PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2014 SEBESAR 4,24 PERSEN

dokumen-dokumen yang mirip
PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2014 SEBESAR 3,41 PERSEN

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2014 SEBESAR -2,98 PERSEN

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR -3,30 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2011 SEBESAR 7,96 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2013 SEBESAR 2,93 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2008 SEBESAR 5,02 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2009 SEBESAR 3,88 PERSEN

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2008 SEBESAR -3,94 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008 SEBESAR 6,30 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007 SEBESAR -0,03 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2007 SEBESAR 4,89 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2013

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2014

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2015

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010

BADAN PUSAT STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III/2014

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2008

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III/2012

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014

BERITA RESMI STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BERITA RESMI STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO. PDRB Gorontalo Triwulan III-2013 Naik 2,91 Persen

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

KINERJA PEREKONOMIAN SULAWESI SELATAN TRIWULAN II 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2011

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga.

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2007

BERITA RESMI STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN I TAHUN 2014

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2008

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN III-2014

BERITA RESMISTATISTIK

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

PERTUMBUHAN EKONOMI JAMBI TAHUN 2009

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN II TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2007

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN II-2013

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TAHUN 2013

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN III-2013

BERITA RESMI STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2008

Transkripsi:

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 64/11/34/Th.XVI, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2014 SEBESAR 4,24 PERSEN 1. LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN III TAHUN 2014 Kinerja pertumbuhan ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada triwulan III tahun 2014 yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000 tumbuh sebesar 4,24 persen terhadap triwulan II 2014 (q-to-q). Pertumbuhan ini terutama digerakkan oleh pertumbuhan sektor jasajasa sebesar 11,08 persen, sektor pertanian sebesar 5,94 persen, sektor konstruksi sebesar 4,59 persen, serta sektor pengangkutan dan komunikasi juga tumbuh sebesar 4,11 persen. Sektor listrik, gas, dan air bersih mengalami kontraksi sebesar 3,96 persen. Sektor jasa-jasa memberikan andil positif terbesar, 2 persen, terhadap pertumbuhan q-to-q PDRB DIY triwulan III 2014, diikuti sektor pertanian persen dengan andil pertumbuhan 0,77 persen. Sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor konstruksi memberi andil pertumbuhan masing-masing sebesar 0,46 persen dan 0,45 persen. Sektor perdagangan yang hanya tumbuh 1,9 persen namun karena kontribusinya dalam struktur PDRB tinggi mampu memberi andil 0,42 persen. PDRB Provinsi DIY pada triwulan III 2014 jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2013 (y-on-y) mengalami peningkatan sebesar 4,76 persen. Pertumbuhan y-on-y triwulan III 2014 tersebut terutama didorong oleh pertumbuhan yang mengesankan (di atas 7 persen) sektor keuangan dan sektor jasa-jasa. Sektor-sektor lain juga tumbuh pada kisaran 2,38 persen sampai dengan 5,8 persen, kecuali sektor pertanian yang mengalami kontraksi sebesar 4,56 persen. Pertumbuhan secara kumulatif sampai dengan triwulan III 2014 terhadap kumulatif triwulan yang sama tahun sebelumnya (c-to-c) mencapai 5,03 persen. Seluruh sektor pembentuk PDRB memberi andil positif terhadap perekonomian ekonomi DIY, kecuali sektor pertanian. Penggerak utama pertumbuhan yang diindikasikan oleh andil pertumbuhan sektor, sektor jasa-jasa merupakan tertinggi, diikuti oleh perdagangan, hotel, dan restoran, sektor keuangan, real estat, dan jasa perusahaan. Nilai PDRB DIY (atas dasar harga berlaku) pada triwulan III 2014 mencapai Rp17,97 triliun dan nilai riil (atas dasar harga konstan 2000) sebesar Rp6,53 triliun. Sektor ekonomi yang memiliki peranan terbesar dalam struktur perekonomian DIY pada triwulan III 2014 adalah sektor jasa-jasa yaitu sebesar 21,9 persen, kemudian diikuti oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 20,9 persen, dan sektor industri pengolahan sebesar 13,7 persen. Pada sisi penggunaan, pertumbuhan yang pesat komponen konsumsi pemerintah dan komponen pembentukan modal tetap bruto berperan besar mendorong PDRB penggunaan pada triwulan III 2014 (q-to-q) tumbuh sebesar 4,24 persen. Jika dibandingkan dengan triwulan III 2013 (y-on-y), pertumbuhan terbesar terjadi pada konsumsi lembaga swasta nirlaba yaitu sebesar 18,06 persen; kemudian ekspor barang dan jasa sebesar 4,83 persen, pengeluaran konsumsi rumah tangga sebesar 6,22 persen, pengeluaran konsumsi pemerintah meningkat hanya sebesar 2,19 persen, dan pembentukan modal tetap bruto sebesar 4,98 persen. Sebagai faktor pengurang dalam ekspor neto, impor juga tumbuh sebesar 4,86. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja ekspor neto triwulan II 2014 (y-on-y) tumbuh di atas 100 persen. 1

