BAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk menghafal, dan bukan untuk berpikir secara kreatif, seperti

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. latihan sehingga mereka belajar untuk mengembangkan segala potensi yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

BAB I PENDAHULUAN. impian masa depan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. menyelesaikan seluruh mata kuliah yang diwajibkan dan tugas akhir yang biasa

BAB I PENDAHULUAN. Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring ketatnya persaingan didunia pekerjaan, peningkatan Sumber Daya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas yang dibutuhkan bagi peningkatan dan akselerasi pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan elemen penting bagi pembangunan bangsa. Pendidikan menurut UU No. 20 tahun 2003, merupakan usaha sadar dan

Studi Deskriptif mengenai Self Regulation dalam Bidang Akademik pada Mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. inteligensi adalah faktor utama yang menentukan academic performance. Para

BAB I PENDAHULUAN. yang dididik secara formal dan diberikan wewenang untuk menerapkan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi ini, pertumbuhan di bidang pendidikan kian

BAB I PENDAHULUAN. sumbangsih bagi bangsa Indonesia di masa yang akan datang. Untuk memajukan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang mengutamakan

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi adalah salah satu lembaga pendidikan, idealnya harus mampu

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah

Studi Mengenai Self Regulator pada Mahasiswa Underachiever di Fakultas Psikologi Unisba

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan lebih lanjut ke perguruan tinggi ( Perguruan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. ilmunya dalam dunia pendidikan hingga tingkat Perguruan Tinggi. Dalam jenjang

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan positif di berbagai bidang kehidupan baik dalam bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perguruan tinggi adalah pengalaman baru yang menuntut siswa untuk

BAB I PENDAHULUAN. sedang terjadi dalam diri individu yang sedang belajar, tidak dapat diketahui secara langsung

Bab I PENDAHULUAN. belajar selama 12 tahun dimanapun mereka berada, baik di desa maupun di kota

BAB I PENDAHULUAN. akademik dan/atau vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni

BAB 1 PENDAHULUAN. Menengah Pertama individu diberikan pengetahuan secara umum, sedangkan pada

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. hanya membekali siswa dengan kemampuan akademik atau hard skill,

LAMPIRAN. PDF created with FinePrint pdffactory Pro trial version

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. semakin besar. Di tahun 2009 angka pengangguran terdidik telah mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bisnis yang bergerak di bidang jasa adalah perbankan. Di era

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lia Liana Iskandar, 2013

BAB I PENDAHULUAN. sehingga jenjang pendidikan sangat penting. Di negara-negara maju, para

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya peranan pendidikan dalam kehidupan. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan individu dimana mereka dituntut untuk belajar setiap

BAB I PENDAHULUAN. daya yang terpenting adalah manusia. Sejalan dengan tuntutan dan harapan jaman

BAB I PENDAHULUAN. manusia melalui kegiatan pembelajaran yang dilaksanakannya ( Oleh

BAB I PENDAHULUAN. yang dimilikinya. Salah satu faktor penentu kualitas sumber daya manusia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan di era globalisasi sangat menuntut sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. menyadari pentingnya memiliki pendidikan yang tinggi. Untuk mengikuti perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dapat membantu suatu negara dalam mencetak SDM (Sumber

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di Indonesia. Upaya yang dilakukan pemerintah untuk menambah

BAB 2 LANDASAN TEORI. Definisi mahasiswa menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Kamisa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar

BAB I PENDAHULUAN. ini dinilai sebagai salah satu usaha serius yang dilakukan pemerintah untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan respon-respon mental dan tingkah laku, di mana individu

BAB I PENDAHULUAN. dunia kerja nantinya. Perguruan Tinggi adalah salah satu jenjang pendidikan setelah

BAB I PENDAHULUAN. SD merupakan titik berat dari pembangunan masa kini dan masa mendatang.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu perguruan tinggi terdapat proses belajar dan mengajar, proses ini

2016 EFEKTIVITAS STRATEGI SELF-REGULATED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN SELF-EFFICACY PESERTA D IDIK D ALAM MENGHAFAL AL-QUR AN

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu syarat tercapainya Sumber Daya

BAB I PENDAHULUAN menjadi kurikulum KKNI (kerangka kualifikasi nasional Indonesia) (Dinas

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan pada jaman ini sangat berkembang di berbagai negara. Sekolah sebagai

SS S TS STS SS S TS STS

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DAN PEMODELAN TERHADAP SELF-EFFICACY SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia diharapkan memiliki kemampuan untuk beradaptasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. adanya perbedaan yang signifikan antara self regulated learning pada mahasiswa 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mahasiswa adalah pemuda yang mempunyai peran besar dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan individu kompleks yang memiliki dinamika

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

Lampiran 1. Surat Pernyataan. 1. Tujuan dari kuesioner ini adalah pengambilan data untuk skripsi.

