PEDOMAN DAN PROSEDUR REKONSILIASI PEDOMAN REKONSILIASI

dokumen-dokumen yang mirip
PEDOMAN REKONSILIASI. A. Latar Belakang Rekonsiliasi

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59/PMK.06/2005 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT

AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI ATAS PELAKSANAAN KEUANGAN PADA SATUAN KERJA DEKONSENTRASI.

PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 233/PMK.05/2007 TENTANG

BAB II SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN

BAB II LANDASAN TEORI

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUB NOMOR 233/PMK.05/2011 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 213/PMK.05/2013 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT

Menimbang : Mengingat :

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.85, 2009 DEPARTEMEN KEUANGAN. Mekanisme. Pertanggungjawaban. Bea Masuk. Pelaksanaan.

SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN BANDI

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR 272/PMk.05/2014 TENTANG

BAB 2 TINJAUAN LITERATUR Proses Pelaporan Keuangan Urutan siklus akuntansi menurut Indra Bastian (2005) adalah sebagai berikut:

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 210/PMK.05/2013 TENTANG

PELAKSANAAN REKONSILIASI EKSTERNAL TINGKAT KPPN TA. 2015

SISTEM AKUNTANSI INSTANSI (SAI)

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 102/PMK.05/2009 TENTANG

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59/PMK. 06/2005 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Sist

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 262/PMK.05/2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN PUSAT

2016, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lem

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 27/Menhut-II/2009 TENTANG PEDOMAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH LINGKUP DEPARTEMEN KEHUTANAN

PEDOMAN ANALISA A. Latar Belakang Analisa B. Ruang Lingkup Analisa C. Prosedur Analisa Analisa Laporan Tingkat KPPN Analisa LAK

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNIVERSITAS GUNADARMA PROGRAM DIPLOMA III BISNIS DAN KEWIRAUSAHAAN LAPORAN KERJA PRAKTEK (LKP)

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 230/PMK.05/2011 TENTANG SISTEM AKUNTANSI HIBAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Mengingat : Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara (Lembaran Ne

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN TINGKAT SATUAN KERJA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 191/PMK.05/2011 TENTANG MEKANISME PENGELOLAAN HIBAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Pelaksanaan Likuidasi Entitas Akuntansi dan Entitas Pelaporan pada Kementerian Negara/Lembaga (PMK 272/PMK.05/2014)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Pertanggungjawaban. Bea Masuk. Prosedur.

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 265/PMK.05/2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BELANJA LAIN-LAIN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB XV TATA CARA PENGINTEGRASIAN LAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM DALAM LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

ANGGARAN (Rp0,00) 2. Belanja Barang , Belanja Modal ,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

C. PENJELASAN ATAS POS- POS NERACA


PETUNJUK PELAKSANAAN NOMOR : JUKLAK/07/VIII/2014 TENTANG

2017, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 63/PMK.05/2010 TENTANG MEKANISME PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ATAS BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH

GAMBARAN UMUM PEMBUKUAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA

Laporan Kinerja KPPN Bandar Lampung 2015

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL

Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 183 TAHUN 2011 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

BAGIAN KESATU PENDAHULUAN

PP NOMOR 23 TAHUN 2006 PASAL 26 dan Perdirjen 67/PB/2007Pasal 2

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 259/PMK.05/2014 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 263/PMK.05/2014 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN SISTEM PELAPORAN KEUANGAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL

ENTITAS PELAPORAN TAHUN ANGGARAN 2005

2011, No Mengingat : 1. Keputusan Presiden Nomor 56/P Tahun 2010; 2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 63/PMK.05/ 2010 tentang Mekanisme Pelaksan

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 264/PMK.05/2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BELANJA SUBSIDI

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

B. Sasaran Verifikasi Sasaran verifikasi adalah untuk memperoleh keyakinan bahwa laporan

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB IV PROSEDUR AKUNTANSI ATAS BARANG MILIK NEGARA

PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN UNIT AKUNTANSI KUASA BUN DAERAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 252/PMK.05/2014 TENTANG REKENING MILIK KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA/SATUAN KERJA

BAB III TINJAUAN TEORI DAN PRAKTIK

KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA JENDERAL PERBENDAHARAAN 5' IPB/2012 NOM OR PER- TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN NEGARAILEMBAGA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 263/PMK.05/2014 TENTANG

Petunjuk Teknis Reviu Laporan Keuangan

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 260/PMK.05/2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BADAN LAINNYA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG REKENING MILIK KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA/SATUAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

III. KOREKSI DATA 1. KOREKSI DATA SETORAN PENERIMAAN NEGARA

SISTEM AKUNTANSI PUSAT

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 162/PMK.05/2013 TENTANG

KATA PENGANTAR Inspektur Utama Arizal Ahnaf, MA

Petunjuk Update Aplikasi SAIBA dan Referensi SAIBA Versi 3.4

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

228/PMK.05/2010 MEKANISME PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PAJAK DITANGGUNG PEMERINTAH

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Standar Reviu. Laporan Keuangan.

SISTEMATIKA DAN CONTOH FORMAT PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN TINGKAT KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Sistem Akuntansi. Keuangan. Pelaporan. Tentara Nasional Indonesia.

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 271/PMK.05/2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN HIBAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2018, No Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2015 tentang Kementerian Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 54);

Transkripsi:

LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER-36/PB/2009 TENTANG PEDOMAN REKONSILIASI DAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN KUASA BENDAHARA UMUM NEGARA PEDOMAN DAN PROSEDUR REKONSILIASI PEDOMAN REKONSILIASI A. LATAR BELAKANG REKONSILIASI Rekonsiliasi merupakan salah satu kunci utama dalam upaya penyusunan laporan keuangan yang kredibel. Hal ini disebabkan oleh perannya yang cukup penting dalam rangka meminimalisasi terjadinya perbedaan pencatatan yang berdampak pada validitas dan akurasi data yang disajikan dalam laporan keuangan. Karakteristik kualitatif laporan keuangan merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai. Salah satu karakteristik tersebut yaitu dapat diandalkan. Agar data akuntansi yang dihasilkan Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat dapat diandalkan perlu dilakukan prosedur rekonsiliasi untuk ketelitian dan akurasi pencatatan data akuntansi sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah Pasal 33 menyatakan bahwa sistem pengendalian intern yang andal harus diciptakan prosedur rekonsiliasi antara transaksi keuangan yang diakuntansikan oleh Pengguna Anggaran / Kuasa Pengguna Anggaran dengan data transaksi keuangan yang diakuntansikan oleh Bendahara Umum Negara / Daerah. Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.06/2007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat, menyatakan bahwa Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) terdiri dari : 1. Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yang dilaksanakan secara berjenjang oleh Kementerian Negara/Lembaga dengan membentuk unit akuntansi keuangan yang dimulai dari tingkat Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA), Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran-Wilayah (UAPPA-W), Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran-Eselon 1 (UAPPA-E1), Unit Akuntansi Pengguna Anggaran (UAPA) dan unit akuntansi barang (UAPB, UAPPB-E1, UAPPB-W dan UAKPB), pemrosesan data yang dilakukan menghasilkan Laporan Keuangan berupa Laporan Realisasi Anggaran, Neraca dan Catatan atas Laporan Keuangan. 2. Sistem Akuntansi Bendahara Umum Negara (SA-BUN), yang menghasilkan Laporan Keuangan Bendahara Umum Negara terdiri dari : a. Sistem Akuntansi Pusat (SiAP) Sistem Akuntansi Kas Umum Negara (SAKUN). 1

Sistem Akuntansi Umum (SAU). b. Sistem Akuntansi Utang Pemerintah dan Hibah (SA-UP&H). c. Sistem Akuntansi Investasi Pemerintah (SA-IP). d. Sistem Akuntansi Penerusan Pinjaman (SA-PP). e. Sistem Akuntansi Transfer ke Daerah (SA-TD). f. Sistem Akuntansi Bagian Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan (SA-BAPP). g. Sistem Akuntansi Transaksi Khusus. h. Sistem Akuntansi Badan Lainnya (SA-BL). Sistem Akuntansi Pusat (SiAP) yang dilaksanakan secara berjenjang oleh unit-unit Ditjen PBN dimulai dari tingkat KPPN, Kanwil Ditjen PBN dan Kantor Pusat Ditjen PBN yang terdiri dari SAKUN yang menghasilkan Laporan Arus Kas dan Neraca KUN dan SAU yang menghasilkan Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca SAU Pelaksanaan SiAP dan SAI yang terpisah akan menghasilkan data yang akurat dan andal apabila kedua sub sistem tersebut menghasilkan suatu internal check yang kemudian secara berkala harus dilakukan rekonsiliasi yaitu: a. Rekonsiliasi Data antara SAU dan SAI. b. Rekonsiliasi Data antara SAU dan SAKUN. c. Rekonsiliasi Data antara SAU dengan SAUP-H, SA-PP, SAIP, SATD, SA-BSBL, SA- BL,SA-TK. Agar rekonsiliasi data transaksi tersebut terlaksana dengan baik, maka perlu diatur dalam suatu pedoman yang lebih rinci. B. KEBIJAKAN REKONSILIASI 1. KPPN selaku UAKBUN-D melakukan rekonsiliasi Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca SAU beserta data transaksi dengan seluruh satuan kerja di wilayah kerjanya setiap bulan. Hasil rekonsiliasi berupa ADK dan Laporan Keuangan dikirimkan oleh satuan kerja ke UAPPA-W. Selanjutnya UAPPA-W melakukan rekonsiliasi dengan Kanwil Ditjen PBN. 2. Dit. PKN selaku UAKBUN-P melakukan rekonsiliasi Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca SAU beserta data transaksi dengan seluruh satuan kerja penerima alokasi dana dan Rekening 502.000.000. 3. Satuan Kerja di daerah yang kewenangannya Kantor Pusat (KP), sepanjang Satuan Kerja tersebut merupakan Satuan Kerja instansi wilayah, tetap harus menggunakan kode wilayah sesuai DIPA dan tidak diperkenankan menggunakan kode wilayah 0199. Satuan Kerja instansi pusat yang berkedudukan di wilayah tersebut melakukan rekonsiliasi dengan KPPN mitra kerjanya dan selanjutnya mengirim Laporan 2

