PENURUNAN KADAR AIR MADU DENGAN DEHIDRATOR VAKUM

dokumen-dokumen yang mirip
KAJI PEMBUATAN SISTEM KONTROL MESIN VACUUM EVAPORATOR PENURUN KADAR AIR MADU KAPASITAS 50 LITER

DAFTAR ISI Madu... 13

PENGARUH METODE PENURUNAN KADAR AIR, SUHU DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS MADU RANDU

BAB III METODE PENELITIAN

DEHUMIDIFIKASI BAGI SI MANIS Penurunan Kadar Air Madu Oleh : Ryke L. S. Siswari

Pengeringan Untuk Pengawetan

BAB III METODE PENELITIAN

3.2 Pembuatan Pipa Pipa aliran air dan coolant dari heater menuju pipa yang sebelumnya menggunakan pipa bahan polimer akan digantikan dengan menggunak

PENURUNAN KADAR AIR MADU HUTAN ALAM SUMBAWA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. pengeringan tetap dapat dilakukan menggunakan udara panas dari radiator. Pada

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN AIR HEATER TANPA SIRIP

BAB III PERANCANGAN, INSTALASI PERALATAN DAN PENGUJIAN

BAB III PERANCANGAN, INSTALASI PERALATAN DAN PENGUJIAN

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI... xi Rumusan Masalah...

III. METODE PENELITIAN. Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah lempung/tanah liat dari YosoMulyo,


Pada proses pengeringan terjadi pula proses transfer panas. Panas di transfer dari

MODUL PRAKTIKUM SATUAN OPERASI II

PEMANFAATAN ENERGI SURYA UNTUK MEMANASKAN AIR MENGGUNAKAN KOLEKTOR PARABOLA MEMAKAI CERMIN SEBAGAI REFLEKTOR

DESTILASI AIR LAUT MENGGUNAKAN PEMANAS MATAHARI DENGAN REFLEKTOR CERMIN CEKUNG

BAB I PENDAHULUAN. seluruh masyarakat telah terpenuhi. Sektor pertanian dan perkebunan adalah salah satu sektor yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB V ANALISA HASIL. Berdasarkan hasil analisa data yang dilakukan, proses produksi Vaksin Aktif

ANALISA NILAI KALOR BRIKET DARI CAMPURAN AMPAS TEBU DAN BIJI BUAH KEPUH

METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan merupakan tanah berbutir halus yang. diambil dari Desa Yoso Mulyo, Kecamatan Metro Timur, Metro.

METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan merupakan tanah lempung lunak yang. diambil dari Desa Yosomulyo, Kecamatan Metro Timur, Kota Metro.

ANALISIS PENYEBARAN PANAS PADA ALAT PENGERING JAGUNG MENGGUNAKAN CFD (Studi Kasus UPTD Balai Benih Palawija Cirebon)

ANALISA TERMODINAMIKA LAJU PERPINDAHAN PANAS DAN PENGERINGAN PADA MESIN PENGERING BERBAHAN BAKAR GAS DENGAN VARIABEL TEMPERATUR LINGKUNGAN

ANALISIS PERFORMANSI MODEL PENGERING GABAH POMPA KALOR

PEMBUATAN KERIPIK WALUH (Cucurbita) MENGGUNAKAN ALAT VACUUM FRYER DENGAN VARIABEL WAKTU DAN SUHU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGEMBANGAN SERBUK GERGAJI MENJADI BIO-OIL MENGGUNAKAN PROSES PIROLISIS

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengasapan Ikan. Pengasapan adalah salah satu teknik dehidrasi (pengeringan) yang dilakukan

I. METODE PENELITIAN. Pasca Panen Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian 16

PENGERINGAN KACANG TANAH DENGAN PENERAPAN DCS PADA ROTARY DRYER

Optimasi Suhu Dalam Prototipe Kotak Inkubasi

Pengujian Pengeringan Garam Briket Skala Laboratorium

Gambar 3.1. Plastik LDPE ukuran 5x5 cm

Nama : Nur Arifin NPM : Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : DR. C. Prapti Mahandari, ST.

