Umami et al, Hubungan antara Karakteristik Responden dan Sikap Kerja duduk dengan..

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dengan program pengembangan dan pendayagunaan SDM tersebut, pemerintah juga memberikan jaminan kesejahteraan, kesehatan dan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NYERI PINGGANG PADA PENGERAJIN BATIK TULIS DI KECAMATAN DANAU TELUK KOTA JAMBI TAHUN 2012

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu bidang

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Manusia dituntut untuk berusaha atau bekerja dalam rangka memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. dengan pekerjaan manual handling. Suatu hal yang sangat beralasan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia perindustrian di era globalisasi dan Asean Free Trade

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluhan muskuloskeletal adalah kerusakan pada bagian-bagian otot

SARANA KERJA YANG TIDAK ERGONOMIS MENINGKATKAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA GARMENT DI BALI

BAB I PENDAHULUAN. Laundry dikenal sebagai kegiatan binatu atau pencucian pakaian dengan. mencucikan pakaian-pakaian (Samsudin, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang


As'Adi, et al, Hubungan Antara Karakteristik Individu dan Manual Material Handling dengan Keluhan...

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SIKAP KERJA DUDUK DENGAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH (LOW BACK PAIN)

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan pada sistem otot rangka/musculoskeletal disorders (MSDs)

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghasilkan barang dan jasa yang bermutu tinggi. Namun, menurut Notoadmodjo

BAB I PENDAHULUAN. Leher manusia adalah struktur yang kompleks dan sangat rentan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. dengan peraturan yang terdapat di masing-masing perguruan tinggi. Di

BAB I PENDAHULUAN. Repository.unimus.ac.id

ERGONOMI PADA BURUH GENDONG PEREMPUAN. ( Oleh : Risma A Simanjuntak, Prastyono Eko Pambudi ) Abstrak

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan

I. PENDAHULUAN. Keluhan low back pain (LBP) dapat terjadi pada setiap orang, dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1 UU Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja) (Kuswana,W.S, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peranan tenaga kerja dalam pembangunan nasional sangat penting karena

I. PENDAHULUAN. Low Back Pain (LBP) adalah suatu sindroma nyeri yang terjadi pada daerah

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu pekerjaan. Komputer yang banyak digunakan oleh segala kalangan untuk

GAMBARAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PENJAHIT DI KOTA DENPASAR

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN NYERI PINGGANG PADA PENGRAJIN SONGKET DI DESA TALANG AUR KECAMATAN INDRALAYA KABUPATEN OGAN ILIR

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan produktivitas kerja akan tercapai jika semua komponen dalam

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan. hidupnya, dan hampir sebagian besar dari waktunya dihabiskan di tempat

BAB 1 PENDAHULUAN. khusus guna menghasilkan suatu produk yang bermanfaat bagi masyarakat. Interaksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebaliknya kesehatan dapat mengganggu pekerjaan. Tujuan pengembangan ilmu dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan sebaliknya kesehatan dapat mengganggu pekerjaan. Tujuan pengembangan

HUBUNGAN ANTARA POSTUR KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA BAGIAN PRESS DRYER UD. ABIOSO, BOYOLALI

Hubungan Tingkat Risiko Ergonomi Dan Masa Kerja Dengan Keluhan Muskuloskeletal Pada Pekerja Pemecah Batu

HUBUNGAN POSTUR KERJA DENGAN KELUHAN CUMULATIVE TRAUMA DISORDERS (CTDs) PADA PEKERJA PELINTINGAN ROKOK MANUAL DI PT.

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran

BAB 1 : PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pada pasal 86, menjelaskan

Putri AS, Saftarina F, Wintoko R Faculty of Medicine of Lampung University

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang memberikan sumbangan terbesar dalam industri tekstil pada

HUBUNGAN ANTARA UMUR DAN MASA KERJA DENGAN KELUHAN MUSCULOSKELETAL

GAMBARAN POSISI KERJA DAN KELUHAN GANGGUAN MUSCULOSKELETAL PADA PETANI PADI DI DESA KIAWA 1 BARAT KECAMATAN KAWANGKOAN UTARA

*Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sam Ratulangi Manado

HUBUNGAN SIKAP KERJA STATIS TERHADAP NYERI BAHU PADA PEKERJA MEMBATIK TULIS DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN SURAKARTA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2020 mendatang, di mana Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan persyaratan yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. permanen dalam bekerja. Pada tahun 2010 World Health Organization