Kinerja perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang digambarkan oleh laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000 pada triwulan III tahun 2014 dibandingkan dengan triwulan II tahun 2014 (q-to-q) naik sebesar 4,24 persen, setelah mengalami kontraksi pada triwulan sebelumnya sebesar 3,02 persen (Gambar 1). Gambar 1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2013 sampai Triwulan II 2014 (Persen) 6,11 6,47 4,75 2,61 5,42 6,29 4,47 5,40 5,35 5,35 5,18 5,00 4,32 3,02 3,62 5,03 4,76 4,24 2,61 0,02 Tw 1-2013 Tw 2-2013 Tw 3-2013 Tw 4-2013 Tw 1-2014 Tw 2-2014 Tw 3-2014 -2,69 q to q y on y c to c Pertumbuhan ekonomi triwulan III 2014 sebesar 4,24 persen tersebut terutama disebabkan oleh pertumbuhan sektor jasa-jasa. Gaji ke-13 yang diterimakan pada triwulan ini mendorong kuat pertumbuhan ekonomi triwulan III-2014. Permintaan domestik diperkirakan masih tinggi karena adanya faktor musiman bulan puasa dan idul fitri. Faktor musiman terindikasi memberikan dampak positif pada Juli sampai dengan Agustus pada sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, serta sektor jasa-jasa. Pada Triwulan III 2014 kinerja sektor pertanain tumbuh positif lebih dari 5,9 persen, setelah di Triwulan II megalami pertumbuhan negatif. Pertumbuhan sektor pertanian digerakkan oleh pertumbuhan yang positif dari semua subsektor pada sektor ini. Sektor tanaman bahan makanan terutama digerakan oleh komoditas ubi kayu yang pada triwulan ini merupakan panen raya. Subsektor perkebunan pada triwulan ini merupakan masa puncak panen terutama komoditas tembakau dan tebu yang produksinya meningkat masing-masing hingga 124 persen dan 68 persen. Di sisi lain permintaan yang tinggi akan bahan kayu untuk bahan konstruksi bangunan serta untuk bahan industri kayu dan furnitur menggerakan subsektor kehutanan tumbuh positif dibanding triwulan sebelumnya. Di subsektor perikanan, penangkapan ikan di laut sedang menikmati musim baik di triwulan ini. Pertumbuhan positif di sektor pertambangan dan penggalian diakibatkan relatif tingginya aktivitas pembangunan (konstruksi) pada musim kemarau sehingga permintaan akan barang galian terutama batu dan pasir juga mengalami peningkatan jika dibanding triwulan sebelumnya. Meskipun tumbuh positif, pertumbuhan sektor industri pengolahan pada triwulan 3 lebih lambat dibanding triwulan sebelumnya. Momentum hari raya idul fitri dan mulainya tahun ajaran baru sekolah mendorong peningkatan industri makanan. Namun demikian karena adanya libur hari raya kinerja beberapa sektor industri tidak sebaik di triwulan sebelumnya. Selain itu, industri pengolahan yang tumbuh relatif bagus adalah industri galian bukan logam yaitu pengolahan batu bata dan batako yang meningkat seiring dengan banyaknya permintaan untuk pembangunan perumahan. Satu-satunya sektor yang tumbuh negatif pada Triwulan III-2014 adalah sektor listrik, gas, dan air bersih. Pertumbuhan (q to q) sektor listrik, gas dan air bersih DIY mengalami kontraksi karena penjualan tenaga listrik dari PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI DIY mengalami penurunan 2

