SUPLEMENTASI FETAL BOVINE SERUM (FBS) TERHADAP PERTUMBUHAN IN VITRO SEL FOLIKEL KAMBING PE

dokumen-dokumen yang mirip
REVIEW FISIBILITAS KULTUR ANTHRAL FOLIKEL SEBAGAI SUMBER SEL OOSIT IN VITRO KAMBING DARI PRODUK SAMPING RUMAH POTONG HEWAN

I. PENDAHULUAN. memproduksi dan meningkatkan produktivitas peternakan. Terkandung di

PENGARUH KONSENTRASI SPERMATOZOA PASCA KAPASITASI TERHADAP TINGKAT FERTILISASI IN VITRO

BAB I. PENDAHULUAN A.

TINGKAT PEMATANGAN OOSIT KAMBING YANG DIKULTUR SECARA IN VITRO SELAMA 26 JAM ABSTRAK

IDENTIFIKASI PROFIL PROTEIN OOSIT KAMBING PADA LAMA MATURASI IN VITRO YANG BERBEDA DENGAN SDS-PAGE. Nurul Isnaini. Abstrak

FERTILISASI DAN PERKEMBANGAN OOSIT SAPI HASIL IVF DENGAN SPERMA HASIL PEMISAHAN

PENDAHULUAN. 25,346 ton dari tahun 2015 yang hanya 22,668 ton. Tingkat konsumsi daging

PENDAHULUAN. pemotongan hewan (TPH) adalah domba betina umur produktif, sedangkan untuk

TINJAUAN PUSTAKA Domba Ovarium Oogenesis dan Folikulogenesis

PENGARUH UKURAN DAN JUMLAH FOLIKEL PER OVARI TERHADAP KUALITAS OOSIT KAMBING LOKAL

PRODUKSI EMBRIO IN VITRO DARI OOSIT HASIL AUTOTRANSPLANTASI HETEROTOPIK OVARIUM MENCIT NURBARIAH

Pengaruh Waktu dan Suhu Media Penyimpanan Terhadap Kualitas Oosit Hasil Koleksi Ovarium Sapi Betina Yang Dipotong Di TPH

JURNAL ILMU TERNAK, DESEMBER 2015, VOL.15, NO.2

Z. Udin, Jaswandi, dan M. Hiliyati Fakultas Peternakan Universitas Andalas, Padang ABSTRAK

(In Vitro Quality of Filial Ongole Bovine Oocytes Collected from Ovary after Transported in Different Transportation Period) ABSTRAK

Perlakuan Superovulasi Sebelum Pemotongan Ternak (Treatment Superovulation Before Animal Sloughter)

Korelasi antara Oosit Domba yang Dikoleksi dari Rumah Pemotongan Hewan dengan Tingkat Fertilitasnya setelah Fertilisasi in vitro

Perbedaan Aktivitas Ovarium Sapi Bali Kanan dan Kiri serta Morfologi Oosit yang Dikoleksi Menggunakan Metode Slicing

GAMBARAN AKTIVITAS OVARIUM SAPI BALI BETINA YANG DIPOTONG PADA RUMAH PEMOTONGAN HEWAN (RPH) KENDARI BERDASARKAN FOLIKEL DOMINAN DAN CORPUS LUTEUM

EFEKTIFITAS PENAMBAHAN HORMON GONADOTHROPIN PADA MEDIUM MATURASI msof TERHADAP TINGKAT MATURASI OOSIT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Penelitian Metode Penelitian Superovulasi Koleksi Sel Telur

IDENTIFIKASI DAN UJI BIOAKTIVITAS GROWTH FACTOR DAN HORMON STEROID SEKS HASIL BIAKAN MONOLAYER SEL HEPAR DAN SEL KUMULUS SAPI

HASIL DAN PEMBAHASAN

EVALUASI OOSIT KAMBING HASIL IVM SEBAGAI SALAH SATU FAKTOR PENENTU KEBERHASILAN DALAM AKTIVASI PARTENOGENESIS. Kholifah Holil

PEMANFAATAN TEKNOLOGI KULTUR OVARI SEBAGAI SUMBER OOSIT UNTUK PRODUKSI HEWAN DAN BANTUAN KLINIK BAGI WANITA YANG GAGAL FUNGSI OVARI

TINGKAT FERTILISASI OOSIT DOMBA DARI OVARIUM YANG DISIMPAN PADA SUHU DAN WAKTU YANG BERBEDA SECARA IN VITRO

JURNAL ILMU TERNAK, JUNI 2016, VOL.16, NO.1

I PENDAHULUAN. berasal dari daerah Gangga, Jumna, dan Cambal di India. Pemeliharaan ternak

