EFEKTIVITAS PAJAK HIBURAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) (Studi Kasus Pada Pemerintah Daerah Kota Kediri) Ayu Wulansari Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Univ. Islam Kadiri ABSTRAK Pemerintah daerah Kota Kediri dalam meningkatkan PAD, tentunya memiliki sasaran dan target yang diinginkan. Untuk melakukan hal tersebut, maka upaya Pemerintah Daerah berorientasi pada PAD, Dana Perimbangan, Pinjaman Daerah maupun Lain-lain Penerimaan Yang Sah. Salah satu sumber dari PAD adalah dari Pajak Hiburan. Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus pada DPPKA Kota Kediri yang berada di Jalan Pahlawan Kusuma Bangsa No. 97 Kediri. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas Pajak Hiburan terhadap PAD, pertumbuhan Pajak Hiburan, serta penerimaan Pajak Hiburan pada Pemerintah Daerah Kota Kediri. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian analisis deskriptif kuantitatif yang merupakan analisis data uraian yang berbentuk angka-angka atau membandingkan antara realisasi penerimaan dengan potensi Pajak Hiburan terhadap PAD. Dari hasil penelitian diketahui bahwa Pajak Hiburan Kota Kediri memiliki kriteria yang sangat efektif dalam pemungutan pajak selama 3 (tiga) tahun, sedangkan untuk laju pertumbuhan Pajak Hiburannya dikatakan tidak berhasil. Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa pemungutan Pajak Hiburan Kota Kediri sudah sangat efektif dikarenakan realisasi penerimaan yang diperoleh lebih besar daripada target yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah serta laju pertumbuhannya dalam 3 (tiga) tahun anggaran dapat dikatakan tidak berhasil. Maka peneliti akan mengemukakan saran-saran yaitu agar Pemerintah Daerah Kota Kediri, khususnya DPPKA harus berperan aktif dalam merealisasikan pemungutan Pajak Hiburan, dan bekerjasama dengan masyarakat dalam hal memanfaatkan sumber pendapatan baru yang sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan guna meningkatkan laju pertumbuhan dan realisasi penerimaan Pajak Hiburan terhadap PAD. PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut Undang-undang No.12 Tahun 2009 tentang Pemerintah Daerah, menyebutkan bahwa melalui otonomi daerah, pembangunan ekonomi daerah diharapkan terwujud melalui pengelolaan sumber-sumber daerah. Otonomi daerah merupakan kewenangan Daerah Otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai aturan perundangundangan. Pemerintah pusat membuat kebijakan dimana pemerintah daerah diberikan kekuasaan untuk mengelola keuangan daerahnya masing-masing atau yang lebih dikenal dengan sebutan desentralisasi, hal ini dilakukan dengan harapan daerah akan memiliki kemampuan untuk membiayai 9 pembangunan daerahnya sendiri sesuai prinsip daerah otonom yang nyata. Penyelenggaraan otonomi daerah yang luas, nyata, dan bertanggung jawab diperlukan kewenangan dan kemampuan menggali sumber-sumber keuangan sendiri yang didukung oleh perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Dalam menjamin terselenggaranya otonomi daerah yang semakin baik, maka diperlukan usaha-usaha untuk meningkatkan kemampuan keuangan sendiri yakni dengan upaya peningkatan penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD), baik dengan meningkatkan penerimaan PAD yang sudah ada maupun dengan penggalian sumber PAD yang baru sesuai dengan ketentuan yang ada serta memperhatikan kondisi dan pot ensi ekonomi masyarakat.
