MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAVA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR :16/DPR RI/I/ TENTANG KODE ETIK DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 2. Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Tata Tertib (Berita Negara Republik Indonesia Nomor 1607); MEMUTU

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL DEWAN ENERGI NASIONAL NOMOR : 001 K/70.RB/SJD/2011 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA,

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN DELI SERDANG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

- - PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG MAJELIS KEHORMATAN KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TENTANG TATA BERACARA PELAKSANAAN TUGAS DAN WEWENANG BADAN KEHORMATAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN :

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN RAPAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

PERATURAN LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN RAPAT PADA LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA LPSK. Pemeriksaan. Pemberhentian Anggota.

- - PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG MAJELIS KEHORMATAN KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

K O M I S I I N F O R M A S I

BUPATI TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 116, Tambaha

PERATURAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN NOMOR 005 TAHUN 2015

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENYELESAIAN PELANGGARAN KODE ETIK DAN PELANGGARAN DISIPLIN BERAT

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP. 125/DJ-PSDKP/2011 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH SELAKU KETUA NOMOR 63 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

2017, No Nomor 142, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4450); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Peg

PEDOMAN TEKNIS VERIFIKASI SYARAT CALON PENGGANTI ANTARWAKTU ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH PEMILIHAN UMUM TAHUN 2009

BADAN PERWAKILAN DESA SIDOMULYO. KEPUTUSAN BADAN PERWAKILAN DESA SIDOMULYO NOMOR: 01/Kep.BPD/2002 TENTANG: TATA TERTIB BADAN PERWAKILAN DESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PERTIMBANGAN KEPEGAWAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 17 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PERTIMBANGAN KEPEGAWAIAN

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 5 TAHUN 2016 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PERTIMBANGAN KEPEGAWAIAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERIKANAN

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DRAFT 16 SEPT 2009 PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

KABUPATEN WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR 02 TAHUN 2015 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA

PERATURAN SENAT FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA NOMOR : 02 TAHUN 2012 TENTANG TATA TERTIB SENAT FAKULTAS

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2009 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG TATA BERACARA BADAN KEHORMATAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2016 TENTANG KOMISI PERLINDUNGAN ANAK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik In

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DI KPPU KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No NonDepartemen, sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2013; 3. Peraturan Presiden Nom

PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PIMPINAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN,

BUPATI KARAWANG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 46 TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK PENGELOLA PENGADAAN BARANG/JASA DAERAH

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 04 TAHUN 2013

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG PEMBERIAN PERINGATAN TERTULIS KEPADA PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEUANGAN

~ 1 ~ DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT ACEH NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG KODE ETIK DEWAN PERWAKILAN RAKYAT ACEH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.603, 2010 OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA. Organisasi. Tata Kerja.

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Transkripsi:

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAVA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SELAKU KETUA HARlAN DEWAN ENERGI NASIONAL NOMOR : 07 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK DAN TATA TERTIB DEWAN ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAY A MINERAL SELAKU KETUA HARlAN DEWAN ENERGI NASIONAL, Menimbang a. bahwa dalam rangka efektivitas pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Energi Nasional, perlu disusun Kode Etik dan Tata Tertib Dewan Energi Nasional; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Selaku Ketua Harian Dewan Energi Nasional tentang Kode Etik dan Tata Tertib Dewan Energi Nasional; Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4746); 2. Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2008 tanggal 7 Mei 2008 tentang Pembentukan Dewan Energi Nasional dan Tata Cara Penyaringan Calon Angg.ota Dewan Energi Nasional; 3. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 tanggal 21 Oktober 2009; 4. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 14 Tahun 2009 tentang Tugas dan Fungsi Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 224); MEMUTUSKAN: Menetapkan PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SELAKU KETUA HARlAN DEWAN ENERGI NASIONAL TENTANG KODE ETIK DAN TATA TERTIB DEWAN ENERGI NASIONAL. BAB I...

