BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia sejak lama telah mencanangkan suatu gerakan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan pajak dalam kehidupannya, sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak terlepas dari keberhasilan penyelenggaraan pemerintah propinsi maupun

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 23Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan baik melalui administrator pemerintah. Setelah

BAB I PENDAHULUAN. diberi kewenangan untuk menjalankan pemerintahan, 1 pembangunan. nasional merupakan serangkaian upaya pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasaan pada

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat untuk penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. daerahnya dari tahun ke tahun sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang telah

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

BAB I PENDAHULUAN. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi tersebut yakni

BAB I PENDAHULUAN. dan UUD 1945 yang menjunjung tinggi hak dan kewajiban setiap orang, oleh karena

BAB I PENDAHULUAN` dengan diberlakukannya otonomi daerah, pemerintah. Pemerintah Pusat dan Daerah, setiap daerah otonom diberi wewenang yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan dan kesejahteraan seluruh rakyat. Dalam rangka mewujudkan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan baik dan benar untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar pembangunan tersebut dibutuhkan dana yang cukup besar.

BAB I PENDAHULUAN. adalah ketersediaan dana oleh suatu negara yang diperlukan untuk pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pemerintahan Daerah, pada Pasal 1 ayat (5) disebutkan bahwa otonomi

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah dan masyarakat bersama-sama mengelola sumber daya yang. perkembangan kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas bersumber dari penerimaan pajak. Tidak hanya itu sumber

BAB I PENDAHULUAN. dari luar negeri dapat berupa pinjaman dari negara lain.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan daerahnya sendiri, membuat peraturan sendiri (PERDA) beserta

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar yang berkedudukan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. daerah adalah untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat dimana

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik

EFEKTIVITAS PAJAK RESTORAN UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemerintahan Republik Indonesia mengatur asas desentralisasi,

BAB I PENDAHULUAN. No.22 tahun 1999 dan Undang-undang No.25 tahun 1999 yang. No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari pulau-pulau atau dikenal dengan sebutan Negara Maritim. Yang mana dengan letak

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan yang sebaik mungkin. Untuk mencapai hakekat dan arah dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan otonomi daerah memberikan kewenangan kepada daerah

BAB I PENDAHULUAN. sejak 1 Januari 2001 menghendaki daerah untuk berkreasi mencari sumber

BAB I PENDAHULUAN. dengan kata lain Good Governance, terdapat salah satu aspek di dalamnya yaitu

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan prinsip

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak sedikit. Dana tersebut dapat diperoleh dari APBN. APBN dihimpun dari semua

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan perekonomiannya, Indonesia harus meningkatkan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu pemasukan negara yang mempunyai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia dibagi atas daerah-daerah Provinsi dan daerah-daerah

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah dalam menjalankan pemerintahannya.otonomi daerah sendiri merupakan

2014 ANALISIS POTENSI PENERIMAAN PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA BANDUNG TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian, proses penelitian dan sistematika penulisan.

BAB I PENDAHULUAN. 1 januari 2001 menghendaki daerah untuk berkreasi dalam mencari sumber

BAB I PENDAHULUAN. tercantum dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. penyelenggaraan pemerintah daerah. Berlakunya Undang-Undang Nomor 32

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan.

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu bagian dari pendapatan yang diterima oleh negara. Di

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi diperoleh dari perpajakan sebesar Rp1.235,8 triliun atau 83% dari

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan. Oleh karena itu, daerah harus mampu menggali potensi

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan termasuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan yang mensejahterakan rakyat dapat dilihat dari tercukupinya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan nasional merupakan kegiatan yang berlangsung terus-menerus

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan daerah dan pelayanan terhadap masyarakatnya. Daerah otonom

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan pemerintah daerah, baik ditingkat provinsi maupun tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah direvisi menjadi Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi

BAB I PENDAHULUAN. merupakan titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. pada sensus penduduk yang dilakukan pada 1 Mei 15 Juni 2010 tercatat paling