Keuangan ke Eselon I. 4. UAPPA-E1 yang menerima data setiap bulan dari satuan kerja yang merupakan instansi pusat harus melakukan rekonsiliasi dengan Dit. APK setiap triwulan. Sedangkan Satuan Kerja yang menggunakan kode kewenangan KP tetapi merupakan Satuan Kerja wilayah harus melakukan rekonsiliasi dengan Kanwil Ditjen PBN melalui UAPPA-W setempat. 5. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang menerima dana DK/TP dari Kmeneterian Negara/Lembaga yang tidak mempunyai kantor vertikal di Provinsi/Kab/Kota, dan hanya ada satu satuan kerja per Eselon I, maka tidak perlu melakukan rekonsiliasi di tingkat wilayah. SKPD tersebut langsung mengirimkan datanya ke Eselon I K/L yang memberi dana DK/TP tersebut. KPPN mengirimkan data SAI dan data SAU hasil rekonsiliasi ke Kanwil DJPBN. 6. Satuan kerja yang tidak satu wilayah dengan UAPPA-W-nya wajib melakukan rekonsiliasi dengan KPPN dimana lokasi satker itu berada, dan tidak diwajibkan melakukan rekonsiliasi dengan Kanwil Ditjen PBN dimana satker tersebut berada. Satker tersebut wajib mengirimkan data ke UAPPA-W-nya, UAPPA-W yang menerima kiriman data dari satker tersebut, wajib melakukan rekonsiliasi dengan Kanwil DJPBN dimana UAPPA-W satker tersebut berada. KPPN yang satu wilayah dengan satker tersebut wajib mengirimkan data ke Kanwil DJPBN. 7. Bagian Anggaran yang mempunyai kantor vertikal di daerah, tetapi tidak mempunyai kantor wilayah harus menunjuk salah satu satker sebagai UAPPA-W. 8. Satuan Kerja yang melakukan pencairan dana di beberapa KPPN wajib melakukan rekonsiliasi pada KPPN di wilayah kerjanya, sedangkan KPPN di luar wilayah kerja Satuan Kerja yang bersangkutan yang menerima dan/atau mengeluarkan pencairan dana dari Satuan Kerja tersebut wajib melaporkan pencairan dana dari satker tersebut ke KPPN wilayah Satuan Kerja tersebut berada. 9. Data yang berhubungan dengan penerimaan dan/atau pengeluaran pada satker yang pencairan dananya pada beberapa KPPN, rekonsiliasi dilakukan pada KPPN setempat, sebesar dana yang disetor/dicairkan pada KPPN tersebut, tidak harus memisahkan data dalam laporan yang berasal dari KPPN lain. 10. Bagian Anggaran (BA)/Eselon 1 (E1) yang mempunyai beberapa UAPPA-W dalam satu wilayah harus melakukan rekonsiliasi dengan Kanwil Ditjen PBN berdasarkan Satuan Kerja di wilayahnya (contoh : Propinsi DKI Jakarta mempunyai lebih dari satu Kanwil Ditjen Pajak, masing-masing Kanwil merupakan UAPPA-W tersendiri yang membawahi beberapa Satuan Kerja/Kantor Pelayanan Pajak yang menjadi lingkup wilayah kerjanya. Rekonsiliasi masing-masing UAPPA-W dengan Kanwil Ditjen PBN dilakukan per Satuan Kerja untuk lingkup kerjanya). 3

11. Pada saat KPPN/Dit.PKN melakukan rekonsiliasi dangan Satuan Kerja, KPPN/Dit. PKN memastikan bahwa Satuan Kerja menyertakan laporan BMN. 12. a. Setelah dilakukan rekonsiliasi antara SAU dan SAI di seluruh tingkatan, Berita Acara Rekonsiliasi (BAR) dapat diterbitkan dengan ketentuan sbb: - Data SAU dan SAI sudah sesuai. - Data SAU dan data SAI belum sesuai, namun sudah dapat ditelusuri oleh kedua belah pihak penyebab perbedaan data tersebut dalam hal terdapatnya Satuan Kerja yang memiliki Penerimaan PNBP atau melakukan penyetoran Pengembalian Belanja di luar lingkungan kerja KPPN dan dijelaskan di BAR. - Data SAU dan data SAI belum sesuai, namun sudah dapat ditelusuri dan disepakati oleh kedua belah pihak data yang harus diperbaiki dan dijelaskan di BAR. b. Data yang belum sesuai tetap harus diperbaiki baik oleh satuan kerja, KPPN, UAPPA- W, maupun Kanwil DJPBN sesuai peraturan yang berlaku. c. Apabila data telah sesuai, diterbitkan kembali BAR dengan penjelasan bahwa sudah tidak terdapat perbedaan antara data SAU dengan data SAI. d. Apabila perbedaan data tidak diselesaikan oleh satuan kerja maupun UAAPA-W maka diberlakukan Perdirjen No.19/PB/2008 tentang Pengenaan Sanksi atas keterlambatan Penyampaian laporan Keuangan.Ketentuan tersebut diatas harus memperhatikan batas waktu penyelesaiaan dan penyampaian laporan keuangan. e. Khusus bagi Satuan Kerja yang letak geografisnya sulit sarana transportasi, perbaikan data dapat dilakukan pada saat rekonsiliasi bulan berikutnya. Apabila perbedaan data tidak diselesaikan oleh Satuan Kerja pada bulan berikutnya maka diberlakukan sanksi sesuai peraturan yang berlaku. f. Terkait dengan poin 5, KPPN diberi wewenang untuk menentukan Satuan Kerja yang berhak mendapat keringanan melanjutkan proses rekonsiliasi pada bulan berikutnya sehingga dapat memperbaiki data dengan benar. 13. Setiap penerbitan BAR harus dilampiri dengan Laporan Hasil Rekonsiliasi (LHR). 14. KPPN, Kanwil Ditjen PBN dan Dit. PKN sebagai Kuasa BUN bertanggungjawab menerbitkan Berita Acara Rekonsiliasi (BAR) sesuai dengan kewenangannya. C. JENIS-JENIS REKONSILIASI 1. Rekonsiliasi Internal Rekonsiliasi internal terdiri dari rekonsiliasi bank dan rekonsiliasi SAU-SAKUN. 2. Rekonsiliasi Eksternal Rekonsiliasi Eksternal terdiri dari rekonsiliasi DIPA, rekonsiliasi LRA dan rekonsiliasi Neraca. 4

PROSEDUR REKONSILIASI I. TINGKAT KPPN A. PROSEDUR REKONSILIASI INTERNAL 1. REKONSILIASI BANK Dalam rangka penyajian Kas yang valid dan akurat dalam Laporan Keuangan Pemerintah Pusat, maka perlu dilakukan pencocokan antara saldo Rekening Koran Bank dengan Saldo menurut KPPN (Buku Bank). Sistem pengendalian intern mengharuskan agar seluruh penerimaan dan pengeluaran harus dibukukan. Transaksi penerimaan dan pengeluaran harus dibukukan pada buku bank KPPN dan setiap berkala akan menerima laporan dari bank berupa rekening koran bank. Pada prinsipnya saldo buku bank menurut KPPN harus sama dengan saldo Rekening koran bank, akan tetapi ada kemungkinan perbedaan antara kedua saldo tersebut. Perbedaan atau selisih antara saldo kas menurut buku KPPN yang dicatat oleh seksi Bendum dengan saldo kas menurut Rekening Koran pada setiap akhir periode dapat terjadi karena : Time Lag : perbedaan waktu pencatatan transaksi dalam suatu periode. Error : kesalahan pencatatan yang dilakukan oleh bank ataupun oleh KPPN. Rekonsiliasi Bank dilakukan dengan mengikuti tahapan sebagai berikut: a. Pada setiap akhir periode, KPPN akan menerima Rekening Koran Bank dari setiap rekening yang dimiliki. b. Bandingkan antara saldo buku KPPN dengan saldo Rekening Koran Bank. c. Telusuri penyebab terjadinya perbedaan antara saldo Rekening Koran Bank dengan saldo buku KPPN. d. Sajikan laporan rekonsiliasi bank yang memperlihatkan penyesuaian terhadap saldo kas, baik menurut Rekening Koran Bank maupun menurut saldo buku KPPN.Lihat contoh rekonsiliasi bank pada Daftar I Lampiran Pedoman rekonsiliasi. e. Setelah dilakukan penyesuaian terhadap penyebab terjadinya selisih maka jumlah saldo kas menurut Rekening Koran Bank harus sama dengan jumlah saldo kas menurut saldo buku KPPN. f. Penyesuaian yang mempengaruhi saldo kas menurut buku bank KPPN harus dilakukan koreksi data sehingga saldo kas menurut rekonsiliasi bank sama dengan saldo kas menurut data. g. Penyesuaian pada buku bank KPPN dilakukan mengikuti petunjuk koreksi yang ditetapkan (diatur dalam suatu ketetapan). h. Saldo Kas Penyesuaian ini akan menjadi Saldo Kas KPPN. 5

