BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
PENDUDUK, TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

JUMLAH PERUSAHAAN INDUSTRI BESAR DAN SEDANG DENGAN JUMLAH TENAGA KERJA DI KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri ritel nasional yang semakin berkembang dengan

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap orang memerlukan barang untuk kebutuhan pribadi dan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri ritel nasional yang semakin signifikan dilihat dari

Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Jumlah Sekolah, Guru dan Murid di Kabupaten Majalengka

BAB I PENDAHULUAN. penjual. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 53/M-DAG/PER/12/2008

ANGGARAN DAN REALISASI PENDAPATAN DAERAH MENURUT JENISNYA TAHUN ANGGARAN PENDAPATAN DAERAH Anggaran. Realisasi JENIS PENDAPATAN ( Rp.

Sebelah Selatan, berbatasan dengan Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Tasikmalaya. Sebelah Barat, berbatasan dengan Kabupaten Sumedang.

JADWAL PENGAMBILAN FOTO DAN SIDIK JARI PNS TAHAP II DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan dari profit orientied kepada satisfied oriented agar mampu

BAB I PENDAHULUAN. bisnis ritel, juga disebabkan oleh semakin banyaknya bisnis ritel luar negeri

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. persaingan bisnisnya menunjukan perkembangan yang cukup pesat, namun tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Circle K

BAB I PENDAHULUAN. tiap tahun naik sekitar 14%-15%, dalam rentang waktu tahun 2004 sampai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah Pada era globalisasi saat ini persaingan bisnis antar industri ritel sangat ketat, baik di pasar

BAB I PENDAHULUAN. ini berisikan mengenai latar belakang mengapa penelitian ini dilakukan, masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian Profil Perusahaan PT Trans Retail Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. sektor yang memiliki prospektif peluang besar dimasa sekarang maupun

BAB I PENDAHULUAN. membuat para pelaku bisnis harus mampu bersaing. Persaingan yang terjadi tidak

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi dunia cenderung bergerak lambat, sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia diwajibkan untuk saling membantu satu sama lain,

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya dengan semakin banyaknya pusat-pusat perbelanjaan didirikan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum

BAB I PENDAHULUAN. bermunculan perusahaan dagang yang bergerak pada bidang perdagangan barang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menjadi pasar yang sangat berpotensial bagi perusahaan-perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis ritel di Indonesia pada saat ini semakin cepat salah

BAB I PENDAHULUAN. minimarket Indomaret, Alfamart, dan toko-toko tidak berjejaring lainnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. jenis seperti kios, pasar modern/tradisional, department store, butik dan lain-lainnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia bisnis ritel di Indonesia telah berkembang demikian pesat sesuai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Draft Laporan Akhir. Rencana Penataan Lingkungan Permukiman Desa Paningkiran GAMBARAN UMUM WILAYAH 2-0

BAB 1 PENDAHULUAN. Perubahan yang dimaksud adalah efisiensi dalam pemenuhan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB III PROFIL UMUR DAN JENIS KELAMIN PENDUDUK KABUPATEN MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis Ritel di Indonesia secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kotler (2009 ; 215) : Eceran (retailing)

BAB I PENDAHULUAN. yang bergerak dibidang perdagangan eceran (retail) yang berbentuk toko,

Hypermarket ataupun grosir yang berbentuk Perkulakan. (Perpres hukum.unsrat.ac.id/pres/perpres_112_2007.pdf. Diakses Tanggal 25 November 2015

BAB I PENDAHULUAN. Pasar ritel di Indonesia merupakan pasar yang memiliki potensi besar

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA

BAB 1 PENDAHULUAN. hal itu, Ghanimata (2012) mengatakan para pemasar harus menerapkan. ujung tombak keberhasilan pemasaran.