Pengaruh Temperatur Air Pendingin Terhadap Konsumsi Bahan Bakar Motor Diesel Stasioner di Sebuah Huller

PENGARUH WAKTU PENGGORENGAN VAKUM TERHADAP KANDUNGAN KADAR AIR DAN ORGANOLEPTIK KERIPIK UBI CILEMBU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. METODOLOGI PENELITIAN

E V A P O R A S I PENGUAPAN

BAB III METOLOGI PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2010 sampai dengan

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN

SISTEM PEMANFAATAN ENERGI SURYA UNTUK PEMANAS AIR DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR PALUNGAN. Fatmawati, Maksi Ginting, Walfred Tambunan

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian

ABSTRAK

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH WAKTU DAN SUHU PADA PEMBUATAN KERIPIK BENGKOANG DENGAN VACCUM FRYING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA THERMOGRAVIMETRY PROSES PEMBAKARAN LIMBAH PERTANIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae,

PENGASAPAN. PENGASAPAN merupakan perlakuan terhadap produk makanan dengan gas yang dihasilkan dari pemanasan material tanaman (contoh : kayu)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Nilai densitas pada briket arang Ampas Tebu. Nilai Densitas Pada Masing-masing Variasi Tekanan Pembriketan

BAB 4 ANALISA KONDISI MESIN

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Refrigerant Refrigeran adalah zat yang mengalir dalam mesin pendingin (refrigerasi) atau mesin pengkondisian udara

3 KARAKTERISTIK LOKASI DAN PERALATAN YANG DIGUNAKAN UNTUK PENELITIAN

SKRIPSI UJI PERFORMANSI DAN ANALISA TEKNIK ALAT EVAPORATOR VAKUM. Oleh: ASEP SUPRIATNA F

Kata kunci : prototipe, pengujian, temperatur, tabung vakum, minyak sayur

ANALISA PEMAKAIAN BAHAN BAKAR DENGAN MELAKUKAN PENGUJIAN NILAI KALOR TERHADAP PERFOMANSI KETEL UAP TIPE PIPA AIR DENGAN KAPASITAS UAP 60 TON/JAM

BAB IV ANALISA KOMPONEN MESIN

Judul PENGERINGAN BAHAN PANGAN. Kelompok B Pembimbing Dr. Danu Ariono

KIMIA TERAPAN (APPLIED CHEMISTRY) (PENDAHULUAN DAN PENGENALAN) Purwanti Widhy H, M.Pd Putri Anjarsari, S.Si.,M.Pd

KARAKTERISTIK DAN PRE-TREATMENT MADU

BAB I PENDAHULUAN. Bergesernya selera masyarakat pada jajanan yang enak dan tahan lama

BAB I PENDAHULUAN. sirkulasi udara oleh exhaust dan blower serta sistem pengadukan yang benar

BAB IV PENGEMASAN VACUUM DAN CUP SEALER

OLEH : SHOLEHUL HADI ( ) DOSEN PEMBIMBING : Ir. SUDJUD DARSOPUSPITO, MT.

KAJI EKSPERIMENTAL SISTEM PENGERING HIBRID ENERGI SURYA-BIOMASSA UNTUK PENGERING IKAN

JENIS-JENIS PENGERINGAN

RANCANG BANGUN SISTEM PENGENDALIAN TINGGI PERMUKAAN AIR DAN SUHU CAIRAN BERBASIS PLC SCADA. Tugino, Yohanes Purwanto, Tri Handayani

LAPORAN TUGAS AKHIR PENGARUH WAKTU PENGGORENGAN VAKUM TERHADAP KADAR AIR DAN ORGANOLEPTIK KERIPIK KULIT PISANG

III. METODELOGI PENELITIAN. Tempat dan waktu penelitian yang telah dilakukan pada penelitian ini adalah

III. METODOLOGI PENELITIAN

Penggunaan sistem Pneumatik antara lain sebagai berikut :

METODOLOGI PENELITIAN

PERBANDINGAN UNJUK KERJA FREON R-12 DAN R-134a TERHADAP VARIASI BEBAN PENDINGIN PADA SISTEM REFRIGERATOR 75 W

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR DENGAN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan tugas akhir guna memperoleh gelar Sarjana Teknik