yaitu dari 605,95 juta KWh di Triwulan II-2014 turun menjadi 578,86 juta KWh di Triwulan IV- 2014). Subsektor gas dan subsektor air bersih mengalami pertumbuhan positif karena meningkatnya permintaan akan air bersih pada musim kemarau di triwulan ini. Sektor konstruksi tumbuh positif relatif tinggi seiring dengan siklus kegiatan pembangunan yang dibiayai pemerintah mulai memuncak bulan-bulan dalam triwulan ini dan berlanjut hingga akhir tahun. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran juga tumbuh positif meskipun lebih lambat dibanding triwulan sebelumnya. Hal ini terjadi karena pada triwulan sebelumnya bertepatan datangnya musim liburan sekolah sehingga tingkat hunian hotel dan tempat wisata tumbuh relatif tinggi. Bulan puasa yang masuk di triwulan ini setidaknya menyebabkan berkurangnya perjalanan dinas oleh pemerintah maupun swasta dan juga acara meeting yang memakai fasilitas hotel. Namun demikian adanya momentum Hari Raya Idul Fitri 1435 H berkontribusi mendorong naiknya permintaan barang/jasa sehingga sektor perdagangan, hotel, dan restoran tetap pada jalur tumbuh positif. Di sisi lain, momen hari raya juga menyebabkan permintaan penggunaan jasa transportasi, khususnya jalan raya dan transportasi udara. Selain itu budaya berlebaran juga mendorong meningkatnya penggunaan jasa komunikasi. Oleh karena itu sektor pengangkutan dan komunikasi termasuk sektor-sektor yang menjadi penggerak utama pertumbuhan ekonomi triwulan III-2014. Pertumbuhan sektor keuangan, real estat, dan jasa perusahaan di triwulan ini lebih diakibatkan pertumbuhan usaha mikro, kecil, dan menengah yang menyebabkan perusahaan keuangan seperti Pegadaian meningkat likuiditas keuangannya. Sebagai contoh PT. Pegadaian melakukan pencairan pembiayaan mikro hingga mencapai sekitar 30 persen dan secara kumulatif sampai dengan Agustus 2014 sudah mengucurkan anggaran untuk pembiayaan UMKM sebanyak 6 milyar rupiah. Sektor jasa-jasa tumbuh paling mengesankan, yaitu mencapai 11,1 persen. Pesatnya pertumbuhan sektor jasa-jasa terutama didorong oleh pertumbuhan di jasa pemerintahan sebagai akibat diterimakannya gaji ke-13 bagi PNS/Polri/TNI di bulan Juli 2014. Di samping jasa hiburan dan jasa sosial kemasyarakatan juga tergerakkan oleh pemanfaatan libur lebaran oleh sebagian masyarakat untuk mudik atau saling mengunjungi sanak saudara yang jauh serta berekreasi bersama keluarga. Lapangan Usaha Tabel 1 Laju dan Andil Pertumbuhan PDRB Daerah Istimewa Yogyakarta menurut Lapangan Usaha (Persen) Triw III 2014 thd Triw II 2014 (q-to-q) Triw III 2014 thd Triw III 2013 (y-on-y) Triw I-III 2014 thd Triw I-III 2013 (c-to-c) Andil Pertumbuhan q-to-q y-on-y c-to-c (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1. Pertanian 5,94-4,56-0,66 0,77-0,66-0,11 2. Pertambangan & Penggalian 1,78 2,38 3,15 0,01 0,02 0,02 3. Industri Pengolahan 0,04 5,21 4,24 0,01 0,66 0,54 4. Listrik, Gas & Air Bersih -3,96 4,73 4,05-0,04 0,04 0,04 5. Konstruksi 4,59 4,98 6,42 0,45 0,49 0,60 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 1,90 5,80 5,89 0,42 1,24 1,24 7. Pengangkutan & Komunikasi 4,11 5,22 4,69 0,46 0,59 0,52 8. Keuangan, Real Estat & Jasa Perush. 1,45 8,76 8,64 0,16 0,90 0,89 9. Jasa-jasa 11,08 7,93 7,33 2,00 1,48 1,29 PDRB 4,24 4,76 5,03 4,24 4,76 5,03 3