-2- BABI KETENTUAN UMUM Pasal1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan: 1. Dewan Energi Nasional, selanjutnya disebut DEN, adalah suatu lembaga bersifat nasional, mandiri dan tetap, yang bertanggung jawab atas kebijakan energi nasional. 2. Anggota DEN dari Unsur Pemerintah, selanjutnya disebut AUP, adalah anggota DEN yang terdiri 7 (tujuh) orang, baik Menteri maupun pejabat pemerintah lainnya yang secara langsung bertanggung jawab atas penyediaan, transportasi, penyaluran, dan pemanfaatan energi. 3. Anggota DEN dari Unsur Pemangku Kepentingan, selanjutnya disebut AUPK, adalah anggota DEN yang terdiri 8 (delapan) orang yang berasal dari kalangan akademisi, industri, teknologi, lingkungan hidup dan konsumen. 4. Kode Etik adalah norma-norma atau aturan-aturan yang merupakan kesatuan landasan etik atau filosofis dengan sikap, perilaku, dan ucapan mengenai hal-hal yang diwajibkan, dilarang atau tidak patut dilakukan oleh Pimpinan DEN dan Anggota DEN. 5. Tata Tertib adalah peraturan yang harus ditaati atau dilaksanakan oleh Pimpinan DEN dan Anggota DEN dalam melaksanakan tugasnya. 6. Pihak lain adalah instansi Pemerintah, perseorangan, kelompok, organisasi,. badan swasta, dan lain-lain, yang mempunyai hubungan tugas dengan DEN. 7. Rahasia adalah hal-hal yang menurut bentuk dan sifatnya tidak atau belum dapat diinformasikan kepada pihak lain. 8. Imbalan atau hadiah adalah pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang, barang, rabat (discount), komisi pinjaman tanpa bunga, tiket pe~alanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya. 9. Keluarga adalah suami atau istri dan anak. 10. Sanak famili adalah pihak-pihak yang mempunyai hubungan pertalian darah dan semenda sampai tiga derajat ke samping. 11. Sidang adalah pertemuan yang dihadiri oleh AUP dan AUPK yang dipimpin oleh Pimpinan DEN untuk membahas dan/atau memutuskan hal yang terkait dengan tugas DEN. 12. Rapat adalah pertemuan untuk membahas hal yang terkait dengan tugas DEN. 13. Koordinator Bulanan AUPK adalah Anggota DEN dari unsur AUPK yang ditunjuk secara bergantian berdasarkan kesepakatan para Anggota untuk mengkoordinasikan kegiatan DEN selama 2 (dua) bulan untuk 1 (satu) periode. 14. Wakil...

- 3-14. Wakil Tetap AUP adalah sekurang-kurangnya Pejabat Eselon I yang ditunjuk untuk mewakili AUP secara tetap da~ terusmenerus apabila yang bersangkutan berhalangan hadlr dalam mengikuti Sidang atau Rapat. Pasal2 Dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, Pimpinan DEN dan Anggota DEN harus mematuhi Kode Etik dan Tata Tertib. BAB II SUSUNAN ORGANISASI Pasal3 DEN terdiri atas pimpinan dan anggota. Pasal4 (1) Pimpinan DEN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 terdiri atas: a. Ketua Presiden; b. Wakil Ketua Wakil Presiden; c. Ketua Harian Menteri yang membidangi energi. (2) Anggota DEN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 terdiri atas: a. AUP; b. AUPK. Pasal5 (1) Dalam melaksanakan tugasnya, DEN dibantu oleh Sekretariat Jenderal DEN. (2) Sekretariat Jenderal DEN sebagaimana dimaksud pad a ayat (1), berada di lingkungan instansi Pemerintah yang membidangi energi. (3) Sekretariat Jenderal DEN sebagaimana dimaksud pad a ayat (1) dan ayat (2) secara fungsional berada di bawah dan bertanggung jawab kepada DEN, dan secara administratif bertanggung jawab kepada Menteri yang membidangi energi. BAB III KODE ETIK Bagian Kesatu Tujuan Pasal6 Kode Etik bertujuan untuk menjaga martabat, kehormatan, citra, dan kredibilitas DEN serta sebagai pedoman bagi Pimpinan DEN dan Anggota DEN dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya. Bagian...