BAB I PENDAHULUAN. dengan banyaknya produk yang ditawarkan oleh pihak pemasar kepada

satu yang bisa disebut sukses adalah Hero Supermarket. Dengan jumlah cabang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dahulu keinginan dan kebutuhan, konsumen pada saat ini dan yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. tahun naik sekitar 14%-15%, dalam rentang waktu tahun 2004 sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menjadi semakin penting. Hal ini disebabkan karena

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk mengetahui image dari suatu produk dipasar, termasuk preferensi

BAB I PENDAHULUAN. munculnya pasar tradisional maupun pasar modern, yang menjual produk dari

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi sekarang ini, banyak bermunculan produsen atau

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun Pada era 1970 s/d 1980-an, format bisnis ini terus berkembang.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemasaran adalah sesuatu yang meliputi seluruh sistem yang berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. beberapa dari toko ritel buka selama 24 jam. Pertumbuhan bisnis ritel ini juga

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan perkembangan dinamika perekonomian yang terus mengalami

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Arus Globalisasi yang multidimensional telah meliputi hampir seluruh aspek

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis eceran (retailer business) yang ada di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini dampak kehadiran pasar modern terhadap keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung ke konsumen akhir untuk keperluan konsumsi pribadi dan/atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Judul : Analisis Pendapatan Usaha Warung Tradisional Dengan Munculnya Minimarket Di Kota Denpasar Nama : Ida Ayu Sima Ratika Dewi NIM :

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi Indonesia. Menurut Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU),

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia belum memiliki ketahanan pangan yang cukup. Barat unggul di tanaman pangan yang tersebar merata pada seluruh Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang maju dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. peritel tetap agresif melakukan ekspansi yang memperbaiki distribusi dan juga

BAB I PENDAHUALAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan dibidang perekonomian selama ini telah banyak

BAB I PENDAHULUAN. menjual berbagai jenis barang secara eceran yang berbentuk minimarket, supermarket,

BAB I PENDAHULUAN. akan mendapatkan poin saat berbelanja di ritel tersebut. tahun 1990-an. Perkembangan bisnis Hypermarket merek luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. berupa pusat-pusat pertokoan, plaza, minimarket baru bermunculan di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. eceran di Indonesia yang telah berkembang menjadi usaha yang berskala

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan untuk pemenuhan kebutuhan yang sangat beragam, juga untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB I PENDAHULUAN. jumlah ritel di Indonesia tahun sebesar 16% dari toko menjadi

BAB I PENDAHULUAN. minimarket, supermarket dan hypermarket terus meningkat, hal ini diiringi

BAB I PENDAHULUAN. mengarah pada yang terkuat yang tetap bertahan. Keberhasilan akan dicapai oleh

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan usaha dalam bidang ritel dalam perkembangannya sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan ini, manusia dihadapkan pada berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. besarnya tingkat konsumsi masyarakat sehingga menimbulkan penambahan dari sisi

I. PENDAHULUAN. apa yang dibutuhkan oleh konsumen dan tidak mengetahui bagaimana cara

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan adanya perusahaan-perusahaan yang mampu menawarkan produk

ANALISIS KEPUTUSAN PEMBELIAN DITINJAU DARI FAKTOR PSIKOGRAFIS KONSUMEN MATAHARI DEPARTMENT STORE SOLO SQUARE SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

BAB I PENDAHULUAN. dan Perdagangan Nomor 23/MPP/KEP/1/1998 tentang Lembaga-lembaga

BAB I PENDAHULUAN. lebih cenderung berbelanja ditempat ritel modern. Semua ini tidak lepas dari pengaruh

BAB I PENDAHULUAN UKDW. ritel modern seperti minimarket daripada pasar tradisional. strategis serta promosi yang menarik minat beli.

STUDI POLA APRESIASI MASYARAKAT TERHADAP PASAR MODERN DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kandungan Zat Gizi Komoditas Kedelai. Serat (g) Kedelai Protein (g) Sumber: Prosea 1996 ( Purwono: 2009)

BAB I PENDAHULUAN. membuat sebagian besar rakyat Indonesia terjun ke bisnis ritel. Bisnis ritel

