PERKEMBANGAN PROGRAM KB DI PROVINSI BENGKULU ( HASIL MINI SURVEI PEMANTAUAN PUS )

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISA PELAKSANAAN PROGRAM KB PROPINSI BENGKULU

MATRIK LAPORAN MINI SURVEI PEMANTAUAN PUS PROVINSI BENGKULU TAHUN 2009

GAMBARAN KELUARGA BERENCANA DAN KESEHATAN REPRODUKSI DI PROPINSI BENGKULU TAHUN 2007 (SURVEI DEMOGRAFI KESEHATAN INDONESIA 2007)

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DI PROPINSI BENGKULU : SEKILAS TENTANG UPAYA PENGENDALIAN KUANTITAS DAN PENINGKATAN KUALITAS PENDUDUK DAN KELUARGA

ANALISA SEMENTARA MINI SURVEY PEMANTAUAN PUS PROVINSI BENGKULU TAHUN 2010

MATRIK LAPORAN MINI SURVEI PEMANTAUAN PUS PROVINSI BENGKULU TAHUN 2009

ANALISA PENURUNAN TFR DAN BONUS DEMOGRAFI DI PROPINSI BENGKULU

TIGA PULUH DUA TAHUN PERJALANAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA NASIONAL DI PROPINSI BENGKULU (1972 SAMPAI DENGAN 2010)

SEKILAS PROGRAM KELUARGA BERENCANA NASIONAL PROPINSI BENGKULU KURUN WAKTU 1980 SAMPAI DENGAN 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. petugas membantu dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan

BAB I. termasuk individu anggota keluarga untuk merencanakan kehidupan berkeluarga yang baik

ANALISA DAMPAK PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP TOTAL ANGKA KELAHIRAN DI PROVINSI MALUKU

PEMANTAUAN PASANGAN USIA SUBUR MELALUI MINI SURVEI DKI JAKARTA 2007 PUSLITBANG KB DAN KESEHATAN REPRODUKSI 2007

PENETAPAN SEMENTARA PROYEKSI PENDUDUK KABUPATEN/KOTA TAHUN 2015 DAN TAHUN 2035

I. PENDAHULUAN. metode kontrasepsi tersebut adalah Intra Uterine Device (IUD), implant, kondom, suntik, metode operatif untuk wanita (MOW), metode

RH Costing. Estimasi untuk Perencanaan Kebutuhan untuk KB

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung dari hasil Sensus Penduduk tahun 2010 mencatat jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1970, kemudian dikukuhkan dan diatur di dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara ke-5 di dunia dengan jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan.

ANALISIS DATA KEPENDUDUKAN DAN KB HASIL SUSENAS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2014 mencapai 231,4 juta

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari berbagai masalah kependudukan. Masalah di bidang. Indonesia sebesar 1,49% per tahun.

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 :

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang masih relatif tinggi. 1. Indonesia yang kini telah mencapai 237,6 juta hingga tahun 2010 menuntut

pemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4% dan 11% diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), implant (2,8%), Medis

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan. Realita yang ada saat ini masih banyak masyarakat yang belum bisa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang muda, dan arus urbanisasi ke kota-kota merupakan masalah-masalah pokok

PENETAPAN SEMENTARA PROYEKSI PENDUDUK PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA TAHUN 2010 SAMPAI DENGAN 2035

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka pertumbuhan penduduk yang tinggi merupakan salah satu masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dirasakan mengalami kemunduruan. Setelah program KB digalakkan pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingginya angka kelahiran di Indonesia masih menjadi masalah utama dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KAJIAN HASIL SDKI TAHUN 2007 PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. 2010) dan laju pertumbuhan penduduk antara tahun sebesar 1,49% yang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat yang menyebabkan. kepadatan penduduk (Hatta, 2012). Permasalahan lain yang dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan wanita untuk merencanakan kehamilan sedemikian rupa sebagai

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM KKBPK SEMESTER I-TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. periode tahun yaitu 1,45%. Maka dari itu, pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbandingan karakteristik...,cicik Zehan Farahwati, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya laju pertumbuhan penduduk merupakan salah satu masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR PENURUNAN FERTILITAS DI PROVINSI BENGKULU (PERBAIKAN HASIL SDKI TAHUN 2007)

BAB I PENDAHULUAN. Masalah utama yang sedang dihadapi negara-negara yang sedang berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. namun kemampuan mengembangkan sumber daya alam seperti deret hitung. Alam