BAB I PENDAHULUAN. mensosialisasikannya sejak Juli 2005 (

BAB I PENDAHULUAN. yang membatasi antar negara terasa hilang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peran yang amat menentukan bagi perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan di era globalisasi sekarang ini menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan adalah usaha yang di lakukan secara sadar dan terencana

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dalam pendidikan terdapat dua subjek pokok yang saling berinteraksi.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan segala usia (Soedijarto,2008). Di Indonesia, pendidikan terdiri

BAB I PENDAHULUAN. bentuk percakapan yang baik, tingkah laku yang baik, sopan santun yang baik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya, masyarakat yang sejahtera memberi peluang besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sehari-hari manusia. Nevid (2005) berpendapat bahwa kecemasan

BAB I PENDAHULUAN. semua persyaratan akademik yang ditentukan oleh perguruan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perguruan tinggi di Bandung sudah sangat banyak, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Hasil belajar merupakan bagian akhir dari proses belajar dengan kata lain

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah label yang diberikan kepada seseorang yang sedang menjalani

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk membantu individu

BAB I PENDAHULUAN. dipergunakan/dimanfaatkan; serta (3) Siswa memiliki kesulitan untuk memahami

BAB I PENDAHULUAN. Fase usia remaja merupakan saat individu mengalami perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Bagi masyarakat modern saat ini memperoleh pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, setiap orang dituntut untuk memiliki keahlian

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin kompleks. Hal ini disebabkan aspek-aspek dalam dunia pendidikan

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Bandura self efficacy adalah kepercayaan individu pada kemampuannya untuk

BAB I PENDAHULUAN. studi di Perguruan Tinggi. Seorang siswa tidak dapat melanjutkan ke perguruan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan generasi muda penerus cita-cita bangsa dan negara,

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Kejuruan (SMK). Posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan. SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas.

BAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan sarana utama untuk mempersiapkan diri dengan keterampilan dan pengetahuan dasar. Sekolah merupakan sarana yang diharapkan mampu menolong individu untuk menemukan hubungan antara ilmu pengetahuan yang telah dimilikinya dengan ilmu pengetahuan yang sedang dipelajari, serta memiliki antisipasi bagaimana pengetahuan tersebut dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Namun yang dilakukan sekolah hanyalah memberikan kemampuan untuk menghafal, dan bukan untuk berpikir secara kreatif, seperti hanya mendengar dan mencatat saat guru menerangkan, serta kurangnya simulasi atau praktek pelajaran. Hasilnya, pendidikan kita tidak punya makna, sehingga tidak mampu menghasilkan pendidikan yang menghasilkan meaningful knowledge (Mochtar Buchori, Kompas 28 Februari 2003). Hal ini tergambar dari keluhan dunia kerja yang menyatakan bahwa lulusan dari dunia pendidikan tinggi tidak siap pakai. Lulusan yang dihasilkan hanya memahami teori namun kurang mampu memberikan solusi berdasarkan konsep ilmiah. Selain itu orientasi belajar hanya pada mata kuliah individual secara terpisah, padahal dalam dunia kerja dibutuhkan pengetahuan yang terintegrasi antar disiplin ilmu untuk solusi dari permasalahan industri yang cukup kompleks (Dr.Vincent Gaspersz, 1994). 1