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis eceran, yang kini populer disebut bisnis ritel, merupakan bisnis yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan bisnis industri perdagangan di Indonesia saat ini sudah sangat pesat. Hal ini dapat dilihat dari bayaknya tempat-tempat perbelanjaan yang berbau modern atau yang lebih dikenl dengan bisnis ritel. Ritel berarti eceran atau pedagang eceran. Pada dasarnya ritel ini dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu ritel tradisional dan ritel modern. Sejarah perkembangan ritel modern ini diawali pada era tahun 60-an hal ini ditandai dengan adanya pembangunan Sarinah Deprtement Store di Jalan MH Thamrin, Jakarta (dalam Sujana, 2012, hlm. 26). Sejak saat itulah masyarakat Ibukota mulai mengenal ritel modern. Kemudian pada era-era setelahnya muncul ritel-ritel modern baru. Semakin pesatnya pembangunan ritel-ritel modern ini dipicu karena semakin tingginya tingkat kemakmuran ekonomi masyarakat sebagai dampak dari adanya revolusi industri. Saat ini telah terdapat beberapa pergeseran pada trend perilaku konsumen sehingga mendorong para peritel (pengecer atau pengusaha) melakukan beberapa perubahan-perubahan pada bisnis ritel ini. Menurut Sujana (2012, hlm. 21) pergesran tren perilaku konsumen tersebut anatara lain: a) Arus urbanisasi atau perpindahan penduduk dari desa ke kota yang sangat pesat guna mencari lapangan pekerjaan. b) Semakin meningkatnya kemakmuran masyarakat sehingga memberikan banyak pilihan bagi konsumen untuk membelanjakan uangnya. c) Meningkatnya tuntutan terhadap keudahan dan kenyamanan dalam berbelanja. d) Meningkatnya orientasi terhadap nilai dalam berbelanja. Perkembangan bisnis ritel modern serta dorongan dari kebutuhan masyarakat atas konsumsi barang-barang telah mendorong munculnya berbagai format ritel

2 modern. Format-format ritel tersebut ialah hypermarket, supermarket dan minimarket. Berikut ini adalah tabel tentang perkembangan jumlah ritel modern di seluruh Indonesia. Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Outlet Ritel Modern di Indonesia periode Agustus 2010-Maret 2011 FORMAT CHAIN Agustus 2010 Maret 2011 Carrefour 56 58 Giant 39 42 Hypermart 48 61 Lotte Hyper / WHS 20 23 Indogrosir 6 8 Hypermarket / Hero Giant 98 101 Large Format Ramayana 95 100 FoodMart 23 31 Carrefour Express 17 39 Yogya Griya 56 62 Superindo 68 77 TOTAL 526 602 Minimarket / Convinience Indomaret 4490 5270 Alfamart 4210 5150 Alfa Midi 161 215 Alfa Express 65 70 Circle K 269 280 Star Mart 123 130 YoMart 231 250 TOTAL 9549 11365 Century 211 240 Modern Drugstores Guardian 204 230 Boston 58 70 Watson 4 4 TOTAL 477 544 Sumber : LeadMAX-Co, 2011 (dalam Sujana, 2012, hlm. 31)

3 Jika kita melihat pada tabel 1.1 diatas, jumlah minimarket mengalami pertumbuhan yang pesat. Telebih lagi minimarket memiliki ukuran luas yang lebih kecil jika di bandingkan dengan hypermarket atau supermarket. Oleh karena itulah, pembangunan minimarket dapat menjangkau wilayah-wilayah pemukiman warga bahkan sampai ke wilayah pedesaan. Dengan adanya minimarket yang lokasinya berdekatan dengan pemukiman, maka masyarakat tentunya akan menjadikan salah satu pilihan berbelanja dalam pemenuhan kebutuhannya. Selain itu lokasi minimarket saat ini berada dekat dengan pemukiman sehingga dapat dengan mudah terjangkau oleh konsumen. Bahkan jam bukanya pun lebih lama karena tak jarang minimarket yang buka selama 24 jam. Jika kita tinjau dari segi harga, barang-barang yang ditawarkan di minimarket cenderung lebih murah jika dibandingkan dengan barang-barang yang dijual di pasar tradisional atau warung. Begitu juga dengan pelayanannya yang lebih ramah dan nyaman jika dibandingkan dengan berbelanja dipasar tradisional. Pembangunan pasar yang lebih modern diwilayah-wilayah Kabupaten dan pinggiran kota, pada dasarnya merupakan tuntutan masyarakat yang mendambakan kenyamanan saat berbelanja. Sehingga pemerintah setempat mulai gencar membangun pasar-pasar modern yang menawarkan berbagai macam keunggulan dari pada pasar tradisional. Diantaranya yaitu harga barangnya yang relatif lebih murah, kemasan rapi, jenis barang yang lengkap, situasi yang bersih dan nyaman, menjadikan pasar swalayan sebagai sebuah one stop shopping. Selain itu juga, pada waktu-waktu tertentu pasar modern selalu memberikan promo-promo dan paket hemat, sehingga hal tersebut akan menarik masyarakat untuk datang dan membeli produk tertentu yang sedang promo. Berikut ini adalah data jumlah pertokoan, supermarket, serta restoran yang berada diwilayah kabupaten Majalengka, yang asaya peroleh dari Badan Pusat Statistik pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan yang berada di Kabupaten Majalengka Tahun 2012.