Upaya peningkatan Pendapatan Asli Daerah dapat dilakukan dengan intensifikasi maupun ekstensifikasi yang salah satunya adalah dengan meningkatkan efektivitas pemungutan yaitu dengan mengoptimalkan potensi yang ada serta terus diupayakan menggali sumber-sumber pendapatan baru yang potensinya memungkinkan sehingga dapat dipungut pajak atau retribusinya. Sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 34 tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi daerah. Pemerintah daerah harus berusaha mengembangkan dan meningkatkan perannya dalam bidang ekonomi dan keuangan. Salah satu sumber penerimaan atau pendapatan Pemerintah Daerah berasal dari pajak daerah yang digunakan untuk pembiayaan kegiatan rutin serta pembangunan daerah. Dengan pesatnya laju pembangunan, maka jumlah pembiayaan yang dikeluarkan juga akan bertambah. Seiring dengan itu peranan pajak dalam hal pendanaan juga akan semakin besar, maka diperlukan usaha untuk meningkatkan pendapatan daerah yang berasal dari pajak. Pemerintah Kota Kediri merupakan salah satu Kota di Provinsi Jawa Timur. Kota Kediri memiliki lokasi yang strategis karena terletak tidak jauh dari Propinsi Jawa Timur dan kota-kota besar lainnya sebagai pusat perekonomian. Kota Kediri memiliki kontribusi perekonomian yang cukup baik terhadap perekonomian Provinsi Jawa Timur. Salah satu penerimaan yang cukup menonjol di Kota Kediri yaitu dari sektor pajak daerah. Pajak daerah dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis pajak antara lain Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C, Pajak Parkir, Pajak Sarang Burung Walet. Rumusan Masalah Berdasarkan pemahaman tentang latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini, yaitu bagaimana efektivitas Pajak Hiburan terhadap Pendapatan Asli Daerah ( PAD ). Studi Kasus pada Pemerintah Daerah Kota Kediri. Batasan Masalah Untuk memudahkan pemecahan masalah, maka perlu diberikan batasan masalah. Adapun pembatasan yang peneliti kemukakan adalah efektivitas Pajak Hiburan terhadap PAD, pertumbuhan Pajak Hiburan serta penerimaan Pajak Hiburan di Daerah Kota Kediri, untuk data tahun 2009-2011. Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang diuraikan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas Pajak Hiburan terhadap PAD, pertumbuhan Pajak Hiburan, serta penerimaan Pajak Hiburan pada Pemerintah Daerah Kota Kediri. METODE PENELITIAN Ruang Lingkup Penelitian Supaya lebih terarah dalam penyusunan skripsi dan untuk menghindari adanya suatu pembahasan yang tidak sesuai dengan pendekatan yang diterapkan dalam sebuah penelitian, maka ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada efisiensi dan efektivitas Pajak Hiburan terhadap Pendapatan Asli Daerah pada DPPKAD Kota Kediri, untuk data tahun 2009-2011. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian atau tempat peneliti mengambil data informasi di DPPKAD (Dinas Pendapatan Keuangan dan Aset Daerah) Kota Kediri yang berlokasi di Jln. Pahlawan Kusuma Bangsa No. 97 Kediri. Alasan memilih lokasi ini adalah: 1. Lokasi tersebut mudah dijangkau oleh peneliti 2. Data-data yang peneliti perlukan terdapat di Instansi ini. Teknik Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data a. Dokumentasi Peneliti melakukan pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengutip catatancatatan serta arsip laporan yang dibuat oleh Kantor Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Aset Daerah Kota Kediri yang ada hubungannya dengan pokok masalah tentang sejarah instansi, stuktur organisasi, target dan 10
Tabel 3.1 Interprestasi Kriteria Efektifitas dengan formula sebagai berikut (Halim, 2004). Persentase Diatas 100% Kriteria Sangat Efektif 90% - 100% Efektif 80% - 90% Cukup Efektif 60% - 80% Kurang Efektif Kurang dari 60% Tidak Efektif realisasi Pajak Hiburan periode tahun 2009-2011. b. Wawancara Peneliti mengadakan wawancara dengan kepala bagian pengelolaan keuangan daerah dan staf yang ditunjuk DPPKAD tentang hal-hal yang akan membantu dalam penelitian yang sesuai dengan judul yang diteliti. Informasi yang diperoleh adalah penjelasan tentang gambaran umum DPPKAD dan beberapa informasi tentang penjelasan PAD di DPKAD Kota Kediri. Teknik Analisis