2 Oleh karena itu, Universitas Kristen Maranatha, khususnya Fakultas Psikologi, menyusun kurikulum sedemikian rupa dengan tujuan akhir untuk menghasilkan Sarjana Psikologi yang memiliki 8 kompetensi agar mampu memenuhi tuntutan dunia kerja dan mampu bersaing dalam masyarakat (Hasil dari Pengembangan Kolokium 2007 dan Tim Kurikulum Fakultas Psikologi UKM, 2008). Ke delapan kompetensi tersebut, yaitu menguasai teori- teori psikologi, mampu melakukan penelitian ilmiah dalam bidang psikologi, mampu menjelaskan dinamika tingkah laku manusia berdasarkan teori psikologi, mampu melakukan administrasi perangkat pemeriksaan psikologi secara akurat, mampu melakukan intervensi psikologi sesuai kewenangannya, mampu berperilaku professional yang sesuai dengan kode etik psikologi, memiliki minat untuk mengembangkan diri, dan mampu bekerja sama dengan pihak eksternal maupun internal. Namun pada kenyataannya, pencapaian tujuan pendidikan sebagai sarjana psikologi yang berkompeten bukanlah suatu hal yang mudah. Dalam proses akademik yang harus ditempuh banyak faktor yang saling terkait dan berpengaruh baik dari dalam diri individu itu sendiri maupun faktor eksternal, seperti faktor social, universitas, dan lainnya (Winkel, 1983). Faktor internal yang dimaksud disini terdiri dari faktor psikis dan faktor fisik, dimana faktor psikis meliputi faktor intelegiensi yang mempengaruhi kemampuan dan cara belajar, serta faktor non- intelektual, seperti motivasi, sikap, perasaan, minat, kondisi psikis. Faktorfaktor ini sangat berpengaruh pada hasil akhir belajar mahasiswa. Weinstein juga mengatakan bahwa untuk dapat menguasai suatu pengetahuan dan keterampilan

3 baru, maka diperlukan suatu strategi dalam proses belajar, dimana hal ini mencakup semua pikiran, beliefs dan motivasi yang ada dalam diri individu. Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi peneliti yang menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa dapat lulus dengan nilai baik, namun penguasaan teori untuk mata kuliah tersebut masih hanya sebatas hafalan. Setelah masuk ke semester berikutnya, sebagian besar mahasiswa kurang dapat menjawab pertanyaan dari dosen tentang mata kuliah tersebut dan mengatakan bahwa mereka lupa. Sebagian besar mahasiswa juga kurang mampu mengaplikasikan teori psikologi ke dalam kasus- kasus yang diberikan ataupun sebaliknya. Hal ini menggambarkan bahwa strategi belajar yang digunakan mahasiswa hanya menggunakan strategi rehearsal. Strategi ini hanya sebatas menghafal dan mengulang informasi, belum sampai membangun hubungan antara materi yang dipelajari dengan materi yang sudah dipelajari. Hasil akhirnya, mahasiswa kurang dapat mengaplikasikan teori yang telah dipelajari dalam kejadian sehari- hari. Dalam pemilihan dan penggunaannya, strategi belajar merupakan bagian dari tujuan akademik dan orientasi motivasi dari mahasiswa itu sendiri (Pintrich, 1989; dalam Handbook Of Self Regulation, 2002). Peneliti juga melakukan survey awal terhadap 50 mahasiswa Fakultas Psikologi. Kuesioner ini dibangun dari model Strategic Learning (Weinstein, 1994; dalam Handbook Of Self Regulation, 2002). Dalam model ini terdapat tiga komponen yang saling berinteraksi, yaitu ketrampilan (skill), kemauan (will), dan regulasi diri (self regulation). Ketiga komponen akan saling berinteraksi dalam pencapaian tujuan pembelajaran dan prestasi akademik. Hasil dari

4 penelitian awal melalui kuesioner menunjukkan 68.57% dari keseluruhan mahasiswa memiliki skor skill yang berada dibawah percentil 50, yang berarti mahasiswa belum terampil menggunakan strategi dan keterampilan belajar serta proses berpikirnya untuk menghubungkan, mengidentifikasi serta membangun pengertian antara informasi baru yang penting, ide dan prosedur, serta bagaimana mempersiapkan dan mengaplikasikan pengetahuan yang dimiliki dalam suatu tes atau ujian. Mahasiswa mempunyai permasalahan utama dalam belajar disebabkan karena kurang memiliki ketrampilan (skill) dalam memproses dan mengolah informasi dengan menggunakan strategi kognitif. Strategi belajar yang digunakan oleh mahasiswa merupakan strategi belajar yang memiliki tingkat efektifitas yang paling rendah dalam menyerap pengetahuan, yaitu strategi rehearsal. Mahasiswa hanya mencatat dan menggaris bawahi materi. Dalam melakukan persiapan mengikuti perkuliahan, mahasiswa tidak membaca terlebih dulu materi yang akan dibahas, sehingga hal ini mempersulit mahasiswa dalam menghubungkan materi yang sedang dipelajari dengan yang telah dimilikinya. Mahasiswa juga kurang memiliki pengetahuan serta kurang trampil dalam mempersiapkan ujian. Mahasiswa cenderung hanya membaca ulang materi dan menghafal menjelang ujian. Mereka kurang menggunakan simulasi- simulasi, seperti membuat tanya jawab, rangkuman, membaca dari sumber lain, dan lain- lain. Sedangkan sebanyak 68.57% dari keseluruhan mahasiswa memiliki skor will yang berada dibawah percentil 50, yang berarti mahasiswa memiliki tingkat kecemasan (worry) tentang performa akademik yang cukup tinggi, dan bagaimana hal ini berpengaruh pada proses penerimaan informasi baru yang sedang