BAB III METODE PENELITIAN. primer sel otak fetus hamster ini merupakan penelitian eksperimental yang

Anatomi/organ reproduksi wanita

Penggunaan Pregnant Mare's Serum Gonadotropin (PMSG) dalam Pematangan In Vitro Oosit Sapi

Jurnal Kajian Veteriner Volume 3 Nomor 1 : ISSN:

SUPLEMENTASI HORMON GONADOTROPIN PADA MEDIUM MATURASI IN VITRO UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN EMBRIO STADIUM 4 SEL KAMBING BLIGON

Kompetensi Perkembangan Oosit Kambing Kacang dengan Diameter Berbeda pada Medium yang Disuplementasi Cairan Folikel

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan timbulnya sifat-sifat kelamin sekunder, mempertahankan sistem

PEMATANGAN OOSIT DOMBA SECARA IN VITRO DALAM BERBAGAI JENIS SERUM IN VITRO MATURATION OF OVINE OOCYTE IN VARIOUS SERUM

Efektivitas Manipulasi Berbagai Ko-Kultur Sel pada Sistem Inkubasi CO 2 5% untuk Meningkatkan Produksi Embrio Sapi Secara In Vitro

Tingkat Kematangan Inti Oosit Sapi Setelah 24 Jam Presevasi Ovarium

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian ini berupa ovarium domba lokal umur <1 tahun 3 tahun

PENGARUH WAKTU PRESERVASI OVARIUM TERHADAP DIAMETER FOLIKEL DAN OOSIT DOMBA LOKAL

KAJIAN KEPUSTAKAAN. susu untuk peternak di Eropa bagian Tenggara dan Asia Barat (Ensminger, 2002). : Artiodactyla

PENGARUH LAMA MATURASI DAN LAMA INKUBASI FERTILISASI TERHADAP ANGKA FERTILITAS OOSIT SAPI PERANAKAN ONGOLE SECARA IN VITRO

PRODUKSI EMBRIO IN VITRO DARI OOSIT SAPI BETINA MUDA (JUVENILE)

RESPON PENGGUNAAN BERBAGAI BAHAN AKTIVATOR PADA AKTIVASI PARTENOGENESIS OOSIT KAMBING HASIL IVM

PENGARUH PENAMBAHAN KACANG KEDELAI ( Glycine max ) DALAM PAKAN TERHADAP POTENSI REPRODUKSI KELINCI BETINA NEW ZEALAND WHITE MENJELANG DIKAWINKAN

Folikulogenesis dan ovum ternak

Penggunaan Medium CR1aa untuk Produksi Embrio Domba In Vitro

HUBUNGAN JUMLAH FOLIKEL PER OVARI DENGAN KUALITAS OOSIT DAN LAMA HARI TERBENTUKNYA BLASTOSIT FERTILISASI IN VITRO PADA SAPI FRIES HOLLAND

PENGARUH MEDIA IVM DAN IVC PADA PERKEMBANGAN EMBRIO SAPI SECARA IN VITRO

BAB I PENDAHULUAN. tahapan dalam siklus sel. Sebagaimana Allah Swt berfirman dalam surat an Nuh :

KAPASITAS PERKEMBANGAN OOSIT BABI YANG DIMATANGKAN SECARA IN VITRO PADA MEDIA TANPA SUPLEMEN SERUM

BAB VI TEKNOLOGI REPRODUKSI

PENGARUH PREGNANT MARE SERUM GONADOTROPIN (PMSG) PADA MATURASI DAN FERTILISASI IN VITRO OOSIT KAMBING LOKAL

PEMANFAATAN SEL KUMULUS PADA MEDIUM KULTUR IN VITRO EMBRIO MENCIT TAHAP SATU SEL

PENGGUNAAN TELUR ITIK SEBAGAI PENGENCER SEMEN KAMBING. Moh.Nur Ihsan Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang ABSTRAK

Embrio ternak - Bagian 1: Sapi

BAB 1 PENDAHULUAN. Ovarium merupakan salah satu organ reproduksi dalam wanita.

