PERATURAN FORMAL DAN INFOMRAL DALAM POLUSI INDUSTRI : PERBANDINGAN FAKTA DARI INDONESIA DAN AMERIKA SERIKAT

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. Northeast Georgia Regional Development Center (1999) menjelaskan beberapa. indikator pencemaran sungai sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN. peningkatan yang sangat pesat. Data survei resmi United Nation dalam The 2010

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 1990-an paradigma pembangunan ekonomi Indonesia

ll. TINJAUAN PUSTAKA cepat. Hal ini dikarenakan tahu merupakan makanan tradisional yang dikonsumsi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Pada variabel kompensasi jawaban responden memperoleh nilai

BAB 4 INDIKATOR EKONOMI ENERGI

VII. ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI

BAB I PENDAHULUAN. produk atau jasa. Melalui produktivitas, perusahaan dapat pula mengetahui. melakukan peningkatan produktivitas.

KEBIJAKAN MANAGEMEN RESIKO

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

VI. ESTIMASI MARGINAL ABATEMENT COST (MAC) Besar kecilnya tingkat pencemaran yang disebabkan oleh pembuangan

Daya Saing Global Indonesia versi World Economic Forum (WEF) 1. Tulus Tambunan Kadin Indonesia

VI. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. selama satu tahun, dan dapat menjelaskan masa depan perusahaan tersebut

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi

Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M.

VII. DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM

BAB I PENDAHULUAN. sosial dan lingkungan atau Corporate Social Responbility (CSR) sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Risiko merupakan sesuatu yang sering melekat dalam aktivitas. Kegiatan

Hipotesis 4 METODE PENELITIAN Lokasi, Waktu, dan Metode Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Contingent Valuation Method (CVM), eksternalitas, biaya produksi dan metode

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. persebaran penduduk yang tidak merata, dan sebagainya. Pada Maret 2016,

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi

ISO untuk meminimalkan limbah, by Sentral Sistem Consulting

BAB I PENDAHULUAN. of The Republic of Indonesia. Jakarta, 1992, page 18. Universitas Indonesia. Pengaruh upah minimum..., Gianie, FE UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. Sejak pasca Perang Dunia II fenomena ekonomi politik nasional ditandai dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. semacam ini sering disebut juga unit based system. Pada sistem ini biaya-biaya yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang

V. DESKRIPSI RUMAHTANGGA PETANI TANAMAN PANGAN. Pada bagian ini akan disajikan secara singkat deskripsi statistik kondisi

BAB I PENDAHULUAN. Industri sebagai tempat produksi yang mengolah bahan mentah menjadi

BAB II BIAYA LINGKUNGAN: PENGUKURAN DAN PELAPORAN. tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software For evaluation only. Birokrasi, Demokrasi, dan Masalah Legitimasi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

PBAB II URAIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan antara..., Dian Eka Sutra, FKM UI, Universitas Indonesia

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

BAB 13 BIAYA OVERHEAD PABRIK: Departementalisasi

Pengaruh Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Pengangguran di Indonesia 1

BAB II DESKRIPSI INDUSTRI MANUFAKTUR Sekilas Tentang Perusahaan Manufaktur

Terima hipotesis Tidak membuat kesalahan Kesalahan tipe II Tolak hipotesis Kesalahan tipe I Tidak membuat kesalahan

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya di dunia (Sugiato, 2006). Menurut Badan Kependudukan Nasional,

Akuntansi Biaya. Labor: Controlling and Accounting for Cost. Wahyu Anggraini, SE., M.Si. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen S1

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam

BAGAIMANA KEMAJUAN KINERJA PEMERINTAH DAN PEREKONOMIAN?

Makalah Baku Mutu Lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan yang cukup pesat. Sejak adanya paket-paket kebijakan yang. dikeluarkan pemerintah dan adanya UU No. 10 Tahun 1998 tentang

Tgs PEMBANGUNAN EKONOMI PERDESAAN DAN PERKOTAAN. Rv Ppr

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LINGKUNGAN PEMASARAN. MINGGU KEENAM FE UNIVERSITAS IGM PALEMBANG BY. MUHAMMAD WADUD, SE., M.Si.

BAB I PENDAHULUAN. dimanasebelumnya Indonesia dikenal dengan negara agraris, kini Indonesia mulai

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi suatu negara, khususnya di negara berkembang. Semakin

Bab IV. Metode dan Model Penelitian

VIII. DAMPAK KEBIJAKAN EKONOMI DI SEKTOR AGROINDUSTRI TERHADAP KEMISKINAN

BAB I PENDAHULUAN. wilayah. Karena pada dasarnya, investasi merupakan satu pengeluaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, dan teori konvergensi.

I. PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan salah satu sektor yang menjadi tulang

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Jika manajer perusahaan melakukan tindakan-tindakan yang mementingkan diri sendiri dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah keuangan merupakan salah satu masalah yang sangat vital bagi

III. KERANGKA PEMIKIRAN. dibuang ke lingkungan melalui pengurangan konsentrasi ambient, sebagai contoh:

BABl PENDAHULUAN. Laporan keuangan perusahaan diharapkan dapat memberi informasi bagi

24/05/2013. Produksi Bersih (sebuah pengantar) PENDAHULUAN. Produksi Bersih (PB) PB Merupakan pendekatan yang cost-effective

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. penelitian yang digunakan adalah data kuartalan dari tahun 2011 sampai

BAB I PENDAHULUAN. dengan masalah sosial ekonomi yang terjadi di tengah-tengah masyarakat.

BAB IV. KERANGKA PEMIKIRAN. Bab ini merupakan rangkuman dari studi literatur dan kerangka teori yang

EKONOMI KUALITAS LINGKUNGAN

KAJIAN SISTEM DAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI KALIMANTAN SELATAN

EKONOMI KUALITAS LINGKUNGAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

V. TEORI INFLASI Pengertian Inflasi

. harga atas barang/jasa sulit/ tidak dapat ditentukan oleh pasar (market)

BAB 1 : PENDAHULUAN. Akan tetapi udara yang benar-benar bersih saat ini sudah sulit diperoleh, khususnya

VI. DAMPAK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KEMISKINAN TERHADAP DEGRADASI LINGKUNGAN

pemerintah dan lembaga pelayanan itu sendiri. Dalam menjalankan fungsinya Rumah Sakit dapat menimbulkan gangguan kesehatan bagi karyawan, pasien,

BAB I PENDAHULUAN. Bahkan untuk keluar dari krisis ekonomi ini, sektor riil harus selalu digerakan

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal yang berkembang saat ini dapat memberikan peluang

BAB I PENDAHULUAN. corporate governance semakin meningkat karena banyak terjadi pelanggaran tata

Agen-Agen Perubahan dan Aksi Tanpa Kekerasan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perubahan ekonomi dalam era globalisasi mengalami

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. populasi dan pendapatan per kapita negara-negara anggota ASEAN. Dimana, Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dicapainya keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dalam era globalisasi saat ini, perusahaan tentu ingin selalu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KINERJA PENCIPTAAN LAPANGAN KERJA TIGA PEMERINTAHAN

PERSPEKTIF PERAMALAN 2 Titien S. Sukamto

BAB I PENDAHULUAN. manufaktur, pada tahun 2012 yang lalu berdasarkan riset yang dilaoprkan oleh.

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pulau Jawa merupakan salah satu pulau yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Transkripsi:

PERATURAN FORMAL DAN INFOMRAL DALAM POLUSI INDUSTRI : PERBANDINGAN FAKTA DARI INDONESIA DAN AMERIKA SERIKAT Sheoli Pargal Hemamala Hetige Manujula Singh David Wheeler Teori ekonomi dan penelitian empiris saat ini menyatakan bahwa ketika regulasi formal polusi kurang dari 100 efektif, dipengaruhi oleh komunitas yang dapat bernegosiasi kurangnya perusahaan dalam menekankan regulasi informal mereka. Dengan menggunakan model equilibrium eksistensi pollution, regulasi artikel informal ini yang mengkonfirmasikan signifikan untuk polutan yang tidak teregulasi baik di Indonesia dan Amerika serikat seperti halnya polutan regulasi di Amerika Serikat. Mengkombinasikan data tingkat perusahaan dengan data masyarakat di kedua negara, regresi menunjukkan bahwa meskipun telah mengalami pengawasan variabel ekonomi secara tradisional sebagai tingkat output dan input harga seperti pada karakteristik perusahaan, misalnya dalam hal sektor industri dan umur, pendapatan perkapita masyarakat secara signifikan lebih rendah dari kedua negara dan polutan yang teregulasi dan tidak teregulasi di Amerika serikat, sepertinya dikarenakan

