PENERAPAN E-FAKTUR DAN PERSEPSI PENGUSAHA KENA PAJAK (PKP) (STUDI PADA PENGUSAHA KENA PAJAK DI KABUPATEN BULELENG)

dokumen-dokumen yang mirip
Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak REVISI PJ.091/PPN/S/001/

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 16/PJ/2014 TENTANG TATA CARA PEMBUATAN DAN PELAPORAN FAKTUR PAJAK BERBENTUK ELEKTRONIK

BAB I PENDAHULUAN. Besarnya pengeluaran negara yang digunakan untuk kemakmuran rakyat diikuti juga

Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak PJ.091/PPN/S/001/

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

BAB I PENDAHULUAN. satu instrumen penting dalam berjalannya pemerintahan sebuah negara. APBN yang digunakan oleh sebuah pemerintahan diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. aplikasi dalam membenahi administrasi Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

BAB I PENDAHULUAN. jalannya roda pemerintahan. Lembaga yang ditunjuk untuk mengelola pajak

FAKTUR PAJAK BERBENTUK ELEKTRONIK (e-faktur)

Faktur pajak (tax invoice) merupakan sarana administrasi

Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak PJ.091/PPN/S/001/

BAB I PENDAHULUAN. yang diperjualbelikan, telah dikenai biaya pajak selain dari pada harga pokoknya

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian Pengusaha menurut Mardiasmo (2008:36), Pengusaha merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya pertumbuhan ekonomi saat ini di negara

pemungutan pajak dimana wajib pajak menghitung sendiri pajak terutangnya serta secara mandiri menyetorkan ke bank atau kantor pos dan melaporkannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk membiayai pengeluaran negara, baik pengeluaran rutin maupun

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mardiasmo (2001:118), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 65/PMK.03/2010 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 65/PMK.03/2010 TENTANG

PERPAJAKAN II. PENGISIAN e-spt PPN Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Akuntansi

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER /PJ.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan Nilai (PPN) dengan dasar hukum berdasarkan pada undangundang. Nomor 8 Tahun 1983 yang ditetapkan sejak 1 April 1985

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 29/PJ/2008 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak merupakan sektor pemasukan terbesar kas negara. Penerimaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya. Analisis Perhitungan..., Nurhasanah, Fakultas Ekonomi 2016

Mengenal Lebih Dekat Pajak Pertambahan Nilai

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 43/PJ/2010 TENTANG

C. PKP Rekanan PKP Rekanan adalah PKP yang melakukan penyerahan BKP dan atau JKP kepada Bendaharawan Pemerintah atau KPKN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 38/PMK.04/2010 TENTANG TATA CARA PEMBUATAN DAN TATA CARA PEMBETULAN ATAU PENGGANTIAN FAKTUR PAJAK

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam analisa penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai, penulis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulisan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cara Perpajakan (KUP), pengertian pajak adalah : Menurut Adriani dalam Purwono (2010 : 7) pengertian pajak yaitu :

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK. 11 April 2005 SURAT DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR S - 246/PJ.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 143 TAHUN 2000 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. sudah saatnya diletakkan suatu landasan yang dapat menjamin tersedianya dana

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mewujudkan cita-cita tersebut Indonesia dalam menyelenggarakan

Oleh : I Nyoman Darmayasa, SE., M.Ak., Ak. BKP. Politeknik Negeri Bali

14/PJ/2010 PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-146/PJ./2006 TENTANG BE

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Kementrian Keuangan (2014)

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 62/PJ/2013 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-44/PJ/2010 Tanggal 6 Oktober 2010

Nomor Putusan Pengadilan Pajak. Put-4/PP/M.XIIA/99/2014. Jenis Pajak : Gugatan. Tahun Pajak : 2011

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 79/PMK.03/2010 TENTANG

15/PJ/2010 PERUBAHAN PERTAMA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 29/PJ/2008 TENTANG BENTUK,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 24/PJ/2012 TENTANG

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemberlakuan faktur pajak manual, kantor pajak memberikan kebebasan

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR - 44/PJ/2008 TENTANG

SEKRETARIATPENGADILAN PAJAK. Putusan Nomor : PUT /2014/PP/M.VIB Tahun Jenis Pajak : PPN. Tahun Pajak : 2014.

BAB I PENDAHULUAN. yang tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea 4.

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. hewan) yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP) pada

bahwa yang menjadi sengketa dalam gugatan ini adalah Penerbitan Surat Keputusan Tergugat Nomor: KEP-00329/NKEB/WPJ.