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, melalui pengeluaran-pengeluaran rutin dan pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pembangunan disegala sektor. Hal ini berkaitan dengan sumber dana

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan utama bagi sebuah Daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional sebagaimana. mandiri menghidupi dan menyediakan dana guna membiayai kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah, namun di sisi lain memberikan implikasi tanggung jawab yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah di daerah, dapat diperoleh dari hasil penerimaan suatu daerah atau dapat

BAB I PENDAHULUAN. kesejahtraan rakyat, mencerdaskan kehidupan bangsa dengan adil dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia adalah Negara hukum yang berdaulat dimana wilayahnya

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 1 (satu) disebutkan, bahwa Pendapatan Asli Daerah bersumber dari Pajak

BAB I PENDAHULUAN yang tertuang dalam pasal 33 Undang-Undang Dasar Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. bersangkutan, sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 32

BAB I PENDAHULUAN. dengan potensi dan kepentingan daerah itu sendiri. yang sesuai denganperaturan perundang-undangan. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan berdasarkan prinsip dari otonomi daerah. Dalam Undang Undang No. 32

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu Negara, ketersediaan data dan informasi menjadi sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bab I : Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pajak merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan nasional dalam

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan taraf hidup. Pelaksanaan pembangunan nasional berkaitan. dalam memperlancar pembangunan nasional.

LAJU PERTUMBUHAN PAJAK RESTORAN, HOTEL DAN HIBURAN DALAM PAD KOTA KEDIRI

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemerintah sebagai pengatur dan pembuat kebijakan telah memberi

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara terbesar, dimana sampai saat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya. Pengaruh Pajak..., Hendra, Fakultas Ekonomi 2015

BAB I PENDAHULUAN. merata dan berkesinambungan (Halim, 2007:229). Pada Era Otonomi saat ini di

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan dana yang sangat potensial yang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang. Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, maka

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan daerah merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan

BAB 1 PENDAHULUAN. otonomi daerah. Otonomi membuka kesempatan bagi daerah untuk mengeluarkan

BAB I PENDAHULUAN. nyata dan bertanggung jawab. Sesuai UU Nomor 23 Tahun 2014 pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. Masalah perpajakan di Indonesia bukan menjadi persoalan pemerintah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bangsa Indonesia sejak lama telah mencanangkan suatu gerakan pembangunan yang dikenal dengan istilah pembangunan nasional.uud 1945 dan pancasila menempatkan pajak sebagai suatu perwujudan kewajiban kenegaraan dalam gotong royong nasional suatu peran serta masyarakat dalam pembiayaan pembangunan nasional. Pembangunan yang dilaksanakan pemerintah republik Indonesia pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat. Otonomi daerah dipandang sebagai suatu cara mewujudkan secara nyata tujuan republik Indonesia dan penyelenggaraan pemerintah yang efektif, efisien, dan berwibawa guna mewujudkan pemberian pelayanan terhadap masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama sejak diberlakukannya UU no 18 tahun 2008 sebagai pengganti UU no 22 tahun 1999 tentang pemerintah daerah dan UU no 33 tahun 2004 sebagai pengganti atas UU no 25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah menetapkan bahwa penerimaan daerah dalam melaksanakan desentralisasi terdiri dari pajak daerah dan retribusi daerah sebagai sumber pendapatan asli daerah (PAD) yang bersumber dari daerah itu sendiri. Untuk merealisasikan pelaksanaan otonomi daerah maka sumber pembiayaan pemerintah daerah tergantung pada peranan PAD. Pembiayaan 1

