KAJIAN PENGGUNAAN LAPIS PONDASI AGREGAT YANG DISTABILISASI SEMEN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DR. EVA RITA UNIVERSITAS BUNG HATTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada perkerasan Jalan Raya, dibagi atas tiga jenis perkerasan, yaitu

Selamat Datang. Tak kenal maka tak sayang Sudah kenal maka tambah sayang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkerasan jalan adalah suatu bagian dari jalan yang diperkeras dengan lapisan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ASPEK GEOTEKNIK PADA PEMBANGUNAN PERKERASAN JALAN

KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN FLEXIBLE PAVEMENT DAN RIGID PAVEMENT. Oleh : Dwi Sri Wiyanti

1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992).

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk dan kemajuan teknologi pada zaman sekarang,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENELITIAN PENDAHULUAN PENGGUNAAN BENDA UJI KUBUS BETON PADA PERKERASAN LENTUR TYPE CEMENT TREATED BASE (CTB)

ANALISIS TEBAL PERKERASAN LENTUR JALAN BARU MENGGUNAKAN MANUAL DESAIN PERKERASAN JALAN (MDP) 2013

Teknik Sipil Itenas No. x Vol. xx Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Agustus 2015

PERANCANGAN STRUKTURAL PERKERASAN BANDAR UDARA

Jenis-jenis Perkerasan

Perbandingan Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Metode Bina Marga 2011 Dengan Metode Jabatan Kerja Raya Malaysia 2013

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW), Surabaya, 11 Juli 2012, ISSN

Hasil Bongkaran Perkerasan Jalan sebagai Bahan Lapis Fondasi Jalan Raya

DESKRIPSI PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN JALAN MENGGUNAKAN METODE AASHTO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum

LAPIS PONDASI AGREGAT SEMEN (CEMENT TREATED BASE / CTB)

Perbandingan Kekerasan Kaku I Gusti Agung Ayu Istri Lestari 128

PENGGUNAAN RECLAIMED ASPHALT PAVEMENT

MENINGKATKAN NILAI STRUKTUR LAPIS PONDASI PERKERASAN JALAN LAMA DENGAN METODE CEMENT TREATED RECYCLED BASE (STUDI KASUS RING ROAD MUARA TEWEH)

BAB I PENDAHULUAN. golongan, yaitu : struktur perkerasan lentur (Flexible Pavement) dan struktur

Analisis Kekuatan Cement Treated Base (CTB) dengan Bahan Tambah Zat Aditif Menggunakan Variasi Kandungan Tanah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam campuran beraspal, aspal berperan sebagai pengikat atau lem antar partikel

Pengaruh Penggunaan Abu Sekam Padi sebagai Bahan Pengisi pada Campuran Hot Rolled Asphalt terhadap Sifat Uji Marshall

LAPISAN STRUKTUR PERKERASAN JALAN

Spesifikasi agregat untuk lapis fondasi, lapis fondasi bawah, dan bahu jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk berdampak pada. perkembangan wilayah permukiman dan industri di daerah perkotaan, maka

BAB 1 PENDAHULUAN. sehingga memberikan kenyamanan kepada pengemudi selama masa pelayanan

Spesifikasi lapis fondasi agregat semen (LFAS)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terletak pada lapis paling atas dari bahan jalan dan terbuat dari bahan khusus

BAB I PENDAHULUAN. Permukaan tanah pada umumnya tidak mampu menahan beban kendaraan

Daur ulang campuran dingin dengan bahan pengikat foam bitumen. DR.Djoko Widajat, MSc Balai Bahan dan Perkerasan Jalan, PUSJATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ROSEHAN ANWAR. Abstract

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BINA MARGA PT T B

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Perkerasan jalan adalah suatu konstruksi yang terdiri dari lapisan yang

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PEMBAHASAN

PEMANFAATAN HASIL PENGUPASAN ASPAL UNTUK DAUR ULANG CAMPURAN BETON ASPAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1. PENDAHULUAN. Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak diantara

Jurnal J-ENSITEC, 01 (2014)