-4- Bagian Kedua Kewajiban dan Hak Pasal7 Pimpinan DEN dan Anggota DEN dalam melaksanakan tugasnya mempunyai kewajiban sebagai berikut : a. bersikap profesional, transparan dan akuntabel; b. menghadiri setiap Sidang dan Rapat; c. menjaga ketertiban serta bersikap sopan dan santun selama mengikuti Sidang, Rapat dan dalam melaksanakan tugasnya; d. berpakaian rapi, sopan dan pantas selama Sidang, Rapat dan dalam melaksanakan tugasnya; e. menjaga rahasia yang dipercayakan kepadanya, termasuk hasil Sidang dan Rapat yang dinyatakan sebagai rahasia sampai hal tersebut sudah dapat dipublikasikan; f. menaati peraturan perundang-undangan; g. menghormati dan menjalankan Keputusan Sidang dan Rapat. Pasal8 (1) Anggota DEN mempunyai hak yang sarna untuk menyampaikan pendapat dalam Sidang atau Rapat. (2) Anggota DEN mempunyai hak untuk didengar pendapatnya. Bagian Ketiga Larangan Pasal9 Anggota DEN dilarang menyampaikan hasil Sidang atau Rapat dengan mengatasnamakan DEN apabila yang bersangkutan tidak hadir. Pasal 10 Pimpinan DEN dan Anggota DEN dilarang: a. memanfaatkan jabatannya untuk mencari kemudahan dan keuntungan pribadi, keluarga dan sanak famili untuk menghindari konflik kepentingan; dan b. menerima imbalan atau hadiah dari pihak lain. Bagian Keempat Penyampaian Pendapat Pasal11 (1) Penyampaian pendapat dalam Sidang atau Rapat merupakan pernyataan dalam kapasitas sebagai Anggota DEN. (2) Dalam ".

- 5 - (2) Dalam hal Anggota DEN menyampaikan pendapat mengenai kebijakan DEN maupun kebijakan terkait dengan keenergian yang belum disepakati atau diputuskan, pendapat tersebut merupakan pernyataan pribadi. BABIV TATA TERTIB SIDANG DAN RAPAT Bagian Kesatu Umum Pasal12 (1) Sidang terdiri dari Sidang Anggota dan Sidang Paripurna yang dapat bersifat tertutup atau terbuka sesuai putusan pimpinan sidang. (2) Rapat terdiri atas Rapat AUPK, Rapat AUP, Rapat Anggota, dan Rapat Koordinasi. (3) Sidang dapat dilakukan apabila dihadiri oleh sekurangkurangnya 50 % (lima puluh persen) ditambah 1 (satu) dari jumlah Pimpinan DEN dan Anggota DEN. (4) Agenda dan materi Sidang dan Rapat dikoordinasikan antara Anggota DEN dengan Sekretariat Jenderal DEN. (5) Usulan materi Sidang Anggota dan Sidang Paripurna yang disepakati Anggota DEN disampaikan kepada Sekretariat Jenderal DEN dan dapat dilakukan penyempurnaan selambatlambatnya 5 (lima) hari kerja sebelum pelaksanaan Sidang. (6) Materi yang akan dibahas dalam Sidang Anggota dan Sidang Paripurna disiapkan oleh Sekretariat Jenderal DEN dan disampaikan kepada Anggota DEN paling lambat 3 (tiga) hari kerja sebelum pelaksanaan Sidang. (7) Materi hasil keputusan yang telah disepakati dalam Sidang dan Rapat, disampaikan kepada Anggota DEN paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah pelaksanaan Sidang dan Rapat. Pasal 13 (1) Peserta Sidang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) hadir 15 (lima belas) menit sebelum dimulai. (2) Peserta Sidang atau Rapat wajib menandatangani daftar hadir. (3) Setelah Sidang dibuka, Pimpinan Sidang meminta kepada Sekretaris Sidang untuk menyampaikan hasil pertemuan sebelumnya dan agenda yang akan dilaksanakan. (4) Pimpinan Sidang atau Rapat memberikan kesempatan yang sama kepada seluruh peserta untuk menyampaikan pendapat. (5) Anggota ".