4 Tabel 1.2 Banyaknya Pertokoan, Supermarket/Pasar Swalayan/Toserba dan Restoran/Rumah Makan/Kedai Makanan di Kabupaten Majalengka Dirinci Per Kecamatan No Nama Kecamatan Pertokoan Supermarket /Pasar Swalayan/ Toserba Restoran /Rumah Makan/ Kedai Makanan 1 Lemahsugih - - 13 2 Bantarujeg - 2 2 3 Malausma - - - 4 Cikijing - 3 8 5 Cingambul - - - 6 Talaga - 2 1 7 Banjaran - - 6 8 Argapura - - - 9 Maja - 3-10 Majalengka - 8-11 Cigasong - 3 1 12 Sukahaji - - 6 13 Sindang - - 2 14 Rajagaluh - 6 5 15 Sindangwangi - - 7 16 Leuwimunding - 3-17 Palasah - 3 1 18 Jatiwangi - 11-19 Dawuan - 1 4 20 Kasokandel - - - 21 Panyingkiran - - 3 22 Kadipaten - 10 1 23 Kertajati - - - 24 Jatitujuh - 2-25 Ligung - 1-26 Sumberjaya - 4 - Jumlah - 62 60

5 Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Majalengka 2012 Melihat pada Tabel 1.2 diatas, jumlah pasar-pasar modern yang terdapat diwilayah Kabupaten Majalengka berjumlah 62 unit yang tersebar hampir diseluruh wilayah Kecamatan. Begitu pula yang terdapat di wilayah Kecamatan Bantarujeg, saat ini diwilayah Kecamatan Bantarujeg sudah berdiri pasar modern (minimarket). Perkembangan minimarket telah membentuk masyarakat yang konsumtif. Hal ini didorong oleh terjadinya perkembangan pada kondisi perekonomian Indonesia secara menyeluruh serta banyaknya produksi barangbarang yang baru oleh produsen sehingga mendorong masyarakat yang merupakan konsumen untuk membeli barang-barang tersebut. Menurut Suyanto (2013 hal 106) : Masyarakat konsumtif lahir ketika masyarakat lebih mengedepankan rasa gengsi mereka, maka berbelanja merupakan gaya hidup. Selain itu juga berbagai macam pusat-pusat perbelanjaan sudah mulai berkembang pesat di berbagai sudut kota, serta penggunaan kartu kredit menjadi semakin memudahkan masyarakat dalam membeli apa pun dalam waktu yang cepat dan tanpa dibayang-bayangi kekhawatiran tabungannya cukup atau tidak. Perilaku masyarakat yang konsumtif ini tidak hanya dilakukan oleh masyarakat yang memiliki daya beli yang tinggi saja, melainkan pula terjadi pada masyarakat yang memiliki daya beli yang terbatas. Mereka melakukan berbagaimacam cara supaya mereka bisa membeli barang-barang yang diluar jangkauan kondisi perekonomiannya sehingga mereka dapat mengikuti trend yang up to date dan tidak merasa gengsi karena ketinggalan zaman. Menurut pendapat Sumartono (Asri Febriani, 2012 hlm. 4), secara pragmatis, perilaku konsumtif dapat diartikan sebagai suatu produk yang tidak tuntas. Maksudnya ialah belum habis sebuah produk yang dipakai, namun ia telah menggunakan produk lain yang sama dengan produk atau merek yang lainnya, atau membeli barang karena ada hadiah yang ditawarkan, atau membeli suatu produk karena banyak orang yang menggunakannya.