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 hingga bulan April 2013 di

BAB III PERBAIKAN ALAT

Kampus Bina Widya Km 12,5 Simpang Baru Panam, Pekanbaru 28293, Indonesia 2 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Bengkulu,

METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung yang berasal dari. daerah Karang Anyar Lampung Selatan

BAB I PENDAHULUAN. energi untuk melakukan berbagai macam kegiatan seperti kegiatan

ANALISIS SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK KERIPIK BUAH MANGGA (Mangifera indica L.) PRODUK OLAHAN VACUUM FRYING

METODOLOGI PENELITIAN

PENGERINGAN GABAH DENGAN PENERAPAN DCS PADA ROTARY DRYER

PENGARUH KECEPATAN UDARA PENDINGIN KONDENSOR TERHADAP KOEFISIEN PRESTASI AIR CONDITIONING

PERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT PENGERING PISANG DENGAN TIPE CABINET DRYER UNTUK KAPASITAS 4,5 kg PER-SIKLUS

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi bidang otomotif berkembang sangat pesat mendorong

PEMANFAATAN LIMBAH SEKAM PADI MENJADI BRIKET SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DENGAN PROSES KARBONISASI DAN NON-KARBONISASI

PENGARUH PENGERINGAN ALAMI DAN BUATAN TERHADAP KUALITAS KAYU GALAM UNTUK BAHAN MEBEL

Transkripsi:

PENURUNAN KADAR AIR MADU DENGAN DEHIDRATOR VAKUM Johanes 1, Iwan Kurniawan 2, Yohanes 3 1) Mahasiswa S1Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Riau 2) Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Riau 3) Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Riau Email: 1) hanez02@yahoo.co.id, 2) iwan_ktm79@yahoo.com, 3) yohanes_tmesin@yahoo.com Abstract Vacuum dehydrator is an equipment that use to reduce water content in vacuum condition. The purpose of this experiment is to reduce water content of honey with pressure under 1 atm (vacuum condition) and heated. The heat controlled at 40 o C. The experiment was done by reduce pressure until 7,385 kpa. It use time variable, those are 4, 8,12 hours. The result showed that at 12 hours experiment, get the lowest water content of honey is 18,18%. It lowest than 4 hours and 8 hours experiment result. Where initial water content before experiment is 23,2%. For a while, the result of honey experiment at laboratory showed that water content of honey compactible with Indonesian Standard is less than 22%. Keywords : Vacuum Dehydrator, Honey, Heating Time 1. Pendahuluan Madu merupakan salah satu jenis pemanis yang banyak dikonsumsi manusia karena madu memiliki kandungan nutrisi yang sangat lengkap. Sebagian besar kandungan madu terdiri dari gula dan enzim kompleks yang memungkinkan terjadi reaksi biokimia. Reaksi biokimia ini dapat mempengaruhi kualitas madu sehingga terjadi perubahan komposisi, rasa, aroma, viskositas dan warna. Madu memiliki sifat higrokopis yang tinggi yaitu sangat mudah menyerap air dari lingkungan sekitar apabila terjadi kontak langsung dengan udara sehingga memicu peningkatan kadar air madu. Kadar air madu yang tinggi dapat memicu terjadinya fermentasi dan mempercepat kerusakan madu. Dengan kondisi alam di Riau yang kelembabannya tinggi berakibat kandungan airnya cukup tinggi (lebih dari 23%) kadar air madu tersebut peneliti ukur langsung di BPMB (Badan Pengujian Mutu Barang) dengan metode refraktometri menggunakan madu sialang, sedangkan Standar Industri (SNI) Madu No 01-3545 Tahun 1994 menuntut kadar air pada madu kurang dari 22% atau kurang dari 20% jika digunakan standar organisasi pangan dan pertanian PBB, FAO. Salah satu cara pencegah fermentasi adalah menurunkan kadar air madu menjadi sekitar 17-18%. Pusat Perlebahan Nasional (Pusbahnas) Parungpanjang menurunkan kadar air madu melalui pemanasan tidak langsung (temperatur sekitar 57 o C) dengan alat dehidrator vakum dan melalui penguapan dengan alat dehumidifier (Siregar, 2002). Perancangan dan produsen dehidrator madu di Kudus, Jawa Tengah, proses dehidrasi memerlukan udara panas yang bersih. Tujuannya agar madu tidak terkontaminasi abu atau sisa pembakaran. Sumber udara panas berasal dari pembakaran berbagai jenis bahan bakar, mulai dari sekam, kayu, serbuk gergaji, minyak tanah, atau gas. Pilihan bahan bakar bisa menyesuaikan dengan ketersediaan di daerah sekitar kata Masruki. Pemanasan selama 4 dengan suhu sekitar 40-50 o C dapat menurunkan 1% kadar air dalam madu (Trubus, 2013). Untuk penelitian ini dilakukan inovasi dari penelitian yang sudah ada, dimana teknologi pengeringan pada madu dengan memanfaatkan panas yang cukup tinggi yaitu di atas 40 o C, hal ini akan merubah struktur enzim yang berakibatkan kualitas madu rusak. Dari permasalahan ini maka penulis akan mencoba untuk melakukan penelitian dengan membuat sebuah dehidrator vakum dengan temperatur konstan di bawah 40 o C. Penurunan kadar air pada madu dengan cara mengevaporasikannya di bawah tekanan atmosfir agar kandungan air di dalam madu mencapai titik temperatur Jom FTEKNIK Volume 2 No.1 Februari 2015 1