-6- (5) Anggota DEN dan peserta Sidang atau Rapat wajib menghormati dan menghargai setiap pendapat yang disampaikan. (6) Peserta Sidang atau Rapat tidak meninggalkan Sidang atau Rapat sebelum selesai kecuali atas izin pimpinan Sidang atau Rapat. (7) Pimpinan Sidang atau Rapat menyampaikan keputusan Sidang atau Rapat sebelum Sidang atau Rapat ditutup. (8) Keputusan Sidang atau Rapat bersifat mengikat kepada seluruh Anggota DEN baik yang hadir maupun yang tidak hadir. (9) Sekretaris Sidang atau Sekretaris Rapat mencatat dan merekam jalannya Sidang atau Rapat. (10) Sekretaris Sidang atau Sekretaris Rapat membuat dan menandatangani Risalah Sidang atau Rapat. (11) Sekretaris Sidang sebagaimana dimaksud pada ayat (9) dan ayat (10) secara ex officio dijabat oleh Sekretaris Jenderal DEN. (12) Sekretaris Rapat sebagaimana dimaksud pad a ayat (9) dan ayat (10) merupakan staf Sekretariat Jenderal DEN yang ditunjuk oleh Sekretaris Jenderal DEN. (13) Keputusan Sidang atau Rapat maupun Risalah Sidang atau Rapat diberikan secara tertulis kepada Anggota DEN dalam waktu paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah Sidang atau Rapat. Bagian Kedua Sidang Anggota Pasal 14 (1) Sidang Anggota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1), diadakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 2 (dua) bulan. (2) Ketua Harian DEN menentukan tempat Sidang Anggota dan mengundang Anggota DEN. (3) Sidang Anggota dipimpin oleh Ketua Harian DEN dan wajib dihadiri oleh seluruh Anggota DEN. (4) Dalam hal Ketua Harian DEN berhalangan memimpin Sidang Anggota maka Ketua Harian DEN dapat mendelegasikan kepada salah satu Anggota DEN yang ditunjuk. (5) Dalam hal AUP berhalangan hadir, yang bersangkutan dapat mewakilkan kehadirannya kepada pejabat Eselon I yang telah ditunjuk sebagai Wakil Tetap AUP. (6) Dalam hal Wakil Tetap AUP berhalangan hadir, AUP dapat mewakilkan kehadirannya kepada pejabat Eselon I lainnya dengan penunjukan. (7) Apabila...

- 7 - (7) Apabila dipandang perlu, Ketua Harian DEN dapat mengundang pihak terkait sebagai Narasumb~r guna mendapatkan masukan dan pertimbangan sesual dengan materi pembahasan dalam Sidang Anggota. (8) Sidang Anggota membahas materi sesuai dengan agenda yang telah disepakati dalam Rapat Anggota. (9) Apabila ada gagasan/ide baru dari Anggota DEN yang berhubungan dengan materi Sidang Anggota, maka dapat disampaikan dan disepakati dalam Sidang Anggota. (10) Hasil Sidang Anggota dituangkan dalam Keputusan Sidang Anggota yang ditandatangani oleh pimpinan Sidang Anggota dan/atau Anggota DEN yang hadir. (11) Keputusan Sidang Anggota sebagaimana dimaksud pada ayat (10) dapat menjadi bahan Sidang Paripurna dan menjadi acuan serta wajib dilaksanakan oleh Anggota DEN. (12) Pimpinan Sidang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) memberikan keterangan resmi atau konferensi pers atas pelaksanaan dan Keputusan Sidang Anggota. (13) Ketua Harian DEN melaporkan Keputusan Sidang Anggota kepada Ketua DEN dengan tembusan kepada Wakil Ketua DEN. Bagian Ketiga Sidang Paripurna Pasal 15 (1) Sidang Paripurna sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1), diadakan sekurang-kurangnya 2 (dua) kali dalam 1 (satu) tahun dan merupakan forum tertinggi dalam melaksanakan tugas dan wewenang DEN. (2) Ketua DEN menentukan tempat Sidang Paripurna serta mengundang Pimpinan DEN dan Anggota DEN. (3) Sidang Paripurna dipimpin oleh Ketua DEN dan wajib dihadiri oleh Pimpinan DEN dan Anggota DEN. (4) Apabila Ketua DEN tidak dapat memimpin Sidang Paripurna, maka digantikan Wakil Ketua DEN. (5) Hasil Sidang Paripurna dituangkan dalam Keputusan Sidang Paripurna yang ditandatangani oleh pimpinan Sidang dan/atau Anggota DEN yang hadir. (6) Keputusan Sidang sebagaimana dimaksud pada ayat (5) menjadi acuan serta wajib dilaksanakan oleh Anggota DEN. (7) Ketua atau Wakil Ketua DEN dapat menunjuk wakil untuk memberikan keterangan resmi atau konferensi pers atas pelaksanaan dan Keputusan Sidang Paripurna. (8) Ketua...