2 pemerintah daerah dalam melaksanakan tugas pemerintah dan pembangunan senantiasa memerlukan sumber penerimaan yang dapat diandalkan (Marihot P. Siahaan, 2010). Dengan adanya otonomi daerah, maka daerah dipacu untuk sedapat mungkin berusaha dalam mencari sumber penerimaan daerah.sumbersumber penerimaan daerah ini dapat berasal dari bantuan dan sumbangan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah itu sendiri. Hal ini berdasarkan UU No 33 tahun 2004 pasal 5 yang menyebutkan bahwa sumber-sumber pendapatan daerah terdiri dari : 1. Pendapatan asli daerah (PAD), yaitu : a. Hasil pajak daerah b. Hasil retribusi daerah c. Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan d. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah 2. Dana perimbangan, yaitu : a. Bagian daerah dari penerimaan pajak bumi dan bangunan, bea perolehan hak atas tanah dan bangunan, dan penerimaan dari sumber daya alam b. Dana alokasi umum c. Dana alokasi khusus 3. Lain-lain pendapatan daerah yang sah Salah satu komponen pendapatan asli daerah yang mempunyai kontribusi dan potensi terbesar di Kabupaten Bandung adalah pajak daerah. Sumber pendanaan pemerintah daerah dari sektor pajak daerah diatur dalam UU RI No. 28

3 tahun 2009 yang merupakan perubahan terakhir tentang pajak daerah dan retribusi daerah, meliputi 5 jenis pajak provinsi dan 11 jenis pajak kabupaten atau kota. a. Pajak provinsi terdiri dari : 1) Pajak kendaraan bermotor 2) Bea balik nama kendaraan bermotor 3) Pajak bahan bakar kendaraan bermotor 4) Pajak air permukaan, dan 5) Pajak rokok b. Pajak kabupaten atau kota terdiri dari : 1) Pajak hotel 2) Pajak restoran 3) Pajak hiburan 4) Pajak reklame 5) Pajak penerangan jalan 6) Pajak mineral bukan logan dan batuan 7) Pajak parkir 8) Pajak air tanah 9) Pajak sarang burung walet 10) Pajak bumi dan bangunan pedesaan dan perkotaan, dan 11) Bea perolehan hak atas tanah dan bangunan Di era otonomi daerah, salah satu sumber PAD yang paling dapat diandalkan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan dan pemerintahannya

4 yang tentunya tidak mengesampingkan sumber-sumber yang lainnya adalah pajak daerah.marihot P. Siahaan (2010) mengatakan bahwa: Dari berbagai alternatif sumber penerimaan yang mungkin dipungut oleh daerah, Undang-undang tentang Pemerintahan Daerah menetapkan pajak dan retribusi daerah menjadi salah satu sumber penerimaan yang berasal dari dalam daerah dan dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi masing-masing daerah. Salah satu penerimaan daerah yang memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap penerimaan PAD adalah pajak daerah dan retribusi daerah, karena penerimaan ini mencakup sekitar 90% dari pendapatan rutin yang diterima oleh daerah (M. Suparmoko:2002). Upaya untuk meningkatkan penerimaan PAD yaitu dengan pengoptimalan pajak daerah. Seperti yang diungkapkan Abdul Halim (2002) bahwa pajak daerah harus dikelola secara professional dan transparan dalam rangka optimalisasi dan usaha meningkatkan kontribusinya terhadap anggaran pendapatan dan belanja daerah melalui intensifikasi pemungutannya dan ekstensifikasi subyek dan obyek pajak daerah. Perpajakan tidak dicapai dalam waktu yang singkat, hal ini mengingat bahwa pada umumnya tidak seorangpun yang senang membayar pajak, tunggakan yang dilakukan oleh wajib pajak dalam membayar pajak daerah dapat menghambat usaha pemerintah dalam rangka mencapai penerimaan yang telah ditargetkan dan juga untuk memperlancar PAD. Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Bandung untuk mengoptimalkan PAD sebagai sumber pendanaan bagi anggaran, pendapatan dan belanja daerah adalah