Evaluasi Pelaksanaan Pajak Pertambahan Nilai di PT IO

2018, No Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang Nomor 5 Tahun 2008 tentang Perubahan

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang satu sama lain pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 13/PJ/2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan tahun 2012 terlihat pada tabel berikut ini: Tabel 1.1 Perkembangan Penerimaan Pajak (triliun rupiah)

PENUNJUKAN BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG/PEMUNGUT PAJAK PAJAK NEGARA BAB I

PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian pajak berdasarkan Undang-undang Nomor 16 Tahun. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani, Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang undang yang dapat dipaksakan

SEMINAR PERPAJAKAN PENGUSAHA KENA PAJAK (PKP)

BAB 4. Pembahasan Hasil Penelitian

pembiayaan dan pembangunan dalam negeri. Pemerintah Indonesia

Surat Edaran SE-13/PJ.52/2006

BAB I PENDAHULUAN. maju dan demokratis berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

I. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 9/PMK.03/2018

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR: PER-160/PJ/2006 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 136/PMK. 03/2012 TENTANG

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 42/PJ/2013 TENTANG

PELAKSANAAN VERIFIKASI DALAM RANGKA PENCABUTAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK SECARA JABATAN ATAS PENGUSAHA KECIL PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. HAJ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perusahaan dagang

BAB I PENDAHULUAN. Praktek Kerja Lapangan Mandiri merupakan salah satu proses yang harus dilewati dan

BAB II LANDASAN TEORI. pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut:

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9/PMK.03/2018 TENTANG

..., ) Yth. Kepala Kantor Pelayanan Pajak... 3) Di... 4) Dengan hormat,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9/PMK.03/2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN

EVALUASI PELAKSANAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT REK DI TAHUN PAJAK 2011

BAB I PENDAHULUAN. Penerimaan Negara dari sektor perpajakan merupakan sumber utama. untuk pembangunan nasional dan penyelenggaraaan pemerintahan.

FAKTUR PAJAK STANDAR

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 24/PJ/2012 TENTANG

BAB III PEMBAHASAN TENTANG EFEKTIVITAS PENERAPAN E-FAKTUR ATAS PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK

Modul ke: Pertemuan 2. 02Fakultas EKONOMI. Perpajakan I. Program Studi AKUNTANSI

SPT (Surat Pemberitahuan) Saiful Rahman Yuniarto

..., ) Yth. Kepala Kantor Pelayanan Pajak... 3) Di... 4) Dengan hormat,

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi pajak menurut undang-undang dan pakar pajak sebagai berikut :

SE - 69/PJ/2015 PROSEDUR PEMBERIAN DAN PENCABUTAN SERTIFIKAT ELEKTRONIK

Transkripsi:

PENERAPAN E-FAKTUR DAN PERSEPSI PENGUSAHA KENA PAJAK (PKP) I Nyoman Putra Yasa 1 (Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja) 1 Email : putrayasanyoman11@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui persepsi Pengusaha Kena Pajak terhadap Penerapan e-administrasi yang dilakukan oleh DJP salah satunya adalah e-faktur. persepsi pengusaha kena pajak dilihat dari persepsi kebermanfaatan, persepsi kemudahan penggunaan, dan persepsi minat perilaku penggunaan e-faktur. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuisioner dan wawancara langsung dengan PKP. Metode pengumpulan sampel menggunakan ditentukan berdasarkan purposive sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Pengusaha kena pajak merasakan manfaat dari penerapan e-faktur dan menilai bahwa aplikasi e-faktur mudah untuk digunakan, serta pengusaha kena pajak memiliki minat untuk menggunakan sistem e-faktur. Kata kunci : Pengusaha Kena Pajak, Persepsi Pengusaha Kena Pajak I. PENDAHULUAN Menurut Presiden Joko Widodo (detikfinance,2016) salah satu cara yang dilakukan untuk menstabilkan perekonomian negara adalah melakukan pemerataan pembangunan infrastruktur. Untuk melakukan pemerataan pembangunan tersebut, pemerintah memerlukan biaya yang sagat besar. Dana yang digunakan dalam pengembangan infrastruktur bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) dan kerjasama degan Negara lain. Salah satu sumber dana terbesar dalam APBN masih bersumber dari sektor Pajak. Target penerimaan Negara dalam APBN tahun 2016 adalah Rp.1.822,5 triliun, dengan penerimaan Negara dari sector pajak adalah sebesar Rp. 1.546,7 Triliun atau sekitar 85 % dari total penerimaan Negara. Melihat besarnya target penerimaan Negara dari sector pajak, pemerintah melalui Keenterian Keuangan Republik Indonesia (Kemenkeu) dan Direktorat Jenderal Pajak (DJP) mengeluarkan beberapa kebijakan terkait dengan perpajakan. Salah satu kebijakan yang dikeluarkan pemerintah adalah modernisasi sistem administrasi perpajakan,. Peraturan terbaru dalam langkah modernisasi sistem administrasi perpajakan yang ditetapkan Direktorat Jendral Pajak (DJP) adalah pemberlakuan Elektronik Faktur (e-faktur) sebagai pengganti Faktur Pajak manual yang biasanya digunakan untuk membantu pelaporan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPn BM). E-Faktur pajak atau faktur pajak elektronik adalah Faktur Pajak yang dibuat melalui aplikasi atau sistem elektronik yang ditentukan dan/atau disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak (Pasal 1 ayat (1) Per 16/PJ/2014). Direktorat Jenderal Pajak melakukan penerapan Vol.06 No.4,September 2016 Jurnal Riset Akuntansi JUARA 79