Pedoman Penyesuaian: Saldo Kas menurut Rekening Saldo Kas menurut Buku Bank Koran KPPN Penyesuaian : Penyesuaian : 1. Deposit in Transit (+) 1. Nota kredit (+) 2. Outstanding cek (-) 2. Kesalahan pencatatan bendum (+ 3. Jasa giro (-) atau -) 3. Nota debet lainnya (-) 4. Kesalahan bank ( + atau - ) Saldo akhir kas setelah penyesuaian Saldo akhir kas setelah penyesuaian 1. Deposit in Transit Hal ini terjadi jika penerimaan sudah dicatat oleh seksi Bendum sebagai penerimaan, sedangkan oleh Bank Persepsi yang menampung semua penerimaan belum dicatat sebagai penerimaan pada Rekening Koran yang diterima dari Bank. Penyesuaian perlu dilakukan pada Rekening Koran Bank dengan menambah saldo kas menurut Rekening Koran pada akhir periode tersebut. Contoh dari Transaksi ini adalah : Nota Kredit yang belum dibukukan oleh pihak Bank/ Kantor Pos. 2. Outstanding Check Hal ini terjadi jika SP2D telah dikeluarkan dan dicatat sebagai pengurang kas oleh seksi Bendum tetapi belum disajikan sebagai pengurang kas di bank pada rekening koran bank. Penyesuaian perlu dilakukan pada Rekening koran bank dengan mengurangi saldo kas menurut Rekening Koran pada akhir periode tersebut. Contoh transaksi ini adalah:sp2d yang sudah disahkan dan dicatat oleh KPPN tetapi belum dicairkan oleh pihak bank. 3. Jasa Giro Sesuai dengan SE-11 9/A/56/1091, SE-47/A/2003 bahwa pada BO I dikenakan jasa giro sebesar 2 % setahun dihitung dari saldo terendah setiap bulannya, dan atas jasa giro tersebut harus disetorkan ke Bank Persepsi. Sedangkan pada BO II, BO III dan Bank Persepsi tidak dikenakan jasa giro. Apabila pada akhir tahun bank mengkredit KPPN atas jasa giro atau bunga maka pada rekoniliasi Bank, jasa giro atau bunga tersebut harus dikurangkan dengan saldo menurut rekening koran Bank. 4. Kesalahan Bank Kesalahan pencatatan yang dilakukan oleh bank dapat disebabkan oleh berbagai hal antara lain. kesalahan jumlah dan kesalahan pemindahbukuan. Penyesuaian atas kesalahan dimaksud dilakukan dengan menambah atau mengurang saldo kas Rekening Koran sesuai dengan kesalahan yang terjadi. 6

Contoh : - Bank salah membukukan jumlah rupiah dari SP2D, Nota Kredit atau Nota Debet yang ada. - Bank telah mendebet KPPN dalam rekening koran, sementara KPPN belum membukukan pengeluaran. Karena sesuatu dan lain hal pengeluaran tersebut belum sampai ke bank tujuan (misalnya Bank Indonesia), Sehingga Bank Indonesia belum bisa menerbitkan Nota Kredit. Karena belum menerima nota kredit atas pelimpahan tersebut, KPPN belum membukukan transaksi dimaksud. Seharusnya pengeluaran tersebut dibukukan sebagai pemindahbukuan. KPPN mencatat pengeluran pada saat Bank persepsi melimpahkan ke BI, bukan menunggu Nota Kredit dari BI. 5. Nota Kredit Nota Kredit terjadi manakala terdapat penambahan kas pada rekening koran bank atas penerimaan yang berasal dari berbagai jenis penerimaan negara antara lain PBB, BPHTB, jasa giro dan penerimaan lainnya yang belum dicatat sebagai penerimaan oleh KPPN. Penyesuaian dilakukan terhadap saldo kas buku bank Bendum. Contoh: Sesuai dengan langkah-langkah akhir tahun uang yang diterima pada BO III PBB maupun BPHTB harus dilimpahkan atau dibagi hasilkan. Namun pada akhir tahun kadangkala ditemui bahwa penerimaan PBB dan BPHTB pada BO III belum dilimpahkan ke bank persepsi, dan jasa giro pada BO I belum disetorkan ke Bank Persepsi. Penyesuaian yang harus dilakukan adalah menambah jumlah saldo kas menurut buku bank Bendum sejumlah penerimaan PBB, BPHTB, jasa giro dan penerimaan lainnya yang memang belum dicatat sebagai penerimaan oleh KPPN. Penerimaan lain sehubungan dengan mengendapnya uang pada BO III adalah pendapatan berupa denda atas keterlambatan pelimpahan. 6. Nota Debet Peristiwa ini terjadi manakala terdapat pengurangan kas pada rekening koran bank atas biaya-biaya antara lain biaya administrasi bank, pajak atas bunga dan lain sebagainya yang belum dibukukan sebagai pengurang kas pada buku bank Bendum di KPPN. Penyesuaian terhadap saldo kas buku bank Bendum dilakukan dengan mengurangi saldo menurut buku Bendum dengan menerbitkan nota debet. 7. Kesalahan pencatatan oleh KPPN Kesalahan pencatatan yang dilakukan oleh KPPN dalam hal ini Seksi Bendum dapat disebabkan oleh berbagai macam hal antara lain kesalahan jumlah, kesalahan pemindah bukuan dan lain sebagainya, maka penyesuaian dilakukan dengan menambah atau 7

mengurangi saldo kas buku bank Bendum sesuai dengan kesalahan yang terjadi. Contoh : KPPN salah membukukan jumlah rupiah dari SP2D, Nota Kredit atau Nota Debet yang ada. KPPN belum membukukan pendapatan. Sementara bank sudah mengkredit KPPN pada rekening Koran. Sebagai ilustrasi Pada akhir Tahun 2007 diambil kebijakan bahwa bank harus buka sampai dengan jam 22.00 pada tanggal 28 Desember 2007 untuk menampung penerimaan Negara. Kenyataannya penerimaan Negara masih terjadi sampai dengan tanggal 31 Desember 2007 misalnya Rp.100.000,-. Dalam Rekening Koran Bank Persepsi akan disajikan angka Rp.100.000,- tersebut dan Buku Bank KPPN belum mencatatnya, sehingga kas menurut Buku Bank KPPN akan lebih kecil dibandingkan dengan Kas menurut Rekening Koran Bank. Pada kertas kerja rekonsiliasi bank, akan ditambahkan pendapatan pada Buku Bank KPPN, dan sebesar pendapatan tersebut harus dibukukan oleh KPPN sebagai pendapatan pada tahun 2007. 2. REKONSILIASI DENGAN REKENING KORAN SATKER BLU Rekonsiliasi Rekening Satker BLU dengan KPPN dilakukan sebagai berikut: a. Pada setiap akhir periode, KPPN meminta semua rekening koran yang dimiliki oleh satker BLU (rekening penerimaan, rekening pengeluaran, dan rekening deposito). b. Bandingkan antara saldo Buku Bank KPPN dengan saldo Rekening Koran Bank. c. Telusuri penyebab terjadinya perbedaan antara saldo Rekening Koran Bank dengan saldo Buku Bank KPPN. d. Sajikan laporan rekonsiliasi bank yang memperlihatkan penyesuaian terhadap saldo kas, baik menurut Rekening Koran Bank maupun menurut saldo buku KPPN. Lihat contoh rekonsiliasi bank pada Daftar II Lampiran Pedoman Rekonsiliasi. e. Setelah dilakukan penyesuaian terhadap penyebab terjadinya selisih maka jumlah saldo kas menurut Rekening Koran Bank harus sama dengan jumlah saldo kas menurut saldo Buku Bank KPPN. f. Penyesuaian yang mempengaruhi saldo kas menurut Buku Bank KPPN harus dilakukan koreksi data sehingga saldo kas menurut rekonsiliasi bank sama dengan saldo kas menurut data. g. Penyesuaian pada Buku Bank KPPN dilakukan mengikuti petunjuk koreksi yang ditetapkan (diatur dalam suatu ketetapan). h. Saldo Kas Penyesuaian ini akan menjadi Saldo Akhir Kas BLU. 8

