I. PENDAHULUAN. Pembangunan pada dasarnya merupakan rangkaian kegiatan dari. program-program di segala bidang secara menyeluruh terarah dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. daya yang dimiliki daerah, baik sumber daya alam maupun sumber daya

I. PENDAHULUAN. Lampung Selatan merupakan pusat kota dan ibukota kabupaten. Pembangunan merupakan

I. PENDAHULUAN. Di era Otonomi Daerah sasaran dan tujuan pembangunan salah satu diantaranya

I. PENDAHULUAN. Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh setiap daerah adalah bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. bertumpu pada penerimaan asli daerah. Kemandirian pembangunan baik di tingkat

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk memperbaiki kehidupan masyarakat di segala

I. PENDAHULUAN. daerahnya sendiri dipertegas dengan lahirnya undang-undang otonomi daerah yang terdiri

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan otonomi daerah adalah mempercepat pertumbuhan ekonomi

BAB 1 PENDAHULUAN. yang meliputi seluruh kehidupan manusia, bangsa dan negara, untuk. Pembangunan nasional bertujuan mewujudkan masyarakat adil makmur

I. PENDAHULUAN. dilepaskan dari prinsip otonomi daerah. Sesuai dengan amanat Undang-Undang

BAB 1 PENDAHULUAN. otonomi daerah. Otonomi membuka kesempatan bagi daerah untuk mengeluarkan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara terbesar, dimana sampai saat

BAB I PENDAHULUAN. Setelah beberapa dekade pola sentralisasi dianut oleh Bangsa Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan senantiasa memerlukan sumber penerimaan yang memadai dan

I. PENDAHULUAN. Pelaksanaan Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. dan Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah dapat menetepkan berbagai jenis sumber penerimaan

I. PENDAHULUAN. Dasar pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia dimulai sejak Undang-Undang

I. PENDAHULUAN. berdasarkan pertimbangan kemampuan daerah. Tujuannya adalah memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendapatan Asli Daerah (PAD) kota Bandung periode 2006 hingga 2012

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Kabupaten/Kota

BAB I PENDAHULUAN. pengalihan pembiayaan. Ditinjau dari aspek kemandirian daerah, pelaksanaan otonomi

BAB I PENDAHULUAN. titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan bisa lebih mengetahui

I. PENDAHULUAN. tersebut dibutuhkan sumber-sumber keuangan yang besar. Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah yang

I. PENDAHULUAN. pembangunan secara keseluruhan dimana masing-masing daerah memiliki

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menyelenggarakan pemerintahan, setiap daerah memiliki

BAB I PENDAHULUAN. mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan

BAB I PENDAHULUAN. dilimpahkan ke daerah. Berdasarkan UU No 32 Tahun 2004 Pasal 1 angka 5

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi ini menandakan pemerataan pembangunan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 22 Tahun 1999 yang diubah dalam Undang-Undang No. 32 Tahun tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Reformasi yang dimulai pada awal tahun 1998 di Indonesia adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan pemberian Otonomi Daerah kepada Daerah atas dasar. desentralisasi dalam wujud otonomi yang luas, nyata dan bertanggung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional,

BAB I PENDAHULUAN. yang baik. Melalui sistem pemerintahan yang baik, setidaknya hal tersebut dapat

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari pulau-pulau atau dikenal dengan sebutan Negara Maritim. Yang mana dengan letak

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam perkembangannya seringkali terjadi adalah ketimpangan

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemerintahan Republik Indonesia mengatur asas desentralisasi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan adalah usaha menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara merata bagi seluruh rakyat Indonesia yang sesuai dengan sila

BAB I PENDAHULUAN. Karena pembangunan daerah merupakan salah satu indikator atau penunjang dari

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan wujud partisipasi dari masyarakat dalam. pembangunan nasional. Pajak merupakan salah satu pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. adalah ketersediaan dana oleh suatu negara yang diperlukan untuk pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. nyata dan bertanggung jawab. Sesuai UU Nomor 23 Tahun 2014 pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai keberhasilan Otonomi Daerah. hanya mencakup reformasi akuntansi keuangannya.