2.3 Dasar - Dasar Perancangan Tebal Lapis Keras Lentur Kapasitas Lalulintas Udara 20

KONSTRUKSI JALAN ANGKUT

GAMBAR KONSTRUKSI JALAN

TINJAUAN KUAT TEKAN, KUAT TARIK BELAH DAN KUAT LENTUR BETON MENGGUNAKAN TRAS JATIYOSO SEBAGAI PENGGANTI PASIR UNTUK PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT)

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)

gambar 3.1. teriihat bahwa beban kendaraan dilimpahkan ke perkerasan jalan

BAB II KONSEP DASAR STABILISASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pekerasan Jalan

1 FERRY ANDRI, 2 EDUARDI PRAHARA

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN KAKU DENGAN METODE BINA MARGA 2013 DAN AASHTO 1993 (STUDI KASUS JALAN TOL SOLO NGAWI STA

Kajian Peningkatan Daya Dukung Sub Base Menggunakan Pasir Sumpur Kudus

KOMPARASI PERENCANAAN OVERLAY DENGAN METODE BINA MARGA SKBI 1987, AASHTO

EVALUASI MATERIAL WEARING COURSE PADA PELAPISAN ULANG JALAN TOL TANGERANG MERAK

BAB I PENDAHULUAN. agregat, dan agregat berperan sebagai tulangan. Sifat-sifat mekanis aspal dalam

BAB III LANDASAN TEORI

PENGGUNAAN HAMMER TEST DAN UJI CBR LAPANGAN UNTUK MENGEVALUASI DAYA DUKUNG PONDASI CEMENT TREATED BASE (CTB)

PENERAPAN SPESIFIKASI TEKNIK UNTUK PELAKSANAAN PERKERASAN JALAN BETON. Disampaikan dalam Pelatihan : Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

Cara uji CBR (California Bearing Ratio) lapangan

REKONTRUKSI JALAN INSPEKSI TARUM TIMUR DENGAN LAPIS PONDASI CTRB DAN CHIP SEAL

Perbandingan Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Baru Menggunakan Metode Jabatan Kerja Raya Malaysia 2013 Dengan Metode Road Note 31

BAB I PENDAHULUAN. Campuran beraspal adalah suatu kombinasi campuran antara agregat dan aspal.

P U S J A T A N. Nyoman Suaryana ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan yang berarti. Agar perkerasan jalan yang sesuai dengan mutu yang

A. LAPISAN PERKERASAN LENTUR

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN:

Studi Pengaruh Pengurangan Tebal Perkerasan Kaku Terhadap Umur Rencana Menggunakan Metode AASHTO 1993

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah umum Jalan sesuai dalam Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor 38 Tahun 2004 tentang JALAN, sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODA PERENCANAAN

PEMANFAATAN LIMBAH ABU SERBUK KAYU SEBAGAI MATERIAL PENGISI CAMPURAN LATASTON TIPE B

KAJIAN SUHU OPTIMUM PADA PROSES PEMADATAN UNTUK CAMPURAN BERASPAL DENGAN MENGGUNAKAN MODIFIKASI BITUMEN LIMBAH PLASTIK

PENGGUNAAN ALAT MARSHALL UNTUK MENGUJI MODULUS ELASTISITAS BETON ASPAL

REKONTRUKSI JALAN INSPEKSI TARUM TIMUR DENGAN LAPIS PONDA- SI CTRB DAN CHIP SEAL

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan hal tersebut mengakibatkan peningkatan mobilitas penduduk

KAJIAN PEMANFAATAN LIMBAH BETON SEBAGAI MATERIAL CEMENT TREATED BASE (CTB)

sampai ke tanah dasar, sehingga beban pada tanah dasar tidak melebihi daya

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat. Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1.

