Jurnal GeoEco ISSN: Vol. 1, No. 1 (Januari 2015) Hal

dokumen-dokumen yang mirip
MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA PENDIDIKAN ADMINISTRASI PERKANTORAN MELALUI PEMBELAJARAN TWO STAY-TWO STRAY (TS-TS)

Lukluk Ibana 1, Pujiastuti 2, Iis Nur Asyiah 3 PENDAHULUAN

Puger Honggowiyono, Dedy Arif Budiawan

PERBEDAAN PEMBENTUKAN KARAKTER MANDIRI DAN TANGGUNG JAWAB SISWA SMP PADA PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak menyenangkan, duduk berjam-jam dengan mencurahkan perhatian

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI SMK NU GRESIK

Bismar Yogaswara Universitas Negeri Malang

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA PADA MATERI POKOK GERAK LURUS DI KELAS X SMA SWASTA UISU MEDAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR BIOLOGI MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY

HASIL BELAJAR KIMIA SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN METODE THINK-PAIR-SHARE DAN METODE EKSPOSITORI

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup yang lebih baik. Agar dapat memiliki kemampuan dan

*Keperluan korespondensi, HP : ,

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY PADA KONSEP EKOSISTEM DI KELAS VII SMP NEGERI 15 KOTA TASIKMALAYA JURNAL

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray. (TSTS) terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII MTs Al

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DISERTAI METODE DEMONSTRASI DALAM PEMBELAJARAN IPA-FISIKA DI SMP

KONTRIBUSI METODE TWO STAY TWO STRAY TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

PENGARUH PENERAPAN METODE TWO STAY TWO STRAY (DUA TINGGAL DUA TAMU) TERHADAP PEMAHAMAN FAKULTAS PSIKOLOGI

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TWO STAY TWO STRAY DALAM PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik menguasai tujuan-tujuan pendidikan. Interaksi

BAB I PENDAHULUAN. memiliki multi peran sehingga menciptakan kondisi belajar mengajar yang

Penerapan Model Pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS ) untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Geografi Kelas XI IPS-1 MA Ma arif Udanawu Blitar

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEAD TOGETHER TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMP PADA MATERI GETARAN DAN GELOMBANG

Monif Maulana 1), Nur Arina Hidayati 2) 1 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, UAD

STUDI KOMPARASI HASIL BELAJAR BIOLOGI MENGGUNAKAN MIND MAP

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Pangeran Puger No.23 desa Grobogan kecamatan Grobogan. Dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Masalah

PENGARUH MODEL KOOPERATIF TIPE NHT TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 18 MEDAN

EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN NHT

METODOLOGI PENELITIAN. suatu penelitian yang bersifat membandingkan. Menguji hipotesis komparatif

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

ISSN : X Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia Vol. 1 No. 1 Mei 2013

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS)

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Two Stay Two Stray

JPTM. Volume 05 Nomor 02 Tahun 2016, 56-61

BAB I PENDAHULUAN. maupun kewajiban sebagai warga negara yang baik. Untuk mengetahui

Nova Rina Setia Sari Sinaga dan Sehat Simatupang Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan

Evi Aspirani SMAN 1 Mare, jalan Makmur no.1 Kec. Mare, Kabupaten Bone

Kata kunci : Pembelajaran Kooperatif Tipe TSOS, Prestasi Belajar ABSTRACT

PENCAPAIAN HASIL BELAJAR BIOLOGI DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN BERDASARKAN PENGALAMAN DAN INKUIRI DITINJAU DARI MINAT BELAJAR SISWA

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR K3 DI SMK COKROAMINOTO 2 BANJARNEGARA MENGGUNAKAN METODE TS-TS

BAB II LANDASAN TEORI. Metode pembelajaran adalah suatu teknik penyajian yang dipilih dan

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini tergolong penelitian eksperimen dengan pendekatan

Rini Novianti., Edi Hernawan,Drs.M.Pd., Suharsono, M.Pd.