PENGARUH TINGKAT PENGENCERAN TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING PE SETELAH PENYIMPANAN PADA SUHU KAMAR

Tingkat Pematangan Inti Oosit Domba dari Ovarium dengan Status Reproduksi dan Medium Maturasi yang Berbeda

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman dahulu hingga sekarang banyak masyarakat Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Pengaruh Vitamin E (α-tocoferol) Terhadap Kerusakan,

TINGKAT KEMATANGAN OOSIT SAPI SECARA IN VITRO SETELAH INKUBASI PADA KONDISI TEMPERATUR DAN KOMPOSISI GAS CO 2 BERBEDA DWI WALID RETNAWATI

Kelahiran Anak Sapi Hasil Fertilisasi secara in Vitro dengan Sperma Hasil Pemisahan

Pengaruh Serum Domba dan Serum Domba Estrus terhadap Tingkat Maturasi dan Fertilisasi Oosit Domba In Vitro

SUPLEMENTASI INSULIN TRANSFERRIN SELENIUM PADA MATURASI IN VITRO CUMULUS OOCYTE COMPLEX TERHADAP EKSPRESI SITOCROM-C dan EKSPRESI CASPASE 3 OLEH

PRODUKSI EMBRIO IN VITRO DARI OOSIT HASIL AUTOTRANSPLANTASI HETEROTOPIK OVARIUM MENCIT NURBARIAH

KUALITAS OOSIT DARI OVARIUM SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) PADA FASE FOLIKULER DAN LUTEAL

KARAKTERISTIK OOSIT DOMBA DARI OVARIUM YANG DISIMPAN PADA SUHU DAN PERIODE WAKTU YANG BERBEDA DHIA MARDHIA ENGCONG

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR LAMPIRAN... INTISARI...

(Biopotency Test of Monoclonal Antibody Anti Pregnant Mare Serum Gonadotropin in Dairy Cattle)

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL

LAPORAN TAHUNAN HIBAH BERSAING MATURASI OOSIT DAN FERTILISASI IN VITRO MENGGUNAKAN KULTUR SEL GRANULOSA FOLIKEL OVARIUM

Perkembangan Folikel dan Viabilitas Oosit Domba Pascatransplantasi Ovarium Domba Intrauterin pada Kelinci Bunting Semu

OPTIMALISASI PRODUKSI EMBRIO DOMBA SECARA IN VITRO: PENGGUNAAN MEDIUM CR1aa DAN PENGARUH STATUS REPRODUKSI OVARIUM YULNAWATI

PENGARUH PENAMBAHAN HORMON PADA MEDIUM PEMATANGAN TERHADAP PRODUKSI EMBRIO SECARA IN VITRO

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian. Bahan Penelitian. Metode Penelitian

Peran Transforming Growth Factorβ terhadap Tingkat Kematangan dan Kejadian Apoptosis Oosit Sapi pada kultur In Vitro

DAYA HIDUP SPERMATOZOA EPIDIDIMIS KAMBING DIPRESERVASI PADA SUHU 5 C

UJI SPESIFISITAS PROTEIN GDF-9 DENGAN METODE WESTERN BLOTTING PADA OOSIT SAPI DARI FOLIKEL PREANTRAL

DIFERENSIASI EMBRYONIC STEM CELLS MENCIT MENJADI NEURON MENGGUNAKAN CONDITIONED MEDIUM RIRIS LINDIAWATI PUSPITASARI

PENGARUH LAMA THAWING DALAM AIR ES (3 C) TERHADAP PERSENTASE HIDUP DAN MOTILITAS SPERMATOZOA SAPI BALI (Bos sondaicus)

Jurnal Pertanian ISSN Volume 2 Nomor 1, April PENGARUH VITAMIN B 2 (Riboflavin) TERHADAP DAYA TAHAN SPERMATOZOA DOMBA PADA SUHU KAMAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Jawarandu merupakan kambing lokal Indonesia. Kambing jenis

PENDAHULUAN Latar Belakang

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

KATA PENGANTAR. penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul PENGARUH PENAMBAHAN. AIR KELAPA (Cocos nucifera) TERHADAP VIABILITAS KULTUR SEL

Jurnal Sains & Matematika (JSM) ISSN Volume 14, Nomor 4, Oktober 2006 Artikel Penelitian:

BAB 5 HASIL PENELITIAN

SKRIPSI ISMAIL SIMATUPANG

HASIL DAN PEMBAHASAN

VIABILITAS OOSIT DOMBA PASCATRANSPLANTASI OVARIUM DOMBA DALAM UTERUS KELINCI PSEUDOPREGNANT

Contak person: ABSTRACT. Keywords: Service per Conception, Days Open, Calving Interval, Conception Rate and Index Fertility

Minggu Topik Sub Topik Metode Pembelajaran

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK HIPOFISA SAPI TERHADAP PENINGKATAN PRODUKTIVITAS AYAM PETELUR PADA FASE AKHIR PRODUKSI

KEMAMPUAN MATURASI DAN FERTILISASI OOSIT DARI OVARIUM DOMBA PREPUBER SECARA IN VITRO ANITA HAFID

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengaruh pencekokan ekstrak rimpang rumput teki terhadap diameter oosit

PENGARUH PENAMBAHAN INSULIN TRANSFERRIN SELENIUM (ITS) PADA MEDIUM TERHADAP TINGKAT MATURASI DAN FERTILISASI OOSIT SAPI BALI SECARA IN VITRO SKRIPSI