Bila dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2013 (y-on-y), PDRB triwulan III 2014 meningkat sebesar 4,76 persen. Semua sektor tumbuh positif, kecuali pertanian. Oleh karena sektor pertanian terjadi kontraksi maka andil pertumbuhannya juga negatif. Sektor jasa-jasa, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, serta sektor keuangan real estat, dan jasa perusahaan menjadi memberikan andil terbesar dalam pertumbuhan y-on-y. Tidak jauh berbeda dengan penggerak pertumbuhan y-on-y, pertumbuhan kumulatif triwulan III-2014 (c-to-c) yang sebesar 5,03 persen utamanya juga didorong oleh sektor jasa-jasa, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, dan sektor keuangan, real estat, dan jasa perusahaan. Secara umum, pertumbuhan triwulanan (q-to-q), pertumbuhan tahunan (y-on-y), dan pertumbuhan kumulatif (c-to-c) tahun 2014 lebih rendah dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Oleh karena itu pada tahun 2014 pertumbuhan ekonomi DIY diprediksi lebih rendah dibanding tahun 2013. 2. NILAI PDRB ATAS DASAR HARGA BERLAKU DAN KONSTAN TRIWULAN III TAHUN 2014 Nilai nominal PDRB atas dasar harga berlaku pada triwulan III 2014 mencapai Rp17,97 triliun, lebih tinggi dibandingkan triwulan II 2014 yang sebesar Rp17,04 triliun. Bila PDRB tersebut dinilai dengan harga pada tahun dasar 2000, maka nilai riil PDRB triwulan III 2014 sebesar Rp6,53 triliun atau naik sekitar 4,24 persen dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar Rp6,27 triliun (Tabel 2). Atas dasar harga berlaku, nominal nilai tambah terbesar dimiliki oleh sektor jasa-jasa yaitu Rp3,94 triliun, kemudian diikuti oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran dan sektor industri pengolahan dengan nilai nominal masing-masing sebanyak Rp3,75 triliun dan Rp2,46 triliun. Sementara sektor pertanian berada pada urutan keempat dengan nilai nominal sebanyak Rp2,22 triliun, lebih tinggi dibanding nilai tambah triwulan II 2014 yang sebesar Rp2,07 triliun. Tabel 2 PDRB Daerah Istimewa Yogyakarta menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan 2000 (Juta Rupiah) Lapangan Usaha Harga Berlaku Harga Konstan Triw. II 2014 Triw. III 2014 Triw. II 2014 Triw. III 2014 (1) (2) (3) (4) (5) 1. Pertanian 2.069.028 2.217.982 808.509 856.525 2. Pertambangan dan Penggalian 109.545 114.484 42.238 42.989 3. Industri Pengolahan 2.439.288 2.457.869 829.755 830.104 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 232.498 238.679 61.962 59.508 5. Konstruksi 1.769.416 1.864.897 610.886 638.946 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 3.651.840 3.752.805 1.383.026 1.409.348 7. Pengangkutan dan Komunikasi 1.442.134 1.504.568 707.678 736.792 8. Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan 1.836.176 1.882.228 690.082 700.055 9. Jasa-jasa 3.486.136 3.936.381 1.130.963 1.256.313 PDRB 17.036.060 17.969.894 6.265.099 6.530.580 4