5 dipelajari, sikap dan minat mahasiswa terhadap kuliah, ketekunan, dan disiplin diri serta kesediaan untuk menunjukkan usaha dalam memenuhi tuntutan akademik secara optimal. Sebagian besar mahasiswa mengalami kecemasan saat akan menghadapi ujian. Hal ini berdampak pada berkurangnya efektifitas mereka dalam mempelajari materi. Ada beberapa mata kuliah yang mahasiswa anggap sulit hanya dikarenakan adanya anggapan dari seniornya. Hal ini berdampak pada sikap mahasiswa terhadap mata kuliah tersebut, seperti menunda mengontrak mata kuliah tersebut. Sebagian besar mahasiswa juga cenderung belum menetapkan tujuan yang spesifik dalam bidang akademik, mereka hanya menjalani proses perkuliahan karena sudah menjadi kewajibannya. Pada komponen regulasi diri (self regulation), 71.43% dari keseluruhan mahasiswa memiliki skor regulasi diri yang berada dibawah percentil 50, yang berarti mahasiswa masih belum mengatur atau meregulasi dan mengontrol diri ataupun proses belajar mereka secara keseluruhan melalui pengaturan waktu secara efektif,, menfokuskan perhatian, melakukan evaluasi terhadap usaha dalam memenuhi tuntutan akademik, persiapan dalam menghadapi ujian dan menggunakan bantuan dalam belajar, seperti buku pegangan, tutorial dan lain lain. Tujuan yang belum ditetapkan secara spesifik berdampak pada pengaturan waktu dan belum terlihatnya prioritas utama dari kegiatan yang dijalani oleh mahasiswa. Sebagian besar mahasiswa masih belum mengatur jadwal belajarnya, mereka hanya masuk kuliah sesuai waktu yang telah ditentukan dan belajar hanya jika menjelang ujian. Selama proses perkuliahan sebagian besar mahasiswa kurang menfokuskan diri terhadap apa yang sedang berlangsung. Mereka hanya

6 mendengar secara pasif. Dalam belajar, mahasiswa juga kurang menggunakan fasilitas penunjang, seperti perpustakaan, internet, dan kelompok belajar sebagai sarana dalam penguasaan materi. Dari data diatas peneliti tertarik untuk meneliti lebih jauh pada komponen kemauan (will). Strategi yang digunakan dalam komponen ketrampilan (skill) dan kemampuan meregulasi diri merupakan cara yang digunakan untuk mencapai tujuan. Namun bagaimana strategi itu sendiri akan digunakan merupakan bagian dari tujuan dan orientasi motivasi individu itu sendiri (Pintrich, 1989; dalam Handbook Of Self Regulation, 2002). Pada saat mahasiswa memiliki pengetahuan mengenai banyak strategi untuk mengolah informasi, hal ini tidaklah cukup. Mahasiswa juga harus mempunyai keinginan untuk menggunakan strategi tersebut. Oleh karena itu, komponen will merupakan bagian yang penting dalam proses akademik dan penguasaan pengetahuan. Banyak tingkah laku yang sepertinya terjadi secara otomatis, namun will memegang peran yang membantu terjadinya suatu tingkah laku dengan mengaktifkan mental representation (dalam Pintrich & Schunk, 2002). Dalam komponen will, tujuan akademik dan orientasi tujuan yang dimiliki oleh mahasiswa merupakan gambaran dari motivasi, kecemasan terhadap performa dalam situasi belajar dan sikap terhadap proses belajar serta tingkat kebernilaian learning (Weinstein, 1994; dalam Boekaerts, Pintrich, Zeidner, 2002). Maka sangat penting bagi mahasiswa untuk memiliki tujuan akademik dan menyadari dampak tujuan tersebut terhadap performa akademik.