pengaruh pendapatan pada preferensi kualitas lingkungan dan kemampuan membawa tekanan pada polusi perusahaan. Artikel ini dimulai dengan premis bahwa pemerintah, menggunakan berbagai instrumen dalam pengaturannya, kebijakan sebagai agen publik dalam meregulasi polusi. Ketika mekanisme regulator tidak ada atau kurang efektif, masyarakat mencari alat lain dalam menerjemahkan preferensi mereka menjadi sebuah realitas. Penelitian empiris terakhir mengindikasikan penyebaran eksistensi regulasi informal dalam komunitas seringkali dapat bernegosiasi dengan tekanan polusi perusahaan secara informal dalam kedekatan mereka untuk dibersihkan. Mekanisme peraturan formal menyimpulkan bahwa perintah dan pengawasan instrumen (memenuhi standar konsentrasi dan standar teknologi) dan instrumen t berdasarkan pasar (pengisian emisi, pengurangan kredit, perdagangan surat ijin). Peraturan informal juga memiliki beberapa bentuk, termasuk tuntutan kompensasi oleh komunitas mereka, pengasingan sosial dalam karyawan perusahaan, perlakukan kekerasan fisik, boikot produk perusahaan, dan usaha untuk mengontrol dan publikasi emisi perusahaan (lihat Pargal dan Wheeler, 1996). Peraturan informal harus dibatasi untuk kasus yang tidak ada dalam peraturan formal. Jika standar peraturan dan institusi ada, yang paling efektif bagi taktik peraturan informal adalah melaporkan kejahatan tersebut dalam standar legal.

Dalam tulisan ini, dijelaskan bahwa peraturan informal akan menjadi peraturan formal dengan meninggalkan gap antara pertimbangan yang secara aktual dan lokal mengacu pada kualitas lingkungan. Jika hipotesis dalam penelitian ini benar, peneliti menilai tentang regulasi informal di negara berkembang, bahwa regulasi formal tentang polusi tidak ada atau kurang efektif. Dalam artikel ini, penulis dengan data perusahaan dan masyarakat dari Amerika serikat dan Indonesia di uji untuk mempelajari pengaruh peraturan informal dalam model umum pada titik keseimbangan polusi. Di Amerika Serikat dan Indonesia memberikan kasus pengujian yang bagus, karena kedua negara hampir mampu melawan peraturan dan sosioekonomi. Di Amerika Serikat, banyak sekali polutan air dan udara telah diatur dalam tingkat nasional di lebih dari dua tahun terakhir. Pada departemen perlindungan lingkungan Amerika Serikat memiliki pegawai yang banyak, memiliki fasilitas teknis dan catatan tentang peningkatan pengendalian lingkungan. Sebaliknya, di Indonesia tidak memiliki standar peraturan sebelum tahun 1992, dan sekarang peningkatan standar terbatas hanya pada polusi air. Departemen pengawas (BAPEDAL) sangat terbatas, staf teknis hampir tidak ada, dan sedikit sekali kebijakan yang biasa diambil oleh departemen ini dalam penyesuaian fasilitasnya. Perbedaan yang ekstrim juga terhadap pada data sosioekonomi. Amerika Serikat merupakan salah satu yang terbesar di dunia, masyarakatnya berpendidikan, sedangkan di Indonesia mulai mencapai situasi

berpendapatan rendah menengah setelah mengalami pertumbuhan yang cepat dalam tiga dekade terakhir dan pertumbuhan dan industrialisasi. Kedua negara memiliki perbedaan yang sangat jauh dalam hal geografis dan sosial. Penulis berharap standar emisi per unit output di Indonesia lebih ditingkatkan lagi. Dalam artikel ini penulis menganalisa perbandingan ekonometrik tingkat emisi perusahaan di masyarakat kedua negara. Untuk geografis di Amerika Serikat dan kabupaten di Indonesia. Di Amerika Serikat, regresi untuk emisi pada dua peraturan polutan udara, dua peraturan polutan air dan total emosi racun, yang kesemuanya tidak secara formal didalam peraturan. Di Indonesia BOD (biological oxygen demand), seperti yang dilaporkan Pargal dan Wheeler (1996). BOD (biological oxygen demand) adalah salah satu polutan yang menjadi sampel data dalam penelitian di Indonesia Latar belakang institusional kondisi sosioekonomi dan sejarah peraturan merupakan hal yang berbeda di Indonesia dan Amerika Serikat. Berikut ini gambaran kondisi peraturan tentang polusi di kedua negara. Peraturan di Amerika Serikat Kriteria polutan udara dan air telah lama diatur dalam metode pengawasan di Amerika Serikat. Pengawasan polutan air secara konvensional telah berdasarkan standar nasional pada tingkat industri, yang ditentukan dari spesifikasi teknologi. Pada tahun 1987 telah