ABSTRAK. Oleh : ROSNI. Dalam pelaksanaan otonomi daerah, tiap-tiap daerah dituntut untuk mampu

I. PENDAHULUAN. sisi Retribusi retribusi pasar terhadap pendapatan asli daerah (PAD). Menariknya kajian ini

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan Nasional adalah untuk mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan. Oleh karena itu, daerah harus mampu menggali potensi

BAB I PENDAHULUAN. mengubah atau memperbaiki keadaan suatu negara. Dengan adanya kewajiban

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jadi otonomi daerah merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN. Diberlakukannya undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. No. 22 tahun 1999 diganti menjadi UU No. 32 tahun 2004 tentang

I. PENDAHULUAN. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan

ANALISIS KEMANDIRIAN FISKAL DALAM UPAYA MENDUKUNG PELAKSANAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI KABUPATEN INDRAGIRI HULU

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah

BAB I PENDAHULUAN. tekhnologi serta memperhatikan tantangan perkembangan global. pembangunan. Oleh karena itu peran masyarakat dalam Pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan suatu bentuk perwujudan pendelegasian. wewenang dan tanggung jawab dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 23Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan.

I. PENDAHULUAN. pemungutan yang dapat dipaksakan oleh pemerintah berdasarkan ketentuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara membutuhkan pendanaan dalam menggerakan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi tahun 1998 memberikan dampak yang besar dalam bidang

I. PENDAHULUAN. Organisasi sebagai satu kesatuan yang dinamis merupakan alat untuk mencapai

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan upaya dalam meningkatkan kapasitas

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah telah melakukan reformasi di bidang pemerintahan daerah dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia memasuki babak baru pengelolaan pemerintahan dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. bernegara di Republik Indonesia. Salah satu dari sekian banyak reformasi yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. administrasi dan fungsi Pemerintah di daerah yang dilaksanakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia dan tersedianya dana yang memadai, baik dana yang bersumber dari

BAB I PENDAHULUAN. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi tersebut yakni

BAB 1 PENDAHULUAN. Otonomi daerah adalah suatu konsekuensi reformasi yang harus. dihadapi oleh setiap daerah di Indonesia, terutama kabupaten dan kota

I. PENDAHULUAN. meningkatkan nilai tambah sumber daya alam. Sumber daya potensial yang

BAB I PENDAHULUAN. rakyat dalam rangka mewujudkan tujuan dari pembangunan nasional.

I. PENDAHULUAN. Adanya Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah serta Undang-

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah, namun di sisi lain memberikan implikasi tanggung jawab yang

BAB 1 PENDAHULUAN. wilayah yang lebih kecil. (Josef Riwu Kaho, 1998:135) pembayaran tersebut didasarkan atas prestasi atau pelayanan yang diberikan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kinerja Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Lampung Tengah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di dalam peraturan perundang-undangan telah

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan usaha terencana dan terarah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah yang dititikberatkan pada daerah. kabupaten dan kota dimulai dengan adanya penyerahan sejumlah

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya kebijakan ekonomi daerah yang mengatur hubungan pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya Undang-Undang (UU) No. 32 Tahun 2004 tentang. Pemerintah Daerah (Pemda) dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang

UNIVERSITAS GUNADARMA PROGRAM DIPLOMA III BISNIS KEWIRAUSAHAAN LAPORAN KERJA PRAKTEK (LKP)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Era reformasi memberikan kesempatan untuk melakukan perubahan pada

: Analisis Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Upaya Pelaksanaan Otonomi Daerah di Kabupaten Badung Bali. : Tyasani Taras NIM :

BAB I PENDAHULUAN. provinsi terbagi atas daerah-daerah dengan kabupaten/kota yang masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. utuh, sehingga wilayah negara Indonesia terbagi ke dalam daerah otonom.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan otonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II) merupakan titik awal pelaksanaan pembangunan,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan Otonomi Daerah membuat Pemerintah menggantungkan sumber

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakannya otonomi daerah. Otonomi daerah diberlakukan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, Indonesia telah

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi adalah dambaan semua daerah maupun Negara.

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya merupakan rangkaian kegiatan dari program-program di segala bidang secara menyeluruh terarah dan berlangsung secara terus-menerus dalam rangka mewujudkan kehidupan masyarakat yang lebih baik. Pembangunan ekonomi merupakan serangkaian usaha dan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dan memperluas lapangan kerja. Arah dari pembangunan ekonomi adalah mengusahakan agar pendapatan masyarakat naik secara mantap dengan tingkat pemerataan yang sebaik mungkin. Pelaksanaan otonomi daerah disesuaikan dengan prioritas daerah dan melalui pengembangan potensi daerah seoptimal mungkin yang di dalamnya juga melibatkan peran aktif masyarakat dalam pembangunan yang juga harus ditingkatkan lagi melalui pelimpahan wewenang dan tanggung jawab kepada daerah dengan tetap mengacu kepada arah dan tujuan pembangunan nasional. Untuk mengurus rumah tangganya sendiri dengan sebaik-baiknya maka daerah memerlukan sumber sumber pembiayaan yang cukup, untuk