BAB 1 PENDAHULUAN. ergonomi yang kurang tepat yaitu Musculoskeletal disorder (MSDs). Keluhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya, untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan tersebut. Risiko-risiko tersebut dapat menimbulkan berbagai penyakit. Penyakit akibat kerja (PAK) adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tergantung dari jenis produksi, teknologi yang dipakai, bahan yang digunakan,

Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA INDUSTRI RUMAH TANGGA RAMBAK KERING DESA DOPLANG KECAMATAN TERAS BOYOLALI

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia dewasa ini lebih dikonsentrasikan pada

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan pemerintah dalam pengembangan usaha mikro, kecil dan

MASA KERJA, SIKAP KERJA DAN KELUHAN LOW BACK PAIN (LBP) PADA PEKERJA BAGIAN PRODUKSI PT SURYA BESINDO SAKTI SERANG

HUBUNGAN ANTARA POSISI KERJA DENGAN KELUHAN MUKULOSKELETAL PADA EKSTREMITAS BAWAH TENAGA KERJA MATAHARI MEGA MALL DI MANADO

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Saat ini pembangunan industri menjadi salah satu andalan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Stasiun Kerja Bawahan. Stasiun Kerja Finishing. Gambar 1.1 Stasiun Kerja Pembuatan Sepatu

Kata kunci: Status Gizi, Umur, Beban Kerja Fisik, Keluhan Muskuloskeletal.

HUBUNGAN POSTUR KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA PEKERJA BAGIAN PENGEPAKAN DI PT. DJITOE INDONESIA TOBAKO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit akibat kerja, keluhan muskuloskeletal merupakan keluhan yang paling sering

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 270 juta kasus kecelakaan kerja pertahun di seluruh dunia (Ferusgel,

GAMBARAN BEBAN KERJA BERDASARKAN DENYUT JANTUNG PADA TENAGA KERJA BONGKAR MUAT (TKBM) PELABUHAN SAMUDERA BITUNG.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, pada

Low back pain ( LBP) atau nyeri punggung bawah merupakan

ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN STAGEN PADA AKTIVITAS ANGKAT-ANGKUT DI PASAR LEGI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Low Back Pain (LBP) merupakan salah satu masalah pada. muskuloskeletal paling umum dan saat ini menjadi masalah paling luas

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghasilkan suatu produksi. Tidak sedikit proses produksi yang

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keluhan Nyeri Pinggang Pada. Buruh Pemetik Cabe Di UD. Sri Kundari Kota Semarang.

HUBUNGAN ANTARA SIKAP KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PENJAHIT DI PASAR 45 MANADO Victoria P. Pinatik*,,A. J. M. Rattu*, Paul A. T.

SKRIPSI HUBUNGAN POSISI DUDUK DENGAN TIMBULNYA NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PENGEMUDI MOBIL

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Labor Organization (ILO) dalam Nurhikmah

BAB I PENDAHULUAN. mengenai sistem muskuloskeletal. Gangguan muskuloskeletal (musculoskeletal

BAB I PENDAHULUAN. kematian termasuk 37% back pain, 15% hearing loss, 13% chronic obstructive

ANALISIS POSTUR KERJA PADA TENAGA KERJA DENGAN METODE REBA AREA WORKSHOP PT X JAKARTA TIMUR

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V PEMBAHASAN. yang cukup kuat untuk menyebabkan peningkatan resiko keluhan low back

PADA PENGRAJIN KERANJANG EMPING DI DESA PUNGANGAN KEC. LIMPUNG KAB. BATANG

BAB I PENDAHULUAN. kelancaran operasional secara penuh. Sebagai suatu lingkungan kerja yang. Fasilitas pelayanan kesehatan khususnya Rumah Sakit telah

HUBUNGAN POSISI KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA UNIT PENGELASAN PT. X BEKASI

Kata kunci : Sikap Kerja, Keluhan Muskuloskeletal Disorder

BAB I PENDAHULUAN. atau man made disease. Penyakit Akibat Kerja menurut OSHA. tahun 1992, dimana sekitar 62% pekerja menderita Musculoskeletal

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Menurut ILO (2013) Diperkirakan 2.34 juta orang meninggal setiap tahunnya