BAB I PENDAHULUAN. guru. Kemampuan tiap guru tidak sama, hal ini dikarenakan adanya perbedaan tingkat

HASIL BELAJAR EKONOMI MENGGUNAKAN MODEL PICTURE AND PICTURE DAN STAD MEMPERHATIKAN MOTIVASI

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 RAMBAH HILIR

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA TENTANG JENIS- JENIS TANAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) BERBASIS EKSPERIMEN

Dosen Pendidikan Kimia PMIPA, FKIP, UNS Surakarta, Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research), dimana

Key words: Influence, model of study, cooperative, type of Two Stay Two Stray, handout

(Studi Eksperimen di Kelas VII SMP Negeri 1 Salopa) Abstract

Jurnal GeoEco ISSN: Vol. 2, No. 2 (Juli 2016) Hal

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MENGANALISIS RANGKAIAN LISTRIK MENGGUNAKAN METODE TWO STAY TWO STRAY DI SMKN 1 BUKITTINGGI

BAB I PENDAHULUAN. universal yang dilakukan oleh manusia. Dengan pendidikan diharapkan

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika STKIP PGRI Sumatra Barat 2)

Keperluan korespondensi, telp: , ABSTRAK

Dosen Pendidikan Kimia PMIPA, FKIP, UNS Surakarta, Indonesia. Keperluan korespondensi, HP : ,

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY-TWO STRAY

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TTW DENGAN TSTS TERHADAP HASIL BELAJAR MATERI TEORI KINETIK GAS

Penerapan Metode Teknik Tugas Individual Dalam Pembelajaran PKn Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Inpres 2 Ampibabo

VETRI YANTI ZAINAL STKIP PGRI

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003:

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MENGGUNAKAN STRATEGI STUDENT LED REVIEW SESSION DENGAN METODE KONVENSIONAL

Eksperimentasi Model Pembelajaran RME, NHT, dan MPL Terhadap Hasil Belajar Siswa SMPN 3 Balikpapan

*

Jurnal Bionatural, Volume 3 No. 1,Maret 2016 ISSN:

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH DI SMAN 1 MEDAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW

Fian Totiana*, Elfi Susanti VH 2, Tri Redjeki 2. Dosen Pendidikan Kimia PMIPA, FKIP, UNS Surakarta, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan apa yang mereka pelajari. Pembelajaran aktif merupakan langkah

G. Lian Y. Nababan. NIM ABSTRAK. antara hasil belajar siswa menggunakan model konvensional dengan model

Surakarta. Keperluan korespondensi, telp: ,

IMPLIKASI PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMA MTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA (PEER TEACHING) TERHADAP MINAT DAN PRESTASI BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latarbelakang Masalah

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS, Surakarta, Indonesia 2. Dosen Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS, Surakarta, Indonesia

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEAM GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN TINGKAT PEMAHAMAN SISWA DALAM PELAJARAN EKONOMI SMA PADA ERA MEA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY (TSTS) TERHADAP PRESTASI BELAJAR FISIKA KELAS X SMKN 5 MALANG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

ARTIKEL SKRIPSI. Oleh: ANITA KARLINA NPM:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kata Kunci : Hasil Belajar Sosiologi, Metode Two Stay Two Stray, Metode Make a Match

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN PARADIGMA. Dalam tinjauan pustaka ini akan memaparkan pengertian-pengertian konsep yang

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING STICK DAN TWO STAY-TWO STRAY TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA

I. PENDAHULUAN. Sistem pendidikan nasional di era globalisasi seperti saat ini menghadapi

ABSTRAK. Kata kunci: hasil belajar, model pembelajaran Think-Pair-Share

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MENGGUNAKAN STRATEGI STUDENT LED REVIEW SESSION DENGAN METODE KONVENSIONAL

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN SEGITIGA MELALUI STRATEGI THINK-PAIR-SQUARE DAN EXPLICIT INSTRUCTION

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia sangat penting untuk dipelajari. adanya gagasan atau sesuatu yang hendak dikomunikasikan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe student facilitator and explaining terhadap pemahaman matematik peserta didik

Gebbi Ghassani V, Agus Irianto, Armida. S Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang Jl. Prof. Hamka Air Tawar Padang

