PENINGKATAN MUTU PRODUK MAKANAN DAN MINUMAN, PROGRAM KERJA 2013 DAN RENCANA KERJA TAHUN 2014 DITJEN INDUSTRI AGRO

dokumen-dokumen yang mirip
DISAMPAIKAN PADA RAPAT KOORDINASI DAN SINKRONISASI PENYUSUNAN PROGRAM KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO TAHUN 2013 Oleh : SEKRETARIS DIREKTORAT

DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI

Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Kementerian Perindustrian 2015

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA

PROGRAM PENGEMBANGAN INDUSTRI MAKANAN, HASIL LAUT DAN PERIKANAN

DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN RI

DISAMPAIKAN PADA : RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2012 TANGGAL, 1-2 FEBRUARI 2012

PERAN SEKTOR INDUSTRI DALAM MENDUKUNG KEANEKARAGAMAN PANGAN

PROGRAM KERJA 2009 & RENCANA KERJA 2010 DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO DAN KIMIA

PROGRAM KERJA 2009 DAN DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO DAN KIMIA

I. LATAR BELAKANG. Perkembangan industri agro dan kimia selama ini telah menunjukkan

Formulir C Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksana Rencana Pembangunan Triwulan III Berdasarkan PP No.39 Tahun 2006 Tahun Anggaran 2014

Dr. Prasetijono Widjojo MJ, MA Deputi Bidang Ekonomi Bappenas. Penutupan Pra-Musrenbangnas 2013 Jakarta, 29 April 2013

Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN TRIWULAN I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016

PROGRAM KERJA 2009 & RENCANA KERJA 2010 DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO DAN KIMIA

RENCANA KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN ANGGARAN 2015 JAKARTA, APRIL 2014

MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA HILIRISASI INDUSTRI PERTANIAN

Written by Danang Prihastomo Friday, 06 February :22 - Last Updated Wednesday, 11 February :46

ISU STRATEGIS DAN PROGRAM AKSI TAHUN 2015 DITJEN INDUSTRI AGRO

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

RENCANA KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2018

PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI NASIONAL DAN PROGRAM MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI)

KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN Disampaikan pada acara: Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Di Hotel Bidakara

REINDUSTRIALISASI DALAM RANGKA MENDUKUNG TRANSFORMASI EKONOMI

DUKUNGAN SUB SEKTOR PERKEBUNAN TERHADAP PELAKSANAAN KEBIJAKAN

MENINGKATKAN NILAI TAMBAH IKM MELALUI SISTEM PEMBINAAN YANG TEPAT DAN KOORDINASI YANG EFEKTIF (RENCANA KERJA

BAB I PENDAHULUAN. Penilaian perusahaan ini melibatkan peranan manajer keuangan, dimana. mengambil keputusan merupakan kegiatan para manajer.

PROGRAM KERJA TAHUN 2014, ISU STRATEGIS DAN PROGRAM PRIORITAS DITJEN INDUSTRI AGRO

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN DAYA SAING KOMODITAS PERTANIAN

II Tahun Anggaran 2013

LAPORAN KONSOLIDASI PROGRAM DIRINCI MENURUT KEGIATAN TRIWULAN III TAHUN ANGGARAN 2011

KEGIATAN PRIORITAS PENGEMBANGAN PERKEBUNAN TAHUN Disampaikan pada: MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN NASIONAL Jakarta, 31 Mei 2016

BAB I. PENDAHULUAN. kerja seluas-luasnya sekaligus pemerataan pembangunan. Data kontribusi sub

Kata Pengantar KATA PENGANTAR Nesparnas 2014 (Buku 2)

Kementerian Perindustrian

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KATA PENGANTAR. Inspektur Jenderal. M. Sakri Widhianto

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki potensi alamiah yang berperan positif dalam

PERAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DALAM MENDORONG INOVASI PRODUK DI INDUSTRI PULP DAN KERTAS

Assalamu'alaikum Wr.Wb. Yth. Para Peserta Seminar serta Saudarasaudara

5 GAMBARAN UMUM AGRIBISNIS KELAPA SAWIT

BERITA RESMI STATISTIK

Renstra Ditjen IA

PIDATO UTAMA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA

FORMULIR 1 RENCANA KERJA KEMENTERIAN/LEMBAGA (RENJA-KL) TAHUN ANGGARAN 2013

CATATAN ATAS PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DALAM RKP Grafik 1. Tingkat Kemiskinan,

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

V. GAMBARAN UMUM. sebagai produsen utama dalam perkakaoan dunia. Hal ini bukan tanpa alasan, sebab

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Kegiatan Prioritas Tahun 2011

BERITA RESMI STATISTIK

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN TRIWULAN I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2017

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

JAMBI AGRO INDUSTRIAL PARK

BERITA RESMI STATISTIK

PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI DAERAH MELALUI PENGEMBANGAN PUSAT-PUSAT PERTUMBUHAN INDUSTRI. Oleh : DR. Dedi Mulyadi, M.Si

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN Pada Kunjungan Kerja ke PT. Wilmar Nabati Indonesia Gresik, 17 April 2015

KATA PENGANTAR. Kata Pengantar

RUMUSAN HASIL RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN PEMERINTAH DAERAH TAH

Industri padat karya merupakan salah satu prioritas karena menyediakan lapangan usaha dan menyerap tenaga kerja secara signifikan.

Energy Conservation in the Industry by Utilizing Renewable Energy or Energy Efficiency and Technology Development. Jakarta, 19 Agustus 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA FEBRUARI 2011

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI GULA RAFINASI DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, OKTOBER 2013

Gambar 1.1 Persentase konsumsi pangan di Indonesia

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR TRIWULAN III TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

BERITA RESMI STATISTIK

DUKUNGAN KEBIJAKAN PERPAJAKAN PADA KONSEP PENGEMBANGAN WILAYAH TERTENTU DI INDONESIA

Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Triwulan III Tahun 2017

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR TRIWULAN III TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan fenomena umum yang terjadi pada banyak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Luas : km2 38 Kabupaten/Kota Terdiri Dari : 664 Kecamatan dengan Desa /Kelurahan. Indah & Subur Kaya Bahan Tambang Kaya Kuliner


PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MEI 2011

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

Jakarta, 17 Februari 2010

STRATEGI PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG INVESTASI

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA APRIL 2015

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan suatu Negara untuk tujuan menghasilkan sumber daya

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2013

2013, No.1531

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR TRIWULAN IV TAHUN 2014

BAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAPIMNAS KADIN INDONESIA TAHUN 2014

KEBIJAKAN GULA UNTUK KETAHANAN PANGAN NASIONAL

KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL

- 6 - TUNJANGAN KINERJA JABATAN STRUKTURAL

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014

Transkripsi:

PENINGKATAN MUTU PRODUK MAKANAN DAN MINUMAN, PROGRAM KERJA 2013 DAN RENCANA KERJA TAHUN 2014 DITJEN INDUSTRI AGRO Disampaikan Pada : Rapat Kerja Kementerian Perindustrian dengan Pemerintah Daerah Jakarta, 22-23 Mei 2013

DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN 3 II. PERKEMBANGAN INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN III. KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO 8 A. Hilirisasi B. Peningkatan Mutu IV. KEGIATAN TAHUN 2013 DAN RENCANA 2014 14 V. PENUTUP 18 4 2