BAB III LANDASAN TEORI. jalan, diperlukan pelapisan ulang (overlay) pada daerah - daerah yang mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan pokok dalam kegiatan masyarakat sehari-hari. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. portland atau semen hidrolik yang lain, dan air, kadang-kadang dengan bahan tambahan

BAB II KERUSAKAN DAN REHABILITASI JALAN

EFEK PEMAKAIAN PASIR LAUT SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN ASPAL PANAS (AC-BC) DENGAN PENGUJIAN MARSHALL

Transkripsi:

KAJIAN PENGGUNAAN LAPIS PONDASI AGREGAT YANG DISTABILISASI SEMEN N o n o Pusat Litbang Jalan dan Jembatan Jl. A.H. Nasution 264 Bandung 40294 E-Mail : sunaryono_nn@yahoo.com Diterima : 12 Mei 2009; Disetujui : 31 Juli 2009 ABSTRAK Jalan mempunyai peran yang sangat strategis dalam bidang sosial, ekonomi, budaya dan hankam (integritas nasional), namun untuk memperoleh kinerja perkerasan yang laik atau sesuai dengan tuntutan pengguna jalan adalah cukup sulit dicapai. Salah satunya sebagai akibat kekurang-tepatan dalam penggunaan bahan lapis pondasi atau pondasi bawah..makalah ini membahas tentang penggunaan lapis pondasi, baik lapis pondasi atas maupun lapis pondasi bawah agregat yang distabilisasi semen. Berdasarkan hasil kajian, diperoleh bahwa penggunaan lapis pondasi yang disatabilisasi semen memberikan beberapa keuntungan, antara lain memiliki koefisien kekuatan relatif yang lebih tinggi sehingga dapat meningkatkan nilai struktur. Keuntungan lainnya adalah mengurangi penggunaan material baru sehingga mencegah kerusakan lingkungan. Kata kunci: pondasi dan pondasi bawah, agregat, stabilisasi semen, Kerusakan dini, Lapis Pondasi Bersemen ABSTRACT Roads have a strategic role in social, economic, cultural area and National defence and security. However, to provide an adequate performance of pavements as expected by road users is hard to be achieved. One of the problems is caused by inaccurate use of base and sub-base materials. The paper discusses the use of aggregate base and sub-base that stabilized by cement. Based on analysis result, shown that the use of cement-treated base has several advantages, namely, high layer coefficient which can increase service life and more economical. Another advantage is to decrease the use of new aggregate and environmental impact.. Key words: base and sub-base, aggregate, cement stabilized, early damage, cement treated base 1 Volume 26 No. 2, Agustus 2009

PENDAHULUAN Jalan merupakan salah satu moda yang mempunyai peran yang sangat strategis dalam bidang sosial, ekonomi, budaya dan hankam (integritas nasional). Hal ini terbukti dari kenyataan bahwa jalan melayani 80% - 90% dari seluruh angkutan barang dan orang. Untuk kelancaran perjalanannya, para pengguna jalan menuntut agar jalan yang dilewatinya selalu memberikan kenyamanan dan keselamatan. Namun demikian, jalan mengalami penurunan kondisi sesuai dengan bertambahnya umur sehingga pada suatu saat, jalan tersebut akan mempunyai kondisi yang dipandang mengganggu kelancaran perjalanan. Kinerja perkerasan akan sesuai dengan rencana apabila dalam pemilihan bahan sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan, baik untuk lapis permukaan maupun lapis pondasi jalan. Kinerja perkerasan lentur yang berada pada daerah-daerah yang memiliki muka air tanah relatif tinggi sering mengalami kerusakan dini sehingga tidak dapat diatasi melalui program penanganan pemeliharaan rutin dan periodik. Kerusakan yang terjadi umumnya sebagai akibat lemahnya daya dukung pada bagian bawah konstruksi perkerasan. Permasalahan tersebut dapat dipahami bahwa daerah dengan muka air yang relatif tinggi dapat memperlemah daya dukung tanah dasar dan juga daya dukung lapis pondasi agregat, baik lapis pondasi atas maupun lapis pondasi bawah. Lemahnya daya dukung lapis pondasi atas dan lapis pondasi bawah adalah akibat naiknya butiran halus dari tanah dasar ke lapis pondasi bawah dan bahkan sampai ke lapis pondasi atas. Untuk itu, penggunaan alternatif lapis pondasi selain agregat (unbound) sangatlah diperlukan, baik untuk pondasi jalan baru ataupun untuk memperbaiki pondasi jalan lama dengan daya dukung rendah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kelebihan lapis pondasi agregat yang distabilisasi semen, baik untuk pondasi jalan baru ataupun untuk memperbaiki lapis pondasi jalan lama dengan daya dukung rendah. Adapun untuk menganalisis kelebihan lapis pondasi dengan stabilisasi semen, ditinjau dari nilai struktur (structural number, SN) dan nilai ekonomisnya. KAJIAN PUSTAKA Umum Struktur perkerasan lentur, umumnya terdiri atas lapis pondasi bawah (subbase course), lapis pondasi atas (base course), dan lapis permukaan (surface course). Tipikal susunan lapis perkerasan lentur seperti diperlihatkan pada Gambar 1. Lapisan pada konstruksi perkerasan memiliki fungsi masing-masing, yaitu: Lapis permukaan beraspal berfungsi untuk mengamankan perkerasan dari pengaruh air, mengurangi tegangan dan Menahan beban paling tinggi akibat beban lalu-lintas sehingga harus mempunyai kekuatan yang cukup Lapis pondasi atas (base) berfungsi untuk mendukung lapis permukaan dan mengurangi tegangan serta regangan. Lapis pondasi bawah (subbase) berfungsi sebagai lantai kerja, menyebarkan beban di atasnya, mengalihkan infiltrasi air dan mengurangi tegangan serta regangan. Tanah dasar berfungsi mendukung beban yang didistribusikan melalui lapisan pondasi yang berada di atasnya. 2 Volume 26 No. 2, Agustus 2009