dikeluarkan Tocix Release Inventory (TRI) secara berkala untuk satu tahun. Hukuman substansial dapat ditentukan karena kesalahan atau tidak menurut batasan keharusan yang ditetapkan. Pemerintah daerah harus menaksir kinerja perusahaan dan bertindak atas informasi yang diperoleh tentang kadar di perusahaan tersebut, yaitu dengan negosiasi, pertimbangan publik, kepantasan warga dan seterusnya. Amerika Serikat telah menggunakan sistem administrasi formal, peraturan pengawasan kriteria polusi udara dan air dalam dua dekade terakhir. Penggunaan yang terbatas pada polusi akibat perniagaan telah dimulai, dengan program nasional untuk emisi SO2 melalui revisi kebijakan kebersihan udara. Peraturan di Indonesia Peraturan di Indonesia dimulai tahun 1992, dengan membuat volume maksimum dan konsentrasi (dalam kilogram per ton output) untuk emisi BOD dan polutan air lainnya di 14 sektor industri (seperti tekstil dan industri kayu serbuk). Sampai tahun 1995 dilakukan program pengawasan dan penekanan Kali Bersih, program ini mencakup sekitar 5 persen perusahaan manufaktur di Indonesia untuk 11 sungai besar di pulau jawa. Model keseimbangan emisi dibawah peraturan informal artikel ini memberi gambaran versi model peraturan informal yang dikembangkan oleh Pargal dan wheeler (1996). Makan implisit harga polisi adalah hukuman yang diharapkan atau kompensasi atas apa yang diderita

masyarakat. Optimasi masyarakat untuk bertoleransi terhadap faktor polusi muncul secara signifikan ketika pekerjaan signifikan, kontrak daerah dan tingkat pajak. Peraturan informal dan ekonomi Coasin Penulis menjelaskan hubungan antara konsep peraturan informal dan pandangan Coasin terhadap ekonomi dan lingkungan. Keduanya mempertimbangkan proses eksternalitas yang diinternalkan dalam departemen pengatur dan pengetahuan tentang eksternalitas yang diciptakan oleh kebijakan tentang pencipta polusi dan orang yang terkena dampak polusi. Suplai lingkungan Peraturan informal mencerminkan faktor implisit daerah yang dapat diterima dalam hak masyarakat tentang lingkungan. Masyarakat menggunakan pengaruhnya untuk menciptakan hukuman (biaya) kepada perusahaan yang emisinya dinilai masyarakat sudah tidak mau mentolerir tingkat polusi perusahaannya. Hasil beberapa survei di Asia menyatakan bahwa penjadwalan tergantung pada beberapa faktor: tingkat organisasi masyarakat, informasi, pergantian sistem politik atau hukum, media, adanya organisasi non-pemerintahan, efisiensi peraturan formal yang telah ada dan kesempatan waktu. Tuntutan lingkungan Menghadapi jadwal suplai lingkungan, setiap perusahaan harus mengatur polusi secara optimal terkait dengan jadwal tuntutan polusi, yang dihasilkan dari biaya minimisasi. Seperti yang ditulis Pargal dan

Wheeler (1996), potensi ketentuan yang signifikan tentang tuntutan penjadwalan tuntutan lingkungan mencakup sektor industri, tingkat output, input harga relatif, hasil dan efisiensi teknologi dan untuk kasus di Indonesia, kepemilikan perusahaan. DATA Data di Amerika Serikat digunakan untuk meneliti perolehan data dengan menggabungkan jumlah data manufaktur dari database birokrasi, pendapatan daerah dan data populasi dari Amerika Serikat, dan data EPA dari berbagai sumber. Sedangkan data sensus manufaktur dan sosioekonomi di Indonesia dikombinasikan dari observasi tingkat polusi air pabrik yang diukur sebagai bagian dari menteri lingkungan hidup tentang program PROKASI selama periode 1989-1990-an. Variabel Amerika Serikat Untuk variabel dependen kasus di Amerika Serikat ini peneliti menganalisa dengan menggunakan dua polutan udara (SO2 dan TSP), dua polutan air (BOS dan TSS) dan kuantitas total racun. Peneliti mengukur volume emisi dalam kilogram per hari untuk BOD (biological oxygen demand) dan TSS, dan racun, SO2, dan TSP dalam pound per tahun. Data untuk indeks harga energi di Amerika Serikat diperoleh untuk masing-masing negara bagian pada tahun 1987. peneliti melakukan pengukuran langsung terhadap harga material relatif dengan setiap sektor dan mengeluarkan hasil penghitungan data dari regresi.