BAB 1 : PENDAHULUAN. dinyatakan bahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan

sesuatu dari satu tempat ke tempat lainnya. Pentingnya transportasi terlihat pada

BAB I PENDAHULUAN. Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja masih dominan dalam

ANALISIS POSTUR KERJA PADA MEKANIK BENGKEL SEPEDA MOTOR HIDROLIK X DAN NON-HIDROLIK Y KOTA SEMARANG

Transkripsi:

Hubungan antara Karakteristik Responden dan Sikap Kerja Duduk dengan (Low Back Pain) Pada Pekerja Batik Tulis (The Relationship Among Respondent Characteristic and Awkward Posture with Low Back Pain in Batik Workers) Amalia Riza Umami, Ragil Ismi Hartanti, Anita Dewi P.S. Bagian Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Keselamatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Jember Jln. Kalimantan 37, Jember 68121 Email: riza.amalia09@gmail.com Abstract The batik worker is one of the occupational working with risk of low back pain. Low back pain is one of clinical syndrome which marked by pain as the main symptom or the pain in low back area. This research aim was to analyze the relationship among respondent characteristic and awkward posture with low back pain in batik workers at batik industry in Sumberpakem, Sumberjambe sub-district with cross sectional design. This research technique analyze use Cramer Coefficient C statistic test with α= 0,05. The results of this research showed that there are significant relations among age (0,031<0,05), length of working (0,00<0,05), nutritional status(0,03<0,05) and also awkward posture (0,001<0,05) with low back pain. Then not significant relationhip between sport habitual (0,201>0,05)with low back pain. Keywords: Respondent Characteristic, Low back pain, Batik workers, Awkward posture Abstrak Pekerja batik adalah salah satu pekerja yang mempunyai resiko terkena nyeri punggung bawah. punggung bawah merupakan salah satu sindroma klinik yang ditandai dengan gejala utama nyeri atau perasaan lain yang tidak enak di daerah tulang punggung bagian bawah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara karakteristik responden dan sikap kerja duduk dengan keluhan nyeri punggung bawah pada pekerja batik tulis di industri batik Desa Sumberpakem Kecamatan Sumberjambe dan merupakan penelitian cross sectional. Analisis data menggunakan uji statistik Cramer Coefficient C dengan α= 0,05. Hasil studi menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara usia (0,031<0,05), masa kerja (0,00<0,05), status gizi (0,03<0,05), sikap kerja duduk (0,001<0,05) dengan keluhan nyeri punggung bawah dan tidak ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan olahraga (0,201>0,05) dengan keluhan nyeri punggung bawah. Kata Kunci: Karakteristik Responden,, Pekerja Batik Tulis, Sikap Kerja Duduk Pendahuluan Industri apabila ditinjau dari modal kerja yang digunakan dapat dikelompokkan dalam beberapa kelompok yaitu industri besar (industri dasar), industri menengah (aneka industri), dan industri kecil. Industri dengan teknologi sederhana atau tradisional dan dengan jumlah modal yang relatif terbatas merupakan industri yang banyak bergerak disektor informal. Pekerja pada kelompok informal merupakan kelompok kerja yang tergolong pada under served working population dan belum mendapat e-jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 2 (no. 1) Januari 2014 72