- 8 - (8) Ketua Harian DEN menyampaikan Keputusan Sidang kepada Ketua DEN dengan tembusan kepada Wakil Ketua DEN. Bagian Keempat RapatAUPK Pasal 16 (1) Rapat AUPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2) dihadiri oleh AUPK dan dipimpin Koordinator Bulanan AUPK yang difasilitasi dan dikoordinasikan oleh Sekretariat Jenderal DEN. (2) Dalam pelaksanaan Rapat AUPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Sekretaris Jenderal DEN mengundang AUPK berdasarkan permintaan AUPK atau sesuai kebutuhan. (3) Rapat AUPK membahas materi sesuai dengan agenda dan/atau merupakan tindak lanjut rapat sebelumnya. (4) Hasil Rapat AUPK dituangkan dalam Keputusan Rapat AUPK yang disepakati dan/atau ditandatangani oleh AUPK yang hadir dan disampaikan secara tertulis kepada AUPK dan AUPlWakil Tetap AUP paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah Rapat. (5) Keputusan Rapat AUPK sebagaimana dimaksud pada ayat (4) menjadi bahan Sidang dan/atau rapat selanjutnya dan menjadi acuan serta wajib dilaksanakan oleh AUPK. (6) Sekretaris Jenderal DEN melaporkan Keputusan Rapat AUPK kepada Ketua Harian DEN. Bagian Kelima RapatAUP Pasal 17 (1) Rapat AUP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2) dihadiri oleh AUP dan dipimpin oleh salah satu AUP yang difasilitasi dan dikoordinasikan oleh Sekretariat Jenderal DEN. (2) Dalam pelaksanaan Rapat AUP sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Sekretaris Jenderal DEN mengundang AUP berdasarkan permintaan AUP atau sesuai kebutuhan. (3) Dalam hal AUPlWakii Tetap AUP berhalangan hadir, AUPlWakil Tetap AUP dapat mewakilkan kehadirannya kepada pejabat Eselon I atau pejabat Eselon II lainnya dengan penunjukan dan memilki hak suara dalam pengambilan keputusan. (4) Rapat AUP membahas materi sesuai dengan agenda dan/atau merupakan tindak lanjut rapat sebelumnya. (5) Hasil...