I. PENDAHULUAN. dengan jumlah penduduk sebanyak juta jiwa penduduk (BPS, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk sebagai determinan pembangunan harus mendapat perhatian yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di bidang keluarga berencana (KB) yang telah dilaksanakan

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas pelayanan kesehatan. Kematian ibu masih merupakan masalah besar yang

Pengaturan Akses Serta Penyelenggaraan Pelayanan dan Pembiayaan KB MOP dan MOW di Kota Salatiga

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakikatnya adalah upaya mewujudkan tujuan nasional

BAB 1 PENDAHULUAN. keadaan stagnan yang ditandai dengan tidak meningkatnya beberapa indikator

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional di Indonesia. Penemuan Penicillin tahun 1930 mengenai

I. PENDAHULUAN. penduduk Indonesia sebanyak jiwa dan diproyeksikan bahwa jumlah ini

BAB 1 PENDAHULUAN. yang muncul di seluruh dunia, di samping isu tentang global warning, keterpurukan

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia (Cina, India, dan Amerika Serikat) dengan. 35 tahun (Hartanto, 2004).

BAB 1 PENDAHULUAN. keterbatasan. Pertumbuhan penduduk yang pesat dan terbatasnya lahan sebagai sumber

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. tidak disertai peningkatan kualitas hidupnya. Laporan BKKBN (2008)

BAB 1 PENDAHULUAN berjumlah jiwa meningkat menjadi jiwa di tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. (1969) yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam

BAB I PENDAHULUAN. bayi sebagai upaya untuk menjarangkan jarak kehamilan. terbentuknya keluarga kecil yang berkualitas (BkkbN, 2013)

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya wanita yang meninggal. memperhitungkan lama kehamilan per kelahiran hidup.

PARAMETER KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA

BAB I PENDAHULUAN. 248,8 juta jiwa dengan pertambahan penduduk 1,49%. Lajunya tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. berkualitas maka pemerintah memiliki visi dan misi baru. Visi baru pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia setelah Cina,

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. diatas 9 negara anggota lain. Dengan angka fertilitas atau Total Fertility Rate

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih besar menempatkan ibu pada risiko kematian (akibat kehamilan dan persalinan)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Tabel 13. Pencapaian Peserta KB Aktif Terhadap PPM Bulan Mei 2011

EVALUASI PROGRAM KKBPK DATA MARET 2017 PERWAKILAN BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL PROPINSI JAWA TIMUR,

BAB I PENDAHULUAN. Delapan tujuan Millenium Development Goals (MDG s) telah disepakati

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

15. URUSAN KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA

BAB 1 PENDAHULUAN. negara ke-4 di dunia dengan estimasi jumlah penduduk terbanyak yaitu 256 juta jiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. berkesinambungan. Masalah reproduksi di Indonesia mempunyai dua dimensi,

BAB I PENDAHULUAN. terhadap perkembangan ekonomi dan kesejahteraan Negara (Irianto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan keluarga berencana (KB) telah dipromosikan menjadi bagian dari kesehatan reproduksi sejak International

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan yang dihadapi Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai

A. Latar Belakang Sejalan dengan salah satu butir hasil Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan (International Conference on Population

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan telah, sedang dan akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah

BAB I PENDAHULUAN. menggalakkan program keluarga berencana dengan menggunakan metode

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2013 yaitu sebanyak 248 juta jiwa. akan terjadinya ledakan penduduk (Kemenkes RI, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. dihasilkan dalam International Conference of Population Development (ICPD) Cairo

Standard Operating Procedure Database Profil KKB Desa DAFTAR ISI. DAFTAR ISI... ii SOP PENGAKSESAN APLIKASI DATABASE PROFIL KKB DESA...

hampir semua negara berkembang di dunia. Perubahan penduduk dipengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengendalian tingkat kelahiran dan usaha penurunan tingkat

URUSAN WAJIB KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 229 juta jiwa. Dimana terjadi peningkatan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Umpan Balik Hasil Pelaksanaan Program KKB Kota Tegal Tahun 2015

Transkripsi:

