Dalam Rangka Penyusunan RKP

dokumen-dokumen yang mirip
DALAM RANGKA PENYUSUNAN RKP DAN RENJA K/L TAHUN 2014

KATA PENGANTAR. Sebagai upaya memperkuat keterkaitan antara perencanaan dan penganggaran secara

I... 1 PENDAHULUAN... 1 BAB II... 2 TATA CARA PELAKSANAAN PERTEMUAN TIGA PIHAK...

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

Tata Cara Revisi Anggaran Tahun Anggaran 2015

RANCANGAN PAGU INDIKATIF TA 2010 DEPUTI BIDANG PENDANAAN PEMBANGUNAN BAPPENAS

Setyanta Nugraha Kepala Biro Analisa APBN Sekretariat Jenderal DPR RI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

REVIU ANGKA DASAR (BASELINE) (Bagian 1)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA. No.1341, 2012 KEMENTERIAAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT. Petunjuk Operasional. Kegiatan. Revisi. Pedoman.

DASAR HUKUM. Jawab Keuangan Negara;. PP No. 20 Tahun 2004 tentang RKP;. PP No. 21 Tahun 2004 ttg Penyusunan RKA-KL. dan Tanggung

Pokok Pokok Perubahan Revisi Anggaran Tahun Anggaran 2015

MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PPN/ KEPALA BAPPENAS NOMOR 1 TAHUN 2011 TANGGAL 31 JANUARI 2011 TATA CARA PENYUSUNAN INISIATIF BARU

BAB IV KAIDAH PELAKSANAAN

2 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5 Tambahan Lembaran Negara No

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2010 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

REVISI ANGGARAN PADA DJA SEMAKIN SEDERHANA, CEPAT DAN AKURAT (Bagian 1)

Disampaikan Dalam Pembekalan Tenaga Ahli DPR RI Tanggal April /3/2013 Biro Analisa APBN 1

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2015 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2016 (Lembaran Negara R

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

RAPAT KOORDINASI BIRO ANALISA ANGARAN DAN PELAKSANAAN APBN 19 MARET /19/2014 Biro Analisa APBN 1

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENGHEMATAN BELANJA KEMENTERIAN/LEMBAGA TAHUN ANGGARAN 2011

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

1. Landasan Berpikir (1)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

Revisi Anggaran Tahun Anggaran Bandung, 27 April 2018

DIREKTORAT ANGGARAN BIDANG POLHUKHANKAM & BA BUN DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN 1

DEPUTI BIDANG PENDANAAN PEMBANGUNAN

MENGAPA ANGGARAN KINERJA?

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 257/PMK.02/2014 TENTANG TATA CARA REVISI ANGGARAN TAHUN ANGGARAN 2015

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL. Sambutan Pembukaan

2017, No Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Pere

KEBIJAKAN ANGGARAN DAN PELAPORAN KEUANGAN. KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI 19 Agustus 2015

OUTLINE PAPARAN PENAJAMAN RENCANA KERJA TA KONSEP RKP DUKUNGAN DITJEN SDA TERHADAP 3 PRIORITAS NASIONAL

PETUNJUK PENYUSUNAN RENCANA KERJA KEMENTERIAN/LEMBAGA (RENJA K/L) TAHUN 2017

2011, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 137 /PMK.02/2006 TENTANG TATA CARA REVISI DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (DIPA) TAHUN 2007

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 257/PMK.02/2014 TENTANG TATA CARA REVISI ANGGARAN TAHUN ANGGARAN 2015

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 257/PMK.02/2014 TENTANG TATA CARA REVISI ANGGARAN TAHUN ANGGARAN 2015

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 49/PMK.02/2011 TENTANG TATA CARA REVISI ANGGARAN TAHUN ANGGARAN 2011

Tata Cara Revisi Anggaran Tahun Anggaran 2014

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32/PMK.02/2013 TENTANG TATA CARA REVISI ANGGARAN TAHUN ANGGARAN 2013

