STUDI SISTEM KESELAMATAN TEKNIS REAKTOR SMART

dokumen-dokumen yang mirip
KAJIAN PENERAPAN REAKTOR SMART DI INDONESIA

ANALISIS DESAIN ECCS TERHADAP FREKUENSI KERUSAKAN TERAS PADA PWR

RISET KECELAKAAN KEHILANGAN AIR PENDINGIN: KARAKTERISTIK TERMOHIDRAULIK

REACTOR SAFETY SYSTEMS AND SAFETY CLASSIFICATION

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS KEANDALAN KOLAM PENYIMPAN BAHAN BAKAR BEKAS PADA PWR AP1000

REAKTOR AIR DIDIH (BOILING WATER REACTOR, BWR)

SISTEM mpower DAN PROSPEK PEMANFAATANNYA DI INDONESIA

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR DAYA

Bab 2 PENDEKATAN TERHADAP PERTAHANAN BERLAPIS

TINJAUAN SISTEM KESELAMATAN REAKTOR DAYA TIPE PWR

REAKTOR GRAFIT BERPENDINGIN GAS (GAS COOLED REACTOR)

Aplikasi Sistem Keselamatan Pasif pada Reaktor Nuklir

BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang

Reactor Safety System and Safety Classification BAB I PENDAHULUAN

PEMODELAN SISTEM PENDINGINAN SUNGKUP SECARA PASIF MENGGUNAKAN RELAP5.

EVALUASI KESELAMATAN REAKTOR TIPE PWR PADA KECELAKAAN PUTUSNYA JALUR UAP UTAMA

ANALISIS DAN KRITERIA PENERIMAAN

ANALISIS PROBABILISTIK KECELAKAAN PARAH PWR SISTEM PASIF UNTUK MENINGKATKAN MANAJEMEN KECELAKAAN

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG DESAIN SISTEM CATU DAYA DARURAT UNTUK REAKTOR DAYA

Diterima editor 12 Maret 2012 Disetujui untuk publikasi 02 Mei 2012

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

REAKTOR PIPA TEKAN PENDINGIN AIR DIDIH MODERATOR GRAFIT (RBMK)

STUDI PROSPEK PLTN DAYA KECIL NUSCALE DI INDONESIA

REAKTOR PIPA TEKAN PENDINGIN AIR DIDIH MODERATOR GRAFIT (RBMK)

EVALUASI KESELAMATAN REAKTOR AIR MENDIDIH (BWR) DALAM PENGAWASAN REAKTOR DAYA

TUGAS MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN)

STUDI UNJUK KERJA SISTEM PROTEKSI PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR TIPE APR 1400

REAKTOR PEMBIAK CEPAT

PARAMETER YANG DIPERTIMBANGKAN SEBAGAI KONDISI BATAS UNTUK OPERASI NORMAL

SYNOPSIS REAKTOR NUKLIR DAN APLIKASINYA

REAKTOR AIR TEKAN (PRESSURIZED WATER REACTOR, PWR)

REAKTOR AIR BERAT KANADA (CANDU)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

CONTOH KEJADIAN AWAL TERPOSTULASI. Kejadian Awal Terpostulasi. No. Kelompok Kejadian Kejadian Awal

PENCEGAHAN KEBAKARAN. Pencegahan Kebakaran dilakukan melalui upaya dalam mendesain gedung dan upaya Desain untuk pencegahan Kebakaran.

TUGAS. Di Susun Oleh: ADRIAN. Kelas : 3 IPA. Mengenai : PLTN

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI DAN PROSEDUR OPERASI REAKTOR DAYA

DAFTAR STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG PEMBANGKITAN TENAGA NUKLIR

PRINSIP-PRINSIP DASAR MANAJEMEN KECELAKAAN REAKTOR DAYA.

REAKTOR AIR TEKAN TIPE RUSIA (VVER)

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR NONDAYA

STUDI TEKNO-EKONOMI REAKTOR MAJU APWR- MITSUBISHI

ANALISIS KECELAKAAN KEHILANGAN PENDINGIN SEKUNDER REAKTOR TIPE PIUS MENGGUNAKAN RELAP5/MOD2. Ign. Djoko Irianto*

SISTEM DETEKSI DAN PEMADAMAN KEBAKARAN

Diterima editor 27 Agustus 2014 Disetujui untuk publikasi 30 September 2014

PRINSIP DASAR KESELAMATAN NUKLIR (I)

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR... TAHUN... TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR DAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2 instalasi nuklir adalah instalasi radiometalurgi. Instalasi nuklir didesain, dibangun, dan dioperasikan sedemikian rupa sehingga pemanfaatan tenaga

REAKTOR PENDINGIN GAS MAJU

FORMAT DAN ISI LAPORAN PENILAIAN KESELAMATAN BERKALA KONDISI TERKINI STRUKTUR, SISTEM, DAN KOMPONEN

MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN)

STUDI EKSPERIMENTAL PERPINDAHAN KALOR DI CELAH SEMPIT ANULUS SELAMA BOTTOM FLOODING BERDASARKAN VARIASI TEMPERATUR AWAL BATANG PANAS

PENGENALAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN)

Analisis Termal Hidrolik Gas Cooled Fast Reactor (GCFR)

EVALUASI TINGKAT KESELAMATAN HIGH TEMPERATURE REACTOR 10 MW DITINJAU DARI NILAI SHUTDOWN MARGIN.