PERKEMBANGAN PROGRAM KB DI PROVINSI BENGKULU ( HASIL MINI SURVEI PEMANTAUAN PUS 25 28) 1. Latar Belakang Perkembangan kependudukan diarahkan pada pengendalian kuantitas penduduk, pengembangan kualitas penduduk serta pengarhan mobilitas penduduk sebagai potensi sumber daya manusia agar menjadi kekuatan pembangunan bangsa dan ketahanan nasional serta dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi penduduk dan mengangkat harkat dan martabat manusia dalam segala matra kependudukannya (Pasal 3 ayat 1 UU No. 1/1992). Kebijakan pengendalian pertumbuhan penduduk melalui Program KB di Provinsi Bengkulu telah menunjukkan keberhasilan dimana TFR tahun 27 sebesar 2,4 sedangkan tahun 23 hasil SDKI 3. Perubahan transisi kependudukan ini tidak terlepas dari kesadaran dan peran serta masyarakat dalam pemahaman untuk mewujudkan keluarga bahagia dan sejahtera. Monitoring dan evaluasi menjadi ciri penting perkembangan program KB dan kesehatan reproduksi kedepan, diperlukan kesepakatan pada masing-masing tingkatan wilayah untuk memilih indikator yang relevan dan sesuai serta disepakati untuk menggambarkan perkembangan pencapaian program, salah satu metode melalui Mini Survei Pemantauan PUS yang merupakan survei berskala nasional, yang bertujuan untuk untuk mendapatkan gambaran tentang pencapaian peserta aktif khususnya tingkat kabupaten/kota dan provinsi. 2. Tujuan Mini Survei Pemantauan PUS Mini survei pemantauan PUS dimulai tahun 23 dirancang untuk dapat memberikan hasil estimasi representatif Kabupaten, Kota, Provinsi dan Nasional. Tujuan untuk mengetahui pencapaian peserta KB, sumber pelayanan KB, cara memperoleh pelayanan, umur pertama wanita PUS, keinginan menambah anak bukan peserta KB, alasan utama tidak KB dan unmet need. Sedang tujuan deskripsi hasil mini PUS diharapkan kepedulian pemerintah daerah kabupaten/kota dan provinsi peduli akan masalah kependudukan dengan melalui Program KB. 3. Perkembangan Program KB Tahun 26-28 a. Kesertaan ber-kb. TFR Provinsi Bengkulu tahun 27 hasil SDKI sebesar 2,4, salah satu yang mempengaruhi penurunan TFR tersebut adalah kesertaan ber-kb.

Dari hasil Mini Survei Pemantauan PUS tahun 28 sebesar 77,5. 7 8 7 7, 5 P e r k e m b a n g a n C P R P r o p in s i B e n g k u lu 7 7, 8 7 7,5 7 7 7 6, 5 7 6 7 6, 1 7 6 P r e v a le n s i 7 5, 5 7 5 2 5 2 6 2 7 2 8 Perkembangan kesertaan ber-kb dari tahun 26 28 mengalami fluktuasi, dimana kesertaan ber-kb tahun 26 mengalami kenaikan sebesar 1,8 % sehingga membawa dampak besar terhadap penurunan TFR, dimana hasil SDKI tahun 23 sebesar 3 turun menjadi 2,4 pada hasil SDKI tahun 27. Tingkat Kabupaten/Kota fluktuasi CPR tertinggi terjadi pada Kabupaten Seluma, Mukomuko, Lebong dan Kepahiang. 76,4 79,4 77,1 69,5 83,2 75,9 84,6 87,6 69,1 77,8 26 27 28 BS RL BU KAUR SLM MM LBG KPH KOTA PROP Dampak CPR terhadap fertilitas untuk Kabupaten/Kota dilakukan melalui pendekatan Rasio Anak-Ibu (CWR) yaitu merupakan bentuk hubungan rasio antara jumlah anak dibawah lima tahun (Balita) dan jumlah penduduk Wanita Usia Reproduksi yang menunjukkan beban ibu mengurus anak. CWR hasil Pendataan Keluarga tahun 28 di Provinsi Bengkulu sebesar 288,68 balita untuk setiap 1. WUS, semakin rendah CWR mengindikasikan semakin rendah tingkat fertilitas, perhitungan CWR mempunyai kelemahan karena tidak memperhitungkan tingkat kematian balita. Secara Kabupaten/Kota terendah di Kota Bengkulu 226,62 bayi dan tertinggi di Mukomuko 367,35 bayi untuk 1. WUS.