Kualitas semen sapi Madura setelah pengenceran dengan tris aminomethane kuning telur yang disuplementasi α-tocopherol pada penyimpanan suhu ruang

Transkripsi:

SUPLEMENTASI FETAL BOVINE SERUM (FBS) TERHADAP PERTUMBUHAN IN VITRO SEL FOLIKEL KAMBING PE S.N Rahayu dan S. Wahjuningsih Bagian Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan suplementasi FBS dengan berbagai konsentrasi pada medium kultur Tissue Culture Medium-199 (TCM-199) dengan variasi waktu inkubasi terhadap kompetensi pertumbuhan folikel kambing PE. Materi Penelitian adalah folikel kambing yang diperoleh melalui isolasi ovarium kambing, TCM-199 dan FBS. Analisa data menggunakan uji t berpasangan dengan menggunakan 3 perlakuan suplementasi FBS (0%, 0,1% dan 1%) dan inkubasi selama 6 hari. Folikel yang digunakan dalam kultur dikelompokkan menjadi 2 ukuran yaitu besar (4mm) dan kecil (2-<4mm). Variabel pengamatan yang digunakan adalah pertumbuhan folikel. Pengamatan dilakukan pada hari ke 0 dan hari ke 6. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suplementasi FBS pada kultur folikel secara IVG memberikan pengaruh nyata (P<0,05) terhadap pertumbuhan folikel, yaitu pada folikel besar dengan suplementasi FBS 1% dan folikel kecil dengan suplementasi FBS 0,1%. Kata Kunci : Fetal Bovine Serum, Folikel, Pertumbuhan In Vitro, Kambing FETAL BOVINE SERUM (FBS) SUPPLEMENTATION WITH INCUBATION TIME VARIATION TO FOLLICLE GROWTH COMPETENCE OF PERANAKAN ETAWAH (PE) GOAT ABSTRACT The aims of this research was to know the effect of FBS supplements usage with any concentration of Tissue Culture Medium-199 (TCM-199) culture medium with incubation time variation to follicle growth competence of Peranakan Etawah (PE) goat. The material of this research were goat follicle, TCM-199 and FBS. The method of this research use t test which used 3 treatment with incubation 6 days. The follicle that used in culture were classified into 2 groups: large (>4mm) and small (2- <4mm). The observation variable were used follicle growth. The result of this research are showed that FBS supplements in follicle culture according to IVG gave the significant different into follicle growth (P<0,05) that is large follicle with 1% FBS supplements and small follicle with 0,1% FBS supplements. It can be concluded that FBS supplements and length of culture in IVG follicle had the significant influence on the growth of follicles. Keywords: Fetal Bovine Serum,Follicle, In Vitro Growth,Goat PENDAHULUAN Tingkat keberhasilan Transfer Embrio (TE) masih cukup rendah. Hal ini terlihat dari hasil kebuntingan embrio secara in vitro yang ditransfer ke resipien masih rendah. Banyak J. Ternak Tropika Vol. 12, No.1: 91-97, 2011 91