evaporasi yang rendah, sehingga tidak memecah struktur enzim pada madu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh desain dan prototype dehidrator vakum, dapat mengetahui kadar air madu yang diturunkan dengan variasi waktu pemanasan dan dapat menentukan waktu optimum penurunan kadar air yang dicapai 22%. 2. Metode Prinsip kerja dehidrator vakum adalah penurunan kadar air madu dalam wadah vakum dengan menggunakan temperatur tinggi yang terkontrol (dapat diatur temperatur dan waktu pemanasannya) (Hadisoesilo, 1986). Selain untuk menurunkan kadar air, pemanasan madu juga dapat membunuh khamir penyebab fementasi (Townsend, 1979). Proses vakum digunakan untuk mempercepat pengeringan. Mesin pengering vakum ini biasanya digunakan untuk pengeringan produk yang peka terhadap temperatur tinggi, salah satu jenis produk tersebut ialah madu yang memiliki kadungan enzim dengan temperatur maksimum 40 o C. Pompa vakum berfungsi sebagai penghisap cairan atau udara. Besarnya kapasitas penghisap tergantung dengan kapasitas mesin itu sendiri. Kondisi vakum diperlukan pada saat madu didehidrasi sehingga temperatur yang diperlukan untuk menurunkan kadar air tidak terlalu tinggi. Dapat dilihat pada pada Gambar 1 bahwa untuk menguapkan air pada temperatur 40 o C tekanan yang tepat ialah sekitar 7 kpa sampai dengan 8 kpa. Metode pengukuran kadar air madu menggunakan alat refraktometer. Refraktometer adalah sebuah alat yang biasa digunakan oleh peternak lebah, Badan Pengujian Mutu Barang dan produsen pengemasan madu untuk mengukur kadar air madu. Secara teknis, refraktometer mengukur indeks bias suatu zat. Cahaya memiliki kecepatan yang berbeda pada saat melalui bahan yang berbeda. Indek bias hanya perbandingan antara dua angka yaitu kecepatan cahaya melalui ruang vakum dan kecepatan cahaya melalui material. Refraktometer juga membuat korelasi berdasarkan temperatur, karena indeks bias akan berubah sedikit karena perubahan temperatur. Dengan memahami cara kerjanya dapat dengan mudah mengukur kadar air yang ada pada madu. Ada banyak variasi dalam desain, tetapi yang perlu diperhatikan sebelum menggunakan alat ini adalah langkah-langkah dasar seperti mengkalibrasi terlebih dahulu pada suhu ruangan standar yaitu sekitar 20 o C. Penelitian ini menggunakan metode rancang bangun dan ekperimental. Adapun diagram alir penelitian ini seperti ditunjukkan pada Gambar 2. Gambar 1. Grafik saturation water pressure (kpa) vs temperature ( o C) (Cengel, 2006) Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah madu asli (madu sialang) yang dibeli dipasaran dengan kadar air yang masih di atas 20% tepatnya ialah 23,2% kadar air madu tersebut diukur di BPMB dengan metode refraktometri. Gambar 2. Diagram Alir Kegiatan Penelitian Jom FTEKNIK Volume 2 No.1 Februari 2015 2