7 Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa mahasiswa, sebagian besar mahasiswa belum menetapkan tujuan akademik dan standar pencapaian akademik secara spesifik, seperti lulus dengan IpK tertentu. Keterlibatan dalam aktivitas diskusi kelas pun sangat terbatas ditunjukkan dalam kelas. Mahasiswa hanya bertanya ataupun diskusi bila mereka memang mendapat tugas sebagai pembahas. Hal ini menggambarkan usaha yang minim untuk dapat terlibat secara aktif dalam usaha menguasai materi. Keterlibatan mahasiswa secara aktif di kelas juga menunjukkan sikap terhadap proses belajar. 60 % mahasiswa menunjukkan sikap yang tidak mendengar secara aktif dalam kelas jika materinya dianggap membosankan. Mahasiswa juga jarang mencatat materi ataupun penjelasan dari dosen, mereka merasa sudah cukup hanya dengan meminta handout dalam bentuk powerpoint dari dosen dan tidak berusaha untuk mencari buku pegangan yang menjadi buku sumber dari mata kuliah tersebut. Hal ini pada akhirnya akan mengorbankan kualitas tugas itu sendiri dan berimbas pada nilai akhir mata kuliah tersebut. Pada saat mengikuti perkuliahan, terkadang penilaian mahasiswa terhadap dosen dapat mempengaruhi sikap mahasiswa dalam proses belajar dan akhirnya mempengaruhi motivasi mahasiswa dalam menyelesaikan studi. Ada mahasiswa yang mengundurkan diri dari beberapa mata kuliah karena menganggap mata kuliah tersebut sulit. Ada mahasiswa yang terlebih dulu menolak mengontrak mata kuliah praktikum tertentu, karena mata kuliah praktikum yang menurutnya tugas dan tuntutannya banyak. Mahasiswa juga khawatir apakah mereka mampu menyelesaikan tugas- tugas praktikum yang cukup banyak. Mereka juga khawatir

8 apakah mereka mampu menyelesaikan tugas sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Sikap dan kekhawatiran yang timbul ini pada akhirnya menghambat mahasiswa dalam menjalani proses belajar, mahasiswa akhirnya memilih untuk menunda penyelesaian tugas tersebut dan menghindari proses belajar, seperti dengan bolos kuliah. Ada beberapa mahasiswa yang akhirnya menunda pengambilan mata kuliah praktikum, karena kekhawatiran baik dalam menghadapi mata kuliah itu sendiri ataupun dosen pengajar. Peneliti juga mewawancarai beberapa mahasiswa yang mengontrak tiga mata kuliah praktikum sekaligus. Mereka menyatakan bahwa ternyata tidak menemui kesulitan dalam menyelesaikan tugas- tugas praktikum, jika setelah menerima tugas tersebut mereka langsung mengerjakannya atau tidak menunda. Belief seperti ini akan mempengaruhi mahasiswa bersikap dan motivasi terhadap proses belajar serta kecemasan terhadap proses belajar yang dijalaninya. Fenomena lain yang ditemukan di lapangan oleh peneliti, yaitu ada beberapa mahasiswa yang gagal dalam mengikuti salah satu praktikum yang mengharuskan mahasiswa tersebut tampil ke depan untuk memberikan instruksi. Hal ini terkait dengan adanya belief bahwa mereka adalah individu yang pemalu, yang tidak pantas untuk tampil serius, canggung, dan lain- lain. Pada akhirnya mereka tampil dengan performa yang kurang baik dan berakibat pada nilai yang kurang memadai. Fenomena diatas menggambarkan tentang komponen will dari mahasiswa yang berperan pada proses akademik dan penguasaan materi. Untuk itu, mahasiswa perlu menjadi seorang pembelajar strategis dalam menjalani proses akademik guna penguasaan materi. Sebenarnya mahasiswa dapat belajar untuk