6 Pada dasarnya perilaku konsumtif masyarakat sengaja dibentuk, dimana pada awalnya hal tersebut memiliki tujuan untuk memperkaya pemilik mega industri di negara-negara asing guna melancarkan pencapaian tujuan globalisasi yaitu perasaan yang sama, dimana kebudayaan-kebudayaan di berbagai pelosok dunia disatukan kedalam satu format budaya, yaitu budaya barat sebagai pelaku utama. Pada umumnya masyarakat yang kosumtif lebih mengutamakan mengkonsumsi atau menggunakan produk yang memiliki brand yang terkenal untuk mendapatkan pujian, penghargaan, menaikkan rasa percaya dirinya, serta menjaga gengsi yang tinggi, namun mereka tidak memperhatikan kebermanfaatan dari barang yang dibeli tersebut. Dengan adanya pembangunan pasar modern yang dapat dijangkau oleh masyarakat, maka hal ini dapat semakin mendorong masyarakat untuk lebih konsumtif. Karena mereka akan lebih sering mengunjungi minimarket tersebut utuk membeli barang-barang yang dibutuhkan terutama barang-barang yang memiliki brand ternama, serta mereka tidak memperdulikan manfaat dari barang yang mereka beli tersebut. Tujuan mereka berbelanja adalah untuk menunjukkan status sosial mereka serta ingin dipuji oleh masyarakat lainya. Selain itu juga, pesatnya kemajuan perekonomian masyarakat yang didukung oleh berkembangnya arus teknologi dan informasi yang semakin canggih telah mengakibatkan semakin maraknya dunia periklanan di Indonesia. Dimana saat ini perkembangan IPTEK telah dimanfaatkan oleh para pengusaha/produsen untuk mengenalkan produk yang mereka ciptakan kepada masyarakat. Menurut pendapat Kasali (2007, hlm. 15) ketika pertumbuhan ekonomi memacu pembangunan suatu bangsa, maka akan terdapat beberapa indikatorindikator yang akan nampak jelas. Indikator-indikator tersebut ialah : 1) Sarana dan prasarana transportasi antarkota atau antardaerah berjalan dengan baik. 2) Hubungan telekomunikasi antar daerah semakin baik.

7 3) Daerah-daerah perumahan dan industri baru bermunculan di sekitar kotakota besar. Oleh karena itu, iklan dijadikan sebagai salah satu alat oleh para pengusaha/produsen untuk dapat menguasai pasar perdagangan. Suyanto (2013, hlm. 238), mengatakan bahwa: pada era globalisasi dan perkembangan informasi yang makin masif, yang memiliki peranan yang sangat besar dalam membentuk gaya hidup baik itu budaya pencitraan (image culture) maupun budaya cita rasa (taste culture) sebenarnya adalah gempuran iklan yang menawarkan gaya visual yang acap kali mampu mempesona dan memabukkan. Sementara itu Piliang (dalam Suyanto, 2013, hlm. 238) mengungkapkan bahwa dalam pandangan Cultural Studies iklan menjadi bagian yang tak dapat dipisahkan dari penciptaan gaya hidup. Iklan juga menjadi perumus gaya hidup seseorang. Seperti yang telah kita ketahui bahwa perilaku konsumtif merupakan indikator dari gaya hidup. Oleh karena itulah, iklan dapat dikatakan sebagai salah satu pendorong munculnya perilaku konsumtif seseorang. Karena iklan lebih mengedepankan permainan dalam sebuah pencitraan, memberikan makna-makna yang tersirat, simbol-simbol yang menarik sehingga konsumen menjadi tertarik untuk membeli produk tersebut. Selain itu juga, dengan adanya iklan masyarakat tidak lagi mengkonsumsi barang berdasarkan pada kebutuhan dan kegunaan dari produk atau barang tersebut melainkan lebih mementingkan membeli produk karena tergiur oleh pencitraan yang ditampilkan oleh iklan. Karakteristik iklan yang terkadang cenderung mendramatisir, dan menjanjikan, dapat dengan mudah memengaruhi konsumen untuk membeli produk tertentu yang diiklankan. Selain itu juga, secara tidak sengaja iklan telah mengarahkan konsumen untuk berperilaku imitatif, dengan cara menampilkan para publik figur sebagai sarana dalam memasarkan produknya. Sehingga masyarakat yang mengidolakan seorang bintang iklan yang memilih salah satu produk tertentu akan mengikuti idolanya untuk menggunakan produk tersebut.