PERTIMBANGAN DALAM PERANCANGAN PENYIMPANAN BAHAN BAKAR BEKAS SECARA KERING. Dewi Susilowati Pusat Teknologi Limbah Radioaktif

BAB I PENDAHULUAN. bising energi listrik juga memiliki efisiensi yang tinggi, yaitu 98%, Namun

NUCLEAR CHEMISTRY & RADIOCHEMISTRY

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENELITIAN KECELAKAAN KEHILANGAN PENDINGIN DI KAKI DINGIN REAKTOR PADA UNTAI UJI TERMOHIDROLIKA REAKTOR

BERBAGAI TIPE PEMBANGKIT LISTRIK TENAGANUKLIR

Nomor 36, Tahun VII, April 2001

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

ANALISIS KONDISI TERAS REAKTOR DAYA MAJU AP1000 PADA KECELAKAAN SMALL BREAK LOCA

DEFINISI. Definisi-definisi berikut berlaku untuk maksud-maksud dari publikasi yang sekarang.

PEMODELAN SISTEM KONVERSI ENERGI RGTT200K UNTUK MEMPEROLEH KINERJA YANG OPTIMUM ABSTRAK

LAMPIRAN I METODE DAN PENDEKATAN ANALISIS KESELAMATAN

PELUANG DAN TANTANGAN BATAN SEBAGAI ORGANISASI PENDUKUNG TEKNIS DI BIDANG PROTEKSI RADIASI

MITIGASI DAMPAK KEBAKARAN

ANALISIS VISUAL PENDINGINAN ALIRAN DUA FASA MENGGUNAKAN KAMERA KECEPATAN TINGGI ABSTRAK ABSTRACT

PENGUJIAN IRADIASI KELONGSONG PIN PRTF DENGAN LAJU ALIR SEKUNDER 750 l/jam. Sutrisno, Saleh Hartaman, Asnul Sufmawan, Pardi dan Sapto Prayogo

RISET KECELAKAAN KEHILANGAN AIR PENDINGIN: KARAKTERISTIK BAHAN BAKAR

I. PENDAHULUAN. hampir 50 persen dari kebutuhan, terutama energi minyak dan gas bumi.

KRITERIA PENERIMAAN UNTUK KECELAKAAN INSERSI REAKTIVITAS PADA REAKTOR DAYA

KEPUTUSAN KEPALA. BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR : 01-P/Ka-BAPETEN/VI-99 TENTANG PEDOMAN PENENTUAN TAPAK REAKTOR NUKLIR

EKSPERIMEN AWAL ALIRAN SIRKULASI ALAMIAH PADA SIMULASI SISTEM KESELAMATAN PASIF

DASAR ANALISIS KESELAMATAN

KOMPARASI ASPEK EKONOMI TEKNIK SC (STEEL PLATE REINFORCED CONCRETE) DAN RC (REINFORCED CONCRETE) PADA KONSTRUKSI DINDING PENGUNGKUNG REAKTOR

Kata kunci: analisis transient aliran, SSSR, aliran sirkulasi alam, loop primer, kondisi normal.

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR DAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMBANGKIT PENGENALAN (PLTN) L STR KTENAGANUKLTR

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. penduduk dunia yaitu sekitar 7 miliar pada tahun 2011 (Worldometers, 2012),

MODUL 2 ANALISIS KESELAMATAN PLTN

2. Reaktor cepat menjaga kesinambungan reaksi berantai tanpa memerlukan moderator neutron. 3. Reaktor subkritis menggunakan sumber neutron luar

Definisi PLTN. Komponen PLTN

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maraknya krisis energi yang disebabkan oleh menipisnya

KEJADIAN AWAL, INSIDEN DAN KECELAKAAN

SISTEM KESELAMATAN REAKTOR CANDU DALAM PENANGGULANGAN KECELAKAAN PARAH

EVALUASI DESAIN TERAS REAKTOR DAYA TIPE PWR PERTAMA INDONESIA

TUGAS 2 MATA KULIAH DASAR KONVERSI ENERGI

PERHITUNGAN LAJU ALIR PENDINGIN AIR SISI PRIMER PADA UNTAI UJI BETA UNTUK EKSPERIMEN SISTEM PASIF

2011, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR DAYA. BAB I KETENTU

REAKTOR NUKLIR. Sulistyani, M.Si.

EFEK PERUBAHAN KETINGGIAN COOLER TERHADAP KECEPATAN ALIRAN AIR PADA SIMULASI SISTEM PASIF

PENENTUAN KORELASI EMPIRIS LOKAL PERPINDAHAN PANAS PADA BAGIAN SILINDER KONSENTRIS MODEL SUNGKUP AP1000. Nanang Triagung Edi Hermawan *