I. PENDAHULUAN 1. Pemanfaatan sumber daya alam sebagai bahan baku industri makanan dan minuman akan mempunyai efek ganda yang luas, seperti peningkatan nilai tambah dan pendapatan masyarakat, serta perluasan lapangan kerja, yang berdampak pada peningkatan pertumbuhan sub sektor ekonomi lainnya dan peningkatan penerimaan pajak bagi pemerintah. 2. Industri makanan dan minuman merupakan industri andalan masa depan, karena didukung oleh bahan baku yang berasal dari SDA terbaharukan yang berasal dari dalam negeri, seperti CPO 25,9 Juta Ton, Kakao 0,8 Juta Ton dan Kopi 0,7 Juta Ton, Kelapa 3,3 Juta Ton, Rumput Laut 2,6 Juta Ton. 3. Industri makanan dan minuman merupakan industri yang mengolah bahan baku hasil pertanian/perkebunan, peternakan dan perikanan menjadi bahan setengah jadi (intermediate products) dan produk jadi yang siap dikonsumsi. 4. Untuk memenuhi keinginan konsumen akan produk pangan yang praktis dan higienis, serta sejalan dengan peningkatan pendapatan (PDB/Kapita) dan gaya hidup (life style) dari masyarakat kelas menengah Indonesia, akan meningkatkan permintaan produk olahan pangan. 3

II. PERKEMBANGAN INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN Grafik Pertumbuhan PDB Ekonomi, Industri Non Migas dan Industri Makanan, Minuman dan Tembakau Tahun 2006-2012 4

Kontribusi Industri Makanan, Minuman dan Tembakau Pada PDB Industri Non Migas Tahun 2011 dan Tahun 2012 TAHUN 2011 TAHUN 2012 Sumber : BPS dan Pusdatin (diolah) 5

Profil Industri Makanan Dan Minuman Tahun 2012 Indikator 2011 2012 JUMLAH PERUSAHAAN 1.923 1.952 KAPASITAS (Ton/Tahun) 60.748.773 63.252.699 NILAI OUTPUT (Rp. Trilyun) 658 712 NILAI INVESTASI (Rp. Juta) 60.529.197 63.650.196 TENAGA KERJA (Orang) 602.912 603.215 Sumber : Kemenperin (diolah Ditjen IA) 6

Medical Preci. & Optical Instru, Watches & Clock Industry 0% Metal, Machinery & Electronic Industry 15% Non Metallic Mineral Industry 22% Rubber and Plastic Industry 6% Investasi Industri Makanan dan Minuman Pada Tahun 2012 2012 Investment 2010 2011 Q1 Q2 Q 3 Q4 Total DDI (Rp. 000.000.000) 16,405 7,941 1,361 1,764 4,595 3,447 11,167 FDI (USD millions) 1,026 1,105 385 521 243 634 1,783 Motor Vehicles & Other Transport Equip. Other Industry Industry 0% 1% Chemical and Pharmaceutical Industry 10% DDI 2012 of Sec Sector Food Industry 22% Textile Industry 9% Leather Goods & Footwear Paper and Printing Industry 15% Industry 0% Wood Industry 0% Source: BKPM Medical Preci. & Optical Instru, Watches & Clock Industry 0% Non Metallic Mineral Industry 1% Metal, Machinery & Electronic Industry 21% FDI 2012 of Sec Sector Motor Vehicles & Other Transport Equip. Industry 16% Rubber and Plastic Industry 6% Other Industry 1% Food Industry 15% Chemical and Pharmaceutical Industry 23% Paper and Printing Industry 11% Leather Goods & Footwear Industry 1% Textile Industry 4% Wood Industry 1% FDI : Foreign Direct Investment DDI : Domestic Direct Investment 7

III. KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO Perpres No. 28 Tahun 2008 Kebijakan Industri Nasional (Industri Agro merupakan Salah Satu Industri Andalan Masa Depan) Strategi Jangka Pendek : Hilirisasi Peningkatan Mutu Produk Strategi Jangka Menengah Panjang : Peningkatan Kualitas dan Produktivitas SDM Penguatan R & D dan Inovasi FOKUS 12 Industri Prioritas Agro TERCAPAINYA SASARAN PERTUMBUHAN INDUSTRI KAKAO INDUSTRI BUAH INDUSTRI KELAPA INDUSTRI TEMBAKAU INDUSTRI KOPI INDUSTRI PRIORITAS AGRO INDUSTRI KELAPA SAWIT INDUSTRI FURNITURE INDUSTRI KARET INDUSTRI PULP KERTAS INDUSTRI HASIL LAUT MENINGKATNYA DAYA SAING INDUSTRI AGRO RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI PRIORITAS AGRO INDUSTRI GULA INDUSTRI OLAHAN SUSU 8