POKOK-POKOK PERUBAHAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NO. 10/PMK.02/2017 TENTANG TATA CARA REVISI ANGGARAN TA 2017

PROSES PELAKSANAAN PENYUSUNAN RKP DAN PAGU INDIKATIF DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS

Kewenangan Kanwil DJPb Dalam Revisi Anggaran (DIPA) Tahun Anggaran 2017

PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM. Direktorat Pembinaan PK BLU Direktorat Jenderal Perbendaharaan Departemen Keuangan

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 93/PMK.02/2011 TENTANG

BAB 1 SISTEM PENGANGGARAN

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 69/PMK.02/2010 TENTANG TATA CARA REVISI ANGGARAN TAHUN ANGGARAN 2010 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROPOSAL KEGIATAN Rapat koordinasi Pimpinan Dekanat dan Tata Usaha

- 1 - BAB I PENDAHULUAN

TATA CARA PENYUSUNAN INISIATIF BARU

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 140/PMK.02/2015

PENJELASAN TEKNIS SUBSTANTIF RAKORTEK K/L DENGAN PEMDA DALAM PENYUSUNAN RKP 2018 DAN TATA KELOLA PEMBAHASAN

BAGAN MEKANISME PENGUSULAN PENGELOLA ANGGARAN YANG DITETAPKAN OLEH MENTERI SEKRETARIS NEGARA SELAKU PENGGUNA ANGGARAN/PENGGUNA BARANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 177/PMK.02/2014 TENTANG

PENGARUSUTAMAAN GENDER MELALUI PPRG KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

TINDAK LANJUT STRATEGI NASIONAL PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN YANG RESPONSIF GENDER (PPRG) DEPUTI SUMBER DAYA MANUSIA DAN KEBUDAYAAN

TATA CARA REVISI ANGGARAN TAHUN ANGGARAN 2016 PMK No.15/PMK.02/2016

Sosialisasi Revisi Anggaran Kewenangan Direktorat Jenderal Perbendaharaan Tahun Anggaran Semarang, 5 April 2018

2015, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pemberdayaan Perem

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - BAB I PENDAHULUAN

MENTERI KEUANGAN R I

PETUNJUK PENYUSUNAN DAN PENELAAHAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2010 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

BAB 7 PENUTUP 7.1 PEDOMAN PEMBANGUNAN

RANCANGAN AWAL RKP 2016 DAN PAGU INDIKATIF DEPUTI BIDANG PENDANAAN PEMBANGUNAN Jakarta, 15 April 2015

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR SULAWESI BARAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON

POIN KESEPAKATAN BILATERAL MEETING. BIDANG SARANA DAN PRASARANA Rakorbangpus II, 4 Mei 2010

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085

PAGU ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA TAHUN ANGGARAN 2015

Multilateral Meeting II dalam Rangka Penyusunan RKP 2017 PN REFORMASI FISKAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI MALUKU TENGGARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KETERPADUAN PROGRAM mau dibawa kemana?? azibi taufik jauhari

LATAR BELAKANG belum sepenuhnya dapat memberikan panduan secara teknis

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 46 /PMK.02/2008 TENTANG

TATA CARA REVISI ANGGARAN TAHUN ANGGARAN 2016 BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Ir. Benny J. Pandie Kepala Bagian Perencanaan dan Sistem Informasi

Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan. Undang Nomor 2r Tahun 2OO4 tentang Sistem. bahvva untuk menjamitt kualitas Rencana Kerja

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb

LEMBAR PENGESAHAN PROSEDUR PENYUSUNAN RKA-KL dan DIPA SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN

PETUNJUK PELAKSANAAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN YANG RESPONSIF GENDER PPRG UNTUK KEMENTERIAN/LEMBAGA LAMPIRAN 1

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA. 25-Jul-13 INTEGRITAS PROFESIONALISME SINERGI PELAYANAN KESEMPURNAAN