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

STUDI SISTEM KESELAMATAN TEKNIS REAKTOR SMART Siti Alimah 1, Erlan Dewita 1, Sriyono 2 1 Pusat Pengembangan Energi Nuklir (PPEN)-BATAN 2 Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir (PTRKN-BATAN) Jl. Kuningan Barat, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, 12710 Phone/ Fax: (021) 5204243 E-mail untuk korespondensi: alimahs@batan.go.id ABSTRAK STUDI SISTEM KESELAMATAN TEKNIS REAKTOR SMART. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau besar dan kecil. Kebutuhan energi terutama pada pulau-pulau kecil sampai saat ini belum dapat terpenuhi. Untuk memenuhi kebutuhan energi tersebut, penggunaan energi nuklir dapat menjadi salah satu solusi. Reaktor SMART merupakan salah satu reaktor nuklir berdaya kecil sekitar 90 MWe, dan 10% energinya dapat digunakan untuk produksi air bersih dengan proses desalinasi. Reaktor SMART memiliki dua macam fitur keselamatan yaitu sistem keselamatan melekat (inherent) dan sistem teknis pasif (passive system). Makalah ini membahas kajian sistem keselamatan teknis reaktor SMART. Tujuan studi adalah memperoleh pemahaman aspek keselamatan teknis reaktor SMART, sebagai masukan pengambil keputusan untuk pertimbangan pemilihan teknologi reaktor. Studi dilakukan melalui kajian pustaka. Sistem keselamatan teknis pasif yang diimplementasikan pada SMART adalah sistem shutdown (pemadaman), sistem pengambilan panas sisa pasif, sistem pendinginan teras darurat pasif, sistem proteksi sungkup terhadap tekanan lebih. Disamping itu, sistem proteksi reaktor terhadap tekanan lebih dan beberapa sistem yang memitigasi kecelakaan, juga ditambahkan. Fungsi sistem keselamatan teknis adalah menjaga kestabilan pendinginan reaktor agar tidak terjadi pemanasan berlebih pada sistem pembangkit serta mencegah terlepasnya produk radioaktif ke lingkungan dan melakukan pemadaman reaktor setiap saat diperlukan. Hasil studi menunjukkan bahwa penggunaan sistem keselamatan teknis pasif mampu mengurangi penggunaan pompa, katup dan perpipaan sehingga meningkatkan kemudahan konstruksi, operasi dan perawatan sistem, serta mengurangi tindakan operator. Apabila dibandingkan, reaktor SMART hanya memerlukan sekitar 180 katup, jauh lebih sedikit dibanding reaktor PWR konvensional 1000 MW e yang memerlukan 1100 katup. Kata Kunci: keselamatan teknis, reaktor, SMART, PWR, sistem pasif ABSTRACT THE STUDY OF ENGINEERED SAFETY SYSTEM TO SMART REACTOR. Indonesia is an archipelago country which consisting of many large and small islands. Energy needs, especially on small islands has not fulfilled yet. To meet the energy needs, one solution is to use nuclear energy, namely the SMART reactor. This small reactor has 90 MW e power, and 10% of energy can be used to produce fresh water with desalination technology. SMART reactor has two kinds of safety features. There are inherent safety systems and passive systems. This paper discusses the technical review of the reactor engineered safety system of SMART. The purpose of this study is obtain a understanding for engineered safety aspect of SMART reactor, as transferred for the decision makers, to reactor technology selection consideration. Passive engineered safety systems are implemented on SMART is a system shutdown, passive residual heat removal system, passive emergency core cooling system and containment protection system against overpressure. Besides that are also added, the reactor protection system against overpressure and some systems that mitigate the accident. Engineered safety system functions is to maintain the reactor cooling stability to prevent overheat in the power system and prevent radioactive products release into the environment and do the necessary reactor shutdown at any time. The study shows that the using of passive safety systems will reduce the pumps, valve and piping, thus increasing ease of construction, operation and maintenance, as well as reducing operator actions. In comparison, the SMART reactor requires only 180 valves, much less than the 1000 MW e PWR conventional reactors that require 1100 valves. Keywords: engineered safety, reactor, SMART, PWR, pasif system. 226