3. REKONSILIASI SAU - SAKUN Rekonsiliasi SAU - SAKUN dilakukan sebelum dilakukan rekonsiliasi eksternal dengan UAKPA. Tahapan rekonsiliasi SAU SAKUN dapat dilakukan sebagai berikut : o Bandingkan jumlah rupiah dan Akun Pendapatan dan Hibah (6 digit) antara LRA dengan LAK. o Bandingkan jumlah rupiah dan Akun Pengem balian Pendapatan dan Hibah (6 digit) antara LRA dengan LAK. o Bandingkan jumlah rupiah dan Akun Belanja (6 digit) antara LRA dengan LAK. o Bandingkan jumlah rupiah dan Akun Pengembalian Belanja (6 digit) antara LRA dengan LAK. o Bandingkan jumlah rupiah dan Akun Pembiayaan (6 digit) antara LRA dengan LAK: o Bandingkan jumlah Kas di Bendahara Pengeluaran antara Neraca SAU dengan Neraca KUN. Jika terjadi perbedaan, telusuri penyebab terjadinya perbedaan. B. PROSEDUR REKONSILIASI EKSTERNAL REKONSILIASI KPPN DENGAN UAKPA REKONSILIASI LAPORAN REALISASI ANGGARAN a. Rekonsiliasi Estimasi Pendapatan: Bandingkan Estimasi Pendapatan yang terdiri dari unsur BA, Es 1 dan kode satker, Akun, jumlah rupiah antara data BUN-P dan KPPN dengan data UAKPA. b. Rekonsiliasi Pagu Belanja: Bandingkan Kode BA, Es 1, Kode Satker, Fungsi, Sub Fungsi, Program, Kegiatan, Sub Kegiatan, Akun, Jumlah Rupiah, Jenis Kewenangan, Sumber Dana dan Cara Penarikan antara data KPPN dengan data UAKPA. c. Rekonsiliasi Realisasi Pendapatan: Bandingkan data BA, Es1, Kode Satker, Mata Anggaran, Jumlah Rupiah antara data KPPN dengan data UAKPA untuk pendapatan yang berasal dari potongan SPM/SP2D. Realisasi pendapatan yang berasal dari SISPEN direkonsiliasi. c.1 Pendapatan Pajak Rekonsiliasi terhadap Realisasi Penerimaan Pajak belum dapat dilakukan, namun demikian untuk meyakini kebenaran Laporan Realisasi Penerimaan Pajak pada satker Kantor Pelayanan Pajak (KPP), pada saat rekonsiliasi diwajibkan untuk melampirkan 9

Laporan Rekapitulasi Penerimaan Pajak yang dihasilkan dari bagian Pengolahan Data dan Informasi (PDI) sebagai bahan pencocokan dengan Laporan Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah yang dihasilkan oleh SAI. Hal ini dilakukan karena Satker merekam penerimaan pajak pada aplikasi SAI dengan menggunakan dokumen sumber yang dihasilkan dari PDI. c.2 Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) Rekonsiliasi terhadap Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: c.2.1 Pada saat rekonsiliasi antara satker dan KPPN, maka satker wajib melampirkan Bukti Penerimaan Negara (SSBP/SSPB yang disertai NTPN/NTB) sebagai bahan untuk melakukan pencocokan. c.2.2 Apabila penyetor melakukan penyetoran pada bank yang bukan merupakan bank persepsi mitra kerja KPPN bersangkutan, satker harus dapat membuktikannya dengan melampirkan Bukti Penerimaan Negara (SSBP/SSPB yang disertai NTPN/NTB). Atas transaksi di atas harus dijelaskan di dalam Berita Acara Rekonsiliasi. d. Rekonsiliasi Realisasi Belanja: Bandingkan Kode Bagian Anggaran, Es1, Kode Satker, Fungsi, Sub Fungsi, Program, Kegiatan, Sub Kegiatan, Akun, Jumlah Rupiah, Jenis Kewenangan, Sumber Dana dan Cara Penarikan antara data KPPN dengan data UAKPA. Bandingkan jumlah rupiah ringkasan belanja antara data KPPN dengan data UAKPA. e. Rekonsiliasi Realisasi Pengembalian Belanja. Bandingkan Kode Bagian Anggaran, BA Es1, Kode Satker, Fungsi, Sub Fungsi, Program, Kegiatan, Sub Kegiatan, Akun, Jumlah Rupiah, Jenis Kewenangan, Sumber Dana dan Cara Penarikan antara data KPPN dengan data UAKPA. (dari potongan SPM/SP2D). Bandingkan jumlah rupiah ringkasan pengembalian antara data KPPN dengan data UAKPA. f. Rekonsiliasi Realisasi Pembiayaan. Bandingkan Kode Bagian Anggaran, Es1, Kode Satker, Fungsi, Sub Fungsi, Program, Kegiatan, Sub Kegiatan, Akun, Jumlah Rupiah, Jenis Kewenangan, Sumber Dana dan Cara Penarikan antara data KPPN dengan data UAKPA. 10

REKONSILIASI NERACA Bandingkan Kas di Bendahara Pengeluaran dengan Kartu Pengawasan di Seksi Perbendaharaan KPPN. Bandingkan jumlah aset lancar, aset tetap, kewajiban dan ekuitas dana antara data KPPN dengan data UAKPA. SPM/SP2D belanja modal yang dikeluarkan pada tahun berjalan harus sama dengan kenaikan aset pada satker, jika tidak sama maka perlu diyakini telah dicatat didalam buku ekstrakontabel. Pada saat melakukan rekonsiliasi UAKPA diwajibkan untuk membawa laporan BMN UAKPA. HASIL REKONSILIASI Apabila Laporan Hasil Rekonsiliasi antara data SAU dan SAI telah sama maka dibuatkan berita acara rekonsiliasi yang ditandatangani oleh Kepala KPPN selaku Kuasa Bendahara Umum Negara dan Kepala Satker selaku Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), Berita Acara Rekonsiliasi dan Laporan Hasil Rekonsiliasi dibuat 2 (dua) rangkap, 1 (satu) rangkap dikirimkan Kesatker dan 1 (satu) rangkap diarsipkan. Lihat format Berita Acara Rekonsiliasi (BAR) untuk rekonsiliasi tingkat KPPN pada Daftar III Lampiran Pedoman Rekonsiliasi. KPPN Khusus Jakarta VI Sehubungan Satker yang mencairkan dananya di KPPN Khusus Jakarta VI tersebar di seluruh Indonesia, maka pelaksanaan rekonsiliasi dapat dilaksanakan sebagai berikut: 1. Satker yang lokasinya berdekatan dengan lokasi KPPN Jakarta Khusus dapat melakukan rekonsiliasi secara langsung di KPPN Khusus Jakarta VI. Satker yang datang langsung, bahan yang harus dibawa yaitu data softcopy (ADK) dan Laporan Realisasi Anggaran dalam bentuk hardcopy beserta dokumen pendukung lainnya seperti Dokumen Anggaran, SPM/SP2D dan lain sebagainya. Prosedur rekonsiliasi data sama dengan KPPN biasa. HASIL REKONSILIASI Apabila Laporan Hasil Rekonsiliasi antara data SAU dan SAI telah sama maka dibuatkan berita acara rekonsiliasi yang ditandatangani oleh Kepala KPPN selaku Kuasa Bendahara Umum Negara dan Kepala Satker selaku Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), Berita Acara Rekonsiliasi dan Laporan Hasil Rekonsiliasi dibuat 2 (dua) rangkap, 1 (satu) rangkap dikirimkan Kesatker dan 1 (satu) rangkap diarsipkan. Lihat format Berita Acara Rekonsiliasi (BAR) untuk rekonsiliasi tingkat KPPN pada Daftar III Lampiran Pedoman Rekonsiliasi. 2. Satker yang lokasinya jauh dengan Lokasi KPPN Khusus Jakarta VI dapat melakukan rekonsiliasi data satker yang dikirim melalui fasilitas internet/email. Satker yang melakukan rekonsiliasi melalui internet, bahan yang harus dikirim yaitu data softcopy (ADK) dan Laporan Realisasi Anggaran (LRA). Pengiriman 11