9 menggunakan strategi yang tepat untuk mengatur motivasi, tingkah laku, dan proses belajarnya. Hal ini juga dikuatkan oleh Weinstein (1978) yang menunjukkan bahwa hal ini dapat dimodifikasi melalui pengajaran, pendidikan, ataupun pelatihan. Meskipun pembelajar yang strategik dapat berkembang secara spontan, namun dalam perkembangannya tergantung pada contoh model yang efektif dan lingkungan yang memberi kesempatan untuk berlatih (dalam Boekarts, 2002). Oleh karena itu untuk dapat menjadi pembelajar yang strategis, mahasiswa dapat dilatih melalui pelatihan. Pelatihan merupakan suatu upaya pengembangan diri melalui prinsip-prinsip belajar yang memadukan stimulasi lingkungan untuk memperkuat faktor internal. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa faktor penggunaan strategi dalam memonitor motivasi, tingkah laku dan proses belajar berkontribusi secara signifikan pada kesuksesan mahasiswa di perkuliahan dan strategi belajar dapat dipelajari atau ditingkatkan melalui intervensi edukasi atau pelatihan (Weinstein & Palmer, 2002, p. 4; dalam Sizoo, Steve L, Agrusa, Jerrome F, Iskat, Wilfried 2005). Hasil pelatihan dengan menggunakan Model of Strategic Learning (Weinstein, 1994; dalam Boekaerts, Pintrich, Zeidner, 2002) juga menunjukkan peningkatan motivasi dan jumlah mahasiswa yang lulus tepat waktu. Data ini memberikan dukungan yang kuat tentang penting dan dampak perkembangan pendidikan yang menekankan strategi belajar yang mengurangi resiko kegagalan dalam akademik ataupun prestasi belajar yang rendah (dalam Boekaerts, Pintrich, Zeidner, 2002). Pelatihan self efficacy juga menunjukkan hasil yang signifikan terhadap peningkatan kesadaran terhadap

10 efficacy dan keraguan terhadap diri sendiri. Hal ini kemudian berdampak pada perubahan penilaian efficacy dan membuatnya menjadi lebih adaptif dan realistik (Bandura, 1997; dalam Boekaerts, Pintrich, Zeidner, 2002). Berdasarkan pemaparan diatas, peneliti tertarik untuk melaksanakan pelatihan Learning And Study Strategies Learning And Study Strategies yang berfokus pada peningkatan komponen Will. Pelatihan ini diharapkan mampu membantu mahasiswa dalam penggunaan strategi dalam memonitor motivasi, tingkah laku dan proses belajar melalui peningkatan will. 1.2 IDENTIFIKASI MASALAH Berdasarkan uraian diatas, maka identifikasi permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Sejauh mana peran Pelatihan Learning and Study Strategies (LASSI) yang Berfokus pada Komponen Will terhadap perubahan will mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha. 1.3 MAKSUD DAN TUJUAN PENELITIAN Maksud dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang will mahasiswa Fakultas Psikologi sebelum dan sesudah pelatihan Learning And Study Strategies Learning And Study Strategies yang berfokus pada komponen Will. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan will sebelum dan sesudah pelatihan Learning And Study Strategies Learning And Study Strategies yang berfokus pada komponen Will.

11 1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat : a. Memberikan informasi empiris bagi perkembangan ilmu psikologi, khususnya mengenai psikologi pendidikan pada mahasiswa sehubungan dengan pentingnya meningkatkan kemauan (will) untuk dapat menjadi pembelajar yang strategis. b. Dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi penelitian selanjutnya. 1.4.2 Kegunaan Praktis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat : a Menjadi bahan masukan bagi pembinaan mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas X dalam hal Strategi Belajar sebagai penunjang keberhasilan dalam mencapai prestasi akademik yang tinggi, melalui pelatihan Strategic Learning. b Menjadi bahan masukkan bagi mahasiswa untuk dapat melatih kemampuan dalam menerapkan strategi belajar melalui pelatihan Strategic Learning.

12 1.5 METODOLOGI Penelitian ini menerapkan metode pelatihan pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha dengan melihat pengaruh pelatihan terhadap peningkatan will. Adapun rancangan penelitian sebagai berikut : Mahasiswa Fakultas Psikologi UKM Pre Test (Y₁) : Derajat Will Pelatihan Learning And Study Strategies Learning And Study Strategies yang berfokus pada komponen Will Pre Test (Y₂) : Derajat Will Post Test (Y₂) Pre Test (Y₁)