A. Hilirisasi Kebijakan Fiskal : 1. Insentif : Tax Holiday, Tax Allowance dan Keringanan BM Peralatan Mesin 2. Disinsentif : Bea Keluar dan Larangan Ekspor Bahan Baku Hasil yang sudah dicapai dalam program hilirisasi industri makanan dan minuman, meliputi : a. Perubahan Tren Ekspor CPO Terjadi pergeseran tren ekspor yang semula didominasi oleh produk hulu (minyak sawit mentah/cpo dan CPKO) menjadi produk hilir (oleofood dan oleochemical). Persentase volume ekspor produk hulu dan produk hilir dalam kurun waktu tahun 2007 2012 sebagai berikut: No Uraian 1 Produk Hulu (CPO dan CPKO) Persentase Volume Ekspor (%) 2007 2008 2009 2010 2011 2012 *) 51,54 57,80 59,54 60,35 53,28 37,93 2 Produk Turunan CPO (Oleofood dan Oleochemical) 48,46 42,20 40,46 39,65 46,72 62,07 3 Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Kakao Adanya pergeseran dari yang diekspor semula adalah bahan baku berupa biji kakao, pada saat ini lebih banyak olahan kakao. Ekspor biji kakao menurun dari 432,4 ribu ton pada Tahun 2010 menjadi 163,5 ribu ton pada Tahun 2012. Sebaliknya ekspor produk olahan kakao meningkat dari 119,2 ribu ton pada Tahun 2010 menjadi 215,7 ribu ton pada Tahun 2012. 9

b. Utilisasi Industri Pengolahan CPO (Minyak Goreng) Utilisasi kapasitas produksi industri minyak goreng dalam negeri meningkat dari semula hanya 45% pada tahun 2010 menjadi lebih dari 70% pada tahun 2012. Industri Pengolahan Kakao c. Investasi Pada tahun 2011, Jumlah industri pengolahan kakao mencapai 16 perusahaan dengan kapasitas produksi mencapai 560.000 ton/tahun (utilitas 44,6%), sementara pada tahun 2012 terjadi kenaikan kapasitas produksi menjadi 660.000 ton/tahun dengan utilisasi mencapai 66% dan mampu menyerap tenaga kerja sebesar 4.300 orang. Industri Pengolahan CPO (Minyak Goreng) Masuknya investasi lebih dari 18 Triliun Rupiah di sektor industri pengolahan hilir CPO (KBLI 10432, 10490, 10412, 20115), termasuk industri minyak goreng sawit sebesar 5,5 Trilyun Rupiah, sehingga pemanfaatan CPO sebagai bahan baku cenderung meningkat. Industri Pengolahan Kakao Beberapa industri pengolahan kakao sedang dan akan dibangun yaitu Guanchong Cocoa, PT Cargill Indonesia, JB Cocoa, Barry-Comextra untuk melakukan penanaman modal dengan total rencana investasi mencapai USD 279 Juta, sehingga akan menambah kapasitas produksi sebesar 307.000 Ton/tahun. Apabila produktivitas biji kakao tidak ditingkatkan, maka akan berakibat pada meningkatnya impor biji kakao. 10