2 membiayai kegiatan pemerintahan dan melaksanakan pembangunan. Tetapi mengingat bahwa tidak semua sumber pembiayaan dapat diberikan kepada daerah, maka daerah diwajibkan untuk menggali berbagai sumber keuangan sendiri berdasarkan peraturan-peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam rangka pengembangm sistem otonomi daerah telah dikeluarkan Undang-undang tentang otonomi daerah yaitu Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, yang dapat memberikan kepastian sumbersumber keuangan bagi penyelenggaraan pemerintahan daerah secara lebih proporsional serta disesuaikan dengan potensi, kondisi, dan kebutuhan daerah. Dengan Undang-undang tersebut berarti idiologi politik dan struktur pemerintahan negara akan lebih bersifat desentralisasi dimana pemerintahan sebelumnya lebih bersifat sentralisasi. Tujuan dari kebijakan desentralisasi sendiri antara lain : 1. Mewujudkan keadilan antara kemampuan dan hak daerah. 2. Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan pengurangan subsidi dari pemerintah pusat 3. Mendorong pembangunan daerah sesuai dengan aspirasi masingmasing daerah. Dalam Undang-Undang Republik Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara pemerintah Pusat dan Daerah, telah

3 ditetapkan bahwa sumbersumber pendapatan daerah adalah sebagai berikut: 1. Pendapatan Asli Daerah, terdiri dari. a. pajak daerah. b. retribusi daerah. c. Pembagian laba badan usaha milik daerah. 2. Dana Perimbangan 3. Lain-lain Pendapatan yang sah Peningkatan penerimaan. Pendapatan Asli Daerah (PAD) dapat dijadikan sebagai tolak ukur kemampuan pemerintah daerah dalam menghimpun dana dari masyarakat sehingga tidak tergantung kepada pemerintah pusat dengan jalan menggali sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah. Dalam rangka melaksanakan kegiatan pembangunan, tiap-tiap daerah memerlukan biaya yang cukup guna terlaksananya kegiatan tersebut secara baik dan tepat waktu. Mengingat bahwa pembangunan hendaknya dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat, maka kegiatan pembangunan hendaknya tidak hanya dilakukan di pusat kota atau daerah tertentu, melainkan dapat menjangkau seluruh daerah atau desa desa. Untuk melaksanakan pembangunan yang merata dan dapat dijangkau oleh seluruh masyarakat tersebut tentunya memerlukan biaya yang tidak sedikit, apalagi pembangunan dilakukan secara bertahap dan terus-menerus, maka

4 tiap-tiap daerah harus dapat menggali sendiri potensi daerah masing-masing sehingga dapat meningkatkan pendapatan daerahnya. Untuk dapat mengetahui perkembangan Pendapatan Asli Daerah Provinsi Lampung dapat dilihat pada tabel I. Tabel 1. Target dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Lampung Tahun 2004-2011 (dalam ribu rupiah). Tahun Target Realisasi Rasio (%) 2004 305.117,936 422.059.081 138,3 2005 346.266.831 563.739.266 162,8 2006 512.215,692 658.531.380 128,5 2007 601.552,662 714.576.591 118,5 2008 819.173,437 945.918.152 115,4 2009 850.874,889 910.478.883 107,0 2010 930.745.439 953.932.384 102,4 2011 970.668,353 991.823.234 102,1 Sumber : Dispenda Provinsi Lampung, 2011 Pada Tabel. 1 terlihat bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Lampung dari tahun 2004 sampai Tahun 2011 mengalami fluktuasi ysng cukup signifikan dengan penerimaan terbesar pada tahun 2011 sebesar Rp.991,823,234, dan penerimaan terkecil pada Tahun 2004 sebesar Rp.422.059.081, dengan rata-rata kenaikan pendapatan sebesar 121,8 persen pertahun. Kenaikan terbesar terjadi pada Tahun 2005 yaitu sebesar 162,8persen dan kenaikan terkecil terjadi pada Tahun 2011 yaitu sebesar 102,1persen. Untuk melihat perkembangan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Lampung dapat dilihat pada tabel berikut ini