- 9 - (5) Hasil Rapat AUP dituangkan dalam Keputusan Rap~t AUP yang disepakati dan/atau ditandatangani oleh AUPlVVak11 Teta.~ AUP/pejabat Eselon I atau pejabat Eselon II yang mewaklh yang hadir dan disampaikan secara tert~lis kep~da ~UPK dan AUPlVVakii Tetap AUP paling lambat 3 (tlga) han kerja sesudah rapat. (6) Keputusan Rapat AUP sebagaimana dima~sud pada ayat. (5~ menjadi bahan Sidang dan/atau rapat selanjutnya dan menjadl acuan serta wajib dilaksanakan oleh AUP. (7) Sekretaris Jenderal DEN melaporkan Keputusan Rapat AUP kepada Ketua Harian DEN. Bagian Keenam Rapat Anggota Pasal 18 (1) Rapat Anggota sebagaimana dimaksud dalam Pasal12 ayat (2) dihadiri oleh AUP dan AUPK serta dipimpin oleh salah satu AUP atau Koordinator Bulanan secara bergantian yang difasilitasi dan dikoordinasikan oleh Sekretariat Jenderal DEN. (2) Dalam pelaksanaan Rapat Anggota sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Sekretaris Jenderal DEN mengundang Anggota DEN baik berdasarkan permintaan AUP dan/atau AUPK maupun sesuai kebutuhan. (3) Dalam hal AUPlVVakii Tetap AUP berhalangan hadir, AUPlWakil Tetap AUP dapat mewakilkan kehadirannya kepada pejabat Eselon I atau pejabat Eselon II lainnya dengan penunjukan dan memiliki hak suara dalam pengambilan keputusan. (4) Rapat Anggota membahas materi sesuai dengan agenda dan/atau merupakan tindak lanjut rapat sebelumnya. (5) Rapat Anggota dapat membahas gagasan atau ide baru terkait dengan keenergian sebagai bahan dalam pengambilan keputusan pada Sidang Anggota. (6) Hasil Rapat Anggota dituangkan dalam Keputusan Rapat Anggota yang disepakati dan/atau ditandatangani oleh Anggota DEN atau Wakil Tetap AUP/pejabat Eselon I atau pejabat Eselon II yang mewakili yang hadir dan disampaikan secara tertulis kepada Anggota DEN dan/atau Wakil Tetap AUP paling lambat 3 (tiga) hari ke~a setelah rapat. (7) Keputusan Rapat Anggota sebagaimana dimaksud pada ayat (7) menjadi bahan Sidang dan/atau rapat selanjutnya dan menjadi acuan serta wajib dilaksanakan oleh Anggota DEN. (8) Sekretaris Jenderal DEN melaporkan Keputusan Rapat Anggota kepada Ketua Harian DEN. (9) Anggota...

- 10- (9) Anggota DEN dapat memberikan keterangan resmi atau konferensi pers hasil pelaksanaan Rapat Anggota yang difasilitasi dan dikoordinasikan oleh Sekretariat Jenderal DEN. Bagian Ketujuh Rapat Koordinasi Pasal 19 (1) Rapat Koordinasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2) dihadiri oleh Anggota DEN, instansi dan/atau pihak terkait yang dipimpin oleh salah satu AUP atau Koordinator Bulanan AUPK yang difasilitasi dan dikoordinasikan oleh Sekretariat Jenderal DEN. (2) Dalam pelaksanaan Rapat Koordinasi sebagaimana dimaksud pad a ayat (1), Sekretaris Jenderal DEN mengundang seluruh AUP dan/atau AUPK serta berdasarkan permintaan Anggota DEN atau sesuai kebutuhan, mengundang instansi Pemerintah dan/atau pihak terkait lainnya. (3) Dalam hal AUPlWakil Tetap AUP berhalangan hadir, AUP/wakil tetap AUP dapat mewakilkan kehadirannya kepada pejabat Eselon I atau pejabat Eselon II lainnya dengan penunjukan dan memiliki hak suara dalam pengambilan keputusan. (4) Rapat Koordinasi membahas materi sesuai dengan agenda dan/atau merupakan tindak lanjut rapat sebelumnya. (5) Hasil Rapat Koordinasi dituangkan dalam Keputusan Rapat Koordinasi yang disepakati dan/atau ditandatangani oleh Anggota DEN atau Wakil Tetap AUP/pejabat Eselon I atau pejabat Eselon II yang mewakili dan wakil instansi yang hadir. (6) Keputusan Rapat Koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) menjadi bahan Sidang dan/atau rapat selanjutnya dan menjadi acuan serta wajib dilaksanakan oleh Anggota DEN. (7) Sekretaris Jenderal DEN melaporkan Keputusan Rapat Koordinasi kepada Ketua Harian DEN. Bagian Kedelapan Mekanisme PengambiJan Keputusan Paragraf 1 Sidang Pasal20 (1) Pengambilan keputusan dalam Sidang Paripurna dihadiri sekurang-kurangnya 50 % (lima puluh persen) ditambah 1 (satu) dari jumlah Pimpinan dan Anggota DEN. (2) Pengambilan keputusan dalam Sidang Anggota dihadiri sekurang-kurangnya 50 % (lima puluh persen) ditambah 1 (satu) dari jumlah Pimpinan dan Anggota DENlWakil Tetap AUP/pejabat Eselon I lainnya. (3) Pengambilan...