Data Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, maka metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Adapun teknik analisis data yang akan digunakan untuk menghitung atau mengukur efektivitas penerimaan Pajak Hiburan dan laju pertumbuhan Pajak Hiburan adalah sebagai berikut: 1. Analisis Efektivitas Pajak Hiburan Analisis efektivitas menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam merealisasikan pajak daerah sesuai dengan potensi yang ada. Kemampuan daerah dalam menjalankan tugas dikategorikan efektif apabila rasio yang dicapai minimal sebesar 1(satu) atau 100%. Namun demikian, semakin besar rasio efektivitas menggambarkan kemampuan daerah yang semakin baik. Efektivitas pemungutan jenis pajak daerah di maksudkan untuk mengukur rasio antara realisasi pajak dengan potensi pajak itu sendiri atau 11 Sumber : Depdagri, Kepmendagri No. 690.900.327 (dalam Yuni Mariana, 2005) 2. Analisis Laju Pertumbuhan Pajak Hiburan x100% Sumber : (Halim, 2004) Keterangan : G x : Laju Pertumbuhan Pajak Hiburan X t : Realisasi Penerimaan Pajak Hiburan pada tahun tertentu X( t-1 ) : Realisasi Penerimaan Pajak Hiburan pada tahun sebelumnya Sumber : Irdiwan dalam Halim (2007:91) Tabel 3.2 Kriteria Laju Pertumbuhan Pajak Persentase Laju Pertumbuhan Kriteria 85% - 100% Sangat berhasil 70% - 85% Berhasil 55% - 70% Cukup berhasil 30% - 55% Kurang berhasil Kurang dari 30% Tidak berhasil HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Untuk mengetahui apakah Pajak Hiburan Kota Kediri sudah memenuhi target dengan menghitung efektivitas Pajak Daerah, dan laju pertumbuhan sudah efektif atau belum, maka perlu diadakan penelitian yaitu menghitung Efektivitas Pajak Hiburan yaitu membandingkan realisasi Pajak Hiburan dengan target yang ditetapkan berdasarkan
potensi riil yaitu Pajak Hiburan Daerah, sedangkan untuk mengukur Laju Pertumbuhan Pajak Hiburan yaitu dengan membandingkan realisasi penerimaan Pajak Hiburan pada tahun tertentu dengan tahun sebelumnya. Berikut perhitungan untuk mengetahui pertumbuhan Pajak Hiburan selama 3 (tiga) tahun anggaran, a. Analisis Efektivitas Pajak Hiburan Tahun 2009 = = 1,2240 = 122,40% Efektivitas tahun 2009 sebesar 122,40%, hal ini menunjukkan bahwa realisasi Pajak Hiburan sangat efektif, karena diatas 100%. Tahun 2010 = = 1,0064 = 100,64% Efektivitas tahun 2010 sebesar 100,64%, hal ini menunjukkan bahwa realisasi Pajak Hiburan sudah sangat efektif, karena diatas 100%. Tahun 2011 = = 1,1564 = 115,64% Pemerintah Daerah dalam menjalankan tugas dikategorikan efektif apabila rasio yang dicapai minimal 100%. Semakin tinggi tingkat efektivitas dalam suatu daerah, maka semakin baik kemampuan daerah dalam melakukan pemungutan sumber pendapatan daerah. Hal ini ditunjukkan dengan hasil perhitungan tahun 2009-2011, yang semua perhitungan menunjukkan hasil lebih dari 100%. Dinas Pengelolaan Pendapatan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kota Kediri telah berupaya menunjukkan kinerjanya yang sangat efektif, dimana dapat diketahui bahwa realisasi Pajak Hiburan lebih banyak dibandingkan dengan target Pajak Hiburan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Daerah sebelumnya dan ini terjadi setiap tahunnya. b. Analisis Laju Pertumbuhan Keterangan : G x : Laju Pertumbuhan Pajak Hiburan X t : Realisasi Penerimaan Pajak Hiburan pada tahun tertentu X( t-1 ) : Realisasi Penerimaan Pajak Hiburan pada tahun sebelumnya Tahun 2009 Pada tahun 2009 digunakan sebagai dasar perhitungan laju pertumbuhan Pajak Hiburan, maka pada tahun 2009 tidak diketahui hasil perhitungan laju pertumbuhannya. Efektivitas tahun 2011 sebesar 114,64%, hal ini menunjukkan bahwa realisasi Pajak Hiburan sangat efektif, karena diatas 100%. Perhitungan tahun 2009-2011 menunjukkan bahwa pada tahun 2009 tingkat keefektivitasan yang pada awalnya sudah sangat efektif sebesar 122,40%, pada tahun 2010 mengalami sedikit penurunan menjadi 100,64%. Pada tahun berikutnya, yaitu pada tahun 2011 mulai terjadi peningkatan secara perlahan yaitu sebesar 115,64%. Kinerja 12 Tahun 2010 = = 0,1481 =14,81% Laju Pertumbuhan Pajak Hiburan pada tahun 2010 sebesar 14,81%, menunjukkan bahwa pertumbuhan Pajak Hiburan tidak berhasil karena dibawah 30%.