Untuk mendapatkan tekanan vakum pada suatu proses, penulis memilih peralatan mekanis yaitu pompa vakum. Menggunakan pompa vakum merupakan metode terbaik, karena pompa vakum memang sengaja dirancang khusus untuk menyedot udara pada suatu ruangan tertutup sampai keadaan menjadi vakum, dengan begitu kondisi vakum ini tidak perlu menggunakan peralatan tambahan untuk menjalankan pompa vakum tersebut. Dengan peralatan mekanis ini tekanan udara pada suatu proses dapat dikurangi dengan menyedot udara yang terkurung di dalamnya. Untuk pembuatan mesin dehidrator vakum perlu dilakukan beberapa tahap perhitungan agar alat-alat yang digunakan aman untuk diuji. Perencanaan dalam proses pembuatan mesin dehidrator vakum ini diantaranya ialah sebagai berikut : Pengujian peralatan ini dilakukan ketika alat siap dijalankan, pengujian awal yaitu dengan mengukur kadar air madu di BPMB (Badan Pengujian Mutu Barang) kemudian kadar air dari hasil ukur dijadikan patokan awal untuk penelitian penurunan kadar air madu dengan dehidrator vakum selanjutnya. Gambar 4. Skema Perancangan Dehidrator Penelitian ini dilakukan dengan praktek yang sederhana yaitu dengan memasukan madu sebanyak 0,25 kg ke dalam ruang vakum, kemudian madu divakumkan dan diberi pemanas dengan variasi waktu 4, 8 dan 12. Setelah madu didehidrasi dengan variasi waktu yang ditentukan, madu kemudian diukur dengan metode gravimetri. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Perawatan Teknik Mesin Universitas Riau. Gambar 3. Diagram Alir Pembuatan Mesin Dehidrator Vakum Perancangan mesin vakum dehidrator ini menggunakan pemanas sebagai inti dari penelitian ini, dengan memasangkan pompa vakum, vacuum gauge dan juga termometer beserta wadah vakum untuk madu. Adapun skema dehidrator vakum seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4. Gambar 5. Diagram Alir Prosedur Pengujian Jom FTEKNIK Volume 2 No.1 Februari 2015 3

