris, sehingga dari seluruh kriteria akan didapat matriks baru sebagai berikut. Lokasi Harga Jarak Tenaga Kerja A.5012 2819.1790 B.1185.0598.6850 C.3803.6583.1360 Gambar 2.3 Contoh Matriks Nilai Alternatif Vs Kriteria 5. Membuat matriks nilai untuk kriteria, misalnya, Kriteria Harga Jarak Tenaga Kerja Harga 1 1/5 3 Jarak 5 1 9 Tenaga Kerja 1/3 1/9 1 Gambar 2.4 Contoh Matriks Nilai Kriteria 6. Mengulangi langkah 2 sampai dengan 4 untuk matriks baru ini. Nilai akkhir yang didapat dari matriks baru ini merupakan eigen vector (vektor pengali) untuk matriks pada langkah 4. Lokasi Harga Jarak Tenaga Kerja A.5012.2819.1790 B.1185.0598.6850 C.3803.6583.1360 X Kriteria Harga.1993 Jarak.6535 Tenaga Kerja.0860 Gambar 2.5 Perkalian Matriks Akhir 7. Mengalikan kedua matriks pada Gambar 2.5 diatas. Alternatif dengan nilai terbesar merupakan alternatif yang harus dipilih.

26 8. Setelah diperoleh pilihan maka untuk menguji pilihanya dilakukan dengan uji konsistensi. Untuk melakukan uji konsistensi dilakukan dengan menghitung Consistency Ratio (CR) seperti telah dijelaskan diatas. 9. Dari nilai CR yang didapat semestinya tak lebih dari 10%. Jika tidak, penilaian yang telah dibuat mungkin dilakukan secara random dan perlu direvisi. 2.5. Pengertian Proyek dan Investasi Yang dimaksud dengan proyek adalah suatu keseluruhan kegiatan yang menggunakan sumber-sumber untuk memperoleh manfaat (benefit), atau suatu kegiatan dengan pengeluaran biaya dan dengan harapan untuk memperoleh hasil pada waktu yang akan datang, dan yang dapat direncanakan, dibiayai, dan dilaksanakan sebagai satu unit. Kegiatan suatu proyek selalu ditujukan untuk mencapai suatu tujuan (objective) dan mempunyai suatu titik tolak (starting point) dan suatu titik akhir (ending point). Baik biaya maupun hasilnya yang penting biasanya dapat diukur. Menurut Gitman (2000:332-334), investasi (jangka panjang) atau pengeluaran modal (capital expenditure) adalah komitmen untuk mengeluarkan dana sejumlah tertentu pada saat sekarang untuk memungkinkan perusahaan menerima manfaat di waktu yang akan datang, dua tahun atau lebih. Lebih lanjut, Fitzgerald (1978:6) menyatakan bahwa investasi adalah aktivitas yang berkaitan dengan usaha penarikan sumber-sumber (dana) yang dipakai untuk mengadakan barang modal pada saat sekarang, dan dengan barang modal itu akan dihasilkan aliran produk baru di masa yang akan datang.

27 Dengan makna yang sama, van Horne (1981:106) dan J.J. Clark dkk. (1979:3) menyatakan bahwa investasi adalah kegiatan yang memanfaatkan pengeluaran kas pada saat sekarang untuk mengadakan barang modal guna menghasilkan penerimaan yang lebih besar di masa yang akan datang untuk waktu dua tahun atau lebih. 2.5.1. Proyek Penghematan Biaya (Cost Reducing Project) Menurut Murdifin Haming dan Salim Basalamah (2000:30), proyek penghematan biaya adalah proyek yang ditujukan untuk memperbaiki proses produksi atau proses bisnis dalam usaha menekan biaya usaha. Proyek ini merupakan bagian dari proyek perusahaan (business sector project, profit motive project), yang dibangun dan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat umum dengan tujuan untuk menghasilkan laba. 2.6. Kegunaan Studi Kelayakan Secara umum, menurut Murdifin Haming dan Salim Basalamah (2000:12) kegunaan primer dari studi kelayakan adalah: 1. Memandu pemilik dana (investor) untuk mengoptimalkan penggunaan dana yang dimilikinya. 2. Memperkecil risiko kegagalan investasi dan, pada saat yang sama, memperbesar peluang keberhasilan investasi yang bersangkutan. 3. Alternatif investasi teridentifikasi secara obyektif dan teruji secara kuantitatif sehingga manajer puncak mudah mengambil keputusan investasi yang obyektif.

28 4. Aspek terkait terungkap secara keseluruhan dan lengkap sehingga penerimaan dan atau penolakan terhadap alternatif investasi didasarkan atas pertimbangan terhadap semua aspek proyek dan bukan hanya aspek finansial saja. Sedangkan menurut Suad Husnan dan Suarsono (2000:7), tujuan dilaksanakannya analisa kelayakan adalah untuk menghindari keterlanjuran penanaman modal yang besar untuk kegiatan yang tidak menguntungkan. 2.7. Aspek Finansial Studi mengenai aspek finansial merupakan aspek yang paling penting dari studi kelayakan. Hal tersebut disebabkan karena, meskipun studi mengenai aspek-aspek selain aspek finansial menyatakan bahwa proyek tersebut layak, tetapi apabila studi aspek finansial memberikan hasil yang tidak layak, maka usulan proyek akan ditolak karena tidak akan memberikan manfaat ekonomi. 2.7.1 Dana Kebutuhan Investasi Dihubungkan dengan jenis penggunaan dana, maka dana yang diperlukan dibedakan atas: 1. Dana investasi inisial (initial investment), yaitu dana investasi yang diperlukan untuk mengadakan barang modal. 2. Dana modal kerja (working capital), yaitu dana yang diperlukan untuk membiayai aktivitas operasi sesudah proyek memasuki fase operasi komersial. Berdasarkan uraian diatas, maka sebuah proyek memerlukan dua macam pengeluaran, yakni:

29 1. Pengeluaran modal (capital expenditure), yaitu pengeluaran untuk investasi inisial. 2. Pengeluaran operasi untuk pendapatan (operating or revenue expenditure), yaitu modal kerja yang dibutuhkan untuk membiayai operasi sesudah memasuki fase komersial. 2.7.2 Depresiasi dan Straight Line Method Pada metode garis lurus, nilai penyusutan tetap sama besarnya, yaitu dihitung dengan persentase tertentu terhadap nilai beli aktiva (tanpa nilai sisa) atau terhadap sasaran penyusutan (harga beli sesudah dikurangi nilai sisa). Persentase penyusutan pada metode garis lurus adalah invers dari usia ekonomis proyek. 1 % Penyusutan = 100% Usia ekonomis Sedangkan nilai penyusutan dihitung dengan cara berikut: Dimana: B D = D P (HB A -NS A ) B D D P HB A NS A = biaya depresiasi tahunan = persentase depresiasi = harga beli aktiva = nilai sisa aktiva