LRA dapat dilakukan dalam bentuk file PDF atau dikirim lewat sarana faksimili atau sarana lain yang memungkinkan. HASIL REKONSILIASI BAR diterbitkan apabila Hasil Rekonsiliasi antara data SAU dan SAI telah sama. Jika belum sama KPPN Khusus Jakarta VI hanya mengirimkan Laporan Hasil Rekonsiliasi (LHR) ke satker melalui email. Berita acara rekonsiliasi ditandatangani oleh Kepala KPPN Khusus Jakarta VI selaku Kuasa Bendahara Umum Negara dan Kepala Satker selaku Kuasa Pengguna Anggaran (KPA). Proses penandatanganan BAR dapat dilakukan dengan membuat BAR sebanyak 3 rangkap yang ditandatangani oleh Kepala KPPN Khusus Jakarta VI selaku Kuasa Bendahara Umum Negara kemudian mengirimkan 2 rangkap ke satker untuk ditandatangani Kepala Satker selaku Kuasa Pengguna Anggaran (KPA). Satu lembar BAR dikirimkan kembali ke KPPN Khusus Jakarta VI. II.TINGKAT KANWIL A. REKONSILIASI INTERNAL REKONSILIASI SAU-SAKUN Rekonsiliasi SAU - SAKUN dilakukan sebelum dilakukan rekonsiliasi eksternal dengan UAPPA-W. Tahapan rekonsiliasi SAU SAKUN dapat dilakukan sebagai berikut : a. Bandingkan jumlah rupiah dan Akun Pendapatan dan Hibah (6 digit) antara LRA dengan LAK. b. Bandingkan jumlah rupiah dan Akun Pengembalian Pendapatan dan Hibah (6 digit) antara LRA dengan LAK. c. Bandingkan jumlah rupiah dan Akun Belanja (6 digit) antara LRA dengan LAK. d. Bandingkan jumlah rupiah dan Akun Pengembalian Belanja (6 digit) antara LRA dengan LAK. e. Bandingkan jumlah rupiah dan Akun Pembiayaan (6 digit) antara LRA dengan LAK: f. Bandingkan jumlah Kas di Bendahara Pengeluaran antara Neraca SAU dengan Neraca KUN. Jika terjadi perbedaan, telusuri penyebab terjadinya perbedaan. B. REKONSILIASI EKSTERNAL REKONSILIASI KANWIL DJPBN DENGAN UAPPA-W REKONSILIASI LAPORAN REALISASI ANGGARAN a. Rekonsiliasi Estimasi Pendapatan: Bandingkan Estimasi Pendapatan yang terdiri dari unsur BA, Es 1 dan kode satker, 12

Akun, jumlah rupiah antara data Kanwil Ditjen PBN dengan data UAPPA-W. b. Rekonsiliasi Pagu Belanja: Bandingkan Kode BA, Es 1, Kode Satker, Fungsi, Sub Fungsi, Program, Kegiatan, Sub Kegiatan, Akun, Jumlah Rupiah, Jenis Kewenangan, Sumber Dana dan Cara Penarikan antara data Kanwil Ditjen PBN dengan data UAPPA-W. c. Rekonsiliasi Realisasi Pendapatan: Bandingkan data BA, Es 1 dan kode satker, Akun, jumlah rupiah antara data Kanwil Ditjen PBN dengan data UAPPA-W untuk pendapatan yang berasal dari potongan SPM/SP2D. Realisasi pendapatan yang berasal dari SISPEN direkonsiliasi. d. Rekonsiliasi Realisasi Belanja: Bandingkan Kode Bagian Anggaran, Es1, Kode Satker, Fungsi, Sub Fungsi, Program, Kegiatan, Sub Kegiatan, Akun, Jumlah Rupiah, Jenis Kewenangan, Sumber Dana dan Cara Penarikan antara data Kanwil Ditjen PBN dengan data UAPPA-W. Bandingkan jumlah rupiah ringkasan belanja antara data Kanwil Ditjen PBN dengan data UAPPA-W. e. Rekonsiliasi Realisasi Pengembalian Belanja: Bandingkan Kode Bagian Anggaran, Es1, Kode Satker, Fungsi, Sub Fungsi, Program, Kegiatan, Sub Kegiatan Akun, Jumlah Rupiah, Jenis Kewenangan, Sumber Dana dan Cara Penarikan antara data Kanwil Ditjen PBN dengan data UAPPA-W (dari potongan SPM/SP2D). Bandingkan jumlah rupiah ringkasan pengembalian antara data Kanwil Ditjen PBN dengan data UAPPA-W. f. Rekonsiliasi Realisasi Pembiayaan: Bandingkan Kode Bagian Anggaran, Es1, Kode Satker, Fungsi, Sub Fungsi, Program, Kegiatan, Sub Kegiatan, Akun, Jumlah Rupiah, Jenis Kewenangan, Sumber Dana dan Cara Penarikan antara data Kanwil Ditjen PBN dengan data UAPPA-W. REKONSILIASI NERACA Bandingkan jumlah aset lancar, aset tetap, kewajiban dan ekuitas dana antara data Kanwil dengan data UAPPA-W. UAKPA diwajibkan untuk membawa laporan BMN UAKPA pada saat melakukan rekonsiliasi. 13

HASIL REKONSILIASI 1. Rekonsiliasi antara Kanwil Ditjen PBN dengan UAPPA-W kemungkinan ada perbedaan karena perbedaan wilayah kerja antara Kanwil Ditjen PBN dengan UAPPA-W. Perbedaan dimaksud akan bisa diselesaikan dengan cara : KPPN yang mencairkan transaksi atas satker yang UAPPA-W berbeda harus mengirimkan Bukti Jurnal dan Data Transaksi (BJDT) dari satker dimaksud ke Kanwil dimana UAPPA-W tersebut melakukan rekonsiliasi. Kanwil Ditjen PBN sebagai mitra kerja UAPPA-W satker tersebut melakukan rekonsiliasi, apabila perbedaannya adalah transaksi yang dicairkan/diterima dari KPPN yang berbeda wilayah, maka atas rekonsiliasi dapat diterbitkan BAR dengan menyebutkan perbedaan transaksi tersebut. 2. Apabila Laporan Hasil Rekonsiliasi antara data SAU dan SAI telah sama maka dibuatkan berita acara rekonsiliasi yang ditandatangani oleh Kepala Kanwil cq Kepala Bidang Aklap selaku Kuasa Bendahara Umum Negara dan Penanggungjawab Rekonsiliasi di UAPPA-W selaku Pembantu Pengguna Anggaran (KPA), Berita Acara Rekonsiliasi dan Laporan Hasil Rekonsiliasi dibuat 2 (dua) rangkap, 1 (satu) rangkap dikirimkan Kesatker dan 1 (satu) rangkap diarsipkan. Lihat format Berita Acara Rekonsiliasi (BAR) untuk rekonsiliasi tingkat Kanwil pada Daftar IV lampiran Pedoman Rekonsiliasi. III. TINGKAT BUN PUSAT A. PROSEDUR REKONSILIASI INTERNAL 1. REKONSILIASI BANK Dalam rangka penyajian kas yang valid dan akurat dalam Laporan Keuangan Pemerintah Pusat, maka perlu dilakukan pencocokan antara saldo Rekening Koran Bank dengan Buku Bank. Sistem pengendalian intern mengharuskan agar seluruh penerimaan dan pengeluaran harus dibukukan. Transaksi penerimaan dan pengeluaran harus dibukukan pada buku bank dan setiap berkala akan menerima laporan dari bank berupa rekening koran bank. Pada prinsipnya saldo buku bank harus sama dengan saldo Rekening koran bank, akan tetapi ada kemungkinan perbedaan antara kedua saldo tersebut. Perbedaan atau selisih antara saldo kas yang dicatat oleh seksi Bendum dengan saldo kas menurut Rekening Koran pada setiap akhir periode dapat terjadi karena : Time Lag : perbedaan waktu pencatatan transaksi dalam suatu periode. Error : kesalahan pencatatan yang dilakukan oleh bank ataupun oleh KPPN. Rekonsiliasi Bank dilakukan dengan mengikuti tahapan sebagai berikut: a. Pada setiap akhir periode, Pusat akan menerima Rekening Koran Bank dari setiap rekening yang dimiliki. 14