3. STRUKTUR PDRB DIY MENURUT LAPANGAN USAHA TRIWULAN III TAHUN 2014 DAN TRIWULAN III TAHUN 2013 Struktur PDRB DIY pada triwulan III tahun 2014 jika dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun 2013, menunjukkan bahwa kontribusi sektor bangunan dan sektor angkutan dan komunikasi menurun, sedangkan sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor keuangan, real estat, dan jasa perusahaan, serta sektor jasajasa mengalami peningkatan. Komposisi urutan struktur ekonomi antara triwulan III 2013 dan triwulan III 2014 hampir sama, perbedaan hanya pergeseran urutan untuk sektor bangunan dan sektor keuangan, real estat, dan jasa perusahaan. Tabel 3 Distribusi Persentase PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Lapangan Usaha Triw. III 2013 Triw. III 2014 Perbedaan (1) (2) (3) (4) 1. Pertanian 13,31 12,34-0,97 2. Pertambangan dan Penggalian 0,64 0,64 0,00 3. Industri Pengolahan 13,58 13,68 0,10 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 1,21 1,33 0,12 5. Konstruksi 10,41 10,38-0,03 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 20,75 20,88 0,13 7. Pengangkutan dan Komunikasi 8,63 8,37-0,25 8. Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan 10,12 10,47 0,35 9. Jasa-jasa 21,35 21,91 0,55 PDRB 100,00 100,00 0,00 4. PDRB MENURUT PENGGUNAAN TRIWULAN III TAHUN 2014 Dilihat dari sisi penggunaan, PDRB DIY dirinci menurut komponen-komponen pengeluaran: konsumsi rumah tangga, konsumsi lembaga nirlaba, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto (PMTB), ekspor, impor, dan lainnya (gabungan dari perubahan inventori, dan diskrepansi statistik/residual). Memasuki triwulan III tahun 2014, empat komponen menunjukkan pertumbuhan positif (qto-q), yaitu komponen konsumsi rumah tangga, komponen konsumsi lembaga swasta nirlaba, komponen konsumsi pemerintah, dan komponen pembentukan modal tetap bruto. Sementara komponen ekspor, komponen impor, dan juga ekspor neto tumbuh negatif. Pertumbuhan q-to-q sebesar 4,24 persen terutama digerakkan oleh pertumbuhan komponen pembentukan modal tetap bruto, komponen pengeluaran konsumsi pemerintah, dan komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga yang masing-masing memberikan andil pertumbuhan 3,02 persen, 2,16 persen, dan 1,45 persen. Perdagangan luar negeri DIY, baik ekspor maupun impor, masih tumbuh minus. Apabila dilihat komponen ekspor yang terdiri dari ekpsor luar negeri dan ekspor antardaerah semua tumbuh negatif. Demikian juga untuk komponen impor, yaitu impor luar negeri dan impor antardaerah, semua tumbuh negatif. Pertumbuhan pembentukan modal tetap bruto terutama digerakkan oleh belanja barang modal pemerintah yang biasanya direalisasikan di triwulan III dan IV. Demikian pula konsumsi pemerintah yang berupa perjalanan dinas, rapat-rapat, penyuluhan, pembinaan, pelatihan, workshop, dan lain-lain biasanya banyak dicairkan di bulan-bulan triwulan III hingga bulan November. Adanya momentum 5