2017, No Tahun 2010 Nomor 152, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5178); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tat

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

KEMENTERIAN PERTAHANAN RI DIREKTORAT JENDERAL PERENCANAAN PERTAHANAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.677,2012

Transkripsi:

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Pertemuan Tiga Pihak Dalam Rangka Penyusunan RKP dan Renja K/L Tahun 2013 Direktorat Jenderal Anggaran, Jakarta, April 2012

Pokok Bahasan 1. Tujuan Pelaksanaan; 2. Waktu Pelaksanaan; 3. Hal hal yang harus diperhatikan dalam Trilateral Meeting; 4. Alternatif tindakan dalam hal terjadi Ketidaksepakatan; 5. Keluaran daritilt Trilateral l Meeting; 6. Lingkup Pembahasan Trilateral Meeting; 7. Tindak Lanjut. 2

1. Tujuan Pelaksanaan a. Meningkatkan koordinasi dan kesepahaman antara Kementerian PPN/Bappenas, Kementerian Keuangan dan K/L terkait dg pencapaian sasaran2 prioritas pembangunan nasional yg akan dituangkan dlm RKP. b. Menjaga konsistensi kebijakan yg ada dlm dok perencanaan dg dok penganggaran yaitu antara RPJMN RKP Renja K/L dan RKA K/L penganggaran, yaitu antara RPJMN, RKP, Renja K/L dan RKA K/L. c. Mendapatkan komitmen bersama atas penyempurnaan yg perlu dilakukan thd Rancangan Awal RKP, yaitu kepastian mengenai : 1) Kegiatan prioritas; i 2) Jumlah PHLN; 3) Dukungan Kerjasama Pemerinah Swasta (KPS); 4) Anggaran rensponsif gender (ARG); 5) Anggaran pendidikan; 6) PNBP/BLU; 7) Inisiatif baru; 8) Belanja Operasional; 9) Kebutuhan Tambahan Rupiah Murni; dan 10) Pengalihan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan. 3

2. Waktu Pelaksanaan Pelaksanaan Trilateral Meeting dimulai setelah disampaikannya SEB Pagu Indikatif TA 2013 kepada K/L pada Rapat Rakorbangpus. Kegiatan trilateral meeting diharapkan dpt diselesaikan ik sblm batas akhir penyampaian Renja K/L ke Bappenas dan Kementerian Keuangan yaitu tanggal 10 April 2012. 4

3. Hal-hal yg harus diperhatikan dalam Trilateral Meeting (1/2) 1. Pagu Indikatif TA 2013 mrp batas atas yg tidak dapat dilampaui, sudah termasuk alokasi yg disetujui untuk Inisiatif Baru. 2. Perubahan pagu antar Program dan antar Kegiatan dlm Pagu Indikatif masih dimungkinkan, sepanjang sesuai dg pencapaian Prioritas Pembangunan Nasional. 3. Penambahan dan pengurangan kegiatan prioritas dapat dilakukan dg mempertimbangkan pencapaian Prioritas Pembangunan Nasional atau K/L. 4. Penambahan dan pengurangan kegiatan prioritas dapat dilakukan dg mempertimbangkan pencapaian Prioritas Pembangunan Nasional atau K/L dan alokasi pagu anggaran yg tersedia. 5. Kebutuhan belanja pegawai dan operasional harus dipenuhi dan menjadi prioritas utama. 6. Pergeseran alokasi dari RM menjadi PHLN atau sebaliknya tidak dapat dilakukan. k Usulan perubahan dituangkan dlm Matriks Pembahasan dlm dokumen kesepakatan. 5