PENGARUH PROBLEM BASED INSTRUCTION PADA SISWA DENGAN TINGKAT MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PENGUASAAN KONSEP BIOLOGI SISWA KELAS X SMA BATIK 1 SURAKARTA

Transkripsi:

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTIVASI BELAJAR GEOGRAFI TERHADAP HASIL BELAJAR GEOGRAFI PADA MATERI SEJARAH PEMBENTUKAN MUKA BUMI DAN JAGAD RAYA SISWA KELAS X SMA NEGERI 8 SURAKARTA TAHUN 2013 Suparmi 1, Sarwono 2,Moh. Gamal Rindarjono 2 Suparmi.iim@gmail.com Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1). pengaruh model pembelajaran Kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) terhadap hasil belajar geografi materi sejarah pembentukan muka bumi dan jagad raya. (2). pengaruh motivasi belajar geografi terhadap hasil belajar geografi materi sejarah pembentukan muka bumi dan jagad raya. (3). Pengaruh interaksi antara model pembelajaran dan motivasi belajar geografi terhadap hasil belajar geografi materi sejarah pembentukan muka bumi dan jagad raya. Penelitian ini menggunakan Metode eksperimen semu dengan desain postes. Data penelitian diperoleh melalui tes hasil belajar geografi bentuk pilihan ganda dengan 5 pilihan jawaban dan angket motivasi belajar geografi dengan rating scale dengan 5 alternatif jawaban. Analisis data menggunakan teknik analisis varians faktorial 2 x 2. Hasil penelitian adalah (1). Model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) lebih efektif dibandingkan dengan model ceramah dalam pembelajaran geografi materi sejarah pembentukan muka bumi dan jagad raya. (2). Motivasi belajar geografi berpengaruh positif terhadap hasil belajar geografi materi sejarah pembentukan muka bumi dan jagad raya. (3). Tidak terdapat pengaruh interaksi antara model pembelajaran dan motivasi belajar geografi terhadap hasil belajar geografi pada materi sejarah pembentukan muka bumi dan jagad raya. Kata Kunci: model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS), model pembelajaran ceramah, motivasi belajar geografi, hasil belajar geografi. PENDAHULUAN Guru di SMA negeri 8 Surakarta memang hampir 100 % menguasai IT, tetapi mereka enggan dan jarang menggunakannya dalam proses pembelajaran, mereka cenderung lebih suka menggunakan metode yang konvensional dan metode yang sering kadang kala diselingi tanya jawab. Proses tanya jawab ini juga tidak selalu siswa dimanfaatkan untuk bertanya karena siswa sudah terbiasa mendengarkan ceramah dari guru. Dalam kondisi yang seperti ini sering siswa malas-malasan untuk mendengarkan hal ini bisa dilihat dari siswa yang sering meletakkan kepala di atas meja, atau mereka gunakan adalah ceramah yang bahkan cerita sendiri dengan teman * 1 Staff Mengajar SMA N 8 Surakarta * 2 Staff Mengajar Magister PKLH FKIP UNS 18