e-faktur secara bertahap, dimana mulai 1 Juli 2014 bagi Pengusaha Kena Pajak (PKP) tertentu (45 PKP) sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran I Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP- 136/PJ/2014, mulai 1 Juli 2015 bagi PKP yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak di wilayah Pulau Jawa dan Bali; dan mulai 1 Juli 2016 bagi seluruh PKP secara nasional. Sistem e-faktur Pajak atau pembuatan Faktur Pajak secara elektronik ini diharapkan akan mampu meningkatkan kemudahan PKP dalam melaporkan pajaknya dan juga untuk menghindari potensi kecurangan dalam pelaporan pajak yang ditanggungnya. Dan juga sebagai langkah Direktorat Jenderal Pajak dalam melanjutkan modernisasi administrasi perpajakan yang telah dicanangkan. Dikeluarkannya peraturan tentang penerbitan e-faktur secara elektronik bagi PKP mengundang berbagai reaksi dari masyarakat khususnya bagi PKP itu sendiri. Oleh sebab itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana persepsi masyarakat khususnya PKP terkait penerapan peraturanini. II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pajak Sesuai dengan Pasal 1 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang - undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. 2.2 Pengusaha Kena Pajak 2.2.1 Pengertian Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar Daerah Pabean, melakukan usaha jasa termasuk mengekspor jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar Daerah Pabean. Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak berdasarkan Undang PPN 1984. (Mardiasmo, 2014) 2.2.2 Kewajiban Pengusaha Kena Pajak Pengusaha Kena Pajak berkewajiban, antara lain untuk : a. Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak. b. Memungut PPN dan PPn BM yang terutang. c. Menyetorkan PPN yang masih harus dibayar dalam hal Pajak Keluaran lebih besar daripada Pajak Masukan yang dapat dikreditkan serta menyetorkan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang terutang; dan d. Melaporkan penghitungan pajak. 2.2.3 Pengecualian Kewajiban Pengusaha Kena Pajak Pengusaha yang dikecualikan dari kewajiban sebagai Pengusaha Kena Pajak adalah : a. Pengusaha kecil. Menurut Pasal 1 ayat (1) Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 197/PMK.03/2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 68/PMK.03/2010 Tentang Batasan Pengusaha Kecil Pajak Pertambahan Nilai, Pengusaha kecil merupakan pengusaha yang selama 1 (satu) tahun buku melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak dengan jumlah peredaran bruto dan/atau penerimaan bruto tidak lebih dari Rp. 4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah). 80 PENERAPAN E-FAKTUR DAN PERSEPSI PENGUSAHA KENA PAJAK (PKP)