8 Pengiklanan suatu produk tidak hanya dilakukan lewat media televisi atau radio saja, melainkan juga dapat kita jumpai di media cetak seperti koran, majalah, tabloid, ataupun selebaran (brosur). Bahkan untuk lebih efektif lagi banyak yang menggunakan Billboard (baliho) yang bisa kita jumpai di tempattempat keramian. Cara-cara pengunaan media untuk mengiklankan suatu produk tersebut bertujuan agar dapat menarik perhatian masyarakat dan membeli atau menggunakan produk yang diiklankan tersebut. Iklan menjadi salah satu tombak ukur kekuatan atau energi pengerak yang paling utama dalam kreatiivitas perekonomian. Iklan yang yang menarik dan kratif merupakan kunci keberhasilan dari promosi suatu barang atau produk tertentu. Iklan juga sering dimanfaatkan oleh para pemilik minimarket guna menarik pembeli. Selain iklan di televisi atau di radio, mereka juga mengiklankan produknya dalam bentuk selebaran atau brosur dan dibagi-bagikan kepada masyarakat sekitar. Berangkat dari fenomena, fakta, dan argumen diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih dalam mengenai perilaku konsumtif masyarakat. Adapun judul yang akan diangkat ialah tentang Pengaruh Keberadaan Alfamart dan Perkembangan Iklan Terhadap Perilaku Konsumtif Masyarakat (Studi Deskriptif Analitis pada Masyarakat RW 004 Desa Bantarujeg Kabupaten Majalengka). B. Identifikasi Masalah Berdasarkan pada latar belakang masalah yang penulis uraikan diatas, maka yang menjadi fokus permaslahan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui sejauhmana faktor-foktor yang mempengaruhi pada perilaku konsumtif masyarakat. Dimana perilaku konsumtif ini merupakan suatu perilaku dalam membeli, menggunakan, serta memilih produk barang maupun jasa yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. C. Rumusan Masalah

9 Adapun rumusan permasalahan dari penelitian ini yaitu: 1. Bagaimanakah gambaran keberadaan lokasi Alfamart di Wilayah Kecamatan Bantarujeg? 2. Bagaimanakah gambaran perkembangan iklan pada masyarakat RW 004 Desa Bantarujeg? 3. Bagaimanakah gambaran perilaku konsumtif masyarakat di RW 004 Desa Bantarujeg? 4. Seberapa besar pengaruh keberadaan Alfamart terhadap perilaku konsumtif masyarakat di RW 004 Desa Bantarujeg? 5. Seberapa besar pengaruh perkembangan iklan terhadap perilaku konsumtif masyarakat di RW 004 Desa Bantarujeg? D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui gambaran keberadaan lokasi Alfamart di Wilayah Kecamatan Bantarujeg. 2. Mengetahui gambaran perkembangan iklan pada masyarakat RW 004 Desa Bantarujeg. 3. Mengetahui gambaran perilaku konsumtif masyarakat di RW 004 Desa Bantarujeg. 4. Mengetahui pengaruh keberadaan Alfamart terhadap perilaku konsumtif masyarakat di RW 004 Desa Bantarujeg. 5. Mengetahui pengaruh perkembangan iklan terhadap perilaku konsumtif masyarakat di RW 004 Desa Bantarujeg. E. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Secara teoritis, hasil dari penelitian ini akan memberikan informasi tambahan bagi wawasan ilmu pengetahuan bagi penulis khususnya dan bagi masyarakat pada umumnya. Di dalam penelitian ini terdapat konsep-konsep baru yang dapat dijadikan sebagai referensi atau

10 perbandigan bagi penelitian selanjutnya, yang dapat dijadikan sebagai penunjang konsep pendidikan terhadap pengembangan keilmuan bidang Pendidikan Sosiologi khususnya Sosiologi Ekonomi. 2. Secara praktis, dari hasil penelitian ini diharapkan masyarakat akan lebih mengetahui pengaruh yang positif maupun yang negatif terhadap gaya hidup mereka dari adanya pembangunan pasar moden. F. Struktur Organisasi Skripsi Skripsi yang disusun ini terdiri dari 5 Bab, yaitu: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian B. Identifikasi Masalah C. Rumusan Masalah D. Tujuan Penelitian E. Manfaat Penelitian F. Stuktur Organisasi Skripsi BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Tinjauan Kepustakaan B. Kerangka Pemikiran C. Hipotesis Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian B. Metode dan Desain Penelitian C. Populasi dan Sampel Penelitian D. Definisi Operasional E. Instrumen Penelitian F. Prosedur Penelitian

11 G. Teknik Pengumpulan Data H. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian B. Pembahasan BAB V PENUTUP A. Simpulan B. Saran