pelayanan kesehatan kerja seperti yang diharapkan [2]. International Labour Organization (ILO) pada 2007 menyebutkan bahwa ketenagakerjaan informal adalah seluruh jenis pekerjaan yang memberikan pendapatan, baik pekerjaan mandiri dan pekerjaan dengan gaji, yang tidak diakui, diatur, atau dilindungi oleh hukum dan peraturan yang ada sehingga pelayanan kesehatan bagi pekerja di sektor informal belum sesuai dengan beratnya pekerjaan yang dilakukan. [8] Menurut ILO 2007, setiap terjadi 1,1 juta kematian yang disebabkan oleh penyakit atau yang disebabkan oleh pekerjaan. Data tersebut juga menyebutkan bahwa terdapat 300.000 kematian yang terjadi dari 250 juta kecelakaan dan sisanya adalah kematian karena penyakit akibat kerja. Selain penyakit akibat kerja yang menyebabkan kematian, juga terdapat masalah kesehatan lain yang perlu mendapat perhatian antara lain ketulian, gangguan musculoskeletall, gangguan reproduksi, penyakit jiwa, sistem syaraf dan sebagainya. [5] Gangguan musculoskeletal adalah gangguan pada bagian otot rangka yang disebabkan karena otot menerima beban statis secara berulang dan terus menerus dalam jangka waktu yang lama dan akan menyebabkan keluhan pada sendi, ligamen dan tendon [6]. Berdasarkan data Departemen Kesehatan RI (2006), gangguan kesehatan yang dialami pekerja 40,5% dari pekerjaannya yaitu sebanyak 9482 pekerja di 12 kabupaten/kota di Indonesia, 16% diantaranya menderita gangguan musculoskeletal, 8% penyakit kardiovaskuler, 6% gangguan syaraf, 3% gangguan pernafasan dan gangguan THT sebesar 1,5%. Gangguan musculoskeletal menyebabkan kerugian pada pekerja seperti jumlah hari yang hilang akibat sakit dan besarnya biaya kompensasi yang harus dikeluarkan [4]. punggung bawah (low back pain) termasuk salah satu dari gangguan musculoskeletal, gangguan psikologis dan akibat dari mobilisasi yang salah [5]. punggung bawah adalah sindroma klinik yang ditandai dengan gejala utama nyeri atau perasaan lain yang tidak enak di daerah tulang punggung bagian bawah [6]. Penyebab nyeri punggung yang paling umum adalah peregangan otot serta bertambahnya usia yang akan menyebabkan intensitas berolahraga dan intensitas bergerak semakin berkurang. Akibatnya otot-otot pada punggung dan perut yang berfungsi mendukung tulang belakang akan menjadi lemah [7]. Faktor risiko lain yang turut mempengaruhi timbulnya nyeri punggung bawah antara lain umur, jenis kelamin, indeks massa tubuh (IMT), masa kerja, dan kebiasaan olahraga [10]. Berdasarkan hasil survei pendahuluan, dari 12 orang pekerja bagian batik tulis yang ditemui, 9 orang diantaranya (75%) pernah mengalami nyeri punggung bawah. punggung bawah yang dialami pekerja utamanya dirasakan setelah membatik. Mayoritas pekerja mengeluh di daerah pinggang yang terasa nyeri, pegal, linu, ngilu dan rasa tidak enak pada daerah punggung bawah. Kondisi tersebut tentunya bisa menurunkan efisiensi, efektivitas kerja serta pekerja tidak merasa lebih aman dan nyaman dalam membatik sehingga dapat menyebabkan peluang kesalahan dalam membatik semakin besar sehingga dapat mempengaruhi produktivitas pekerja. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara karakteristik responden dan sikap kerja duduk dengan keluhan nyeri punggung bawah (low back pain) pada pekerja batik tulis di Desa Sumberpakem Kecamatan Sumberjambe. Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian kuantitatif dengan pendekatan analitik observasional [12]. Berdasarkan waktu penelitiannya, penelitian ini termasuk penelitian cross sectional karena variabel bebas (variabel independent) yaitu karakteristik responden dan sikap kerja duduk, serta variabel terikat (variabel dependent) yaitu keluhan nyeri punggung bawah (low back pain) akan diteliti pada waktu yang bersamaan [2]. Tempat penelitian dilakukan di sentra industri batik Desa Sumberpakem Kecamatan Sumberjambe dan waktu penelitian dilaksanakan yakni pada bulan Agustus 2013. Varibel bebas dalam penelitian ini yaitu karakteristik responden (usia, masa kerja, kebiasaan olahraga, status gizi) dan sikap kerja duduk, sedangkan variabel terikat adalah keluhan nyeri punggung bawah. Populasi dari penelitian ini yaitu sebanyak 55 orang yang e-jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 2 (no. 1) Januari 2014 73