Deskripsi data Data yang diteliti di Amerika Serikat merupakan data racun tertinggi, dengan 12.005 penelitian terhadap IRD dan TRI. Karakteristiknya di lebih dari 2.000 wilayah adalah signifikan. Populasi data untuk Amerika Serikat di tahun 1987, informasi emisi dari 878 perusahaan dalam database AIRS berkaitan dengan LRD> karakteristik masyarakat kurang terdistribusi, jangkauanya antara 137 dan 1.281 jiwa per mil untuk kepadatan penduduk di tiga kuartal pertama dan berpendapatan per kapita 12.500 US $. HASIL PENELITIAN Hasil ekonometrik untuk Indonesia dari Pargal dan Wheeler (1996) ditunjukkan di Tabel 1 dan hasil untuk Amerika Serikat di tabel 2. Variable Standar Demand Diantara ekonomi variabel menciptakan berbagai kasus, standar hasil kecuali demand, yang SO2 hanya konsisten. di Amerika skala Dalam Serikat, elastisitas emisi output secara signifikan kurang dari 1. intensitas secara umum berkurang dengan output perusahaan, mencerminkan skala ekonomi berkurang. Hasil nilai input menunjukkan tidak adanya bentuk yang konsisten pekerja emisi dan BOD terhadap energi antar (biological substitutabilitas polutan. oxygen dengan Untuk Indonesia, demand), merupakan

material kasar dan hasilnya adalah signifikan (JAVA dalam tabel 1). Pengaruh harga tidak signifikan. Di Indonesia, harga buruh dan negeri bervariasi, sehingga hanya sedikit berpengaruh pada intensitas emisi. Variabel perusahaan dan pabrikan khusus. Kecuali di sektor yang berbeda, pabrikan dan karakteristik perusahaan menunjukkan bukti yang sedikit tentang konsistensi dan dampak yang signifikan pada regresi ini. Nilai yang ditambahkan untuk pekerja negatif, dan signifikan dengan intensitas emisi untuk dua variabel yang menggunakan peraturan tidak formal. Hasil penemuan untuk variabel buatan sektoral pada umumnya konsisten dengan intensitas polusi relatif. Intensitas BOD (biological oxygen demand) untuk produk wood tidak signifikan, hal ini berbeda dengan rata-rata perusahaan manufaktur lainnya. Kesimpulannya, penelitian ini menyatakan bahwa karakteristik perusahaan dan pabrikan lebih penting dalam menentukan intensitas emisi dalam regulasi ekonomi mingguan daripada regulasi lainnya. Di Amerika Serikat, peneliti menemukan kuatnya skala dan pengaruh sektoral, tapi tidak konsisten dengan pengaruh buatan dan efisiensi. Bagaimanapun juga, untuk Indonesia hasilnya dalam bentuk tahunan, efisiensi dan kepemilikan publik konsisten atau searah dengan hasil penelitian di Banglades, India, Thailand dalam penelitian lainnya (Huq dan Wheeler 1993 dan Hartman, Huq dan Wheeler 1997).

Variabel masyarakat atau peraturan informal Penelitian ini menyatakan bahwa kekuatan masyarakat aalah dapat menjalar, meskipun ada kekuatan peraturan formal. Di Amerika Serikat dan Indonesia, elastitisitas intensitas emisi dengan respek penghasilan masyarakat adalah negatif, besar dan secara umum signifikan. Hasil pendapatan kritis untuk hipotesis utama dan seperti dicatat sebelumnya, terdapat beberapa resiko penyelewengan dampak estimasi ketika pendapatan perkapita digunakan untuk mewakili peraturan informal daerah. Dalam peraturan informal, dampaknya diestimasikan relatif dalam ukurannya, yang mencerminkan dua pertimbangan: pertama, visibilitas sebagai penyebab polusi dan keuntungan yang diberikan perusahaan kepada masyarakat yang dipekerjakan sebagai karyawan. Kesimpulan Dalam artikel ini data dari Amerika Serikat dan Indonesia di uji dengan model equilibrium polusi dalam regulasi informal. Hasil penelitian menunjukkan elemen lintas negara dan polutan : 1. pengurangannya biasanya tertuju pada skala ekonomi yang signifikan 2. di berbagai negara, harga negeri dan pekerja memiliki dampak yang sedikit terhadap intensitas polusi 3. pendapatan masyarakat memiliki kaitan yang negatif terhadap intensitas polusi.