5 Tabel 2. Rekapitulasi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Lampung Tahun 2004 Tahun 2011 (Dalam ribu rupiah) Tahun Pajak Daerah Retribusi Daerah Laba Usaba Daerah Lain-lain Pendapatan Total PAD 2004 253.925.221 36.471.412 4.207.141 30.608.455 325.212.229 2005 350.772.072 53.287.909 7.300.728 34.791.844 446.152.553 2006 468.358.783 73.002.198 7.676.221 69.865.360 618.902.562 2007 567.484.359 73.518.650 9.883.550 63.690.032 714.576.591 2008 774.613.920 78.187.108 10.955.126 82.161.998 945.918.152 2009 834.347.938 81.837.348 11.734.344 86.454.325 168.291.673 2010 893.234.455 88.342.564 14.346.745 92.643.873 1.088.567.637 2011 921.254.677 94..576.336 16.456.687 98.678.534 1.036.389.898 Sumber : Dispenda Provinsi Lampung, 2011 Berdasarkan Tabel. 2, sumbangan terbesar dalam Pendapatan Asli Daerah didominasi oleh penerimaan pajak yang setiap tahunnya mengalami peningkatan secara signifikan. Penerimaan terbesar sektor pajak terjadi pada Tahun 2011 yaitu sebesar Rp921.254.677 Sedangkan untuk retribusi daerah penerimaan terbesar terjadi pada Tahun 2011 yaitu sebesar Rp. 94..576.336. Salah satu sumber keuangan yang diharapkan peranannya dalam meningkatkan penerimaan Pendapatan Asli Daerah adalah hasil pajak daerah dan retribusi daerah. Undang-Undang No. 34 Tahun 2000 tentang Pajak dan Retribusi Daerah menjelaskan pengertian retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai

6 pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan, dan hasil pungutan tersebut digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah. Retribusi mempunyai dua fungsi, yaitu sebagai pengisi kas (function budgeter) dan sebagai pengatur (function regular). Bila ditinjau dari sudut retribusi sebagai pengisi kas daerah maka retribusi daerah pada dasamya berfungsi untuk menutupi pengetuaran rutin disetiap anggaran, sedangkan yang dimaksud retribusi sebagai pengatur yaitu untuk mengatur perekonomian guna menuju pertumbuban ekonomi yang cepat. Dalam rangka mendukung perkembangan otonomi daerah, pembiayaan pemerintah dan pembangunan daerah yang bersumber dari Pendapatan Asli Daerah, khususnya yang berasal dari retribusi perlu ditingkatkan lagi, sebab penerimaan sektor retribusi daerah merupakan sektor yang paling potensial untuk meningkatkan penerimaan Pendapatan Asli Daerah. Adapun realisasi pendapatan retribusi daerah Provinsi Lampung tahun 2004-2011 dapat dilihat pads tabel 3.

7 Tabel 3. Realisasi Retribusi Daerah dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan asli daerah (PAD) Provinsi lampung tahun 2004 2011. (dalam ribu rupiah) Tahun Retribusi PAD Kontribusi(%) 2004 Daerah 36.471.412 421.205.908 11,54 2005 53.287.909 563.739.266 10,57 2006 73.002.198 658.531.380 9,02 2007 73.518.650 714.576.591 9,71 2008 78.187.108 945.918.152 12,09 2009 82.169.324 986.768.870 12,00 2010 88.325.645 102.354.528 11,58 2011 91.563.502 108.236.697 11,82 Rata-rata 11,04 Sumber: Dispenda Provinsi Lampung, 2011 Pada tabel 3 terlihat bahwa sumbangan yang diberikan retribusi daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah Provinsi Lampung dari Tahun 2004 sampai dengan Tabun 2011 rata-rata sebesar 11,04 persen. Sumbangan tertinggi terjadi pada tahun 2008 sebesar 12,09 persen, sedangkan terendah terjadi pada tahun 2006, yaitu sebesar 9,02 persen. Perkembangan sumbangan retribusi daerah yang fluktuatif ini menandakan bahwa upaya yang dilakukan pemerintah Provinsi Lampung dalam meningkatkan penerimaan retribusi daerah belum berjalan baik. Retribusi daerah merupakan salah satu sumber keuangan yang cukup potensial untuk dijadikan sebagai sumber penerimaan daerah karna banyak sekali jenis retribusi yang dapat digali daerah. Jika suatu daerah, khususnya Provinsi Lampung mampu menggali pendapatan yang berasal dari retribusi daerah, maka daerah tersebut akan mampu menopang biaya pembangunan