PENDAHULUAN Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki 13.466 pulau terdiri dari pulau-pulau besar dan kecil tersebar dari Sabang sampai Merauke. Menurut definisi Kementerian Kelautan dan Perikanan, pulau kecil adalah pulau dengan luas area < 2.000 km 2, dengan jumlah penduduk <20.000 orang [Subaktian Lubis, 2013]. Ketersediaan listrik merupakan salah satu infrastruktur dasar bagi masyarakat dan sebagai salah satu faktor peningkatan perekonomian, sehingga rasio elektrifikasi di pulau-pulau kecil dan atau terpencil perlu mendapat perhatian agar tidak semakin tertinggal dibandingkan daerah lainnya. Penyediaan energi listrik oleh PT. PLN di daerah terpencil sampai saat ini belum dapat terpenuhi karena ketersediaan listrik selalu lebih kecil dari kebutuhan yang terus meningkat, kurangnya pemerataan, kurangnya infrastruktur jaringan dan penggunaan listrik sebagai komoditi belum terlaksana. Selain itu, sebaran demografis penduduk Indonesia yang dominan berada di wilayah Sumatera, Jawa dan Bali, menyebabkan kebijakan PT. PLN mengenai penyediaan listrik, terkonsentrasi di wilayah tersebut. Berbagai sumber energi alternatif diperlukan untuk memasok kebutuhan listrik di pulau kecil dan atau terpencil, yaitu dengan pemanfaatan pembangkit energi baru dan terbarukan, seperti pemanfaatan energi angin, air, panas bumi, biomassa, tenaga surya dan nuklir. Dalam Undang-undang nomor 30 tahun 2007 dinyatakan bahwa energi nuklir sebagai salah satu sumber energi nasional dalam kelompok energi baru dan terbarukan, sehingga energi nuklir juga dapat menjadi alternatif untuk memasok kebutuhan listrik, terutama untuk daerah/pulau kecil dan atau terpencil yang tidak mempunyai potensi energi panas bumi, angin, tenaga surya dan biomassa. Dengan pemanfaatan energi nuklir maka akan menambah keberagaman pemanfaatan sumber energi primer non fosil, dan juga mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. SMART (System-integrated Modular Advanced ReacTor) merupakan reaktor integral modular tipe PWR (Pressurized Water Reactor) dengan daya kecil, yang dikembangkan untuk dua tujuan yaitu pembangkit listrik dan desalinasi air laut. Karena merupakan reaktor ukuran kecil maka SMART dapat menjadi alternatif pasokan energi untuk pulau-pulau kecil dan atau terpencil. Dalam pembangunan dan pengoperasian PLTN, aspek keselamatan menjadi prioritas utama. Desain konseptual keselamatan SMART terdiri dari fitur desain keselamatan melekat (inherent) dan sistem keselamatan teknis pasif (passive system). Kajian ini menjelaskan sistem keselamatan teknis pasif reaktor SMART yang bertujuan untuk memberikan pemahaman yang komprehensif bagi pengambil keputusan, dari sisi aspek keselamatan, sebagai pertimbangan pemilihan teknologi reaktor. 1. Sistem Keselamatan Teknik Smart Reaktor SMART adalah reactor maju berbasis pada PWR (Pressurized Water Reactor) yang dikembangkan oleh KAERI (Korea Atomic Energy Research Institute) sejak tahun 1997. Reaktor SMART termasuk dalam kategori PLTN SMR (Small and Medium Reactor). Selain dapat digunakan untuk menghasilkan listrik, reaktor ini juga didesain untuk mendukung proses desalinasi. SMART didesain mampu membangkitkan energi listrik sebesar 90 MW e, dan sekitar 10% panas sisanya digunakan untuk proses desalinasi. Kapasitas produksi air bersih yang dihasilkan adalah 40.000 ton/hari [1,6]. Reaktor SMART efektif untuk pasokan listrik wilayah terpencil yang tidak terkoneksi kejaringan utama dan untuk kompleks industri ukuran relatif kecil. Penyederhanaan desain SMART dengan desain sistem yang kompak dan modular telah dilakukan untuk memudahkan dalam pengoperasian dan perawatannya. Pengamanan/proteksi air hasil proses desalinasi terhadap kemungkinan kontaminasi bahan radioaktif dan minimalisasi dampak pelepasan radiasi ke lingkungan selama terjadi kecelakaan juga telah dipertimbangkan dalam desain. Peningkatan desain keselamatan dan keandalan juga dilakukan dengan mengadopsi karakteristik desain keselamatan melekat dan fitur sistem keselamatan teknis pasif yang maju. Komponen utama reaktor SMART meliputi teras reaktor, pembangkit uap, pompa pendingin dan pressurizer, ditempatkan dalam bejana tekan reaktor. Karakteristik desain seperti pressurizer gas dengan pengontrolan sendiri dan koefisien temperatur moderator negatif yang besar merupakan fitur keselamatan melekat dari reaktor ini. Nilai koefisien temperatur moderator negatif besar bertujuan agar teras reaktor bebas dari boron terlarut. Dengan adanya fitur keselamatan melekat tersebut, maka reaktor SMART mampu mengantisipasi kecelakaan kehilangan pendingin skala besar (Large Break Loss Of Coolant Accident/LBLOCA), mampu meningkatkan pendinginan sirkulasi alami, serta meningkatkan ketahanan reaktor terhadap kondisi transien dan kecelakaan. Pada saat reaktor start up dan operasi secara normal, maka pendinginan teras dilakukan secara konveksi paksa (forced convection), sedangkan pada kondisi kecelakaan, pendinginan reaktor menggunakan sirkulasi alam [2]. 227