b. Bandingkan antara saldo buku R. KUN dengan saldo Rekening Koran Bank. c. Telusuri penyebab terjadinya perbedaan antara saldo Rekening Koran Bank dengan saldo buku BUN-P. d. Sajikan laporan rekonsiliasi bank yang memperlihatkan penyesuaian terhadap saldo kas, baik menurut Rekening Koran Bank maupun menurut saldo buku BUN-P. Lihat contoh rekonsiliasi bank pada Daftar I Lampiran Pedoman rekonsiliasi. e. Setelah dilakukan penyesuaian terhadap penyebab terjadinya selisih maka jumlah saldo kas menurut Rekening Koran Bank harus sama dengan jumlah saldo kas menurut saldo buku BUN-P. f. Penyesuaian yang mempengaruhi saldo kas menurut buku bank BUN-P harus dilakukan koreksi data sehingga saldo kas menurut rekonsiliasi bank sama dengan saldo kas menurut data. g. Penyesuaian pada buku bank BUN-P dilakukan mengikuti petunjuk koreksi yang ditetapkan (diatur dalam suatu ketetapan). Saldo Kas Penyesuaian ini akan menjadi Saldo Kas R. KUN. Pedoman Penyesuaian: Saldo Kas menurut Rekening Koran Penyesuaian : Penyesuaian : Saldo Kas menurut Buku Bank BUN-P 1. Deposit in Transit (+) 1. Nota kredit (+) 2. Outstanding cek (-) 2. Kesalahan pencatatan bendum (+ 5. Jasa giro (-) atau -) 3. Nota debet lainnya (-) 6. Kesalahan bank ( + atau - ) Saldo akhir kas setelah penyesuaian Saldo akhir kas setelah penyesuaian 1. Deposit in Transit Hal ini terjadi jika penerimaan sudah dicatat oleh seksi Bendum sebagai penerimaan, sedangkan oleh Bank Persepsi yang menampung semua penerimaan belum dicatat sebagai penerimaan pada Rekening Koran yang diterima dari Bank. Penyesuaian perlu dilakukan pada Rekening Koran Bank dengan menambah saldo kas menurut Rekening Koran pada akhir periode tersebut. Contoh dari Transaksi ini adalah : Nota Kredit yang belum dibukukan oleh pihak Bank/Kantor Pos 2. Outstanding Check Hal ini terjadi jika SP2D telah dikeluarkan dan dicatat sebagai pengurang kas oleh seksi Bendum tetapi belum disajikan sebagai pengurang kas di bank pada rekening koran 15

bank. Penyesuaian perlu dilakukan pada Rekening koran bank dengan mengurangi saldo kas menurut Rekening Koran pada akhir periode tersebut. Contoh transaksi ini adalah : SP2D yang sudah disahkan dan dicatat tetapi belum dicairkan oleh pihak bank. 3. Jasa Giro Sesuai dengan SE-11 9/A/56/1091, SE-47/A/2003 bahwa pada BO I dikenakan jasa giro sebesar 2 % setahun dihitung dari saldo terendah setiap bulannya, dan atas jasa giro tersebut harus disetorkan ke Bank Persepsi. Sedangkan pada BO II, BO III dan Bank Persepsi tidak dikenakan jasa giro. Apabila pada akhir tahun bank mengkredit KPPN atas jasa giro atau bunga maka pada rekonsiliasi Bank, jasa giro atau bunga tersebut harus dikurangkan dengan saldo menurut rekening koran Bank. 4. Kesalahan Bank Kesalahan pencatatan yang dilakukan oleh bank dapat disebabkan oleh berbagai hal antara lain. kesalahan jumlah dan kesalahan pemindahbukuan. Penyesuaian atas kesalahan dimaksud dilakukan dengan menambah atau mengurang saldo kas Rekening Koran sesuai dengan kesalahan yang terjadi. 5. Nota Kredit Nota Kredit terjadi manakala terdapat penambahan kas pada rekening koran bank atas penerimaan yang berasal dari berbagai jenis penerimaan negara antara lain PBB, BPHTB, jasa giro dan penerimaan lainnya yang belum dicatat sebagai penerimaan oleh KPPN. Penyesuaian dilakukan terhadap saldo kas buku bank Bendum. Contoh: Sesuai dengan langkah-langkah akhir tahun uang yang diterima pada BO III PBB maupun BPHTB harus dilimpahkan atau dibagi hasilkan. Namun pada akhir tahun kadangkala ditemui bahwa penerimaan PBB dan BPHTB pada BO III belum dilimpahkan ke bank persepsi, dan jasa giro pada BO I belum disetorkan ke Bank Persepsi. Penyesuaian yang harus dilakukan adalah menambah jumlah saldo kas menurut buku bank Bendum sejumlah penerimaan PBB, BPHTB, jasa giro dan penerimaan lainnya yang memang belum dicatat sebagai penerimaan. Penerimaan lain sehubungan dengan mengendapnya uang pada BO III adalah pendapatan berupa denda atas keterlambatan pelimpahan. 6. Nota Debet Peristiwa ini terjadi manakala terdapat pengurangan kas pada rekening koran bank atas biaya-biaya antara lain biaya administrasi bank, pajak atas bunga dan lain sebagainya yang 16

belum dibukukan sebagai pengurang kas pada buku bank. Penyesuaian terhadap saldo kas buku bank Bendum dilakukan dengan mengurangi saldo menurut buku Bendum dengan menerbitkan nota debet. 7. Kesalahan pencatatan Kesalahan pencatatan yang dilakukan disebabkan oleh berbagai macam hal antara lain kesalahan jumlah, kesalahan pemindah bukuan dan lain sebagainya, maka penyesuaian dilakukan dengan menambah atau mengurangi saldo kas buku bank Bendum sesuai dengan kesalahan yang terjadi. Contoh: - Salah membukukan jumlah rupiah dari SP2D, Nota Kredit atau Nota Debet yang ada. - Pendapatan belum dibukukan, tetapi bank sudah mengkredit pada rekening Koran. Sebagai ilustrasi Pada akhir Tahun 2007 diambil kebijakan bahwa bank harus buka sampai dengan jam 22.00 pada tanggal 28 Desember 2007 untuk menampung penerimaan Negara. Kenyataannya penerimaan Negara masih terjadi sampai dengan tanggal 31 Desember 2007 misalnya Rp.100.000,-. Dalam Rekening Koran Bank Persepsi akan disajikan angka Rp.100.000,- tersebut dan Buku Bank belum mencatatnya, sehingga kas menurut Buku Bank akan lebih kecil dibandingkan dengan Kas menurut Rekening Koran Bank. Pada kertas kerja rekonsiliasi bank, akan ditambahkan pendapatan pada Buku Bank, dan sebesar pendapatan tersebut harus dibukukan sebagai pendapatan pada tahun 2007. 2. REKONSILIASI SAU - SAKUN Rekonsiliasi SAU - SAKUN dilakukan sebelum dilakukan rekonsiliasi eksternal dengan UAPPA-E1/UAPA. Tahapan rekonsiliasi SAU SAKUN dapat dilakukan sebagai berikut : a. Bandingkan jumlah rupiah dan Akun Pendapatan dan Hibah (6 digit) antara LRA dengan LAK. b. Bandingkan jumlah rupiah dan Akun Pengembalian Pendapatan dan Hibah (6 digit) antara LRA dengan LAK. c. Bandingkan jumlah rupiah dan Akun Belanja (6 digit) antara LRA dengan LAK. d. Bandingkan jumlah rupiah dan Akun Pengembalian Belanja (6 digit) antara LRA dengan LAK. e. Bandingkan jumlah rupiah dan Akun Pembiayaan (6 digit) antara LRA dengan LAK. 17

f. Bandingkan jumlah Kas di Bendahara Pengeluaran antara Neraca SAU dengan Neraca KUN. Jika terjadi perbedaan, telusuri penyebab terjadinya perbedaan dan penyelesaiannya disampaikan ke KPPN terkait. Perbaikan data setelah tahun anggaran ditutup mengacu ke Peraturan Jenderal Perbendaharaan No. 69 tahun 2006 tentang Pedoman Koreksi Kesalahan Laporan Keuangan. B. PROSEDUR REKONSILIASI EKSTERNAL REKONSILIASI UAPPA-E1 DENGAN DIREKTORAT APK UAPPA-E1 melakukan rekonsiliasi atas laporan keuangan dengan Ditjen PBN c.q. Dit. APK setiap semester. Hal-hal yang direkonsiliasi adalah: REKONSILIASI LAPORAN REALISASI ANGGARAN a. Rekonsiliasi Estimasi Pendapatan: Bandingkan Estimasi Pendapatan yang terdiri dari unsur BA, Es 1 dan kode satker, Akun, jumlah rupiah antara data Dit. APK yang merupakan gabungan data seluruh Kanwil Ditjen PBN dengan data UAPPA-E1 yang merupakan gabungan data seluruh UAPPA-W di lingkungan wilayah kerjanya dan data Satker Pusat yang mengirimkan laporan keuangannya langsung ke UAPPA-E1. b. Rekonsiliasi Pagu Belanja: Bandingkan Kode Bagian Anggaran, Es 1, Kode Satker, Fungsi, Sub Fungsi, Program, Kegiatan, Sub Kegiatan, Akun, Jumlah Rupiah, Jenis Kewenangan, Sumber Dana dan Cara Penarikan antara data Dit. APK yang merupakan gabungan data seluruh Kanwil Ditjen PBN dengan data UAPPA-E1 yang merupakan gabungan data seluruh UAPPA-W di lingkungan wilayah kerjanya dan data Satker Pusat yang mengirimkan laporan keuangannya langsung ke UAPPA-E1. c. Rekonsiliasi Realisasi Pendapatan: Bandingkan data BA, Es 1 dan kode satker, Akun, jumlah rupiah menurut data Dit. APK dengan data UAPPA-E1 untuk pendapatan yang berasal dari potongan SPM/SP2D. Realisasi pendapatan yang berasal dari SISPEN direkonsiliasi. d. Rekonsiliasi Realisasi Belanja: Bandingkan Kode Bagian Anggaran, Es1, Kode Satker, Fungsi, Sub Fungsi, Program, Akun, Jumlah Rupiah, Sumber Dana dan Cara Penarikan antara data Dit. APK dengan data UAPPA-E1. Bandingkan jumlah rupiah ringkasan belanja antara data Dit. APK dengan data UAPPA- E1. 18