faktor yang mempengaruhi antara lain kualitas embrio yang dihasilkan secara in vitro tidak cukup baik, demikian juga kuantitas embrio yang dihasilkan secara in vitro tidak tersedia dalam jumlah yang cukup, sehingga perlu dilakukan penelitian di tingkat laboratorium yang diharapkan dapat meningkatkan produksi embrio in vitro (IVP), meliputi proses maturasi in vitro (IVM), fertilisasi in vitro (IVF) dan kultur in vitro (IVC) serta pertumbuhan in vitro (IVG) (Sirard dan Blondin,1996). In Vitro Growth (IVG) sel folikel merupakan proses pertumbuhan sel folikel pada medium di luar tubuh dan di kultur secara in vitro yang menyerupai proses in vivo. Dalam proses tersebut diusahakan untuk memperoleh pertumbuhan oosit secara lengkap sehingga dalam proses pematangan dan pembuahan dapat berhasil. Tujuan in vitro folikel yaitu meniru proses folikulogenesis yang terjadi secara in vivo, untuk menghasilkan oosit yang sempurna yang memiliki kemampuan melanjutkan maturasi dan fertilisasi secara in vitro (Cecconi, 2004). IVG folikel merupakan pertumbuhan folikel yang mekanismenya berdasarkan pada folikulogenesis di dalam ovarium. Sistem kultur IVG telah dikembangkan pada ternak domestik, namun masih sangat perlu adanya perbaikan (Miyano dan Hirao, 2003; Wycherley et al., 2004). Lingkungan dan medium yang digunakan dalam IVM mempengaruhi kualitas dan kuantitas oosit yang dihasilkan. Tissue Culture Medium-199 (TCM-199) sering digunakan sebagai medium dasar untuk pematangan oosit secara in vitro karena mengandung unsur-unsur biokimia yang berperan dalam pematangan oosit. Penambahan serum sebagai sumber protein dalam TCM-199 dibutuhkan untuk mendukung proses pertumbuhan oosit. Fetal Bovine Serum (FBS) salah satu suplemen medium IVM berasal dari darah fetus sapi yang dibekukan dan dikoleksi secara aseptik. FBS digunakan untuk merangsang pertumbuhan dalam jumlah yang besar dari kultur jaringan sel. Konsentrasi serum dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan sel. Untuk pertumbuhan sel yang terbaik digunakan konsentrasi berkisar dari 5 % sampai 10 % (Mc Dowall et al.,, 2004)). Pertumbuhan folikel juga dipengaruhi oleh lama kultur. Kultur folikel (in vitro) dilakukan selama 6 hari dikarenakan dengan dimensi ukuran folikel yang besar dan lapisan yang menyelimuti folikel sangat tipis, bila kurang dari 6 hari dimungkinkan akan terjadinya kontaminasi pada daerah sekitar folikel yang dikultur (Cecconi,2004). Lama kultur pada folikel preantral lebih dari 4 hari dapat digunakan untuk menghasilkan folikel yang baik untuk melanjutkan ke fase miosis secara in vitro (Jiude, 2002). Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh penggunaan suplementasi FBS dengan berbagai konsentrasi pada medium kultur TCM- 199 dengan variasi waktu inkubasi terhadap kompetensi pertumbuhan folikel dan kualitas oosit kambing PE. MATERI DAN METODE Materi penelitian yang digunakan adalah folikel kambing PE dengan cara koleksi ovarium dari Rumah Potong Hewan (RPH) Sukun 92 Supplementasi fetal bovine serum (FBS)... Rahaju S.N dan S. Wahjuningsih

Malang yang selanjutnya dilakukan isolasi folikel ovarium. Koleksi Ovarium Setelah kambing dipotong, ovarium dibersihkan dan dimasukkan ke dalam botol yang berisi NaCl fisiologis 0,9% (MERCK; 1.06404.1000) yang ditambah penicillin(meiji) 0,006 g dan streptomycin (MEIJI) 0,01g. Botol dimasukkan dalam termos yang berisi air hangat dengan suhu 38ºC dan dibawa ke laboratorium. Isolasi folikel Ovarium diambil dengan pinset steril kemudian dilakukan pengukuran ovarium (awal), dan dilakukan isolasi dengan membedah ovarium dan diambil folikel, kemudian folikel dimasukkan kedalam petri dish (kecil) yang telah diisi cairan NaCl fisiologis 0,9% Pengukuran ovarium dan folikel Pengukuran ovarium dan diameter folikel dilakukan dengan cara meletakkan ovarium di atas petri dish, kemudian dilakukan pengukuran dengan menempatkan kertas ukur (millimeterblok) dengan skala ukuran (mm). Seleksi folikel Folikel (sampel) hasil isolasi, diambil secara acak dengan kriteria ukuran besar ( 4mm) dan kecil (2mm - < 4mm) yang terdiri dari tiga perlakuan yaitu penambahan suplementasi FBS(MP BIOMEDICALS, Inc 1.800.854.0530) dengan kadar 0,1%, 1% dan 0% FBS pada medium kultur TCM-199 (SIGMA; M 5017:IL) selanjutnya dikultur dalam inkubator CO 2 5% dengan suhu 38 o C selama 6 hari. Variabel Pengamatan Pertumbuhan folikel IVG dengan penggunaan suplementasi FBS dengan berbagai konsentrasi pada medium kultur TCM-199 dengan variasi waktu inkubasi terhadap pertumbuhan ukuran folikel hasil kultur IVG dari hari ke 0 sampai hari ke 6. Pengulangan sebanyak 10 kali dengan waktu inkubasi yaitu 0 hari dan 6 hari. Variabel yang diamati adalah pertumbuhan folikel. Analisa data menggunakan uji t berpasangan. HASIL DAN PEMBAHASAN Ovarium mempunyai variasi ukuran dan bentuk untuk setiap spesies ternak. Koleksi ovarium kambing PE mempunyai berbagai variasi ukuran, hal ini mempengaruhi jumlah folikel yang ada didalamnya (Tabel 1). Tabel 1. Rata-rata ukuran ovarium dan ukuran folikel hasil isolasi Keterangan Rataan Ovarium (31 buah) Ukuran Ovarium (cm) : X (panjang) Y (lebar) Jumlah Folikel (131 buah) Ukuran Folikel (mm) 1,81 + 0,37 1,32 + 0,35 6 + 3 5,5 + 2,4 Isolasi folikel dari masingmasing ovarium menghasilkan jumlah folikel yang diperoleh berbeda. Dapat diketahui bahwa rata-rata untuk tiap ovarium menghasilkan jumlah yang hampir beragam, dari satu ovarium didapatkan hasil isolasi berkisar 3-6 folikel. Folikel-folikel yang masuk kriteria ukuran dan folikel hasil isolasi J. Ternak Tropika Vol. 12, No.1: 91-97, 2011 93