sebangkunya. Hal inilah yang mungkin menyebabkan hasil belajar siswa terutama geografi belum maksimal atau bisa dikatakan masih rendah. Untuk mengatasi permasalah ini guru harus pandai-pandai dalam memilih cara atau model pembelajaran supaya anak bisa mengerti dan paham dengan materi tersebut. Untuk efisiensi pembelajaran sebaiknya guru mencoba metode baru misalnya kooperatif yang lebih interaktif dan tidak membosankan. Salah satu model yang bisa lebih memberdayakan siswa adalah Model Kooperative, dan peneliti lebih memfokuskan pada Model Kooperatif Tipe Two stay Two Stray /TSTS), yang diharapkan mampu melibatkan siswa dalam keseluruhan proses pembelajaran dan dapat melibatkan seluruh aspek, baik aspek kognitif, afektif dan psikomotorik siswa. Dengan menerapkan pembelajaran TSTS diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pelajaran geografi. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengkaji lebih lanjut tentang implementasi pendekatan TSTS dalam pembelajaran Geografi melalui penelitian dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran Dan Motivasi Belajar Geografi Terhadap Hasil Belajar Geografi Pada Materi Sejarah Pembentukan Muka Bumi Dan Jagad Raya Siswa Kelas X SMA Negeri 8 Surakarta Tahun 2013. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan Untuk mengetahui : (1). pengaruh model pembelajaran Kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) terhadap hasil belajar geografi materi sejarah pembentukan muka bumi dan jagad raya. (2). pengaruh motivasi belajar geografi terhadap hasil belajar geografi materi sejarah pembentukan muka bumi dan jagad raya. (3). Pengaruh interaksi antara model pembelajaran dan motivasi belajar geografi terhadap hasil belajar geografi materi sejarah pembentukan muka bumi dan jagad raya. Menurut Dimyati dan Mujiono (1999 : 297) pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain intruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Pembelajaran dalam pendidikan merupakan hal yang sangat penting karena dalam pembelajaran akan terjadi komunikasi dua arah antara pengajar yang dilakukan oleh pendidik dan belajar yang dilakukan oleh peserta didik (Syaiful, 2005 : 61). Model pembelajaran menurut Dimyati dan Mudjiono (1999 : 157) adalah proses yang diselenggarakan 19

oleh guru untuk membelajarkan siswa dalam belajar bagaimana belajar memperoleh dan memproses pengetahuan, ketrampilan, dan sikap. Sehingga model pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu perencanaan yang digunakan guru sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang senada dengan pembelajaran kolaboratif. Dinyatakan oleh Gokhale (1995) bahwa The term "collaborative learning" refers to an instruction method in which students at various performance levels work together in small groups toward a common goal. The students are responsible for one another's learning as well as their own. Thus, the success of one student helps other students to be successful. Istilah "pembelajaran kolaboratif" mengacu pada metode pengajaran di mana siswa di berbagai tingkatan kinerja bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil menuju tujuan bersama. Para siswa bertanggung jawab untuk satu sama lain belajar serta mereka sendiri. Dengan demikian, keberhasilan seorang siswa membantu siswa lain untuk menjadi sukses. Menurut Lie (2004 : 12), model pembelajaran kooperatif atau disebut juga dengan pembelajaran gotong-royong merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas yang terstruktur. Model Kooperatif Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Stray) dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992). Teknik ini biasa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan anak usia didik (Lie, 2007: 61). Ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah : (1) Setiap anggota memiliki peran. (2) Terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa. (3) Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas cara belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya. (5) Guru berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan. Pembelajaran Kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) merupakan tipe pembelajaran yang banyak memberikan kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lainnya. Pembelajaran kooperatif TSTS merupakan model diskusi dengan dua tinggal dua bertamu, seperti yang diungkapkan oleh Lie (2002 : 61) 20

dalam bukunya Cooperative Learning sebagai berikut: (1) Siswa bekerja sama dalam kelompok berempat seperti biasa. (2) Setelah selesai, dua siswa dari masingmasing kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu ke kelompok yang lain. (3) Dua siswa yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka. (4) Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain. (5) Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka Menurut Moedjiono (2000 : 13) Model ceramah merupakan suatu cara penyajian bahan atau penyampaian bahan pelajaran secara lisan dari guru. Dalam ceramah peranan guru sangat dominan, guru adalah sebagai subyek penyampai informasi serta sebagai pusat perhatian. Komunikasi yang terjadi cenderung satu arah (One Way Traffic Communication). Ceramah yang baik adalah ceramah bervarisasi artinya ceramah yang dilengkapi dengan pengguanaan alat dan media serta adanya tambahan dialog interaktif atau diskusi sehingga proses pembelajaran tidak menjenuhkan. Ada beberapa kompetensi yang harus diperhatikan guru untuk mendukung keberhasilan model ceramah dalam pembelajaran antara lain : (1) Menguasai teknik-teknik ceramah yang memungkinkan dapat membangkitkan minat. (2) Mampu memberikan ilustrasi yang sesuai dengan bahan pembelajaran. (3) Menguasai materi pelajaran. (4) Menjelaskan pokok-pokok bahan pelajaran secara sistematis. (5) Menguasai aktivitas seluruh siswa dalam kelas. Dalam penggunaan model ceramah yang harus diperhatikan berkaitan dengan kondisi siswa adalah : (1) Siswa mampu mendengarkan dan mencatat bahan pelajaran yang dijelaskan oleh guru. (2) Kemampuan awal yang dimiliki siswa berhubungan dengan materi yang akan dipelajaran. (3) Memiliki suasana emosional yang mendukung untuk meperhatikan dan memiliki motivasi mengikuti pelajaran. Motivasi merupakan hal sangat penting dan berpengaruh terhadap apapun yang kita lakukan atau kita perbuat. Menurut Uno (2006 : 16) Motivasi adalah suatu dorongan yang timbul oleh adanya rangsangan-rangsangan dari dalam maupun dari luar sehingga seseorang berkeinginan untuk mengadakan perubahan tingkah laku / aktifitas tertentu lebih baik dari kenyataan sebelumnya. 21