B. Peningkatan Mutu 1. Dasar Hukum : UU No. 7 Tahun 1996 yang sudah direvisi menjadi UU No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan : Pangan harus senantiasa tersedia secara cukup, aman, bermutu, bergizi, dan beragam dengan harga yang terjangkau oleh daya beli masyarakat, serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat. 2. Kebijakan Operasional : a. Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan. b. Pengimplementasian PP 28/2004, melalui penetapan Peraturan Menteri Perindustrian No. 75 Tahun 2010 tentang Pedoman Cara Produksi Pangan Olahan Yang Baik (Good Manufacturing Practices). 3. Langkah-Langkah : a. Peningkatan pemahaman tentang CPPOB dengan dilakukan sosialisasi, dan bimbingan teknis cara penilaian CPPOB berdasarkan check-list keamanan pangan. Hasil penerapan CPPOB oleh industri makanan dan minuman dapat dilaksanakan melalui proses self-declaration. b. Melakukan pelatihan/workshop Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik (CPPOB), HACCP, ISO22000. 11

c. Meningkatkan jumlah produk industri agro untuk diberlakukan SNI wajib, saat ini yang sudah untuk Bubuk Kakao, AMDK, Gula Rafinasi dan Tepung Terigu. Dan direncanakan kedepan untuk produk Minyak Goreng Sawit dalam Kemasan, Susu olahan dan biskuit. d. Bersama instansi terkait melakukan penanggulangan produk illegal (penyalahgunaan bahan baku/penolong yang bukan peruntukan untuk industri makanan dan minuman, penyalahgunaan tanda SNI, penggunaan label yang tidak sesuai ketentuan) melalui : Peningkatan pengawasan barang beredar; Penerapan Indonesia Rapid Alert System for Food Safety; Pengawasan penerapan SNI wajib industri makanan dan minuman (kakao bubuk, gula rafinasi, AMDK dan tepung terigu); Pemberlakuan label berbahasa Indonesia termasuk pada informasi ingredient dan nutrition fact terhadap produk impor yang harus menyatu dengan label kemasan produk pangan; Peningkatan kampanye secara intensif untuk peningkatan konsumsi makanan dan minuman yang aman. 12

e. Berpartisipasi Dalam Forum Internasional : 1) Forum Codex Allimentarius Commission (CAC) yang bertujuan untuk membahas standar mutu dan keamanan pangan dunia yang terkait dengan kepentingan industri. 2) Proses integrasi ASEAN Economic Community (AEC) pada tahun 2015, dimana sektor pangan merupakan salah satu sektor yang akan dipercepat pelaksanaannya. Berperan aktif dalam pembahasan Prepared Foodstuff Product-Working Group (PFPWG) yang merupakan bagian dari forum ASEAN Consultative Committee on Standards and Quality (ACCSQ). Harmonisasi standar dan perintisan saling pengakuan (MRA) untuk sektor pangan olahan (HS 16-21). 13

IV. KEGIATAN TAHUN 2013 DAN RENCANA 2014 NO KEGIATAN SUB KEGIATAN 1. Revitalisasi Industri Gula (prioritas nasional) Bantuan Keringanan Pembiayaan Mesin/Peralatan Pabrik Gula Dalam Rangka Revitalisasi Industri Gula Audit Teknologi untuk mengetahui tingkat efisiensi PG Konsultasi Manajemen dan Monitoring Lembaga Penilai Independen Bimbingan sistem manajemen mutu 2. Pengembangan Klaster Industri Berbasis Pertanian, Oleochemical (prioritas nasional) Pengembangan Klaster Industri Berbasis Pertanian, Oleochemical di Sumatera Utara, Riau dan Kalimantan Timur. Fasilitasi dan koordinasi dalam pengembangan infrastruktur dan promosi investasi Pembangunan Tangki Timbun di Maloy, Kalimantan Timur (Tahun 2014) 14