3. Hal-hal yg harus diperhatikan dalam Trilateral Meeting (2/2) 7. Kelebihan atau kekurangan alokasi PHLN ditampung dlm Matriks Pembahasan dlm dokumen kesepakatan. 8. Memberikan prioritas utama untk kebutuhan dana pendamping PHLN yg akan diserap dan kegiatan yg disetujui sbg multiyears. 9. Pengalokasian anggaran pd Program dan Kegiatan harus mempertimbangkan kemampuan pelaksanaan dan penyerapan anggaran. 10. Usulan penambahan pagu K/L serta penggunaannya dpt disampaikan dlm Matriks Pembahasan dlm dokumen kesepakatan. 11. Memperhatikan kewenangan pusat dan daerah. 6

4. Alernatif Tindakan dalam hal terjadi Ketidaksepakatan a. Alternatif Pertama : Butir butir ketidaksepakatan dibahas kembali bersama sama dg memperhatikan prinsip musyawarah untuk mencapai mufakat. Apabila alternatif ini tdk menghasilkan kesepakatan, maka dilakukan alternatif berikutnya. b. Alternatif Kedua : Butir butir ketidaksepakatan dijadikan catatan khusus dalam dokumen kesepakatan Trilateral Meeting dan tidak perlu diputuskan dalam forum ini. Apabila dirasakan sangat perlu untuk mendapatkan putusan atas perbedaan yang ada, maka dapat dilakukan alternatif berikutnya. c. Alternatif Ketiga : Butir butir ketidaksepakatan yang dianggap perlu dan penting untuk diputuskan dapat dibawa dan diputuskan di tingkat yg lebih tinggi (Eselon I). Namun demikian, perlu diperhatikan keterbatasan waktu yg tersedia untuk menyusun RenjaK/L. 7

5. Keluaran dari Trilateral Meeting Keluaran yg diharapkan adalah dokumen kesepatan yg ditandatangani oleh tiga pihak yg mencakup : 1. Kesepakatan atas kegiatan prioritas, kegiatan non prioritas, inisiatif baru beserta keluaran, dan besaran anggarannya. 2. Kesepakatan atas perubahan alokasi anggaran antar Program dan antar Kegiatan. 3. Kesepakatan atas perkiraan penyerapan untuk PHLN dan PDN beserta kebutuhan dana pendampingnya. 4. Kesepatan atas kegiatan dan kebutuhan pendanaannya terkait pelaksanaan KPS. 5. Kebijakan baru yg sesuai dg tema dan prioritas RKP serta prakiraan maju target dan anggarannya. 6. Kesepakatan alokasi anggaran yg digunakan sbg ARG, anggaran pendidikan, dana Dekon/TP, serta kegiatan khusus lainnya pada K/L. 7. Catatan usulan tambahan pagu baik Rupiah Murni maupun PHLN yg mungkin dpt ditampung dlm Pagu Anggaran atau Alokasi Anggaran K/L beserta rencana penggunaannya. 8

6. Lingkup Pembahasan Trilateral Meeting Lingkup pembahasan dalam pelaksanaan Trilateral Meeting difokuskan pada 10 hal yaitu: 1. Program dan Kegiatan Priorias; 2. Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN); 3. Dukungan Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS); 4. Anggaran Responsif Gender (ARG); 5. Anggaran Pendidikan; 6. PNBP/BLU; 7. Inisiatif Baru; 8. Belanja Operasional; 9. Kebutuhan Tambahan Rupiah Murni; 10. Pengalihan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan. 9

6. 1. Program dan Kegiatan Prioritas Dalam pembahasan Program dan Kegiatan Prioritas, beberapa hal yang perlu dd didiskusikan k antara lain adalah : 1. Kesepakatan mengenai kegiatan prioritas. Menentukan kegiatan prioritas dalam K/L yang merupakan kegiatan prioritas Nasional, Prioritas Bidang dan Prioritas Kementerian/Lembaga; 2. Klarifikasi terhadap kegiatan prioritas yang tetap berlanjut di tahun 2013 atau hanyasampai pada tahun berjalan; 3. Kesepakatan terkait pencapaian target target kegiatan prioritas yang ingin dilaksanakan pada tahun 2013; 4. Mengidentifikasi indikator kegiatan mana yang akan dijadikan sebagai ukuran untuk mencapai sasaran program dan kegiatan prioritas; 5. Mengklarifikasi dan menyepakati terkait adanya perubahan volume target dan kebutuhan pendanaannya; serta 6. Klarifikasi mengenai lokasi pelaksanaan kegiatan prioritas. 10