yang bersih yang digunakan dalam kultur IVG. Ukuran ovarium juga mempengaruhi jumlah folikel yang didapatkan dari proses isolasi. Shimada et al., (2002) menyatakan bahwa folikel antral kambing adalah folikel dengan ukuran 2-8 mm. Ukuran folikel berpengaruh terhadap ukuran ovarium. Semakin banyak folikel antral maka semakin besar volume ovarium. Cole dan Cupp (1997) menyatakan bahwa ovarium mempunyai variasi ukuran dan bentuk untuk setiap spesies ternak. Hasil pertumbuhan folikel selama 6 hari setelah dilakukan analisa dengan uji t berpasangan menunjukkan bahwa terjadi pengaruh yang berbeda nyata (p<0,05) pada pertumbuhan folikel yaitu terdapat pada kultur sel folikel dengan suplementasi serum FBS (1%) pada folikel besar dan suplementasi serum FBS 0,1% pada folikel kecil. Pada perlakuan penambahan serum FBS 0,1% dan FBS 1% pengaruh yang berbeda nyata, sehingga dapat diketahui bahwa konsentrasi suplementasi FBS dalam medium TCM-199 dan lama kultur berpengaruh terhadap pertumbuhan folikel yang dikultur. FBS kaya akan protein yang mengatur sistem kultur sel di dalam medium dimana protein tersebut dapat mempertahankan hidup sel lebih lama, tumbuh dan membelah. Jiude et al, (2002) menyatakan bahwa kultur folikel dalam medium komplek seperti TCM 199 dapat memberikan pertambahan diameter yang sangat cepat pada hari ke 4 kultur, sehingga lama kultur folikel lebih dari 4 hari dapat digunakan untuk menghasilkan folikel yang baik untuk melanjutkan ke fase meiosis secara in vitro. Pada kultur IVG folikel yang digunakan dikelompokkan menjadi dua yaitu folikel dengan ukuran kecil (2mm - <4mm) dan folikel ukuran besar (>4 mm). Persentase pertumbuhan folikel hasil kultur dengan ukuran kecil lebih menunjukkan pertumbuhan lebih besar daripada folikel dengan ukuran besar. Hal ini terjadi berkaitan dengan proses perkembangan folikel (folikulogenesis), mulai dari folikel primer, folikel sekunder, folikel tersier dan folikel de Graff. Folikel dengan ukuran besar sudah terbentuk sempurna bagian-bagiannya sehingga tingkat pertumbuhannya rendah daripada folikel dengan ukuran kecil. Shimada et al., (2002) menyatakan bahwa folikel besar tingkat pertumbuhannya rendah karena antrum sudah terbentuk sempurna sehingga respon terhadap medium rendah. Dari data persentase pertumbuhan folikel dapat diketahui bahwa folikel dengan ukuran kecil dalam kultur mengalami pertumbuhan yang lebih baik dari pada folikel dengan ukuran besar. Tabel diatas menunjukkan bahwa folikel kecil dengan penambahan FBS (0% dan 0,1%) mempunyai persentase pertumbuhan yang sama yaitu sebesar 80% sedangkan pada penambahan FBS 1% persentase pertumbuhan folikel sebesar 70%, untuk folikel besar persentase tertinggi terdapat pada perlakuan FBS (0,1%) yaitu sebesar 70% sedangkan persentase sebesar 30% pada perlakuan FBS dengan konsentrasi (0% dan 1%). 94 Supplementasi fetal bovine serum (FBS)... Rahaju S.N dan S. Wahjuningsih