3. Hasil Setelah melakukan penelitian tentang penurunan kadar air madu pada temperatur ruangan sekitar 25 o C dengan variasi waktu pemanasan 4, 8, 12 dan variasi luas penampang penguapan 94,985 cm 2 dan 132,665 cm 2 dengan tekanan konstan -70 CmHg pada temperatur 40 o C dan volume sampel 0,25 kg untuk masing-masing pengujian. Pengukuran kadar air madu setelah melakukan pengujian dengan metode gravimetri dengan rumus : Kadar Air = berat awal berat akhir x 100% berat sampel Tabel 1.hasil pengukuran kadar air madu dengan luas penguapan 94,985 cm 2 Produk Kadar air (%) Madu asli (belum diolah) 23,2 Pengujian 4 21,33 Pengujian 8 19,42 Pengujian 12 18,85 Tabel 2.hasil pengukuran kadar air madu dengan luas penguapan 132,665 cm 2 Produk Kadar air (%) Madu asli (belum diolah) 23,2 Pengujian 4 20,74 Pengujian 8 18,97 Pengujian 12 18,18 Berdasarkan hasil di atas hubungan antara kadar air dan waktu pemanasan berbanding lurus, pada pengujian 12 dengan luas penampang penguapan 132,665 cm 2 menunjukan penurunan kadar air yang terbanyak yaitu 18,18% dari kadar air awal madu. 4. Pembahasan Dari data hasil pengukuran, maka untuk mengetahui pengaruh waktu pemanasan terhadap penurunan kadar air madu dapat dilihat pada Gambar 6. Berdasarkan Gambar 6 dapat dilihat bahwa hasil yang terbaik ialah pada pengujian 12. 23,2 23,2 Madu asli (belum diolah) 21,33 20,74 Pengujian 4 19,42 18,85 18,97 18,18 Pengujian 8 Gambar 6. Grafik Kadar Air vs Waktu Pengujian 12 Terjadi perbedaan persentase penurunan kadar air dengan jarak variasi waktu (4, 8, 12 ) dan luas penampang pemanasan (94,985 cm 2 dan 132,665 cm 2 ), hal tersebut dapat disebabkan karena beberapa kondisi yaitu, 1) Kelembaban ruangan Perlu diketahui berapa kelembaban ruangan saat melakukan dan setelah melakukan pengujian, karena kelembaban sangat berpengaruh pada nilai kandungan kadar air yang ada pada madu. Semakin kecil kandungan kadar air pada madu maka semakin besar tingkat penyerapan uap air pada madu. Berdasarkan perinsip hubungan kesetimbangan antara kelembaban udara dan kadar air madu, dimana antara keduanya akan terjadi kesetimbangan semakin tinggi kelembahan udara lingkungan maka semakin tinggi pula kadar air madu. 2) Luas penampang pemanasan Semakin besar luas penampang pemanasan maka penguapan yang terjadi akan lebih besar. Dari hasil perbandingan kedua variasi pengujian perbedaan luas penampang, dapat dilihat bahwa kadar air madu dengan luas penampang 132,665 cm 2 memiliki kadar air lebih rendah dibandingkan dengan luas penampang 94,985 cm 2. Hasil terbaik dari masingmasing pengujian ialah pada pengujian 12 yaitu 18,18% dan 18,85%. 3) Pompa vakum Penelitian ini menggunakan teknologi vakum dimana pompa vakum diharuskan untuk hidup secara terus menerus selama proses penguapan berlangsung, agar uap air tidak diserap kembali oleh madu yang bersifat higroskopis. Namun, aktualnya pada penelitian ini pompa vakum tidak hidup secara terus menerus mengingat tekanan di dalam ruang vakum mampu mencapai -76 Jom FTEKNIK Volume 2 No.1 Februari 2015 4

CmHg, sehingga tidak memenuhi kondisi/ persyaratan ruang vakum (T = 40 o C ; p = -70 CmHg). Pompa vakum yang diatur secara manual dapat mengakibatkan kadar air pada madu tidak berkurang secara konstan. 5. Simpulan Berdasarkan tujuan penelitian dan analisis data pengujian kadar air madu yang di dapat maka dapat di simpulkan bahwa : 1) Mesin dehidrator vakum yang terdiri atas tabung vakum, heater, dan pompa vakum dapat menurunkan kadar air madu. 2) Dari hasil pengujian kadar air madu yang berhasil dikurangi, pengujian 12 dengan luas penampang 132,665 cm 2 yang memiliki nilai terbaik yaitu 18,18% dari 23,2% (sebelum diolah). 3) Penggunaan dehidrator vakum penurun kadar air madu menghasilkan madu berkadar air memenuhi standar SNI (Max 22%). Daftar Pustaka [1] Hadisoesilo, S.1986. Prosesing Madu Lebah pada Proyek Penelitian dan Pengembangan Lebah Madu Kuok, Riau. Prosiding Lokakarya Pembudidayaan Lebah Madu untuk Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat, Sukabumi, 20-22 Mei 1986.Perum Perhutani, Jakarta. [2] Siregar, Hotnida.C.H.2002. Pengaruh Metode Penurunan Kadar Air, Suhu dan Lama Penyimpanan Terhadap Kualitas Madu Randu. Tesis Master. Program Pascasarjana IPB. [3] Trubus. Edisi 527 Oktober 2013/XLIV Tingkatkan Mutu Madu. Hal 155-156. [4] Townsend, F,G. 1979.Processing and Storing Liquid Honey. In: Crane,E. (ed.). Honey: A Comprehensive Survey. Heinemann, London. Jom FTEKNIK Volume 2 No.1 Februari 2015 5