6. 2. Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN) Dalam pembahasan Pinjaman dan Hibah Luar Negeri, beberapa hal yang perlu didiskusikan ik antara lain adalah : 1. Nama proyek pinjaman dan hibah luar negeri; 2. Status t Pinjaman dan Hibah Luar Negeri, apakah PHLN inii merupakan PHLN yang on going atau baru, jika PHLN tersebut baru, maka perlu untuk dijelaskan tahapan proses sudah sampai tahap apa; 3. Jangka waktu efektif berlakunya PHLN, mulai dari tanggal penandatanganan kesepakatan PHLN, hingga akhir berlakunya PHLN; 4. Konfirmasi Kode Registrasi dan nomor pinjaman atau hibah; serta 5. Konfirmasi besaran pagu PHLN di pagu indikatif 2013, apakah besaran pagu PHLN tersebut sudah sesuai rencana penarikan. 11

6. 3. Dukungan KPS Dalam pembahasan dukungan Kerjasama Pemerintah Swasta, beberapa hal yang perlu didiskusikan antara lain adalah : 1. Nama kegiatan di APBN yang mendukung KPS; 2. Nama proyek yang memerlukan dukungankegiatan di APBN; 3. Besar kebutuhan pendanaan untuk mendukung KPS; 4. Bentuk kegiatan yang mendukung pelaksanaan KPS (Feasibility Study, tanah, infrastruktur, dll). 12

6. 4. Anggaran Responsif Gender (ARG) Dalam pembahasan anggaran responsif gender, beberapa hal yang perlu didiskusikan antara lain adalah: 1. Nama program/kegiatan K/L yang diindikasikan telah responsif terhadap pembangunan gender; 2. Indikator kinerja yang diindikasikan telah responsif terhadap pembangunan gender; 3. Sasaran kegiatan yang responsif terhadap pembangunan gender; serta 4. Besar rencana pendanaan untuk pembangunan gender. 13

6. 5. Anggaran Pendidikan Dalam pembahasan terkait anggaran pendidikan, beberapa hal yang perlu dd didiskusikan k antara lain adalah : 1. Nama kegiatan di APBN yang terkait dengan anggaran pendidikan; 2. Sasaran kegiatan yang terkait dengan aggaran pendidikan; serta 3. Besar rencana pendanaan untuk anggaran pendidikan pada kegiatan dimaksud. 14

6. 6. PNBP/BLU Dalam pembahasan PNBP/BLU, beberapa hal yang perlu didiskusikan antara lain adalah : 1. Besaran perkiraan penerimaan yang diperoleh oleh K/L; 2. Besaran pemanfaatan PNBP yang telah disetujui oleh Kementerian Keuangan; 3. Digunakan pada kegiatan apa pemanfaatan PNBP tersebut; 4. Besaran volume target pada kegiatan yang memanfaatkan dana PNBP; serta 5. Besar penggunaan pendanaan untuk kegiataan yang memanfaatkan dana PNBP. 15

6. 7. Inisiatif Baru Dalam pembahasan Inisiatif Baru, beberapa hal yang perlu didiskusikan antara lain adalah : 1. Mengkonfirmasi kesesuaian Inisiatif Baru yang diajukan dengan Arah Kebijakan dan Priroitas Pembangunan Nasional; 2. Konfirmasi target Inisiatif Baru yang ingin dicapai; 3. Konfimasi sumber pendanaan Inisiatif Baru (On Top/Realokasi/ Kombinasi); serta 4. Konfimasi kesesuaian komponen yang digunakan untuk mencapai output Inisiatif Baru yang diajukan. Untuk Kementerian/Lembaga yang dalam alokasi Pagu Indikatifnya mendapatkan tambahan pagu terhadap baseline, tapi tidak mengajukan Inisiatif Baru pada kesempatan pertama, wajib untuk mengajukan proposal Inisiatif Baru pada kesempatan kedua, terkait dengan tambahan tersebut. 16