e. Rekonsiliasi Realisasi Pengembalian Belanja: Bandingkan Kode Bagian Anggaran, Es1, Kode Satker, Fungsi, Sub Fungsi, Program, Akun, Jumlah Rupiah, Sumber Dana dan Cara Penarikan antara data Dit. APK dengan data UAPPA-E1. (dari potongan SPM/SP2D). Bandingkan jumlah rupiah ringkasan pengembalian antara data Dit. APK dengan data UAPPA-E1. f. Rekonsiliasi Realisasi Pembiayaan: Bandingkan Kode Bagian Anggaran, Es1, Kode Satker, Fungsi, Sub Fungsi, Program, Akun, Jumlah Rupiah, Sumber Dana dan Cara Penarikan antara data Dit. APK dengan data UAPPA-E1. REKONSILIASI NERACA Bandingkan jumlah aset lancar, aset tetap, kewajiban dan ekuitas dana antara data UAPPA-E1 dengan data Dit. APK. Pada saat melakukan rekonsiliasi, UAPPA-E1 diwajibkan untuk membawa laporan BMN UAPPA-E1. HASIL REKONSILIASI Apabila Laporan Hasil Rekonsiliasi antara data SAU dan SAI telah sama maka dibuatkan berita acara rekonsiliasi yang ditandatangani oleh Penanggung jawab rekonsilisasi di Dit. APK selaku Kuasa Bendahara Umum Negara dan penanggung jawab rekonsilisasi di UAPPA-E1 selaku Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), Berita Acara Rekonsiliasi dan Laporan Hasil Rekonsiliasi dibuat 2 (dua) rangkap, 1 (satu) rangkap dikirimkan Kesatker dan 1 (satu) rangkap diarsipkan. Lihat format Berita Acara Rekonsiliasi (BAR) untuk rekonsiliasi tingkat Pusat pada Daftar V Lampiran Pedoman Rekonsiliasi. REKONSILIASI UAPA DENGAN DIREKTORAT APK UAPA melakukan rekonsiliasi atas laporan keuangan dengan Ditjen PBN c.q. Dit. APK setiap semester. Hal-hal yang direkonsiliasi adalah: REKONSILIASI LAPORAN REALISASI ANGGARAN a. Rekonsiliasi Estimasi Pendapatan Bandingkan Estimasi Pendapatan yang terdiri dari unsur BA, Es 1 dan kode satker, Akun, jumlah rupiah menurut data Dit. APK yang merupakan gabungan data seluruh Kanwil Ditjen PBN dengan data UAPA yang merupakan gabungan data seluruh UAPPA-E1 di lingkungan wilayah kerjanya. 19

b. Rekonsiliasi Pagu Belanja Bandingkan Kode BA, Es 1, Kode Satker, Fungsi, Sub Fungsi, Program, Kegiatan, Sub Kegiatan, Akun, Jumlah Rupiah, Jenis Kewenangan, Sumber Dana dan Cara Penarikan antara data Dit. APK yang merupakan penggabungan data seluruh Kanwil Ditjen PBN dengan data UAPA yang merupakan gabungan data seluruh UAPPAE1 di lingkungan wilayah kerjanya. c. Rekonsiliasi Realisasi Pendapatan Bandingkan data BA, Es 1 dan kode satker, Akun, jumlah rupiah antara data Dit. APK dengan data UAPA untuk pendapatan yang berasal dari potongan SPM/SP2D. Realisasi pendapatan yang berasal dari SISPEN direkonsiliasi. d. Rekonsiliasi Realisasi Belanja Bandingkan Kode Bagian Anggaran, Es1, Kode Satker, Fungsi, Sub Fungsi, Program, Akun, Jumlah Rupiah, Sumber Dana dan Cara Penarikan antara data Dit. APK dengan data UAPA. Bandingkan jumlah rupiah ringkasan belanja antara data Dit. APK dengan data UAPA. e. Rekonsiliasi Realisasi Pengembalian Belanja Bandingkan Kode Bagian Anggaran, Es1, Kode Satker, Fungsi, Sub Fungsi, Program, Akun, Jumlah Rupiah, Sumber Dana dan Cara Penarikan antara data Dit. APK dengan data UAPA. (dari potongan SPM/SP2D) Bandingkan jumlah rupiah ringkasan pengembalian antara data Dit. APK dengan data UAPA. f. Rekonsiliasi Realisasi Pembiayaan Bandingkan Kode BA, Es 1, Kode Satker, Fungsi, Sub Fungsi, Program, Kegiatan, Sub Kegiatan, Akun, Jumlah Rupiah, Jenis Kewenangan, Sumber Dana dan Cara Penarikan antara data Dit. APK yang merupakan gabungan data seluruh Kanwil Ditjen PBN dengan data UAPA yang merupakan gabungan data seluruh UAPPAE1 di lingkungan wilayah kerjanya. REKONSILIASI NERACA Bandingkan jumlah aset lancar, aset tetap, kewajiban dan ekuitas dana antara data data UAPA dengan data Dit. APK. Pada saat melakukan rekonsiliasi UAPA diwajibkan untuk membawa laporan BMN UAPA. 20

HASIL REKONSILIASI Apabila Laporan Hasil Rekonsiliasi antara data SAU dan SAI telah sama maka diterbitkan berita acara rekonsiliasi yang ditandatangani oleh penanggung jawab rekonsiliasi di Dit. APK selaku Kuasa Bendahara Umum Negara dan penanggung jawab rekonsiliasi di K/L selaku Pengguna Anggaran (KPA), Berita Acara Rekonsiliasi dan Laporan Hasil Rekonsiliasi dibuat 2 (dua) rangkap, 1 (satu) rangkap dikirimkan Kesatker dan 1 (satu) rangkap diarsipkan. lihat format Berita Acara Rekonsiliasi (BAR) untuk rekonsiliasi tingkat Pusat pada Daftar VI Lampiran Pedoman Rekonsiliasi. IV BAGIAN ANGGARAN BENDAHARA UMUM NEGARA (BA-BUN) 1. REKONSILIASI UAKPA BUN DENGAN DIT. PKN SELAKU VERABUN REKONSILIASI LAPORAN REALISASI ANGGARAN a. Rekonsiliasi Estimasi Pendapatan Bandingkan Estimasi Pendapatan yang terdiri dari unsur BA, Es 1 dan kode satker, Akun, jumlah rupiah antara data Dit. PKN dengan data UAKPA-BUN. b. Rekonsiliasi Pagu Belanja Bandingkan Kode BA, Es 1, Kode Satker, Fungsi, Sub Fungsi, Program, Kegiatan, Sub Kegiatan, Akun, Jumlah Rupiah, Jenis Kewenangan, Sumber Dana dan Cara Penarikan antara data UAKPA-BUN dengan data Dit. PKN. c. Rekonsiliasi Realisasi Pendapatan Rekonsiliasi terhadap Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: Pada saat rekonsiliasi antara satker dan Dit. PKN, maka satker wajib melampirkan Bukti Penerimaan Negara (SSBP/SSPB yang disertai NTPN/NTB) sebagai bahan untuk melakukan pencocokan. d. Rekonsiliasi Realisasi Belanja Bandingkan Kode Bagian Anggaran, Es1, Kode Satker, Fungsi, Sub Fungsi, Program, Kegiatan, Sub Kegiatan, Akun, Jumlah Rupiah, Jenis Kewenangan, Sumber Dana dan Cara Penarikan antara data Dit. PKN dengan data UAKPA-BUN. Bandingkan jumlah rupiah ringkasan belanja antara data Dit. PKN dengan data UAKPA-BUN. e. Rekonsiliasi Realisasi Pengembalian Belanja Bandingkan Kode Bagian Anggaran, BA Es1, Kode Satker, Fungsi, Sub Fungsi, Program, Kegiatan, Sub Kegiatan, Akun, Jumlah Rupiah, Jenis Kewenangan, 21