- 11 - (3) Pengambilan keputusan dilakukan d~ng~n cara.musyawar~h untuk mencapai mufakat dan Plmplnan Sidang wajlb mengupayakan secara maksimal pencapaian mufakat tersebut. (4) Dalam hal pengambilan keputusan dengan cara musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, maka pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan suara terbanyak baik secara terbuka atau rahasia. (5) AUP yang berhalangan hadir dalam Sidang Anggota dan digantikan Wakil Tetap AUP, memiliki hak suara dalam pengambilan keputusan. (6) Dalam hal Wakil Tetap AUP berhalangan hadir dalam Sidang Anggota, maka AUP dapat menunjuk pejabat Eselon I lainnya dengan surat penunjukan dan memiliki hak suara dalam pengambilan keputusan. Paragraf2 Rapat Pasal21 (1) Pengambilan keputusan dalam Rapat AUP, Rapat AUPK, Rapat Anggota dan Rapat Koordinasi dapat dilakukan apabila dihadiri oleh seluruh AUP dan/atau AUPK. (2) Pengambilan keputusan dalam Rapat AUP, Rapat AUPK, Rapat Anggota dan Rapat Koordinasi dilakukan dengan cara musyawarah untuk mencapai mufakat, dan pimpinan Rapat wajib mengupayakan secara maksimal pencapaian mufakat tersebut. (3) Dalam hal Rapat tidak dapat dihadiri oleh seluruh peserta namun dihadiri oleh 50% peserta ditambah satu dan materi rapat memerlukan suatu Keputusan, maka Pimpinan Rapat membuat Keputusan yang disepakati oleh seluruh peserta Rapat. (4) Dalam hal pengambilan keputusan sebagaimana dimaksud pad a ayat (2) tidak terpenuhi, maka Pimpinan Rapat mengambil keputusan berdasarkan suara terbanyak baik secara terbuka atau secara rahasia. (4) AUP yang berhalangan hadir dalam Rapat AUP, Rapat Anggota maupun Rapat Koordinasi dan digantikan Wakil Tetap AUP, memiliki hak suara dalam pengambilan keputusan. (5) Dalam hal Wakil Tetap AUP berhalangan hadir dalam rapat Anggota, Rapat AUP maupun Rapat Koordinasi, maka AUP dapat menunjuk pejabat Eselon I atau pejabat Eselon II dengan penunjukan dan memiliki hak suara dalam pengambilan keputusan. (6) Hasil keputusan rapat dapat menjadi materi dalam Sidang. BabV...

- 12- BABV SANKSI Pasal 22 (1) Anggota DEN yang terbukti melakukan pelanggaran Kode Etik dan Tata Tertib diberikan sanksi oleh Ketua Harian DEN. (2) Jenis sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa : a. teguran lisan; dan/atau b. teguran tertulis. BABVI KETENTUAN PENUTUP Pasal23 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Ment~ri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Diundangkan di Jakarta pada tanggal 11 Mei 2011 Ditetapkan di Jakarta pada tanggalli Mei 2011 MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAY A MINERAL SELAKU KETUA HARlAN DEWAN ENERGI NASIONAL, ttd. DARWIN ZAHEDY SALEH MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd. PATRIALIS AKBAR BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2011 NOMOR 287 Salinan sesuai dengan aslinya <W~ltSRGI DAN StJMBER DAYA MINERAL n Humas,