Motivasi adalah hal yang sangat penting dalam kegiatan belajar dan pembelajaran, yaitu : (1) menentukan halhal yang dapat menjadi penguat belajar. (2) memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai. (3) menentukan ragamkendali terhadap rangsangan belajar. (4) menentukan ketekunan belajar (Uno, 2006 : 37). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1). pengaruh model pembelajaran Kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) terhadap hasil belajar geografi materi sejarah pembentukan muka bumi dan jagad raya. (2). pengaruh motivasi belajar geografi terhadap hasil belajar geografi materi sejarah pembentukan muka bumi dan jagad raya. (3). Pengaruh interaksi antara model pembelajaran dan motivasi belajar geografi terhadap hasil belajar geografi materi sejarah pembentukan muka bumi dan jagad raya. Hipotesis dalam penelitian ini adalah : (1). Hasil belajar geografi materi sejarah pembentukan muka bumi dan jagad raya dengan menggunakan model TSTS lebih baik dibandingkan hasil belajar geografi siswa yang menggunakan model ceramah, (2).Hasil belajar geografi materi sejarah pembentukan muka bumi dan jagad raya antara siswa yang memiliki motivasi belajar Geografi tinggi lebih baik daripada hasil belajar geografi siswa yang memiliki motivasi belajar rendah, (3). Terdapat pengaruh interaksi antara model pembelajaran dan motivasi belajar geografi terhadap hasil belajar geografi siswa pada materi sejarah pembentukan muka bumi dan jagad raya pada siswa kelas X SMA Negeri 8 Surakarta. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 8 kelas X. Penelitian ini menggunakan desain Faktorial Sederhana atau rancangan factorial 2 x 2. Kedua faktor tersebut adalah : a. Model Pembelajaran (X1 atau A) yang terdiri dari kelas eksperimen dengan TSTS (Two stay Two Stray) dan kelas kontrol dengan ceramah. b. Motivasi Belajar (X2 atau B) yang terdiri dari dua kategori yaitu : motivasi belajar geografi tinggi dan motivasi belajar geografi rendah, sedangkan variabel terpengaruh adalah hasil belajar geografi materi sejarah pembentukan muka bumi dan jagad raya. Penetapan sampel berdasarkan teknik random sampling dengan cara 22