CWR TAHUN 28 335,23 33,98 292,8 226,62 357,63 3,6 24,32 33,81 319,46 288,68 b. CWR c. Kesertaan ber-kb per Mix Kontrasepsi : BU BS RL KT MM KAUR SLM KPH LBG PROP Series1 b. Pesertaan ber-kb per Mix Kontrasepsi Per Mix Kontrasepsi 25-28 6 5 48,4 46,1 46,9 44,6 4 3 2 18,2 17 17 1 11,6 8,2 5,4 5,3 6,2 7 4,1 4 3,8 4,4 1,6 1,5 1,6,1,2,3,2,5,5,9,6 IUD MOW MOP IMP STK PIL KDM 25 26 27 28 Peserta KB IUD dari tahun 25 sampai dengan 28 hasil Mini Survei Pemantauan PUS terus mengalami penurunan, dan hal ini diikuti oleh peserta MOW, untuk KB Pria melalui MOP dan Kondom mengalami kenaikan yang tidak berarti rata-rata,1 sampai,4. Peserta KB di Provinsi Bengkulu tertinggi pada pemakaian Suntik dan PIL dimana dibutuhkan kedisiplinan dalam ber-kb. Peserta KB yang tidak disiplin akan mempengaruhi dalam fertilitas. c. Unmet Need Unmet Need adalah PUS yang kebutuhan ber-kb tidak terpenuhi yang dibagi untuk penjarangan dan pembatasan.

5,5 5,3 6,9 5,3 4,4 5 4,44 4,4 2,55 3,1 5,62 6,3 4 3,24 2,3 2,9 2,95 3,63 3,2 3,99 3,8 2,6 1,84 1,2 5,3 4,96 4,9 2,9 3,72 3,8 26 27 28 BS RL BU KAUR SLM MM LBG KPH KT PROP Kabupaten Rejang Lebong, Kaur, Kepahiang dan Kota Bengkulu, mempunyai kecenderungan Unmet Need sangat baik dari tahun 26 28 yaitu terus turun sedang Bengkulu Utara mengalami kecenderungan naik, sehingga Bengkulu Utara untuk mendapatkan perhatian dalam penggarapan Program KB, selain itu Kabupaten Mukomuko dan Seluma juga mendapatkan perhatian dalam penggarapan KB. Kondisi Unmet Need tahun 28 per Kabupaten sebagai berikut : 7 6 5 4 3 2 1,9,4 1,7 1,1 2,9 2,4 1,1 1,4 Pembatasan Penjarangan Secara Umum Unmet Need untuk pembatasan tinggi, hanya di Kabupaten Seluma Penjarangan lebih tinggi dibandingkan dengan pembatasan, hal ini dapat memungkinkan terjadi keinginan untuk tidak ber-kb tinggi sehingga perlui ditingkat KIE dan Pelayanan KB. d. Gambaran Prevalensi KB dan Unmet Need : Tabel ini untuk memberikan gambaran perkembangan Prevalensi dengan Unmet Need, yang dapat digunakan dalam penyusunan strategi pola penggarapan pelayanan KB di wilayah tertentu. Secara Total Provinsi perkembangan CPR dan Unmet Need diperlihatkan dalam tabel berikut ini :

2 1,8 1,5 1,5 -,5-1 -1,5,6,8 25-26 -,1 27-27 28-27 -,3-1,18 CPR Unmet Need Dari tahun 25 26 CPR mengalami penurunan,1 sedang Unmet Need naik,6, untuk tahun 26 27 CPR naik 1,8 dan Unmet Need turun 1,18 keadaan ini mempunyai dampak pada penurunan TFR tahun 27 menjadi 2,4, dan untuk 27 28 CPR turun,3 dan Unmet Need naik,8. Kondisi yang demikian bila tidak dilakukan intervensi pada pelayanan KB dan KIE akan mengakibatkan TFR naik kembali. Untuk gambaran per Kabupaten sebagai berikut : 1 8 6 4 2-2 -4-6 -8-1 9,9 8 7,7 7 5,7 5 3,2 1,2,62,79 1,8 -,7-1,9-1,85 -,76 -,5 -,5 -,34 -,3-1,6-1,18-2,35-1,96-3,6-3,27-5,2-5 BS RL BU KAUR SLM MM LBG KPH -7,2-8,1-8,4 KT PROP cpr 26-27 Unmet Need 26-27 cpr 27-28 Unmet Need 27-28 Pada tahun 26 27 Kabupaten Bengkulu Selatan, Kaur, Kota Bengkulu memperlihatkan Kondisi dimana prevalensi dan Unmet Need mengalami penurunan, keadaan diatas pada kabupaten tersebut terjadi Drop Out Peserta KB Aktif. Sedang kondisi CPR dan Unmet Need tahun 27 ke 28 Kabupaten Lebong dan Kepahiang CPR dan Unmet Need menunjukkan penurunan, hal ini disebabkan adanya drop out Peserta KB Aktif dikarenakan PUS Kelompok Umur diatas 35 tidak ber-kb karena ingin anak segera serta PUS Bukan Peserta KB dengan jumlah anak diatas 3 memperlihatkan kecenderungan naik, selain itu alasan Ingin Anak Kemudian, Menopause, Merasa Tdk Subur, kesehatan, dan tidak nyaman menunjukkan tren naik.