Tabel 2. Pertumbuhan Kultur Folikel Kelompok ukuran Folikel Konsentrasi FBS % Pertumbuhan Folikel 0% 30% Besar 0,1% 70% (> 4mm) 1% 30% Kecil (2-< 4mm) 0% 80% 0,1% 80% 1% 70% Tabel 3. Rataaan Pertumbuhan Kultur Folikel (IVG) Kriteria Ukuran Perlakuan FBS Pengamatan Ukuran (mm) Folikel (%) Hari ke 0 Hari ke 6 0 5,2 + 0,8 4,8 + 1,1 Besar (> 4 mm) 0,1 4,6 + 0,4 4,7 + 0,5 1 4,9 + 0,8 4,2 + 0,5 0 3,1 + 0,6 3,2 + 0,5 Kecil (2mm <4mm) 0,1 3,1 + 0,3 3,3 + 0,4 1 3,0 + 0,4 3,1 + 0,2 Dari hasil rataan pertumbuhan folikel diatas menunjukkan bahwa folikel besar dengan perlakuan penambahan FBS konsentrasi 0,1% terjadi kenaikan rataan ukuran folikel dari 4,6 + 0,4 (hari ke 0) meningkat menjadi 4,7 + 0,5 (hari ke 6), sedangkan folikel besar dengan konsentrasi FBS 0% dan 1% tidak mengalami kenaikan rataan ukuran folikel yaitu pada FBS 0% dari 5,2 + 0,8 (hari ke 0) menurun menjadi 4,8 + 1,1 (hari ke 6) dan pada FBS 1% dari 4.9 + 0.8(hari ke 0) menurun menjadi 4,2 + 0,5 (hari ke 6). Untuk rataan pertumbuhan folikel kecil pada semua perlakuan menunjukan kenaikan rataan ukuran folikel yaitu pada perlakuan penambahan FBS konsentrasi 0% dari 3,1 + 0,6 (hari ke 0) meningkat menjadi 3,2 + 0,5 (hari ke 6), pada FBS 0,1 % dari 3,1 + 0,3 (hari ke 0) meningkat menjadi 3,3 + 0,4 (hari ke 6) dan pada FBS 1 % dari 3,0 + 0,4 (hari ke 0) menjadi 3,1 + 0,2 (hari ke 6). Pertumbuhan folikel ada yang J. Ternak Tropika Vol. 12, No.1: 91-97, 2011 95

mengalami kenaikan dan penurunan. Hal ini dapat dipengaruhi oleh ukuran dari folikel yang di kultur, lama kultur, dan konsentrasi penambahan FBS yang digunakan pada penelitian. Goto et al (1995) menyatakan bahwa kondisi kultur yang terdiri dari medium, konsentrasi Growth Hormon dan penggunaan inkubator CO 2 (lama waktu kultur) mendukung pertumbuhan dari kultur folikel. Serum merupakan cairan biologis yang terbukti dapat menunjang pertumbuhan sel diluar tubuh. Konsentrasi serum dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan sel. Untuk pertumbuhan sel yang terbaik digunakan konsentrasi FBS berkisar dari 5 % sampai 10 % (Bin Hang et al., 2007). Dalam penelitian suplementasi FBS yang digunakan adalah 0,1% dan 1% serta tanpa adanya penambahan FBS (0%). Rataan pertumbuhan folikel besar mengalami kenaikan pada perlakuan dengan penambahan FBS sebesar 0,1% yaitu dari ukuran folikel 4,6 + 0,4 (hari ke 0) meningkat menjadi 4,7 + 0,5 (hari ke 6), sedangkan folikel besar dengan konsentrasi FBS 0% dan 1% tidak mengalami kenaikan rataan ukuran folikel yaitu pada FBS 0% dari 5,2 + 0,8 (hari ke 0) menurun menjadi 4,8 + 1,1 (hari ke 6) dan pada FBS 1% dari 4.9 + 0.8(hari ke 0) menurun menjadi 4,2 + 0,5 (hari ke 6). Cecconi (2004) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan sel folikel secara in vitro diantaranya : umur ternak, ukuran folikel, metode isolasi (enzimatik, mekanik atau gabungan dari keduanya), bentuk folikel ( bulat utuh atau tidak bulat), tekanan oksigen dan suhu, lama waktu kultur dan medium kultur. Folikel yang mengalami penurunan ukuran dapat terjadi dikarenakan folikel ini sudah mendekati masa puncak pertumbuhannya (folikel de graff). Pahl, et al, (2004) menyatakan bahwa folikel besar tingkat pertumbuhannya rendah karena antrum sudah terbentuk sempurna sehingga respon terhadap medium rendah. Folikel dengan ukuran kecil lebih berpotensi untuk mengalami pertumbuhan karena folikel kecil dengan ukuran (2-<4mm) dalam masa pertumbuhan sedangkan folikel besar hampir mencapai tahap puncak pertumbuhan (folikel de graff). Folikel besar tingkat pertumbuhannya rendah karena antrum sudah terbentuk sempurna sehingga respon terhadap medium rendah. Folikel kecil mempunyai persentase pertumbuhan yang lebih baik dari folikel besar. Sirard dan Coenen (1995) menyatakan bahwa medium kultur, tipe serum yang berinteraksi dalam medium mempengaruhi pertumbuhan folikel dan pembentukkan kelompok antrum secara in vitro. Lama waktu yang dibutuhkan untuk kultur folikel preantral selama > 4 hari, ini bertujuan untuk menghasilkan folikel dan produksi oosit lebih baik dari proses meiosis secara in vitro. Folikel terdiri dari beberapa inti sel yang dilapisi oleh membran sel. Inti sel ini mempunyai potensi untuk berkembang dan terjadi pematangan menjadi sel telur, apabila folikel berkembang secara sempurna, tetapi ada beberapa folikel tidak mengalami perkembangan dan mati kemudian akan digantikan dengan folikel yang baru.(adam et al.,2004) 96 Supplementasi fetal bovine serum (FBS)... Rahaju S.N dan S. Wahjuningsih