MOTIVASI BELAJAR GEOGRAFI Jurnal GeoEco ISSN: 2460-0768 undian, diambil 2 kelas untuk dijadikan sampel penelitian, kemudian dari 2 kelas yang terpilih diundi lagi dipilih untuk menjadi kelas eksperimen dan kelas control. Teknik yang digunakan dalam pengambilan data adalah teknik tes, digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar geografi, dan teknik angket, digunakan untuk mengumpulkan data motivasi belajar.teknis analisis data dalam penelitian ini adalah dengan analisis varians (ANAVA) dua jalan. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Belajar siswa pada pembelajaran hasil belajar geografi dengan menggunakan model TSTS dan Ceramah pada siswa kelas X SMA Negeri 8 Surakarta tahun 2013dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tinggi (B1) Rendah (B2) Jumlah (B) Tabel 11. Data Hasil Penelitian MODEL PEMBELAJARAN TSTS (A1) Ceramah (A2) Jumlah (A) X = 297 257 580 X = 29,7 25,7 29,0 SD = 3,36815 4,92274 3,89 X = 281 222 485 X = 28,1 22,2 24,25 SD = 4,22821 3,11983 4,12 X = 554 506 X = 27,7 25,3 SD = 4,45 4,45 X = 1057 Jumlah Total X = 26,5 SD = 4,56 Hasil belajar geografi menunjukkan skor terendah 18 atau 51 (dalam skala 100), skor tertinggi 35 atau 100, Dengan perincian model TSTS skor terendah 18 atau 51, skor tertinggi 35 atau 100, skor rata-rata 27,7, standar deviasi 4,45, median 28,5, dan modus 30,83. Model ceramah skor terendah 18 atau 51, skor tertinggi 35 atau 100, skor rata-rata 25,3, standar deviasi 4,45, median 24,7 dan modus 22,5. Hasil belajar kelompok motivasi belajar geografi tinggi skor terendah 22 atau 63, skor tertinggi 35 atau 100, skor rata-rata 29, standar deviasi 3,89, median 29,17 dan 23

modus 29,21. Hasil belajar kelompok motivasi belajar geografi rendah skor terendah 18 atau 51, skor tertinggi 32 atau 91, skor rata-rata 24,3, standar deviasi 4,12, median 25,5 dan modus 24,83. Hasil analisis varians faktorial 2 x 2, dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 19. Ringkasan Analisis Varians 2 Jalan Faktorial 2 x 2 109 Sumber Jumlah Rata-rata Ft variasi db Kuadrat Kuadrat Fo 0,05 0,01 A 1 245,025 245,025 15,51 4,11 7,39 B 1 65,025 65,025 4,12 4,11 7,39 A x B 1 9,025 9,025 0,57 4,11 7,39 Dalam 36 568,700 15,797 - Total 39 887,775 - - Hasil pengujian hipotesis adalah sebagai berikut : (1) Hasil analisis varians untuk model pembelajaran diperoleh Fo hitung sebesar 15,51. Hasil Fo tersebut signifikan pada taraf 0,01 %, karena harga F hitung lebih besar dari F tabel (15,51 > 7,39), maka Ho ditolak, sehingga dinyatakan bahwa ada pengaruh yang sangat signifikan hasil belajar geografi antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model TSTS dengan hasil belajar geografi siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model ceramah. (2). Hasil penelitian untuk motivasi belajar geografi diperoleh F hitung sebesar 4,12. Hasil tersebut sigsifikan pada taraf 0,05% Dari penghitungan tersebut diketahui bahwa harga F hitung sebesar 4,12 lebih besar dari harga F tabel sebesar 4,11. Karena harga F hitung lebih besar dari F tabel (4,12 > 4,11), maka Ho ditolak, sehingga dinyatakan ada perbedaan yang signifikan hasil belajar geografi antara siswa yang memiliki motivasi tinggi dengan hasil belajar geografi siswa yang memiliki motivasi rendah. (3). Hasil penelitian interaksi antara model pembelajaran dan motivasi belajar geografi diperoleh F hitung sebesar 0,57. Hasil F hitung tersebut tidak signifikan pada taraf 0,01% maupun 0,05%, maka Ho diterima, sehingga dinyatakan bahwa tidak ada interaksi pengaruh antara model pembelajaran dengan tingkat motivasi belajar geografi tinggi dan tingkat motivasi belajar geografi rendah. Pembelajaran dengan model TSTS dalam penelitian dilakukan untuk 24