Untuk Mencapai Rencana Kerja Pemerintah di Bidang Program KB tahun 29 Kabupaten Seluma, Mukomuko, Lebong, Kepahiang perlu ditingkatkan pelayanan KB dan KIE. e. Peserta KB dan Bukan Peserta KB Per Kelompok Umur Peserta KB Kelompok Umur 1 9 8 7 6 5 4 3 2 1 15-19 2-24 25-29 3-34 35-39 4-44 45-49 25 26 27 28 Perkembangan Peserta KB Aktif dari tahun 25 sampai tahun 28 pada kelompok umur 15 19 dan 45-49 mengalami penurunan, sedangkan bukan peserta KB per Kelompok Umur yang ingin anak segera terjadi kecenderungan naik pada kelompok umur 3 34 dan 45 49 tahun, kelompok tersebut mempunyai resiko tinggi dalam kehamilan dan melahirkan. Ingin Anak Segera per Kelompok Umur 4 35 36 3 28,7 27,427,1 25 23,3 2 2,6 2,82,6 21 18,7 19,3 15 16,6 15,3 14,9 16,1 15,4 1,7 1 5 5,4 4,2 3,4 2,8 6,5 8,8 8 3 5,5 15-19 2-24 25-29 3-34 35-39 4-44 45-49 25 26 27 28 f. Peserta KB dan Ingin Anak Segera Menurut Jumlah Anak Pada kelompok Peserta KB pada yang belum/tidak mempunyai anak mengalami tren naik sedang untuk jumlah anak 4 menglamai penuruan 1,4% hal ini disebabkan PUS kelompok tersebut sudah cukup mempunyai anak serta menjelang masa menopause atau tidak mengalami kesuburan lagi. Untuk kelompok ingin anak segera mencapai puncaknya pada kelompok yang baru mempunyai anak 1 setelah itu mengalami penurunan.

Peserta KB dan Ingin Anak Segera per Jumlah Anak 84,4 86,6 85,2 62,5 58 24,7 12,1 4,8 3,5 1,7 BELUM/TDK 1 ANAK 2 ANAK 3 ANAK 4 ANAK+ Pst KB Ingin Anak g. Ingin Anak Segera Menurut jumlah anak hidup per Kabupaten/Kota Ingin Anak Segera Menurut Jumlah Anak Hidup Blm/Tdk Punya 1 ANAK 2 ANAK 3 ANAK 4 ANAK+ BS RL BU KAUR SLM MM LBG KPH KT PROP h. Tidak ber-kb menurut Alasan Beberapa alasan yang dikemukakan oleh PUS untuk tidak ber-kb, sebagaimana tergambar pada tabel Alasan Tidak ber-kb 4 35 3 25 2 15 1 5 25 26 27 28

Dari tahun 25 sampai 28 Menopause dan merasa tidak subur serta kesehatan mengalami tren naik, sedangkan baru melahirkan serta tidak nyaman dan alasan lainnya mengalami tren penurunan. Dalam rangka menjaga kemantapan ber-kb, maka pada alasan karena menopause dan merasa tidak subur lagi perlu dilakukan KIE agar menggunakan alat kontrasepsi secara sederhana. 4. Kesimpulan : 1. Ada beberapa Kabupaten yang mengalami penurunan TFR dan kenaikan Unmet Need serta Penurunan TFR dengan penurunan Unmet Need. 2. Alasan tidak ber-kb karena Menopause dan Merasa Tidak Subur memperlihatkan kondisi naik. 3. PUS bukan peserta KB pada kelompok umur 3 34 dan 45 49 tahun mempunyai resiko tinggi dalam kehamilan dan melahirkan cenderung naik. 4. Peserta KB IUD, MOW dan MOP terus mengalami penurunan, untuk KB Pria melalui MOP dan Kondom mengalami kenaikan yang tidak berarti rata-rata,1 sampai,4. Peserta KB di Provinsi Bengkulu tertinggi pada pemakaian Suntik dan PIL dimana dibutuhkan kedisiplinan dalam ber-kb. 5. Saran : 1. Untuk meningkatkan pelayanan KB dengan segmentasi wilayah yang tepat 2. Mempertahankan alat kontrasepsi pada daerah legok 3. Meningkatkan KIE tentang Kesehatan Reproduksi terutama masalah alat kontrasepsi yang REE 4. Meningkatkan KIE tentang Pendewasaan Usia Kawin