Gambar 1. Tipikal konstruksi perkerasan lentur Kerusakan dini, diantaranya dapat diakibatkan karena kurang tepatnya dalam pemilihan dan pelaksanaan lapisan beraspal atau karena lemahnya bagian bawah konstruksi perkerasan, seperti lemahnya daya dukung tanah dasar dan kurang baiknya daya dukung lapis pondasi, baik lapis pondasi atas ataupun lapis pondasi bawah. Pemilihan dan penggunaan lapisan beraspal yang tepat adalah menggunakan bahan (agregat dan aspal) yang sesuai dengan kondisi lingkungan dimana campuran beraspal itu akan dilaksanakan. Hal lain, yang mempengaruhi kinerja campuran atau lapisan beraspal di lapangan adalah tergantung terhadap sifat campuran beraspal pada saat konstruksi. Perubahan sifat campuran beraspal dapat dipengaruhi karena proses densifikasi akibat beban lalu lintas dan kondisi lingkungan yang dapat mempengaruhi kualitas aspal (Giovanni, 2000). Kerusakan dini akibat lemahnya bagian bawah konstruksi perkerasan dapat disebabkan pengaruh air. Untuk itu, letak permukaan perkerasan dari permukaan tanah di sekitar jalan sangatlah menentukan terhadap kinerja perkerasan. Letak permukaan perkerasan dari permukaan tanah di sekitar jalan terkait dengan pengaruh air, baik air tanah maupun air permukaan, terhadap tanah dasar dan lapis perkerasan. Ditinjau dari letak permukaan air tanah, Overseas Road Note 31 (TRL, 1993) membagi tanah dasar di bawah perkerasan kedap di daerah tropis menjadi tiga kategori sebagai berikut: 1) Katagori 1: tanah dasar dimana muka air tanah cukup tinggi Untuk kategori ini, letak muka tanah yang mempengaruhi tanah dasar tergantung pada jenis tanah. Untuk tanah dasar tidak plastis (non plastis), air tanah akan mempengaruhi tanah dasar, apabila permukaannya terletak pada kedalaman kurang dari 1 meter dari permukaan perkerasan; untuk tanah dasar jenis lempung kepasiran (PI<20), air tanah akan mempengaruhi tanah dasar, apabila permukaannya terletak pada kedalaman kurang dari 3 meter dari permukaan perkerasan; untuk tanah dasar jenis lempung berat (PI>40), air tanah akan mempengaruhi tanah dasar, apabila permukaannya terletak pada kedalaman kurang dari 7 meter dari permukaan perkerasan. Daerah dimana muka air tanah dipertahankan oleh air hujan mencangkup juga daerah pantai dan daerah banjir dimana muka air tanah dikendalikan oleh air laut, air danau dan air sungai. 2) Kategori 2: tanah dasar dimana muka air tanah dalam (deep) dan curah hujan sangat mempengaruhi kadar air di bawah perkerasan. Kondisi ini terjadi apabila air hujan melampaui penguapan (evapotranspiration) untuk sekurangkurangnya selama dua bulan dalam satu tahun. Curah hujan pada daerah yang termasuk katagori ini biasanya 3 Volume 26 No. 2, Agustus 2009