meningkatkan kemampuan siswa dalam bekerja sama. Dalam hal ini adalah dengan membuat kelompok siswa. Dari setiap kelompok siswa ada yang memiliki tugas atau bertindak sebagai pemberi informasi kepada kelompok lainnya. Dengan cara demikian, informasi disampaikan oleh siswa kepada siswa dan ini merupakan bentuk kerjasama atau kooperatif dalam kegiatan pembelajaran pada model TSTS ini. Dari kegiatan pembelajaran dengan model tersebut, maka jelas bahwa setiap siswa akan memiliki aktivitas yang tinggi dalam kegiatan pembelajaran. Aktivitas yang tinggi inilah yang sangat penting dalam kegiatan pembelajaran. Karena dengan aktivitas yang tinggi, siswa akan lebih memahami makna dari materi yang dipelajari. Selain itu, dengan melakukan secara aktif, juga akan membentuk pemahaman yang baik yang berarti juga siswa mengkonstruksi pemahamannya sendiri melalui pengalaman. Model pembelajaran lain yang digunakan dalam eksperimen penelitian ini adalah model Ceramah. Model ceramah pada hakekatnya adalah penyampaian materi pelajaran dengan teknik orasi yaitu guru menjelaskan materi kepada siswa dalam kegiatan pembelajaran. Model ini merupakan model konvensional atau model yang umum digunakan dalam penyampaian informasi. Menurut Roestiyah (2001 : 137) menyatakan bahwa cara mengajar dengan ceramah dapat dikatakan sebagai teknik kuliah merupakan suatu cara mengajar untuk menyampaikan keterangan atau informasi atau uraian tentang suatu pokok persoalan serta masalah secara lisan. Model ceramah dapat dikatakan sebagai model yang paling ekonomis untuk menyampaikan informasi, dan paling efektif dalam mengatasi kelangkaan literatur atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya beli dan pemahaman siswa. Dalam ceramah peranan guru sangat dominan, guru adalah sebagai subyek penyampai informasi serta sebagai pusat perhatian. Komunikasi yang terjadi cenderung satu arah (One Way Traffic Communication). Dari pendapat tentang model ceramah di atas, maka jelas bahwa dalam kegiatan pembelajaran, siswa cenderung pasif. Hal ini merupakan suatu kelemahan model ceramah dimana dengan kepasifan siswa, maka tidak ada tantangan untuk aktif dan jika hanya mendengarkan saja, siswa dapat dengan mudah terganggu oleh 25

berbagai hal, termasuk memikirkan hal-hal lainnya. Sehingga perhatiannya tidak dapat berpusat pada guru, tetapi terpecah dengan aktivitas non fisik. Dengan demikian maka apa yang disampaikan oleh guru tidak dapat dipahami dan diterima sepenuhnya. Bahkan hanya sepotong-sepotong. Sehingga pemahaman siswa tentang suatu materi tidak dapat utuh. Hasil dalam penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil pembelajaran dengan model pembelajaran TSTS lebih tinggi dibandingkan dengan model Ceramah. Hal ini menunjukkan bahwa model TSTS dalam penelitian ini memberikan pengaruh lebih baik dibandingkan dengan model ceramah terhadap hasil belajar siswa. Pengaruh yang lebih baik ditimbulkan oleh adanya partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran yang lebih banyak. Dengan model TSTS, maka siswa terpacu dan terpaksa melakukan kegiatan pembelajaran karena jika tidak aktif, maka akan ketinggalan dengan teman-temannya. Sedangkan pada model ceramah, partisipasi aktif siswa sangat sedikit karena waktu didominasi oleh guru yang menyampaikan materi pelajaran dengan ceramah. Maka perlu disosialisasikan model pembelajaran inovatif terkhusus kooperatif tipe TSTS ini. Hasil penelitian ini untuk membuktikan hipotesis kedua bahwa terdapat perbedaan pengaruh motivasi dengan kategori tinggi dan rendah terhadap Hasil Belajar siswa, yang ditunjukkan dengan harga F hitung sebesar 4,12 lebih besar dari harga F tabel pada taraf signifikansi 5% sebesar 4,11. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa motivasi sepenuhnya dapat berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar siswa. Dalam pembelajaran sekolah diperlukan juga motivasi, jika guru pandai memotivasi siswa maka hasil belajar mereka juga meningkat. Banyak cara untuk memotivasi siswa antara lain guru menjelaskan apa manfaat dari ilmu yang mereka pelajari terutama ilmu geografi, guru memberikan semangat dorongan supaya siswa belajar lebih giat lagi. Motivasi belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk belajar. Jadi motivasi berkaitan dengan unsurunsur kejiwaan yang menimbulkan pertumbuhan / perkembangan tingkah laku. Dalam hal belajar, motivasi belajar merupakan motivasi untuk menumbuhkan atau menimbulkan perilaku belajar. Adanya motivasi tinggi menjadikan 26