b. Pengusaha yang semata mata melakukan Penyerahan Barang Tidak kena Pajak (Non-BKP) dan/ atau Jasa Tidak kena Pajak (Non- JKP) walaupun jumlah peredaran bruto dan/atau penerimaan bruto sudah melebihi Rp. 4,8 Milyar. 2.3 Faktur Pajak Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak atau penyerahan Jasa Kena Pajak (Mardiasmo, 2014). Pengusaha Kena Pajak wajib membuat Faktur Pajak untuk setiap: 1. Penyerahan Barang Kena Pajak; 2. Penyerahan Jasa Kena Pajak; 3. Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud; dan/atau 4. Ekspor Jasa Kena Pajak. Pengusaha Kena Pajak dapat membuat 1 (satu) Faktur Pajak meliputi seluruh penyerahan yang dilakukan kepada pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak yang sama selama 1 (satu) bulan kalender yang disebut dengan Faktur Pajak gabungan. 2.4 e- Faktur 2.4.1 Pengertian e-faktur e-faktur pajak atau faktur pajak elektronik adalah Faktur Pajak yang dibuat melalui aplikasi atau sistem elektronik yang ditentukan dan/atau disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak (Pasal 1 ayat (1) Peraturan Direktorat Jenderal Pajak 16/PJ/2014 tentang Tata Cara Pembuatan Faktur Pajak Elektronik). Bentuk e-faktur adalah berupa dokumen elektronik Faktur Pajak yang merupakan hasil keluaran (output) dari aplikasi atau sistem elektronik yang ditentukan dan/atau disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak (Pasal 10 ayat (1) Peraturan Direktorat Jenderal Pajak 16/ PJ/2014 tentang Tata Cara Pembuatan Faktur Pajak Elektronik). 2.4.2 Manfaat e-faktur a. Bagi Pengusaha Kena Pajak 1. Kenyamanan Pengusaha a) Tanda tangan elektronik b) Tidak perlu printout c) Satu kesatuan dengan pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) 2. Proteksi dari penyalahgunaan pihak yang tidak bertanggungjawab a) Approval Direktorat Jenderal Pajak 3. Validasi Faktur Pajak dapat diketahui oleh pihak pembeli b. Bagi Direktorat Jenderal Pajak 1. Mempermudah Pengawasan a) Validasi Pajak Keluaran Pajak Masukan b) Data lengkap Faktur Pajak 2. Mempermudah Pelayanan a) Mempercepat pemeriksaan b) Mempercepat pelaporan c) Mempercepat pemberian nomor seri Faktur Pajak 2.5 Tata Cara Pembuatan e-faktur e-faktur harus mencantumkan keterangan tentang penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang paling sedikit memuat: a. Nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak yang menyerahkan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak; b. Nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak; c. Jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan potongan harga; d. Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut; e. Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut; f. Kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan Faktur Pajak; dan Vol.06 No.4,September 2016 Jurnal Riset Akuntansi JUARA 81

g. Nama dan tanda tangan elektronik yang berhak menandatangani Faktur Pajak. e-faktur dibuat dengan menggunakan mata uang Rupiah. Untuk yang menggunakan mata uang selain Rupiah maka harus terlebih dahulu dikonversikan ke dalam mata uang Rupiah dengan menggunakan kurs yang berlaku menurut Keputusan Menteri Keuangan. Berikut gambaran tahapan pembuatan e-faktur menggunakan aplikasi client III. PEMBAHASAN 3.1 Persepsi Pengusaha Kena Pajak (PKP) Terhadap e-faktur e-faktur pajak atau faktur pajak elektronik adalah Faktur Pajak yang dibuat melalui aplikasi atau sistem elektronik yang ditentukan dan/atau disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak (Pasal 1 ayat (1) Peraturan Direktorat Jenderal Pajak 16/PJ/2014 tentang Tata Cara Pembuatan Faktur Pajak Elektronik). Bentuk e-faktur adalah berupa dokumen elektronik Faktur Pajak yang merupakan hasil keluaran (output) dari aplikasi atau sistem elektronik yang ditentukan dan/ atau disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak (Pasal 10 ayat (1) Peraturan Direktorat Jenderal Pajak 16/PJ/2014 tentang Tata Cara Pembuatan Faktur Pajak Elektronik). Penerapan e-faktur mulai 1 Juli 2015 diberlakukan bagi Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) di wilayah Pulau Jawa dan Bali. KPP Pratama Singaraja merupakan salah satu KPP yang harus menerapkan penggunaan aplikasi E-Faktur. Menurut data dari bagian pelayanan KPP Pratama Singaraja, tercatat sekitar 626 Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar masih aktif dan sudah ada 399 PKP yang mengajukan permohonan untuk mendapatkan sertifikat elektronik dan aplikasi e-faktur. Persepsi Pengusaha Kena Pajak dilihat dengan menggunakan Persepsi Kebermanfaatan, Persepsi Kemudahan Penggunaan, dan Persepsi Minat Perilaku Penggunaan e-faktur. Dimana secara keseluruhan Pengusaha Kena Pajak memberikan persepsi yang positif terhadap penerapan e-faktur. a. Secara kebermanfaatan e-faktur, Nilai rata rata secara keseluruhan sebesar 158,28, yang berada pada range Setuju (131 161). Ini berarti secara umum PKP setuju bahwa ada manfaat yang dirasakan dari penerapan e-faktur sehingga mampu meningkatkan kinerja mereka. Secara umum PKP menilai e-faktur merupakan aplikasi yang sangat membantu meningkatkan kinerja dalam proses penerbitan faktur pajak karena proses penerbitannya lebih mudah dan sederhana. Proses pelaporannya pun mudah karena sudah menjadi satu dengan pelaporan e-spt dan juga meningkatnya keamanan bertransaksi faktur karena divalidasi secara langsung oleh Direktorat Jenderal Pajak. b. Secara Kemudahan Penggunaan. Nilai rata rata untuk Persepsi Kemudahan Penggunaan secara keseluruhan sebesar 138,85, yang berada pada range Setuju (131 161). Hal ini menunjukkan bahwa responden setuju terhadap Persepsi Kemudahan Penggunaan e-faktur yang artinya responden menilai bahwa e-faktur mudah untuk dipahami dan digunakan. Responden menilai bahwa aplikasi e-faktur dapat dipelajari, merasa mudah beradaptasi menggunakan e-faktur, yang secara keseluruhan responden menemukan proses penerbitan faktur pajak menggunakan e-faktur mudah untuk dilakukan. 82 PENERAPAN E-FAKTUR DAN PERSEPSI PENGUSAHA KENA PAJAK (PKP)