Fitur sistem keselamatan teknis pasif reaktor SMART meliputi shutdown (pemadaman) reaktor, sistem pengambilan panas sisa pasif (Passive Residual Heat Removal System/PRHRS), sistem pendinginan teras darurat pasif (Emergency Core Cooling System/ECCS), sistem proteksi reaktor dan sungkup terhadap tekanan lebih (The Reactor and Containment Overpressure Protections/ROPS and COPS) [1,6]. Fitur keselamatan teknis reaktor SMART ditunjukkan oleh Gambar 1. dari sistem ini adalah mencegah keluarnya leburan corium yang dihasilkan oleh kecelakan parah. Pencegahan keluarnya corium ini dicapai dengan fungsi kombinasi dari desain bejana seifguard dan sungkup, dan pengoperasian sitem keselamatan. Suatu celah kecil di bawah bejana reaktor diisi dengan air dari sistem make-up pada saat terjadi kecelakaan parah. Pendingin bejana dan air dalam tangki shielding internal, menyediakan pendinginan eksternal bejan tekan reaktor, mencegah keluarnya corium dari bejana tekan reaktor. Suatu alat hydrogen igniter disediakan dalam bejana seifguard untuk menanggulangi hidrogen dalam jumlah besar yang dihasilkan selama kecelakaan parah. 1.1. Sistem Shutdown Reaktor Gambar 1. Skema Fitur Keselamatan Teknis SMART[MOON HEE CHANG, et.all., 2000 Sistem keselamatan SMART disertai pula dengan desain keselamatan penghalang berganda (multiple barrier) yaitu dengan adanya kelongsong bahan bakar, bejana tekan reaktor, bejana seifguard dan sungkup. Penghalang berganda ini akan meminimalkan pelepasan radioaktif ke lingkungan apabila terjadi kecelakaan. Bejana seifguard adalah bejana yang dibuat dari baja yang kedap dari kebocoran, melindungi semua sistem primer reaktor yang meliputi komponenkomponen teras reaktor, pressurizer, katup dan sistem pemipaan. Fungsi utama dari bejana seifguard adalah mengungkung pelepasan radioaktif dari pendingin primer pada peristiwa kecelakaan dasar desain (design basis accident). Pada kecelakaan dasar desain diluar yang dipostulasikan, pelepasan uap dari pembukaan relief valve bejana seifguard, akan disemburkan kembali ke bagian luar tangki pelindung untuk dikondensasi. Sungkup dibuat dari struktur baja dicor dengan beton, berfungsi mengungkung pelepasan produk radioaktif pada kecelakaan dasar desain di luar postulasi. Sistem mitigasi kecelakaan parah juga ditambahkan dalam sistem keselamatan teknis. Fungsi Reaktor SMART memiliki 2 buah sistem shutdown yang saling tidak bergantung yaitu sistem shutdown primer dan sistem shutdown cadangan. Shutdown dapat dicapai dengan salah satu sitem tersebut. Sistem shutdown primer yang terdiridari 32 shutdown banks batang kendali yang dibuat dari B 4C (Boron Carbida) sebagai material penyerap [7,9]. Shutdown banks batang kendali didesain untuk dapat turun ke teras reaktor dengan gaya gravitasi sehingga mampu menghentikan reaksi berantai. Sistem shutdown bank tersebut mempunyai batas shutdown yang cukup besar, yaitu reaktor dari daya penuh (100%) dapat diturunkan dayanya secara perlahan-lahan sampai kondisi hot shutdown (daya tinggal 7%, karena meskipun reaksi fisi sudah berhenti tetapi masih ada panas peluruhan produk fisi). Apabila terjadi kerusakan sistem shutdown primer, maka sistem shutdown cadangan disediakan, yaitu dengan sistem injeksi boron darurat [10]. Sistem shutdown cadangan dilakukan dengan menginjeksikan boron yang berasal dari dua buah tangki dengan volume 6 m 3, masing-masing tangki berisi boron dengan konsentrasi 30 gram asam borat per 1 kg air [7]. Satu rangkaian aliran (train) sudah mampu menurunkan daya reaktor ke kondisi subkritis. Sistem cadangan tersebut merupakan sistem aktif yang bekerja dengan suatu pompa. 1.2. Sistem Pengambilan Panas Sisa Pasif (PRHRS) Pada kondisi darurat seperti tidak tersedianya pasokan air umpan atau station blackout (kejadian hilangnya semua daya listrik AC yang memasok daya ke semua peralatan keselamatan di suatu PLTN), sistem PRHRS mengambil panas peluruhan di teras reaktor dengan cara konveksi alami. PRHRS juga digunakan untuk pendinginan jangka panjang terutama pada saat refueling (proses pengisian ulang bahan 228

bakar). Skema sistem PRHRS ditunjukkan oleh Gambar 2. Dalam reaktor SMART, sistem PRHRS didesain dengan 4 train yang tidak saling bergantung. Pada saat terjadi kecelakaan desain terpostulasi, dengan mengoperasikan 2 train sudah cukup mampu mengambil panas peluruhan selama 72 jam setelah kecelakaan terjadi tanpa tindakan intervensi operator. Setiap train mempunyai komponen antara lain: penukar panas, tangki kompensasi, tangki pendingin darurat, katup uji dan katup isolasi. Penukar panas direndam dalam air pada tangki pendingin darurat. Pada kondisi operasi normal, air umpan masuk ke bagian bawah pembangkit uap, mengalir ke atas dalam tabung koil berbentuk heliks, mengambil panas dari pendingin primer dan keluar pembangkit uap sebagai uap superheated, kemudian keluar dan terkondensasi dalam tangki pendingin darurat, dan selanjutnya kembali lagi ke pembangkit uap, demikian seterusnya. Pada kondisi darurat, katup isolasi air umpan dan katup isolasi uap ditutup, sedangkan katup PRHR dibuka untuk dikoneksikan ke pembangkit uap. Untai tertutup dengan kondisi konveksi alami, dan panas diambil dari sisi primer pembangkit uap menggunakan sistem PRHR. Tangki pendingin darurat lokasinya cukup tinggi di atas pembangkit uap berguna untuk mengambil panas peluruhan di sisi primer pembangkit uap dengan konveksi alami ketika sistem sekunder kehilangan kemampuan pengambilan panas. Tangki kompensasi ditekan dengan gas N 2 bertekanan 5 MPa (50 bar). Tangki kompensasi berfungsi sebagai make-up akibat kehilangan simpanan air di jalur perpipaan sistem PRHRS dan pembangkit uap, sehingga akan mengisi kekosongan air yang terjadi selama proses cooldown (pendinginan). Katup uji dipasang diantara tangki kompensasi dan penukar panas. Gambar 2. Diagram sistem PRHRS reaktor SMART[Chang, Y.J., et.all., 2004] Gambar 3. Skema Tangki Pendingin Darurat [Young-Jong Chung, 2013] 1.3. Sistem Pendinginan Teras Darurat (Emergency Core Cooling System/ECCS) Reaktor SMART didesain mampu mengantisipasi potensi adanya LBLOCA yaitu dengan mengeliminasi pipa ukuran besar ke bejana tekan reaktor. Pada kecelakaan Small Break LOCA, ECCS (Emergency Core Cooling System) berfungsi menyediakan pendinginan dengan akumulator untuk menambah air pendingin di sistem primer. Parameter desain ECCS diperlihatkan dalam Tabel 1. Dalam reaktor SMART, terdapat 2 train ECCS yang tidak saling bergantung dan operasi dari satu train sudah cukup mampu menyediakan pendinginan untuk menambah air pendingin di sistem primer. Masingmasing train memiliki tangki air silindris bertekanan 229