hari raya Idul Fitri dan liburan sekolah juga memacu pertumbuhan konsumsi rumah tangga, baik konsumsi makanan maupun konsumsi nonmakanan terutama sandang. Komponen Penggunaan Tabel 4 Laju Pertumbuhan PDRB menurut Komponen Penggunaan (Persen) Triw III 2014 thd Triw II 2014 (q-to-q) Triw III 2014 thd Triw III 2013 (y-on-y) Triw I-III 2014 thd Triw I-III 2013 (c-to-c) Andil Pertumbuhan q-to-q y-on-y c-to-c (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1. Konsumsi Rumah Tangga 2,93 6,22 5,95 1,45 3,01 2,88 2. Konsumsi Lembaga Nirlaba 2,64 18,60 17,29 0,09 0,56 0,53 3. Konsumsi Pemerintah 11,26 2,19 4,98 2,16 0,46 0,96 4. Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) 12,34 4,98 4,46 3,02 1,31 1,12 5. Ekspor -2,75 6,54 8,40-1,30 2,85 3,72 6. Impor -2,39 4,86 7,83-1,10 2,09 3,31 7. Lainnya *) -128,04-117,90-57,52-2,28-1,33-0,88 PDRB 4,24 4,76 5,03 4,24 4,76 5,03 Keterangan: *) Komponen perubahan inventori, dan diskrepansi statistik/residual Jika dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun 2013 (y-on-y), semua komponen penggunaan mengalami pertumbuhan positif. Pertumbuhan tertinggi dicapai komponen konsumsi lembaga swasta nirlaba yang tumbuh 18,60 persen, disusul pertumbuhan komponen ekspor sebesar 6,54 persen dan komponen konsumsi rumah tangga yang tumbuh 6,22 persen. Dilihat dari andil terhadap pertumbuhan PDRB (y-on-y), komponen konsumsi rumah tangga memberi andil terbesar yaitu 3,01 persen. Disusul andil pertumbuhan ekspor sebesar 2,85 persen, namun terkoreksi oleh andil pertumbuhan impor sebesar 2,09 persen. Pertumbuhan PMTB yang sebesar 4,98 persen mampu memberikan andil pertumbuhan komponen ini terhadap pertumbuhan PDRB sebesar 1,31 persen (Tabel 4). Seperti halnya pada pertumbuhan y-on-y, pertumbuhan kumulatif (c-to-c) triwulan I-III 2014 terhadap tiwulan I-III 2013 yang sebesar 5,03 persen, terutama juga digerakkan oleh pertumbuhan komponen konsumsi rumah tangga, komponen ekspor, komponen impor, dan komponen PMTB. Meskipun konsumsi lembaga nirlaba tumbuh paling mengesankan yaitu 16,89 persen, namun karena kontribusinya terhadap total PDRB penggunaan relatif kecil maka andil pertumbuhannya juga kecil. Tabel 5 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku, Konstan dan Distribusi Persentase menurut Komponen Penggunaan Triwulan III Tahun 2014 Komponen Penggunaan PDRB ADH Berlaku (Juta Rupiah) PDRB ADH Konstan (Juta Rupiah) Distribusi Persentase (persen) (1) (2) (3) (4) 1. Konsumsi Rumah tangga 9.587.810 3.204.982 53,35 2. Konsumsi Lembaga Nirlaba 740.968 227.690 4,12 3. Konsumsi Pemerintah 4.890.958 1.335.899 27,22 4. Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) 5.755.781 1.720.271 32,03 5. Ekspor 7.922.465 2.890.356 44,09 6. Impor 10.526.624 2.817.300 58,58 7. Lainnya *) (401.463) (31.319) -2,23 PDRB 17.969.894 6.530.580 100,00 Keterangan: *) Termasuk Perubahan Inventori dan Diskrepansi Statistik (Residual) 6