8 daerah itu sendiri tanpa harus tergantung pada bantuan pemerintah pusat. Untuk melihat target dan realisasi retribusi penjualan produksi usaha daerah Provinsi Lampung dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Target dan Realisasi Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah Provinsi Lampung Tahun 2004-2011 Tahun Target (Rp) Realisasi (Rp) Perkembangan 2004 72.200.000 72.700.000-2005 74.350.000 78.350.000 7,77 2006 83.145.000 94.725.000 20,81 2007 90.956.000 102.621.250 8,33 2008 99.863.450 115.435.600 12,50 2009 102.450.352 134.895.320 16,85 2010 116.253.587 175.564.257 30,14 2011 125.689.754 193.364.578 10,13 Rata-rata 15,21 Sumber: Dispenda Provinsi Lampung, 2011 Tabel 4 memperlihatkan target dan realisasi retribusi penjualan produksi usaha daerah mengalami fluktuasi tiap tahunnya. Secara keseluruan perkembangan rata-rata realisasi sebesar 15,21 persen. sumbangan terkecil terjadi pada tahun 2005 sebesar 7,77 persen, sedangkan persentase sumbangan terbesar terjadi pada tahun 2010 sebesar 30,14 persen. Pembangunan sektor perkebunan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan Daerah Lampung yang memegang peranan penting khususnya penyedia lapangan kerja yang luas, penyedia bahan baku bagi industri pengolahan hasil perkebunan dan industri terkait, salah satu sumber

9 perolehan devisa negara, salah satu pasar potensial bagi produk industri baik hulu maupun hilir Beserta industri terkait lainnya, dan salah satu sumber ketahanan ekonomi regional Lampung, dan meningkatkan pendapatan petani pekebun dan pelaku lainnya, sehingga diharapkan dapat mengatasi kemiskinan masyarakat khususnya di daerah pedesaan. Pembangunan pertanian meliputi beberapa sector diantaranya, sektor perkebunan. Sektor perkebunan menghasilkan tanaman berupa kopi, lada, karet, kelapa dalam dan lain-lain yang kesemuanya merupakan komoditas ekspor. Sumber penerimaan Dinas Perkebunan Provinsi Lampung yang akan memberikan sumbangan dalam retribusi daerah adalah jenis retribusi jasa usaha daerah yaitu, retribusi penjualan produksi usaha daerah. B. Permasalahan Berdasarkan Tatar beiakang di atas, maka penulis menyimpulkan permasalahan dalam penelitian ini adalah "Seberapa besar kontribusi penerimaan retribusi Subsektor perkebunan terhadap Pendapatan Asli Daerah Provinsi Lampung tahun 2004-2011? C. Tujuan Penulisan Berdasarkan permasalahan yang ada maka penulisan ini bertujuan : untuk mengetahui Seberapa Besar kontribusi penerimaan retribusi

10 Subsektor perkebunan terhadap Pendapatan Asli Daerah Provinsi Lampung taahun 2004-2011. D. Kerangka Pemikiran Seiring dengan berjalannya waktu pemerintah mengeluarkan UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No.33 Tahun 2004 yang merupakan perubahan atas UU No25 tabun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah. Berdasarkan UU No.33 Tahun 2004 pasal 5 penerimaan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi terdiri atas Pendapatan Daerah dan Pembiayaan, dimana sumber pendapatan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi adalah (1) Pendapatan Asli Daerah (2) Dana Perimbangan (3) Lain-lain Pendapatan. Sumber pembiayaan daerah terdiri dari (1) Sisa lebih perhitungan Anggaran Daerah (2) Penerimaan Pinjaman Daerah (3) Dana Cadangan Daerah dan (4) Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan. Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah salah satu sumber yang harus selalu dan terus menerus dipacu pertumbuhannya, karna PAD merupakan indikator penting untuk memenuhi tingkat kemandirian pemerintah dibidang keuangan. Semakin tinggi peranan PAD terhadap APBD maka semakin berhasil usaha pemerintah daerah dalam membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah. Provinsi Lampung merupakan

11 salah satu daerah otonom, hal ini sesuai dengan tujuan pemberian otonomi daerah kepada daerah yaitu meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan didaerah. Untuk itu daerah dituntut untuk lebih gesit dalam menggali dan meningkatkan sumber sumber penerimaan daerah dengan memanfaatkan potensi ekonomi yang ada di daerah. Subsektor perkebunan memberikan masukan bagi penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Lampung. Pendapatan Provinsi Lampung dari sektor perkebunan berasal dari penerimaan dinas yaitu dari retribusi penjualan produksi usaha daerah yang dimiliki Dinas Perkebunan diantara lain hasil penjualan bibit atau benih tanaman perkebunan, Balai Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih (BP2MB) yang didapat dari sertifikasi benih berbagai komoditas perkebunan seperti, kelapa, karet, kelapa sawit, tebu, lada, kopi, dan kakao, serta penjualan agen hayati berupa jamur yang berfungsi sebagai pengendalian hama atau penyakit tanaman.