gas nitrogen 10 MPa, volume 5 m 3, katup serta pipa yang berdiameter 20 mm, yang dikoneksikan ke bejana tekan reaktor. Ketika SBLOCA terjadi, tekanan sistem primer berkurang sehingga di bawah tekanan tangki ECCS, pendingin dalam tangki dialirkan ke bagian atas rongga saluran pressurizer. Masing-masing train ECCS terdiri dari sistem make-up dan sistem injeksi boron darurat. Tabel 1. Parameter Desain Sistem Keselamatan Pasif Reaktor SMART[Chang, Y.J., et.all., 2004] Parameter PRHRS -Jumlah train -Pengambilan panas/train -Volume total tangki pendingin -Volume gas N2 tangki pendingin -Tekanan tangki pendingin -Volume air tangki pendingin darurat ECCS -Jumlah train -Tekanan gas N2 -Volume total/tangki -Volume air/tangki -Sistem koneksi ROPS -Jumlah train -Tekananpembukaan POSRV -Tekananpenutupan POSRV COPS -Volume air dalam jacket air -Temperatur air dalam jacket air -Volume bejana seifguard -Temperatur/tekanan desain bejana seifguard -Volume sungkup -Temperatur dan tekanan desain sungkup Nilai 4 4,6 MW 2,0 m3 0,3 m3 5,0 MPa 50,0 m3 2 10,0 MPa 5,0 m3 3,0 m3 Sistem makeup 2 17,51 MPa 13,86 MPa 35,0 m3 50oC 400,0 m3 250 o C/3,0 MPa 3000 m3 120 o C/0,3 Mpa 1.4. Sistem Proteksi Tekanan Lebih Reaktor dan Sungkup (ROPS/COPS) Proteksi terhadap tekanan lebih pada reaktor dan sungkup reaktor SMART menggunakan sistem pasif. Fungsi proteksi ini adalah untuk mengurangi tekanan bejana tekan akibat kerusakan sistem kontrol, sehingga nilai tekanan yang terjadi dibawah tekanan kecelakaan dasar desain. Sistem ROPS terdiri dari dua train paralel yang dihubungkan dengan pipa ke pressurizer. Dua train tersebut juga dihubungkan ke tangki shielding internal dengan sistem pemipaan. Masing-masing train dilengkapi POSRV (pilot operated safety relief valve). Ketika tekanan reaktor naik sampai 17,51MPa, POSRV dibuka dan uap dikeluarkan ke tangki shielding internal melalui peralatan penyembur dan kemudian dikondensasi secara konduksi melalui struktur baja dan jacket air di sekitar bejana seifguard. Sungkup dibuat dari struktur baja dengan bangunan beton yang menutupi bejana seifguard. Fungsinya adalah untuk mengungkung pelepasan produk radioaktif dibagian dalam sungkup selama kecelakaan dasar desain di luar postulasi berkaitan dengan kehilangan integritas bejana seifguard. Pada beberapa kecelakaan yang menyebabkan kenaikan temperatur, maka akan terjadi peningkatan tekanan sungkup, sehingga pendinginan sungkup dilakukan secara pasif. Akumulasi panas dalam sungkup dipindahkan dengan mekanisme konduksi melalui struktur baja sendiri, dan melalui melalui tangki pendingin darurat (emergency cooldown tanks/ect), yang diinstal di bagian dalam sungkup. Suatu rupture disc dan sistem penyaringan disediakan dalam sungkup untuk melindungi struktur baja dari tekanan lebih dan untuk menyaring pelepasan produk radioaktif selama kecelakaan dasar desain di luar postulasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Reaktor SMART merupakan PLTN generasi III+ [5], yang menggunakan sistem keselamatan teknis pasif. Sistem keselamatan teknis pasif yang diimplementasikan pada SMART adalah sistem shutdown (pemadaman), sistem pengambilan panas sisa pasif, sistem pendinginan teras darurat pasif, sistem proteksi tekanan lebih sungkup. Sistem proteksi reaktor terhadap tekanan lebih dan beberapa sistem yang memitigasi kecelakaan, juga ditambahkan dalam sistem keselamatan teknis. Sistem keselamatan tersebut didesain untuk mencegah bahaya teras sekurangkurangnya 72 jam setelah kejadian, tanpa intervensi tindakan operator dan sumber daya eksternal. Fungsi sistem keselamatan teknis adalah menjaga kestabilan pendinginan reaktor agar tidak terjadi pemanasan lebih pada sistem pembangkit serta mencegah terlepasnya produk radioaktif ke lingkungan dan melakukan pemadaman reaktor setiap saat diperlukan. Reaktor akan dipadamkan dengan sistem shutdown reaktor apabila parameter yang diizinkan dalam prosedur operasi terlampaui, yaitu seperti daya reaktor yang terlalu besar, temperatur sistem pendingin terlalu tinggi dalam jangka waktu yang lama, tekanan sistem pendingin terlalu rendah, laju alir pendingin terlalu 230