lebih dari 250 mm per tahun dan sering bersifat musiman. 3) Kategori 3: tanah dasar di daerah dimana letak muka air tanah tidak tetap berada dekat permukaan tanah serta di daerah dimana cuaca adalah kering di sebagian besar tahun dan curah hujan per tahun adalah 250 mm atau kurang. Referensi lainnya menyatakan bahwa permukaan air tanah di bawah perkerasan perlu dipertahankan pada kedalaman sekurang-kurangnya 1,2 m (4 ft) dari permukaaan tanah dasar (TRL, 1952). Pt T-01-2002-B (2002) menyatakan bahwa daya dukung lapis pondasi atas dan lapis pondasi bawah agregat (untreated base dan sub base) dipengaruhi oleh kondisi drainase dan curah hujan (lihat Tabel 1). Tulisan ini membahas tentang permasalahan kerusakan dini akibat pondasi jalan yang kurang baik. Cara mengatasinya antara lain menggunakan bahan pondasi yang distabilisasi semen. Berdasarkan beberapa literatur, termasuk spesifikasi khusus dari Balitbang Departemen Pekerjaan Umum, maka terdapat beberapa teknologi bahan lapis pondasi yang memiliki kekedapan yang cukup baik sehingga dapat mengeliminasi pengaruh instrusi air, yaitu: Drainase 1. Lapis Pondasi (Base) berupa CTB (Cement Treated Base); CTRB (Cement Treated Recycling Base) atau CMRFB (Cold Mix Recycling Foam Bitumen). 2. Lapis Pondasi Bawah (Sub-Base) berupa CTSB (Cement Treated Sub- Base) atau CTRSB (Cement Treated Recycling Sub-Base). Koefisien Kekuatan Relatif Lapis Pondasi Jalan (a) Metoda perencanaan perkerasan jalan yang saat ini digunakan dilingkungan Bina Marga adalah metoda perencanaan empiris. Contoh metoda yang digunakan adalah metoda perencanaan pererasan lentur berdasarkan analisa komponen yang diadopsi dari metoda AASHTO 1993, yaitu Pt T-01-2002-B, 2002. Untuk itu, dalam merancang konstruksi perkerasan yang akan digunakan, kekuatan masing-masing lapisan konstruksi perkerasan harus dikonversikan terhadap bahan standar, sesuai bahan standar yang ditetapkan dalam metoda perencanaan (Pt T-01-2002-B, 2002). Tabel 1. Faktor penyesuaian mutu lapis pondasi agregat Faktor penyesuaian mutu lapis pondasi (m i ) 1) <5% 2) 1-5% 2) 5-25% 2) >25% 2) o Sangat baik 1,40-1,35 1,35-1,30 1,30-1,20 1,20 o Baik 1,35-1,25 1,25-1,15 1,15-1,00 1,00 o Sedang 1,25-1,15 1,15-1,05 1,00-0,80 0,80 o Jelek 1,15-1,05 1,05-0,95 0,80-0,60 0,60 o Sangat jelek 1,05-0,95 0,95-0,75 0,75-0,40 0,40 1) SN = a 1 D 1 +a 2 D 2 m 2 +a 3 D 3 m 3 ; 2) Persentase waktu per tahun dimana perkerasan kemungkinan jenuh; tergantung pada curah hujan rata-rata per tahun dan kondisi drainase Sumber : Pt T-01-2002-B, 2002 4 Volume 26 No. 2, Agustus 2009