6. 8. Belanja Operasional Dalam pembahasan belanja operasional, beberapa hal yang perlu didiskusikan antara lain adalah: 1. Konfirmasi pemenuhan kebutuhan belanja operasional K/L; 2. Dasar perhitungan yang digunakan dalam perhitungan belanja operasional K/L; 3. Konfirmasi kesesuaian data yang digunakan dalam perhitungan belanja operasional; 4. Identifikasi kegiatan Kementerian/Lembaga yang menggunakan perubahan alokasi dana belanjaoperasional; l serta 5. Konfimasi besaran alokasi belanja operasional. 17

6. 9. Kebutuhan Tambahan Rupiah Murni Dalam pembahasan kebutuhan tambahan rupiah murni, beberapa hal yang perlu didiskusikan antara lain adalah: 1. Dasar alasan perlunya adanya tambahan rupiah murni; 2. Dasar perhitungan yang digunakan dalam menghitung kebutuhan tambahan rupiah murni; 3. Konfirmasi penggunaan tambahan rupiah murni digunakan untuk kegiatan apa; 4. Konfirmasi data target yang ingin dicapai untuk kegiatan yang mendapatkan tambahan rupiah murni; serta 5. Besar kebutuhan tambahan rupiah murni untuk kegiatan yang dimaksud. 18

6. 10. Pengalihan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan Dalam catatan pembahasan kegiatan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan, beberapa hal yang perlu diinformasikan antara lain adalah: 1. Nama kegiatan/komponen yang potensi di dekonsentrasikan dan di tugas pembantuan; 2. Volume target kegiatan yang di dekonsentrasikan dan di tugas pembantuan; 3. Alokasi pendanaan kegiatan yang di dekonsentrasikan dan di tugas pembantuan. 19

7. Tindak Lanjut DOKUMEN KESEPAKATAN PERTEMUAN TIGA PIHAK BAPPENAS KEMENKEU K/L 1. Melakukan penyempur naan terhadap Rancangan Awal RKP sesuai dengan masukan yang diperoleh dalam Pertemuan Tiga Pihak; 2. Menjadikan dokumen kesepakatan yang telah ditetapkan sebagai dasar penelaahan terhadap Renja K/L yang dikirim K/L; 3. Melakukan kompilasi terhadap Renja K/L dari K/L untuk dijadikan salah satu pertimbangan dalam penelaahan RKA K/L. 1. Menjadikan dokumen kesepakatank yang telah ditetapkan sbg dasar penelaahan thd Renja K/L yang dikirim K/L. 2. Melakukan penyempurnaan p kebijakan anggaran berdasarkan hasil kompilasi terhadap Renja K/L dari K/L. 3. Menyempurnakan kebijakan anggaran yang terbagi kedalam jenis belanja dan satuan biaya yang dianggap perlu untuk disesuaikan dengan masukan yang diperoleh dalam Pertemuan Tiga Pihak. 4. Melakukan kompilasi thd Renja K/L dari K/L untuk dijadikan salah satu pertimbangan dalam penyusunan Pagu Anggaran. 1. Melakukan konsolidasi internal untuk menyesuaikan thd masukan yang diperoleh dalan Pertemuan Tiga Pihak. 2. Menjadikan dokumen kesepakatan yang telah ditetapkan sebagai dasar penyusunan Renja K/L. 3. Menyampaikan Renja K/L yang telah disusun kepada Kementerian PPN/ Bappenas dan Kementerian Keuangan. 4. Menggunakan Renja K/L sebagai pedoman penyusunan RKA K/L. 20

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Terima Kasih 21