5 dengan meningkatkan jumlah pendapatan yang berasal dari penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah. Kriteria pajak daerah tidak jauh dengan kriteria pajak secara umum, yang membedakan keduanya adalah pihak pemungutnya. Pajak umum yang memungutnya Pemerintah Pusat, sedangkan pajak daerah yang memungutnya adalah Pemerintah Daerah.Pemungutan pajak daerah merupakan perwujudan dari pengabdian dan peran wajib pajak untuk langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan yang diperlukan untuk pembiayaan Negara dan pembangunan nasional. Tabel 1.1 Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bandung Tahun 2008-2013 (dalam juta rupiah) KOMPONEN TAHUN PAD 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Pajak Daerah 51.654.333 47.951.110 59.385.578 137.799.041 186.141.858 287.602.874 Retribusi Daerah 36.067.479 41.592.879 60.254.329 32.795.103 41.045.068 49.705.072 Hasil Pengelolaan Kekayaan 35.674.088 43.280.145 52.790.345 43.137.049 45.168.813 50.139.506 Daerah yang Dipisahkan Lain-lain PAD yang 21.264.507 20.447.514 26.220.266 80.827.286 93.961.160 126.519.481 Sah Total PAD 144.660.409 153.271.649 198.650.518 294.558.480 366.316.900 513.966.936 Sumber : DPPK Kabupaten Bandung Dari Tabel 1.1 bisa diketahui bahwa pajak daerah berada di urutan pertama sebagai penyumbang terbesar dan sangat berperan terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bandung.Pajak reklame merupakan salah satu jenis pajak daerah yang cukup potensial dan berpengaruh terhadap penerimaan daerah dari sektor pajak.

6 Begitupun peningkatan penerimaan pajak daerah di daerah Kabupaten Bandung salah satunya dikarenakan Kabupaten Bandung banyak terdapat lokasi wisata yang sering dikunjungi oleh wisatawan domestik maupun internasional pada saat liburan maupun saat akhir pekan, banyaknya angka wisatawan yang datang memiliki potensi yang sangat besar untuk dijadikan lokasi atau tempat yang strategis untuk memperkenalkan, mempublikasikan, atau menganjurkan suatu produk barang, jasa atau hal lainnya, baik untuk tujuan komersil maupun non komersil. Maka dari itu dibutuhkan sarana untuk mempromosikannya salah satunya menggunakan reklame. Fenomena yang terjadi menyangkut dengan pajak reklame adalah Bupati Bandung H. Dadan M. Naser merasa heran dengan masih sangat minimnya Pendapatan Asli Daerah ( PAD ) dari pajak reklame. Potensi pajak reklame di Kabupaten Bandung cukup besar sebab luas wilayah Kabupaten Bandung sampai 31 kecamatan.bupati menerka pengaruh dari kurang maksimalnya pendapatan dari sektor pajak reklame karena pajak reklame masih banyak yang bocor, dimana banyak terdapat reklame-reklame yang dipasang tanpa membayar pajak ke Dinas Pajak. Terdapatnya 280 reklame liar yang terpasang sepanjang daerah Kabupaten Bandung mulai dari Jln. Kopo-Bihbul, Kecamatan Margahayu hingga Jalan Raya Ciwidey, Kecamatan Rancabali, yang ditertibkan oleh tim gabungan di bawah koordinasi Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kabupaten Bandung. (www.pajakreklame.net, 2012) Keadaan tersebut didukung oleh pernyataan Kepala Bidang Pendapatan I pada Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Kab.Bandung, Sastra Laksana