Untuk mengetahui kekuatan setiap jenis lapis pondasi jalan sesuai metoda perencanaan (Pt T-01-2002-B, 2002), harus dilakukan konversi kekuatan setiap jenis lapis pondasi jalan sesuai jenis bahan dan dan fungsinya, yang disebut sebagai Koefisien Kekuatan Relatif. Jenis lapis pondasi jalan dikelompokkan ke dalam 3 kategori, yaitu: lapis pondasi granular (granular base), lapis pondasi bawah granular (granular subbase) dan Lapis Pondasi Bersemen (cement-treated base). Koefisien Kekuatan Relatif Lapis Pondasi atas (a 2 ) dapat ditentukan dengan menggunakan Rumus 1 atau Gambar 2. Sedangkan Koefisien Kekuatan Relatif Lapis Pondasi Bawah (a 3 ) dapat ditentukan dengan menggunakan Rumus 2 atau Gambar 3. Sedangkan untuk Koefisien Kekuatan Relatif Lapis Pondasi Bersemen, dapat ditentukan dengan menggunakan Gambar 4. a 2 = 0,249 (log 10 E BS ) 0,977... (1) a 3 = 0,227 (log 10 E SB ) 0,839... (2) Gambar 2. Koefisien kekuatan relatif lapis pondasi granular (a 2 ) (Sumber : Pt T-01-2002-B, 2002) 5 Volume 26 No. 2, Agustus 2009

Gambar 3. Koefisien kekuatan relatif lapis pondasi bawah granular (a 3 ) (Sumber : Pt T-01-2002-B, 2002) Gambar 4. Koefisien kekuatan relatif lapis pondasi bersemen (Sumber : Pt T-01-2002-B, 2002) 6 Volume 26 No. 2, Agustus 2009

Kekuatan lapis pondasi agregat dan lapis pondasi yang distabilisasi Kekuatan berbagai jenis lapis pondasi agregat dan lapis ondasi yang distabilisasi, yaitu sesuai Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan Tahun 2008, Spesifikasi Khusus Cement Treated Recycling Base and Subbase (CTRB & CTRSB) Dicampur di tempat (Mix in Place) Tahun 2007 dan Spesifikasi Khusus Daur Ulang Campuran Beraspal Dingin Lapis Pondasi Dengan Foam Bitumen (Cold Mix Recycling Base By Foam Bitumen, CMRFB-Base) Tahun 2007, disajikan pada Tabel 2. HIPOTESIS struktur berbagai jenis lapis pondasi, baik lapis pondasi agregat maupun lapis pondasi agregat yang distabilisasi semen. Di samping itu, mengakaji juga biaya pekerjaan berbagai lapis pondasi. Untuk mengevaluasi biaya pekerjaan, dilakukan survey harga bahan untuk pekerjaan jalan diwilayah Jawa Barat. Setelah data diperoleh, baik data hasil kajian pustaka dan survey intansional maka selanjutnya dianalisa. Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah analisa perbandingan kekuatan untuk berbagai jenis lapis pondasi, biaya konstruksi serta umur pelayanannya. HASIL DAN ANALISIS Lapis pondasi agregat yang distabilisasi dengan semen, baik sebagai lapis pondasi atas maupun sebagai lapis pondasi bawah, lebih kedap air dan memiliki nilai struktur lebih tinggi. METODOLOGI Untuk mencapai sesuai dengan tujuan dan sasaran, maka kegiatan yang dilakukan adalah mengkaji kekuatan Tabel 2. Kekuatan lapis pondasi dan pondasi bawah Mengacu pada Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan Tahun 2008, Spesifikasi Khusus tentang Cement Treated Recycling Base and Subbase (CTRB & CTRSB) Dicampur di Tempat (Mix in Place) Tahun 2007 dan Spesifikasi Khusus tentang Daur Ulang Campuran Beraspal Dingin Lapis Pondasi Dengan Foam Bitumen (Cold Mix Recycling Base By Foam Bitumen, CMRFB-Base) Tahun 2007, Kekuatan NO Jenis pondasi Kuat Tekan Bebas (UCS) untuk umur 7 hari CBR (%) (kg/cm 2 ) (psi) I PONDASI (BASE) 1 Agregat Kelas A 90 2 CTB (Cement Treated Base) 45 640 3 CTRB (Cement Treated Recycling Base) 35 500 4 CMRFB (Cold Mix Recycling Foam Bitumen) 70 1000 II PONDASI BAWAH (SUBBASE) 1 Agregat Kelas B 60 2 CTSB (Cement Treated Sub-Base) 40 570 3 CTRSB (Cement Treated Recycling Sub-Base) 25 360 7 Volume 26 No. 2, Agustus 2009