rendah, tekanan uap terlalu rendah dan perbandingan air-umpan dengan laju rerata uap tidak sesuai. SMART mempunyai 2 mode shutdown reaktor, yaitu mode operasi normal dan mode operasi abnormal. Pada mode operasi shutdown normal, pendingin dalam sistem primer didinginkan sampai kondisi sistem pendingin shutdown operasi daya dengan sirkulasi paksa (sistem aktif)karena adanya pompa pendingin utama. Tekanan desain dari sistem pendingin shutdown adalah 6 MPa dan temperatur 523 K. Sistem pendingin shutdown tersebut berfungsi mengambil panas dalam bejana reaktor dari shutdown panas sampai kondisi refueling. Sistem sekunder juga dijaga dengan sirkulasi paksa untukmengurangi laju alir air umpan. Ketika sistem pendingin reaktor mencapai kondisi temperatur sistem pendingin shutdown, pendingin primer selanjutnya didinginkan dari kondisi sistem pendingin shutdown sampai kondisi refueling, menggunakan sistem pendingin shutdowntersebut. Pada mode operasi shutdown abnormal, aliran sistem primer berubah menjadi sirkulasi alami (sistem pasif) karena pompa pendingin utama tidak tersedia. Sistem sekunder diisolasi dengan katup isolasi air umpan atau katup isolasi uap (MFIV/MSIV) dan PRHRS diaktuasi. Kemudian sistem primer didinginkan ke kondisi sistem pendingin shutdown dengan sirkulasi alami. Setelah sistem pendingin reaktor mencapai kondisi sistem pendingin shutdown, pendingin primer akan didinginkan oleh sistem pendingin shutdown sampai kondisi refueling, sama pada mode operasi shutdown normal. Pada proses operasi shutdown abnormal, terdapat tiga jenis sirkulasi alami. Pertama, sirkulasi alami di antara teras reaktor dan sisi primer pembangkit uap dalam sistem pendingin reaktor setelah pompa pendingin utama dihentikan. Panas peluruhan yang dibangkitkan dalam teras reaktor dipindahkan ke sisi primer pembangkit uap dengan sirkulasi alami. Ke dua, sirkulasi alami dalam PRHRS. Ke tiga, sirkulasi alami di sekitar penukar panas di dalam tangki pendingin darurat. Panas yang berasal dari pembangkit uap di transfer ke air dalam tangki pendingin darurat melalui penukar panas. Air panas ditransfer dari penukar panas yang dilokasikan dibagian bawah tangki air pendingin darurat, dan air yang relatif dingin ditempatkan pada posisi yanglebih tinggi. Oleh karena itu, air disirkulasi di penukar panas dalam tangki air pendingin darurat dengan sirkulasi alam, seperti terlihat dalam Gambar 3. Air di dalam tangki pendingin darurat tersebut, disirkulasi secara otomatis ketika panas ditransfer dari penukar panas. Terlihat dalam Gambar 2, sistem PRHRS terdiri dari penukar panas, tangki kompensasi, tangki pendingin darurat, katup uji dan katup isolasi. Pada kondisi operasi normal sistem ini diisolasi dari sistem sekunder. Namun seperti telah disebutkan, pada kondisi kecelakaan, katup isolasi uap dan katup isolasi air umpan akan tertutup otomatis berdasar sinyal trip reaktor. Katup PRHR terbuka secara otomatis, sehingga akan terjadi aliran sirkulasi alami di antara penukar panas dalam tangki pendingin darurat dan pembangkit uap, hal ini dikarenakan adanya hydraulic head dan perbedaan densitas di antara pembangkit uap dan penukar panas PRHRS, setelah pembukaan katup PRHR dan penutupan MFIV/MSIV. Jadi setelah trip reaktor, aliran sirkulasi alami akan terbentuk di antara teras reaktor dan pembangkit uap. Dengan sirkulasi alami tersebut, temperatur pendingin dari sistem primer tersebut akan turun sampai tingkat tertentu. Sebagaimana telah diuraikan, sistem pendinginan teras darurat pasif berfungsi menyediakan pendingin untuk make-up air pendingin selama kehilangan inventori pendingin primer pada saat kecelakaan SBLOCA, yaitu dengan menggunakan akumulator yang ditekan gas N 2. Sistem ini akan aktuasi sekitar 80 detik selama transien, ketika tekanan sistem primer turun di bawah 10 Mpa. Pengeluaran uap yang kontinyu selama SBLOCA menyebabkan penurunan inventori sistem primer dan peningkatan tekanan bejana seifguard. Dengan aktuasi sistem pendinginan teras darurat selama SBLOCA ini, maka akan menjaga level pendingin teras, temperatur pendingin primer dan juga temperatur permukaan kelongsong. Akibat adanya loop sirkulasi diantara tangki pendingin darurat dan sisi shell penukar panas, maka akan terjadi pendidihan lokal di puncak sisi shell tersebut. Sistem keselamatan teknis SMART didesain untuk beroperasi secara pasif. Sistem keselamatan pasif didefinisikan sebagai sistem yang terdiri dari seluruh komponen-komponen pasif, yang tidak memerlukan input eksternal untuk mengoperasikannya. Sistem keselamatan teknis ini menekankan pada gaya gerak secara alami, yaitu aliran sirkulasi alami, gravitasi dan konveksi alami. Salah satu keuntungan dari sistem sirkulasi alami adalah tidak menggunakan komponen aktif seperti pompa sehingga tidak memerlukan sistem pasokan daya AC. Hal ini akan meningkatkan kemudahan konstruksi, operasi dan perawatan sistem, serta mengurangi tindakan operator. Eliminasi pompa dan koneksi perpipaan juga akan mengeliminasi skenario kecelakaan seperti kehilangan aliran pompa dan retaknya seal pompa. Keuntungan lain dari sirkulasi alami adalah adanya perbaikan distribusi aliran dalam teras yaitu lebih uniform [3]. Konveksi alami mengakibatkan waktu pengambilan panas peluruhan secara pasif dapat menjadi tidak terbatas. 231