perilaku atau tingkah laku siswa juga menjadi tinggi. Sebaliknya dengan motivasi rendah, maka tingkah laku dalam belajarnyapun juga menjadi rendah. Sehingga jelas bahwa dengan adanya motivasi pada diri siswa untuk belajar, maka perilaku dalam belajarnya juga tinggi. Perilaku belajar yang tinggi ditunjukkan oleh adanya partisipasi yang tinggi pada kegiatan belajar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa motivasi memiliki perbedaan dalam mempengaruhi hasil belajar. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa motivasi memang benar-benar memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa. Hasil analisis rata-rata menunjukkan bahwa siswa yang memiliki motivasi tinggi memiliki rata-rata hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang memiliki motivasi rendah. Hasil penelitian yang membuktikan hipotesis ketiga, yaitu interaksi antara model pembelajaran dan motivasi menunjukkan bahwa interaksi dari kedua variabel tersebut tidak berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar siswa. Kesimpulan tersebut didasarkan pada hasil analisis F hitung sebesar 0,57 lebih kecil dari harga F tabel pada taraf signifikansi 5% sebesar 4,11. Ternyata model pembelajaran TSTS tidak dipengaruhi secara interaktif oleh motivasi, karena motivasi dan model pembelajaran yang diterapkan berbanding lurus. Hasil analisis interaksi antara model pembelajaran dan motivasi tersebut semakin menunjukkan bahwa keberhasilan suatu pembelajaran dipengaruhi oleh banyak faktor. Berbagai faktor tersebut dapat berasal dari berbagai segi antara lain dari guru, peserta didik, lingkungan, model dan media pembelajaran, dan banyak faktor lainnya. KESIMPULAN DAN SARAN Model pembelajaran TSTS lebih efektif dibandingkan model ceramah dalam menyampaikan materi sejarah pembentukan muka bumi dan jagad raya.motivasi belajar klasifikasi tinggi lebih efektif dibandingkan motivasi belajar klasifikasi rendah dalam mempengaruhi hasil belajar geografi. Tidak terdapat pengaruh interaksi antara model pembelajaran dan motivasi belajar geografi terhadap hasil belajar geografi siswa pada materi sejarah pembentukan muka bumi dan jagad raya pada siswa kelas X SMA Negeri 8 Surakarta. Penelitian ini mengajukan saran agar pendidik khususnya guru geografi diharapkan mulai menggunakan model 27

pembelajaran Kooperatif TSTS dalam pembelajaran kompetensi dasar sejarah pembentukan muka bumi dan jagad raya karena pada kompetensi dasar tersebut model pembelajaran TSTS sangat efektif. Kepada para peneliti yang akan datang diharapkan dapat melakukan penelitian menggunakan model TSTS dalam pembelajaran geografi di tempat lain pada kompetensi dasar sejarah pembentukan muka bumi dan jagad raya atau juga pada kompetensi dasar yang lain. Uno, Hamzah B. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara DAFTAR PUSTAKA Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan pembelajaran. Jakarta. Rineka Cipta. Djamarah, Syaiful Bahridan Aswan. 1995. Strategi Belajar mengajar.jakarta : Rineka Cipta.. 2006. Straegi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta. Gokhale,Anuradha A. Collaborative Learning Enhances Critical Thinking.Journal Technologi Educational. Volume 7, Number 1. 1995 : 1-2 Moedjiono. 2000. Media Pendidikan III : Cara Pembukaan Media Pendidikan. Jakarta : P3G. Depdikbud Roestiyah. 2001. Strategi Belajar Pembelajaran. Jakarta : PT Rineka Cipta 28