serta Gambar 2, Gambar 3 dan Gambar 4, maka diperoleh koefisien kekuatan relatif masing-masing jenis lapis pondasi. Data koefisien kekuatan relatif lapis pondasi atas dan lapis pondasi bawah disajikan pada Tabel 3 dan pada Gambar 5 (khusus untuk lapis pondasi bersemen). Pada Tabel 3 diperoleh bahwa kekakuan atau modulus lapis pondasi yang distabilisasi semen lebih tinggi dibandingkan modulus lapis pondasi agregat. Dengan modulus yang lebih tinggi maka dihasilkan koefisien kekuatan relatif yang lebih tinggi juga. Tabel 3. Koefisien kekuatan relatif lapis pondasi dan pondasi bawah NO Jenis pondasi Kekuatan Koefisien Kuat Tekan* CBR Modulus kekuatan relatif (kg/cm 2 ) (psi) (%) (x 1000 psi) I PONDASI (BASE) 1 Agregat Kelas A 90 30 a 2 = 0,140 2 CTB (Cement Treated Base) 45 640 730 a 2 = 0,200 3 CTRB (Cement Treated Recycling Base) 35 500 640 a 2 = 0,170 4 CMRFB (Cold Mix Recycling Foam Bitumen) 70 1000 900 a 2 = 0,250 II PONDASI BAWAH (SUBBASE) 1 Agregat Kelas B 60 28 a 3 = 0,130 2 CTSB (Cement Treated Sub-Base) 40 570 670 a 3 = 0,180 3 CTRSB (Cement Treated Recycling Sub-Base) 25 360 570 a 3 = 0,145 *) Kuat Tekan Bebas (UCS) untuk umur 7 hari Gambar 5. Koefisien kekuatan relatif lapis pondasi bersemen 8 Volume 26 No. 2, Agustus 2009

Untuk mengevaluasi nilai struktur (Structural Number, SN) dan nilai ekonomis biaya konstruksi yang diperlukan untuk lapis pondasi agregat dan lapis pondasi yang distabilisasi semen maka diambil asumsi tebal lapis pondasi 20 cm (8 inci). Mengacu terhadap data koefisien kuatan relatif untuk masing-masing jenis lapis pondasi sesuai pada Tabel 3 dan tebal asumsi lapis pondasi sebesar 20 cm maka seperti terlihat pada Tabel 4 nilai struktur lapis pondasi agregat yang distabilisasi semen lebih tinggi. Namun demikian, apabila mengkaji terhadap biaya pekerjaan masing-masing jenis lapis pondasi dengan menggunakan Program Analisa Harga Satuan (PAHS) pekerjaan jalan dari Bina Marga dan harga bahan Tahun 2008 dan yang berlaku di daerah Propinsi Jawa Barat. Hasil kajian menunjukkan harga pekerjaan lapis pondasi yang distabilisasi semen lebih mahal (lihat Table 4). PEMBAHASAN Berdasarkan data koefisien kekuatan relatif, data nilai struktur (Structural Number, SN) serta rasio biaya pekerjaan pada Tabel 4. Pada Tabel 4 diperoleh bahwa: Membandingkan antara koefisien kekuatan relatif lapis pondasi distabilisasi semen dengan lapis pondasi agregat, baik pondasi atas maupun pondasi bawah, diperoleh bahwa pondasi bersemen memiliki koefisien kekuatan reltif lebih tinggi. Dengan acuan biaya dan acuan nilai struktur adalah lapis pondasi agregat, baik untuk lapis pondasi atas maupun lapis pondasi bawah, maka lapis pondasi atas`yang memiliki rasio biaya tertinggi adalah CMRFB (2,53), CTB (1,63) dan CTRB (1,24). Sedangkan untuk lapis pondasi bawah adalah CTSB (1,28) dan CTRSB (1,25). Apabila membandingkan antara rasio biaya dan rasio nilai struktur (SN) untuk lapis pondasi agregat yang distabilisasi semen diperoleh rasio biaya lebih tinggi dibandingkan dengan rasio nilai struktur atau kurang ekonomis. Namun apabila memperhatikan keuntungan lainnya, yaitu: Lapis pondasi agregat yang distabilisasi semen relatif tidak sensitif terhadap pengaruh air (lihat Tabel 1) sehingga nilai strukturnya relatif stabil pada musim panas atau musih hujan. Untul lapis pondasi CTRB, CMRFB dan CTRSB agregat yang digunakan sebagian besar agregat lama (existing), untuk itu mencegah kerusakan lingkungan. 9 Volume 26 No. 2, Agustus 2009