Dengan sistem keselamatan teknis pasif pada SMART, selain menyebabkan pengurangan pompa maka juga menyebabkan pengurangan sejumlah katup dan perpipaan. Dibanding dengan PWR konvensional 1000 MWe yang menggunakan sekitar 1100 katup, pada reaktor SMART hanya diperlukan sekitar 180 katup [4]. KESIMPULAN Sistem keselamatan teknis SMART terdiri dari sistem shutdown, sistem pengambilan panas sisa pasif, sistem pendinginan teras darurat pasif, sistem proteksi tekanan lebih reaktor dan sungkup. Sistem keselamatan tersebut didesain untuk mencegah bahaya teras sekurang-kurangnya 72 jam setelah kejadian, tanpa intervensi tindakan operator dan sumber daya eksternal. Sistem ini menekankan gaya gerak sirkulasi alami, gravitasi dan konveksi yang keuntungannya akan meningkatkan kemudahan konstruksi, operasi dan perawatan sistem, serta pengurangan tindakan operator. Penggunaan sistem keselamatan teknis ini akan menyebabkan pengurangan pompa, katup dan perpipaan, yang mana pada reaktor SMART ini hanya diperlukan sekitar 180 katup, yang jauh lebih sedikit dibanding reaktor PWR konvensional 1000 MWe yang memerlukan 1100 katup. DAFTAR PUSTAKA 1. Antariksawan, A. R., dkk., 2002, Karakteristik Teras Reaktor Daya Kecil SMART, Prosiding Semnas TKPFN-8, Jakarta. 2. Chang, Y. J., et.all., 2004, Thermal Hydraulic Calculation in a Passive Residual Heat Removal System of The SMART-P Plant for Forced and Natural Convection Condition, Nuclear Engineering and Design 232, Korea. 3. IAEA, 2005, Natural Circulation in Water Cooled Nuclear Power Plants, Revised TECDOC INTRODUCTION. 4. IAEA, 2009, Passive Safety Systems and Natural Circulation in Water CooledNuclear Power Plants, IAEA TECDOC 1624. 5. Kang, C. S., 2004, Advanced Nuclear Reactor Programs in Korea, 14th Pacific Basin Nuclear Conference, Hawai, U.S.A. 6. Kyoo Hwan Bae, et.all., 2001, Safety Evaluation of The Inherent and Passive, Annals of Nuclear Energy 28, Korea. 7. Moon Hee Chang, et.all., 2000, SMART Behavior Under Over-Pressurizing, Nuclear Engineering and Design 199, Korea. 8. Subaktian Lubis, 2013, EBT Listrik Sebagai Infrastruktur, dari www.mgi.esdm.go.id/content/ ebt-listrik-sebagai-infrastruktur. 9. Young-Jong Chung, 2013, Description of Natural Circulation Systems in the SMART Nuclear Power Plant Design, SMART R&D Center, KAERI, Korea, dari www.uxc.com/.../design%20specific /SMART /. 10. Young-Jong Chung, et.all., 2008, Passive Cooldown Performance of a 65 MW Integral Reactor, Nuclear Engineering and Design, SMART Development, Korea Atomic Energy Research Institute. TANYA JAWAB Pertanyaan 1. Kenapa hingga saat ini Korea Selatan tidak berani membangun reaktor SMART di negaranya sendiri padahal SMART memiliki sistem keselamatan yang sangat baik? (Yohanes Dwi) 2. Apa yang dimaksud reaktor SMART termasuk energi berapa? Apa keunggulan reaktor SMART dari reaktor tipe lain? Negara mana yang sudah menerapkan? (Rosita K.) 3. Reaktor SMART itu apa dan termasuk jenis apa? Apa keunggulan dari reaktor tersebut? (Andri S.) Jawaban 1. Perijin/Approval sudah diperoleh tahun 2012, tahap konstruksi sedang direncanakan untuk dilakukan. 2. SMART reaktor adalah salah satu jenis PLTN PWR SMR (Small Mediun Reactor) generasi III +. Keunggulan dibanding dengan PLTN sebelumnya yaitu sudah menggunakan sistem keselamatan teknispasif yang tidak menggunakan komponen aktif seperti pompa. Teknologi ini sudah diterapkan di negara Korea Selatan. 3. SMART merupakan salah satu jenis PLTN yang dikembangkan di Korea Selatan, yang merupakan jenis PLTN PWR, Generas III +. Keunggulannya dibanding PLTN sebelumnya yaitu sudah menggunakan fitur keselamatan teknis pasif yang tidak menggunakan komponen aktif seperti pompa. SMART merupakan PLT SMR (Small Medium Reactor). 232