Tahun 2011 = = 0,1210 = 12,10% Laju Pertumbuhan Pajak Hiburan pada tahun 2011 sebesar 12,10%, menunjukkan bahwa pertumbuhan Pajak Hiburan tidak berhasil karena dibawah 30%. No Tabel 4.5 Laju Pertumbuhan Pajak Hiburan di Kota Kediri Tahun Tahun 2009 s/d 2011 Realisasi Pajak Hiburan Rata-rata 487.134.372,33 13,46% Sumber : Diolah oleh peneliti Dari perhitungan dan tabel diatas dapat diketahui bahwa Laju Pertumbuhan Pajak Hiburan di Kota Kediri selama 3 (tiga) tahun dimana pada tahun 2009 digunakan sebagai tahun dasar perhitungan mengalami fluktuasi yaitu pada tahun 2010 sebesar 14,81%, lalu mengalami penurunan pada tahun 2011 sebesar 12,10%. Dengan kata lain jika dihitung laju pertumbuhan selama 2 tahun rata-rata laju pertumbuhan Pajak Hiburan di Kota Kediri adalah 13,46% per tahun. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Berdasarkan analisis efektivitas Pajak Hiburan dapat diketahui pada tahun 2009 realisasi penerimaan Pajak Hiburan sebesar R P 425.413.635,00 dengan rasio 122,40%, tahun 2010 realisasi penerimaan Pajak Hiburan sebesar R P 488.433.777,00 dengan rasio 100,64%, tahun 2011 realisasi penerimaan Pajak Hiburan sebesar R P 547.555.705,00 dengan rasio 115,64%. Dimana rasio efektivitas tersebut 13 mencerminkan bahwa DPPKA Kota Kediri dalam melakukan tugas atau kewajiban pemungutan sumber Pendapatan Daerah mencapai 100,64% sampai 122,40%, ini menunjukkan bahwa kinerja DPPKA sangat efektif karena rasio efektivitasnya di atas 100%. 2. Berdasarkan analisis laju pertumbuhan Pajak Hiburan dapat diketahui pada tahun 2010 yaitu sebesar 14,81% dan tahun 2011 sebesar 12,10%, maka dapat dikatakan pertumbuhan tersebut tidak berhasil karena masih dibawah standar 30%. Dapat diketahui Perkembangan Laju Pertumbuhan Anggaran (Rp) (Rp) (%) 1 2009 425.413.635 - - 2 2010 488.433.777 63.020.142 14,81% 3 2011 547.555.705 59.121.928 12,10% juga rata-rata laju pertumbuhan Pajak Hiburan selama dua (2) tahun tersebut yaitu sebesar 13,46%. Tahun 2009 sebagai dasar perhitungan laju pertumbuhan Pajak Hiburan, maka tidak diketahui hasil perhitungannya. Saran 1. Realisasi penerimaan Pajak Hiburan sebaiknya ditingkatkan lagi dengan mengadakan sumber-sumber pendapatan baru yang bisa dipungut Pajak Hiburannya dan harus sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan. 2. Dalam hal pemungutan Pajak Hiburan, Pemerintah harus berperan aktif dalam merealisasikan pemungutan Pajak Hiburan. 3. Untuk menunjang keberhasilan laju pertumbuhan, Pemerintah Daerah Kota Kediri harus bekerjasama dengan masyarat dalam hal memanfaatkan sumber-sumber pendapatan yang ada dan sesuai dengan Peraturan Daerah. 4. Mengoptimalkan dan merealisasikan pemungutan Pajak Hiburan secara bertahap dan berkelanjutan demi mendorong laju pertumbuhan Pajak Hiburan Kota Kediri.
DAFTAR PUSTAKA Abuyamin, Oyok. (2010), Perpajakan Pusat dan Daerah, Bandung : Humaniora. Halim, Abdul. (2002), Akuntansi Sektor Publik Akuntansi Keuangan Daerah, Edisi Pertama, Jakarta : Salemba Empat., (2004), Akuntansi Keuangan Daerah, Edisi Revisi, Jakarta : Salemba 4. Hasan, M.Iqbal. (2002), Pokok-pokok Metodelogi Penelitian dan Aplikasinya, Jakarta : Ghalia Indonesia. Kurniawan, Panca. (2004), Pajak Daerah dan Retribusi Daerah di Indonesia, Malang : Bayumedia. Mardiasmo. (2002), Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah, Yogyakarta : Andi Offset. Prakoso, Kesit B. (2003), Pajak dan Retribusi Daerah, Yogyakarta : UII Press. Pemerintah Kota Kediri (2008), Peraturan Walikota Nomor 73 Tahun 2008, Tentang Uraian Tugas,Fungsi dan Tata kerja Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset, Kediri. Republik Indonesia ( 2009 ), Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009, Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, (On Line), (http://books.google.co.id, diakses 20 Februari 2012). Samudra, Azhari. (2005), Perpajakan di Indonesia keuangan,pajak,dan Retibusi, Jakarta : PT. Hecca Mitra Utama. Siahaan, Marihot P. (2008), Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Edisi Kesatu- Ketiga, Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada. Yani, Ahmad. (2008), Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia, Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada 14