NO I II PONDASI (BASE) Tabel 4. Rasio umur pelayanan dan biaya bahan lapis pondasi Jenis pondasi Koefisien kekuatan relatif Structural number (SN) 1 Agregat Kelas A a 2 = 0,140 1,10 1,00 1,00 2 CTB (Cement Treated Base) a 2 = 0,200 1,57 1,43 1,63 3 CTRB (Cement Treated Recycling Base) a 2 = 0,170 1,34 1,21 1,24 4 CMRFB (Cold Mix Recycling Foam Bitumen) a 2 = 0,250 1,97 1,79 2,53 PONDASI BAWAH (SUBBASE) 1 Agregat Kelas B a 3 = 0,130 1,02 1,00 1,00 2 CTSB (Cement Treated Sub-Base) a 3 = 0,180 1,42 1,38 1,28 3 CTRSB (Cement Treated Recycling Sub-Base) a 3 = 0,145 1,14 1,12 1,25 SN Rasio BIAYA KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: Koefisien kekuatan relatif lapis pondasi distabilisasi semen, baik pondasi atas maupun pondasi bawah, lebih tinggi dibandingkan dengan koefisien kekuatan relatif lapis pondasi agregat. Lapis pondasi atas`yang memiliki rasio biaya dan rasio nilai struktur tertinggi berturut-turut adalah CMRFB, CTB dan CTRB. Sedangkan untuk lapis pondasi bawah adalah CTSB dan CTRSB. Apabila membandingkan antara rasio biaya dengan rasio nilai struktur (SN) maka untuk seluruh lapis pondasi yang distabilisasi semen, baik untuk lapis pondasi atas maupun untuk lapis pondasi bawah, diperoleh rasio biaya masih lebih tinggi atau kurang ekonomis dari segi biaya. Apabila memperhatikan ketahanan terhadap pengaruh air (kondisi drainase dan curah hujan) maka lapis pondasi distabilisasi semen lebih tahan pengaruh air. Khusus untuk lapis pondasi agregat distabilisasi semen dengan teknologi recycling memiliki nilai tambah karena sebagian besar menggunakan agregat lama (existing) sehingga dapat menghemat penggunaan agregat baru. Saran Meskipun kinerja lapis pondasi agregat yang stabilisasi semen cukup baik, namun apabila ditinjau dari tingkat kemudahan kerjanya maka untuk pondasi bersemen memerlukan ketelitian dan kedisiplinan yang tinggi, terutama pada pelaksanaan, terutama kehomogenan campuran. Untuk itu, keberhasilan pondasi agregat yang distabilisasi semen tergantung terhadap keberhasilan pada pelaksanaan dan perawatan. DAFTAR PUSTAKA Bina Marga, 2008. Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan (Buku V), Jakarta: Bina Marga. Giovanni Parmeggiani, 2000. Three Dimensional Asphalt Mix Design, 10 Volume 26 No. 2, Agustus 2009

World of Asphalt Pavements 1 ST International Conference. Sydney. Departemen Pekerjaan Umum, 2002: ARRB. Pedoman Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur. Pt T-01-2002-B, Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum. Pusat Litbang Jalan dan Jembatan, 2007. Spesifikasi Khusus tentang Cement Treated Recycling Base and Subbase (CTRB & CTRSB) Dicampur di Tempat (Mix in Place), Bandung: Pusjatan. Pusat Litbang Jalan dan Jembatan, 2007. Spesifikasi Khusus tentang Daur Ulang Campuran Beraspal Dingin Lapis Pondasi Dengan Foam Bitumen (Cold Mix Recycling Base By Foam Bitumen, CMRFB-Base), Bandung: Pusjatan. 11 Volume 26 No. 2, Agustus 2009