Kegiatan Tahun 2013 dan Rencana 2014 (Lanjutan...) NO KEGIATAN SUB KEGIATAN 3. Peningkatan Standar dan Mutu Industri Agro Penyusunan dan Revisi SNI Komoditi Industri Agro Khususnya yang lebih dari 5 tahun, sebanyak 25 Standar. Fasilitasi Penerapan CPPOB Dalam Rangka Peningkatan Mutu Produk Industri Agro. 4. Pengembangan Industri Agro di Daerah Potensial 5. Peningkatan Kemempuan SDM Industri Agro Fasilitasi Pengembangan Industri Agro melalui Bantuan Mesin/Peralatan di daerah potensial. Peningkatan Kompetensi SDM Industri Agro Melalui Pendidikan dan Pelatihan untuk 265 orang. 6. Promosi dan Kerjasama Industri Agro 7. Koordinasi, Fasilitasi, Monitoring dan Evaluasi Pengembangan Industri Agro Fasilitasi Promosi Industri Agro melalui Pameran Dalam Negeri dan Luar Negeri. Partisipasi Industri Agro pada Fora Kerjasama Internasional Koordinasi dan Fasilitasi antar Stake Holder Pusat dan Daerah dalam rangka Pengembangan Industri Agro. Monitoring dan Evaluasi Pengembangan Industri Agro. 15

Kegiatan Tahun 2013 dan Rencana 2014 (Lanjutan...) NO KEGIATAN SUB KEGIATAN 8. Pengembangan Klaster Industri Agro (Tahun 2013 dan Rencana 2014) Fasilitasi Pengembangan Klaster Industri Agro melalui Dana Dekonsentrasi di 13 Daerah : 1) Jawa Barat (Buah dan Pulp Kertas) 2) Jawa tengah (Furniture dan Susu) 3) Jawa Timur (Gula) 4) Lampung (Kopi) 5) Sumatera Utara (CPO) 6) Riau (CPO dan Kelapa) 7) Nangroe Aceh Darussalam (Kopi) 8) Kalimantan Timur (CPO) 9) Sulawesi Selatan (Kakao) 10) Sulawsi Tengah (Kakao) 11) Sulawesi Utara (Kelapa) 12) Nusa Tenggara Barat (Tembakau) 13) Maluku (Hasil Laut) 16

Kegiatan Tahun 2013 dan Rencana 2014 (Lanjutan...) NO KEGIATAN SUB KEGIATAN 9. Pengembangan Komoditi Prioritas Industri Agro (Tahun 2014) Koordinasi dan Fasilitasi Pengembangan Komoditi Prioritas Industri Agro melalui Dana Dekonsentrasi di 18 Provinsi : 1) Yogyakarta (Furniture) 2) Banten (Makanan Ringan) 3) Sumatera Selatan (Kopi) 4) Sumatera Barat (Kakao) 5) Bengkulu (Hasil Laut) 6) Jambi (Karet) 7) Bali (Kopi) 8) Kepulauan Riau (Hasil Laut) 9) Sulawesi Tenggara (Rotan) 10) Sulawesi Barat (Kakao) 11) Kalimantan Barat (CPO) 12) Kalimantan Tengah (da) 13) Kalimantan Selatan (Hasil Laut) 14) Gorontalo (Hasil Laut) 15) Nusa Tenggara Timur (Hasil Laut) 16) Maluku Utara (Hasil Laut) 17) Papua (CPO) 18) Papua Barat (Pakan Ternak) 17

V. PENUTUP 1. Pertumbuhan industri makanan dan minuman yang sebagian besar merupakan produk consumer goods diprediksikan akan tetap baik dan masih menjadi andalan sektor industri pengolahan non migas, didukung oleh kuatnya permintaan di dalam negeri yang diakibatkan oleh semakin meningkatnya konsumen kelas menengah di dalam negeri. 2. Semakin besar dan terbukanya pasar di dalam negeri yang menjadi daya tarik, namun menimbulkan ancaman masuknya produk sejenis dari negara lain. Oleh karena itu, diperlukan upaya-upaya yang serius dalam meningkatkan daya saing, dengan mengatasi permasalahan-permasalahan utamanya dalam hal mutu dan keamanan pangan. 3. Pengembangan industri agro di daerah akan meningkatkan nilai tambah dan mempunyai multiplier effect yang berdampak pada peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat di daerah. Oleh karena itu, pengembangan industri agro memerlukan komitmen dan dukungan dari seluruh pihak (stake holder) yang terlibat, baik dari instansi Pemerintah Pusat, Daerah dan Dunia Usaha. 18