7 mengungkapkan, reklame liar yang terpasang di wilayah Kab.Bandung jumlahnya sekitar 280. Reklame yang tidak berizin menyebabkan pendapatan dari sektor pajak reklame kurang maksimal. Tahun ini DPPK memasang target pendapatan dari pajak reklame sekitar Rp 2,3 miliar. Nilai rupiah untuk 280 reklame liar tersebut masih dalam perhitungan, diperkirakan potensi pendapatannya bisa mencapai jutaan rupiah.sementara tahun 2011 target Rp 2 miliar, berhasil tercapai. (www.klik-galamedia.com, 2012) Tabel 1.2 Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Reklame TAHUN TARGET REALISASI 2008 1,600,000,000.00 1,818,712,880.00 2009 2,100,000,000.00 1,599,992,419.00 2010 2,220,000,000.00 2,022,621,402.00 2011 2,000,000,000.00 2,547,378,797.00 2012 2,500,000,000.00 2,712,275,886.00 2013 2,750,000,000.00 2,774,117,112.00 Sumber: DPPK Kabupaten Bandung Berdasarkan data Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Kabupaten Bandung dalam Laporan Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Reklame Tahun anggaran 2008 sampai dengan 2013, bahwa target penerimaan pajak reklame tahun 2008 dan 2012 sudah terealisasi bahkan penerimaan melebihi target masingmasing sebesar Rp 200 juta. Sedangkan target penerimaan pajak reklame tahun

8 2009 dan 2010, dalam tahun tersebut target penerimaan tidak terealisasi. Tahun 2011 penerimaan melampaui target sebesar 500 juta. Juga dengan tahun 2013 melampaui target sebesar 24 juta, meskipun tidak jauh besar dari target tetapi cukup berarti bagi pendapatan daerah. Hasil penelitian sebelumnya yang sejalan dengan penelitian ini adalaharistanti Widyaningsih mengenai Analisis Potensi Penerimaan Pajak Reklame Kota Bandung Periode Tahun 2001-2007, hasil dari penelitian menunjukkan bahwa potensi penerimaan pajak reklame untuk tahun 2003-2007 masih diatas target dan realisasi yang dicapai Kota Bandung. Sedangkan tahun 2001 dan 2002 berada dibawah target dan realisasi yang diperoleh. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah objek penelitian yaitu pajak reklame dansubjek penelitiannya yaitu Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan, penelitian tersebut juga menitik beratkan pada analisis potensipenerimaan pajak reklame.sedangkan perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah lokasi penelitian. Dari uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang pajak reklame di Kabupaten Bandung terutama mengenai potensi, realisasi, efektivitas, dan kontribusi penerimaan pajak reklame, maka dari itu penulis mengambil judul : ANALISIS PENERIMAAN PAJAK REKLAMEKABUPATEN BANDUNG (Studi Kasus pada Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Kabupaten Bandung).

9 1.2 Identifikasi Masalah Dari uraian latar belakang masalah diatas dapat diambil identifikasi masalahnya yaitu bagaimana potensi penerimaan pajak reklame di Kabupaten Bandung periode tahun 2008-2013 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari pengumpulan dan mendapatkan data yang dapat memberikan informasi yang kompeten dan relevan. Sesuai dengan latar belakang penelitian dan identifikasi masalah yang telah diuraikan, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana potensi penerimaan pajak reklame di Kabupaten Bandung periode tahun 2008-2013. 1.4 Manfaat Penelitian Dengan adanya penelitian tentang analisis penerimaan pajak reklame di Kabupaten Bandung, diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain: 1. Bagi penulis Dapat menambah pengetahuan dan wawasan peneliti dalam memahami potensi penerimaan pajak reklame di Kabupaten Bandung. 2. Bagi Akademisi Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu perpajakan, khususnya dalam perpajakan daerahdan diharapkan menjadi bahan informasi untuk pendalaman penelitian selanjutnya. 3. Bagi instansi terkait

10 Dapat dijadikan sebagai acuan dalam pengambilan kebijakan khususnya masalah yang berhubungan dengan pendapatan asli daerah (PAD) sehingga dapat memberikan manfaat dalam peningkatan PAD terutama dari sektor pajak reklame. 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Kabupaten Bandung sebagai tempat pengumpulan data yang berlokasi di Komplek Pemda Kabupaten Bandung Jl. Raya Soreang Km. 17.Sedangkan waktu yang digunakan untuk melakukan penelitian ini dimulai pada bulan Maret2014 sampai dengan selesai.

This document was created with Win2PDF available at http://www.daneprairie.com. The unregistered version of Win2PDF is for evaluation or non-commercial use only.