Nilai nominal PDRB pada triwulan III 2014 terbesar digunakan untuk membiayai impor, yaitu mencapai Rp10,53 triliun, atau 58,6 persen dari total PDRB DIY (Tabel 5). Nilai ini melebihi nilai ekspor yang sebesar Rp7,93 triliun sehingga ekspor neto pada triwulan III 2014 tercatat negatif. Penggunaan PDRB terbesar berikutnya adalah untuk pengeluaran konsumsi rumah tangga yaitu sebesar Rp9,59 triliun, atau 53,4 persen dari total PDRB DIY. Selanjutnya porsi penggunaan yang juga relatif besar adalah untuk kegiatan investasi fisik (PMTB) sebesar Rp5,76 triliun atau sekitar 32 persen dari total PDRB. Konsumsi rumah tangga yang tinggi memang masih diperlukan untuk menggerakkan ekonomi masyarakat, namun pembentukan investasi juga harus didorong terutama investasi yang memberikan dampak tumbuhnya tumbuhnya sektor-sektor ekonomi dan penyerapan tenaga kerja. 5. PERBANDINGAN NILAI PDRB ANTAR PROVINSI Pada tabel 6 terlihat kontribusi PDRB provinsi di wilayah Jabalnusra terhadap total 33 provinsi pada triwulan III 2014, yaitu sebesar 61,01 persen. Kontribusi terhadap total perekonomian regional, mayoritas berasal dari provinsi-provinsi di Pulau Jawa, yaitu sebesar 58,51 persen. DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, dan Jawa Tengah merupakan provinsi-provinsi penyumbang kue ekonomi terbesar, masing-masing 16,71 persen; 15,12 persen; 14,38 persen; serta 8,25 persen. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan ekonomi masih terkonsentrasi di Pulau Jawa. Daerah Istimewa Yogyakarta dengan kontribusi hanya 0,83 persen memiliki peringkat terendah di Pulau Jawa. Hal ini dapat dimaklumi karena luas wilayah DIY relatif kecil dan dalam perkembangannya merupakan daerah pusat pendidikan dan kebudayaan sehingga pembangunan ekonomi memang tidak diarahkan menjadi wilayah industri berskala besar. Laju pertumbuhan ekonomi pulau Jawa sebesar 2,02 persen (q-to-q); 5,73 persen (y-o-y); dan 5,75 persen (c-to-c). Pertumbuhan y-on-y dan c-to-c di atas pertumbuhan nasional (jumlah 33 provinsi), sedangkan pertumbuhan q-to-q di bawah pertumbuhan nasional. Tabel 6 Ringkasan PDRB Triwulan III 2014 Beberapa Provinsi di Indonesia PDRB Tw III 2014 (miliar Rp) Pertumbuhan Tw III 2014 (%) Kontribusi (%) Provinsi Thd 33 ADHB ADHK Q to Q Y on Y C to C Thd Pulau Prov (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) SUMATERA 513.044.277,28 147.076.788,66 2,32 4,50 4,95 100,00 23,63 JAWA 1.270.602.234,50 440.086.685,65 2,02 5,73 5,75 100,00 58,51 11. DKI Jakarta 362.831.786,00 127.847.352,76 1,86 6,02 6,03 28,56 16,71 12. Jawa Barat 312.353.179,50 104.172.505,30 2,32 5,61 5,60 24,58 14,38 13. Banten 69.846.272,70 28.240.283,59 2,00 5,01 5,13 5,50 3,22 14. Jawa Tengah 179.199.120,62 60.004.252,99 1,56 5,45 5,28 14,10 8,25 15. DI Yogyakarta 17.969.894,37 6.530.579,58 4,24 4,76 5,03 1,41 0,83 16. Jawa Timur 328.401.981,31 113.291.711,42 2,04 5,91 6,02 25,85 15,12 BALI NUSRA 54.331.964,86 18.557.295,51 2,55 3,36 4,57 100,00 2,50 17.Bali 27.104.741,14 9.398.099,35 2,78 6,53 6,08 49,89 1,25 18.Nusa Tenggara Barat 15.373.132,94 5.197.812,64 1,32-3,01 1,67 28,29 0,71 19.Nusa Tenggara Timur 11.854.090,78 3.961.383,53 3,67 4,97 5,00 21,82 0,55 KALIMANTAN 178.211.825,73 57.465.941,74 3,13 3,93 3,68 100,00 8,21 SULAWESI 108.005.183,83 37.293.019,80 4,94 7,76 7,02 100,00 4,97 MALUKU dan PAPUA 47.404.070,43 13.152.300,52 11,46 5,28 5,05 100,00 2,18 33 PROVINSI 2.171.599.556,63 713.632.031,89 2,49 5,36 5,43 100,00 100,00 7