KESIMPULAN 1. Penambahan Fetal Bovine Serum (FBS) sebesar 1% memberikan pengaruh pertumbuhan pada folikel besar (>4mm) dan penambahan FBS sebesar 0,1 % memberikan pengaruh pada folikel kecil (2-<4 mm) 2. Kultur folikel selama 6 hari memberikan pengaruh pada pertumbuhan folikel besar (>4mm) DAFTAR PUSTAKA Adam, A A G, Y. Takahashi, S. Katagiri and M. Nagano. 2004. In Vitro Culture Of Mouse Preantral Follicles Using Membrane Inserts and Developmental Competence of In Vitro Ovulated Oocytes. Journal of Reproduction and Development, 50: 579-586. Bin Han, Z, Cheng Lan G, Guang Wu Y, Han D, Guo Feng W, Zuo Wang J and He Tan J. 2006. Interactive effects of granulosa cell apoptosis, follicle size, cumulusoocyte complex morphology and cumulus expansion on the developmental competence of goat oocytes: a study using the well-indrop culture system. Journal Reproduction 132: 749-758 Cecconi, S. 2002. Growth and Differentiation of Small Ovarian Follicles in Mamals: Problem and Future Prespectives. Journal of Reproduction and Development. 48: 431-445. Cole,H.H. dan Cupps, P.T, 1997. Reproduction Domestic Animal. Third Edition.Academic press. Inc. London. Goto K, Yasuzuki T, Wataru F, Shinichiro T, 1995. In Vitro Development of BovineOocytes Collected Ovaries of Ovidual Cows After Fertilization. Anim. Repro. Sci. 36: 110-113. Jiude, M.. 2002. Effects of Culture Medium, Serum Type, and Various Concentrations of Follicle-Stimulating Hormone on Porcine Preantral Follicular Development and Antrum Formation In Vitro 1. http://www.biolreprod.org/cgi/cont ent/abstract/67/4/1197. Diakses : 26 Mei 2008. Mc Dowall, M L S, Gilchrist R B and Thompson J G. 2004. Cumullus expansion and glucose utilisation by bovine cumulus-oocyte complexes during in vitro maturation, the influence of glucosamine and folliclestimulating hormone. Journal Reproduction 128: 313-319 Miyano, T and Hirao, Y. 2003. In Vitro Growth of Oocytes from Domestic Species. Journal Mamm. Ova Ress. 20. 78-85 Pahl, M, Hohlagschwandtner M, Obruca A, Phaschalfo G, Wigert M and Feichinger W. 2004. Number and size of antral follicles as predictive factors in vitro fertilization and embryo transfer. Journal Assist. Reprod. Gene 17(6) : 315-318 Shimada, M, Kawano N and Terada T. 2002. Delay of nuclear maturation and reduction in developmental competence of pig oocytes after mineral oil overlay of in vitro maturation media. Journal Reproduction 124(4) : 557-564 Sirard, M.A and Coenen, K. 1995. Effect of Inhibitions of Meiotic Resumtion Upon the Subsequent J. Ternak Tropika Vol. 12, No.1: 91-97, 2011 97

Development of Bovine Oocyte In Vitro. The Journal of Reproductions and Development. 41 : 4. Sirard, M.A and Blondin, P. 1996. Oocytes Maturation and IVF in Cattle. Animal Reproduction Science, 42: 417-426. Wycherley G, Downey D, Kane, M. T. and Hynes, A. C. 2004. Number and Size of Antral Follicles as Predictive Factors in In Vitro Fertilization and Embryo Transfer. Journal Assisted Reproduction 17(6): 315-318. 98 Supplementasi fetal bovine serum (FBS)... Rahaju S.N dan S. Wahjuningsih

92 Supplementasi fetal bovine serum (FBS)... Rahaju S.N dan S. Wahjuningsih