IV. KESIMPULAN,KETERBATASAN PENELITIAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan persepsi PKP terhadap penerapan e-faktur adalah sebagai berikut : a. Secara kebermanfaatan PKP setuju bahwa ada manfaat yang dirasakan dari penerapan e-faktur sehingga mampu meningkatkan kinerja mereka. Secara umum PKP menilai e-faktur merupakan aplikasi yang sangat membantu meningkatkan kinerja dalam proses penerbitan faktur pajak karena proses penerbitannya lebih mudah dan sederhana. Proses pelaporannya pun mudah karena sudah menjadi satu dengan pelaporan e-spt dan juga meningkatnya keamanan bertransaksi faktur karena divalidasi secara langsung oleh Direktorat Jenderal Pajak. b. Secara Kemudahan Penggunaan, PKP menganggap e-faktur mudah untuk dipahami dan digunakan. Responden menilai bahwa aplikasi e-faktur dapat dipelajari, merasa mudah beradaptasi menggunakan e-faktur, yang secara keseluruhan responden menemukan proses penerbitan faktur pajak menggunakan e-faktur mudah untuk dilakukan. 4.2 Keterbatasan Penelitian Adapun yang menjadi keterbatasan dalam penelitian ini adalah sedikitnya waktu penelitian yang dilakukan, sehingga menyebabkan sampel penelitian terbatas hanya pada PKP yang ada di wilayah Kota Singaraja saja. 4.3 Saran Berdasarkan Kesimpulan dan Keterbatasan penelitian yang ada, maka saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalahsebagai berikut : a. Memperluas sampel penelitian ke wilayah lain di Kabupaten Buleleng Khususnya, sehingga hasil penelitian lebih mewakili PKP secara keseluruhan. b. Peneliti selanjutnya dapat menambah beberapa variabel lain seperti kesiapan pegawai pajak dan sistem penunjang yang dimilki oleh Kantor Pajak DAFTAR PUSTAKA Mardiasmo. 2014. Perpajakan, Edisi Revisi. Yogyakarta : ANDI. Pengumuman Direktorat Jenderal Pajak Nomor 3/PJ.02/2014 tentang Syarat dan Ketentuan Pemberian Sertifikat Elektronik Nomor 4/ PJ.02/2015 tentang Faktur Pajak Berbentuk Elektronik (e-faktur) Nomor 6/ PJ.02/2015 tentang Penegasan Atas e-faktur. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-16/PJ/2014 tentang Tata Cara Pembuatan dan Pelaporan Faktur Pajak Berbentuk Elektronik. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 151/ PMK.011/2013 tentang Tata Cara Pembuatan dan Tata Cara Pembetulan atau Penggantian Faktur Pajak. Nomor 197/ PMK.03/2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 68/PMK.03/2010 Tentang Batasan Pengusaha Kecil Pajak Pertambahan Nilai. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Sebagaimana Telah Beberapa Kali Vol.06 No.4,September 2016 Jurnal Riset Akuntansi JUARA 83

Diubah Terakhir Dengan Undang Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Perubahan Ketiga Atas Undang Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Undang Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Undang Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPN dan PPnBM) www. Finance.detik.com. tanggal 16 Mei 2016. Diakses 28 Agustus 2016 www.pajak.go.id diakses 28 Agustus 2016 84 PENERAPAN E-FAKTUR DAN PERSEPSI PENGUSAHA KENA PAJAK (PKP)