PENJELASAN TEKNIS Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah : a. Jumlah nilai tambah atas produk barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi yang dimiliki oleh penduduk suatu daerah; b. Jumlah pengeluaran konsumsi yang dilakukan oleh rumah tangga, lembaga swasta nirlaba, dan pemerintah, serta untuk pembentukan modal tetap, perubahan inventori / stok dan ekspor neto (ekspor dikurangi impor) suatu daerah; c. Jumlah pendapatan (balas jasa) yang diterima oleh faktor produksi (tenaga kerja, tanah, modal & kewiraswastaan/entrepreneurship) plus penyusutan dan pajak tidak langsung neto (pajak tidak langsung dikurangi subsidi) yang dimiliki oleh penduduk suatu daerah; dalam jangka waktu tertentu (satu triwulan/semester/tahun). Metode penghitungan PDRB berdasarkan 3 (tiga) pendekatan: a. Produksi (Sektor Ekonomi/Lapangan Usaha) Supply side b. Penggunaan (Pengeluaran) Demand side c. Pendapatan Income side Penyajian PDRB: a. Atas dasar harga berlaku harga komoditas barang dan jasa berdasarkan tahun berjalan. b. Atas dasar harga konstan harga komoditas barang dan jasa pada tahun dasar referensi 2000. Peranan (Share) suatu sektor/komponen penggunaan terhadap perekonomian wilayah dihitung berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku untuk melihat struktur ekonomi. Pertumbuhan (Growth) suatu sektor/komponen penggunaan terhadap perekonomian wilayah dihitung berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan untuk melihat perubahan volume (kuantum) produksi. Pertumbuhan ekonomi q-to-q : PDRB harga konstan pada suatu triwulan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya secara berantai pada tahun yang sama ataupun berlainan (quarter to quarter economic growth). Pertumbuhan ekonomi y-on-y : PDRB harga konstan pada suatu triwulan/tahun dibandingkan dengan triwulan/tahun yang sama pada tahun sebelumnya (year on year economic growth). Pertumbuhan ekonomi c-to-c : PDRB harga konstan kumulatif sampai dengan suatu triwulan dibandingkan dengan kumulatif sampai dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya (cumulative to cumulative economic growth). Pengeluaran konsumsi rumah tangga mencakup semua pengeluaran untuk konsumsi barang dan jasa, dikurangi dengan penjualan neto barang bekas dan sisa yang dilakukan oleh rumah tangga (termasuk lembaga swasta nirlaba yang melayani rumah tangga) selama periode tertentu (triwulan/semester/tahun). 8

Pengeluaran konsumsi pemerintah mencakup pengeluaran untuk belanja pegawai, penyusutan dan belanja barang (termasuk biaya perjalanan, pemeliharaan dan pengeluaran lain yang bersifat rutin) baik yang dilakukan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah selama periode tertentu (triwulan/ semester/tahun), tidak termasuk penerimaan dari produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh pemerintah, yang bukan dikonsumsi oleh pemerintah tetapi dikonsumsi oleh masyarakat. Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) adalah investasi fisik yang dilakukan oleh rumah tangga, pemerintah dan swasta dalam hal pengadaan, pembuatan/perbaikan besar maupun pembelian barang modal baru produksi domestik ataupun barang modal baru/bekas dari luar negeri (impor) dikurangi dengan penjualan barang modal bekas pada suatu periode tertentu (triwulan/semester/tahun). Investasi fisik dimaksud berupa: bangunan (tempat tinggal maupun usaha), infrastruktur, mesin dan perlengkapan, alat angkutan, serta barang modal lainnya. 9