Sumber Dana dan Cara Penarikan antara data Dit. PKN dengan data UAKPA-BUN. (dari potongan SPM/SP2D). Bandingkan jumlah rupiah ringkasan pengembalian antara data Dit. PKN dengan data UAKPA-BUN. f. Rekonsiliasi Realisasi Pembiayaan Bandingkan Kode Bagian Anggaran, Es1, Kode Satker, Fungsi, Sub Fungsi, Program, Akun, Jumlah Rupiah, Sumber Dana dan Cara Penarikan antara data Dit. PKN dengan data UAKPA-BUN. REKONSILIASI NERACA Bandingkan jumlah aset lancar, aset tetap, kewajiban dan ekuitas dana antara data Dit. PKN dengan data UAKPA-BUN. HASIL REKONSILIASI 1. Apabila Laporan Hasil Rekonsiliasi antara data SAU (Dit. PKN) dan SAI (UAKPA-BUN) telah sama maka dibuatkan berita acara rekonsiliasi yang ditandatangani oleh penanggungjawab rekonsiliasi dari Dit. PKN selaku Kuasa Bendahara Umum Negara dan Kepala Satker selaku Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), Berita Acara Rekonsiliasi dan Laporan Hasil Rekonsiliasi dibuat 2 (dua) rangkap, 1 (satu) rangkap dikirimkan Kesatker dan 1 (satu) rangkap diarsipkan. Lihat format Berita Acara Rekonsiliasi (BAR) untuk rekonsiliasi tingkat KPPN pada Daftar III lampiran Pedoman Rekonsiliasi. 2. BAR ditandatangani oleh penanggungjawab rekonsiliasi dari Dit.PKN selaku Bendaharawan Umum Negara dan penanggungjawab rekonsiliasi dari Satker yang bersangkutan selaku Kuasa Pengguna Anggaran. BAR harus dilampiri dengan Laporan Hasil Rekonsiliasi. 2. REKONSILIASI UAPPA E1 - BUN dengan Dit. APK REKONSILIASI LRA a. Rekonsiliasi Estimasi Pendapatan Bandingkan Estimasi Pendapatan yang terdiri dari unsur BA, Es 1 dan kode satker, Akun, jumlah rupiah antara data Dit. APK dengan data UAPPA E1 - BUN. b. Rekonsiliasi Pagu Belanja Bandingkan Kode BA, Es 1, Kode Satker, Fungsi, Sub Fungsi, Program, Kegiatan, Sub Kegiatan, Akun, Jumlah Rupiah, Jenis Kewenangan, Sumber Dana dan Cara Penarikan antara data UAPPA E1 - BUN dengan data Dit. APK. 22

c. Rekonsiliasi Realisasi Pendapatan Rekonsiliasi terhadap Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: Pada saat rekonsiliasi antara satker dan Dit. APK, maka satker wajib melampirkan Bukti Penerimaan Negara (SSBP/SSPB yang disertai NTPN/NTB) sebagai bahan untuk melakukan pencocokan. d. Rekonsiliasi Realisasi Belanja Bandingkan Kode Bagian Anggaran, Es1, Kode Satker, Fungsi, Sub Fungsi, Program, Kegiatan, Sub Kegiatan, Akun, Jumlah Rupiah, Jenis Kewenangan, Sumber Dana dan Cara Penarikan antara data Dit. APK dengan data UAPPA E1 - BUN. Bandingkan jumlah rupiah ringkasan belanja antara data Dit. APK dengan data UAPPA E1 BUN. e. Rekonsiliasi Realisasi Pengembalian Belanja Bandingkan Kode Bagian Anggaran, BA Es1, Kode Satker, Fungsi, Sub Fungsi, Program, Kegiatan, Sub Kegiatan, Akun, Jumlah Rupiah, Jenis Kewenangan, Sumber Dana dan Cara Penarikan antara data Dit. APK dengan data UAPPA E1 - BUN. (dari potongan SPM/SP2D). Bandingkan jumlah rupiah ringkasan pengembalian antara data Dit. APK dengan data UAPPA E1 BUN. f. Rekonsiliasi Realisasi Pembiayaan Bandingkan Kode Bagian Anggaran, Es1, Kode Satker, Fungsi, Sub Fungsi, Program, Akun, Jumlah Rupiah, Sumber Dana dan Cara Penarikan antara data Dit. APK dengan data UAPPA E1 - BUN. REKONSILIASI NERACA Bandingkan jumlah aset lancar, aset tetap, kewajiban dan ekuitas dana antara data Dit. APK dengan data UAPPA E1 BUN. HASIL REKONSILIASI 1. Apabila Laporan Hasil Rekonsiliasi antara data SAU (Dit. APK) dan SAI (UAPPA E1 - BUN) telah sama maka dibuatkan berita acara rekonsiliasi yang ditandatangani oleh penanggungjawab rekonsiliasi dari Dit. APK selaku Kuasa Bendahara Umum Negara dan penanggungjawab rekonsiliasi dari UAPPA E1-BUN selaku Kuasa Pengguna 23

Anggaran (KPA), Berita Acara Rekonsiliasi dan Laporan Hasil Rekonsiliasi dibuat 2 (dua) rangkap, 1 (satu) rangkap dikirimkan Kesatker dan 1 (satu) rangkap diarsipkan. Lihat format Berita Acara Rekonsiliasi (BAR) untuk rekonsiliasi tingkat Pusat pada Daftar V Lampiran Pedoman Rekonsiliasi. 2. BAR ditandatangani oleh penanggungjawab rekonsiliasi dari Dit. APK selaku Bendaharawan Umum Negara dan penanggungjawab rekonsiliasi dari UAPPA E1-BUN yang bersangkutan selaku Kuasa Pengguna Anggaran. BAR harus dilampiri dengan Laporan Hasil Rekonsiliasi. 3. REKONSILIASI UAPA - BUN dengan Dit. APK REKONSILIASI LRA a. Rekonsiliasi Estimasi Pendapatan Bandingkan Estimasi Pendapatan yang terdiri dari unsur BA, Es 1 dan kode satker, Akun, jumlah rupiah antara data Dit. APK dengan data UAPA BUN. b. Rekonsiliasi Pagu Belanja Bandingkan Kode BA, Es 1, Kode Satker, Fungsi, Sub Fungsi, Program, Kegiatan, Sub Kegiatan, Akun, Jumlah Rupiah, Jenis Kewenangan, Sumber Dana dan Cara Penarik an antara data UAPA BUN dengan data Dit. APK. c. Rekonsiliasi Realisasi Pendapatan Rekonsiliasi terhadap Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: Pada saat rekonsiliasi antara satker dan Dit. APK, maka satker wajib melampirkan Bukti Penerimaan Negara (SSBP/SSPB yang disertai NTPN/NTB) sebagai bahan untuk melakukan pencocokan. d. Rekonsiliasi Realisasi Belanja Bandingkan Kode Bagian Anggaran, Es1, Kode Satker, Fungsi, Sub Fungsi, Program, Kegiatan, Sub Kegiatan, Akun, Jumlah Rupiah, Jenis Kewenangan, Sumber Dana dan Cara Penarikan antara data Dit. APK dengan data UAPA BUN. Bandingkan jumlah rupiah ringkasan belanja antara data Dit. APK dengan data UAPA BUN. e. Rekonsiliasi Realisasi Pengembalian Belanja Bandingkan Kode Bagian Anggaran, BA Es1, Kode Satker, Fungsi, Sub Fungsi, Program, Kegiatan, Sub Kegiatan, Akun, Jumlah Rupiah, Jenis Kewenangan, Sumber Dana dan Cara Penarikan antara data Dit. APK dengan data UAPA BUN. 24

(dari potongan SPM/SP2D). Bandingkan jumlah rupiah ringkasan pengembalian antara data Dit. APK dengan data UAPA BUN. f. Rekonsiliasi Realisasi Pembiayaan Bandingkan Kode Bagian Anggaran, Es1, Kode Satker, Fungsi, Sub Fungsi, Program, Akun, Jumlah Rupiah, Sumber Dana dan Cara Penarikan antara data Dit. APK dengan data UAPA BUN. REKONSILIASI NERACA Bandingkan jumlah aset lancar, aset tetap, kewajiban dan ekuitas dana antara data Dit. APK dengan data UAPA BUN. HASIL REKONSILIASI 1. Apabila Laporan Hasil Rekonsiliasi antara data SAU (Dit. APK) dan SAI (UAPA BUN) telah sama maka dibuatkan berita acara rekonsiliasi yang ditandatangani oleh penanggungjawab rekonsiliasi dari Dit. APK selaku Kuasa Bendahara Umum Negara dan penanggungjawab rekonsiliasi dari UAPA BUN selaku Pengguna Anggaran (PA), Berita Acara Rekonsiliasi dan Laporan Hasil Rekonsiliasi dibuat 2 (dua) rangkap, 1 (satu) rangkap dikirimkan Kesatker dan 1 (satu) rangkap diarsipkan. Lihat format Berita Acara Rekonsiliasi (BAR) untuk rekonsiliasi tingkat Pusat pada Daftar VI lampiran Pedoman Rekonsiliasi. 2. BAR ditandatangani oleh penanggungjawab rekonsiliasi dari Dit. APK selaku Bendaharawan Umum Negara dan penanggungjawab rekonsiliasi dari UAPA BUN yang bersangkutan selaku Pengguna Anggaran. BAR harus dilampiri dengan Laporan Hasil Rekonsiliasi. Format Berita Acara Rekonsiliasi (BAR) Berita Acara Rekonsiliasi merupakan dokumen yang menyatakan bahwa proses rekonsiliasi telah dilaksanakan dan telah menunjukan hasil yang sama antara data SAU dan SAI. Berita Acara Rekonsiliasi ditandatangani oleh atas nama Kuasa BUN sesuai dengan kewenangannya dan Kuasa Pengguna Anggaran. 25