kemudian diambil sampel responden sebanyak 36 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Simple Random Sampling, yaitu pengambilan secara acak sederhana dan berprinsip bahwa setiap subyek dalam populasi memiliki kemungkinan yang sama menjadi anggota sampel [12]. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan wawancara terpimpin, observasi, dan dokumentasi. Alat pengumpulan data berupa lembar kuesioner, lembar observasi, alat ukur tinggi badan (microtoise), dan timbangan badan [1]. Metode pengumpulan data untuk usia, masa kerja, dan kebiasaan olahraga dengan menggunakan kuesioner, sikap kerja duduk dan status gizi dengan lembar observasi, sedangkan untuk keluhan nyeri punggung bawah diukur menggunakan metode penilaian visual analogue scale. Teknik analisis data menggunakan analisis non parametrik dengan uji statistik Cramer Coefficient C (α = 0,05) [12]. Hasil Penelitian Usia Usia adalah umur responden dalam dihitung dari waktu kelahiran sampai penelitian dilakukan. Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia No. Usia Jumlah Persentase 1. < 20 Tahun - - 2. 21-30 Tahun 7 19,44 3. > 30 Tahun 29 80,56 Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 36 responden, sebanyak 7 responden (19,44%) berusia 21-30 dan 29 responden (80,56%) berusia > 30. Masa Kerja Masa kerja adalah lama waktu responden bekerja dihitung dalam sejak awal kerja sampai saat penelitian dilakukan. Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Masa Kerja No. Masa Kerja Jumlah Persentase 1. < 5 5 13,89 2. 5-10 5 13,89 3. > 10 26 72,22 Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 36 responden, sebanyak 5 responden (13,89%) telah bekerja kurang dari 5, 5 responden (13,89%) telah bekerja antara 5-10, dan 26 responden (72,22%) telah bekerja lebih dari 10. Kebiasaan Olahraga Kebiasaan olahraga merupakan kegiatan seseorang yang dengan sengaja meluangkan waktunya untuk melakukan gerakan fisik dengan tujuan meningkatkan kesegaran jasmani secara teratur. Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan Olahraga No. Kebiasaan olahraga Jumlah Persentase 1. 12 33,33 2. 24 66,67 Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 36 responden, sebanyak 12 responden (33,33%) memiliki kebiasaan berolahraga dan 24 responden (66,67%) tidak memiliki kebiasaan berolahraga. Status Gizi Status gizi merupakan sebuah keadaan yang dimiliki responden terkait gizi dan kesehatan. Diketahui berdasarkan Indeks Massa Tubuh yaitu dengan mengukur berat badan dan tinggi badan dengan menggunakan timbangan badan dan microtoise. e-jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 2 (no. 1) Januari 2014 74

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Gizi No. Status Gizi Jumlah Persentase 1. Kurus (<18,5) 17 47,22 2. Normal (>18,5-25,0) 8 22,22 3. Gemuk (>25,0) 11 30,56 Tabel 4 menunjukkan bahwa dari 36 responden, sebanyak 17 responden (47,22%) memiliki status gizi kurus, 8 responden (22,22%) memiliki status gizi normal, dan 11 responden (30,56%) memiliki status gizi gemuk. Sikap Kerja Duduk Selain melalui wawancara melalui kuesioner dilakukan pula observasi untuk melihat langsung sikap duduk pekerja batik tulis di sentra industri batik Desa Sumberpakem Kecamatan Sumberjambe. Sikap kerja duduk diobservasi selama 6 jam dalam 1 hari dan observasi ini dilakukan selama 7 hari. Tiap pekerja diobservasi selama 15 menit, bertujuan agar peneliti mengetahui apakah dalam 15 menit tersebut pekerja mengubah posisi duduknya atau tidak. Tabel 5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap Kerja Duduk No. Sikap kerja duduk Jumlah Persentase 1. Ergonomis 8 22,22 2. ergonomis 28 77,78 Tabel 5 menunjukkan bahwa dari 36 responden, sebanyak 8 responden (22,22%) memiliki sikap kerja duduk yang ergonomis dan 28 responden (77,78%) memiliki sikap kerja duduk yang tidak ergonomis. Keluhan nyeri punggung bawah ini diukur dengan Visual Analog Scale (VAS). Visual Analogue Scale (VAS) ditandai dari awal garis (0) penanda tidak ada nyeri dan akhir garis (10) yang menandakan nyeri hebat. Pekerja diminta untuk mengekspresikan nyeri yang mereka rasakan dalam skala 0-10 kemudian melingkari angka tersebut. 0 menunjukkan tidak ada nyeri, 1-3 nyeri ringan, 4-6 nyeri sedang, 7-9 nyeri berat terkontrol, dan 10 nyeri sangat hebat. Tabel 6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Keluhan No. Usia Jumlah Persentase 1. 33 91,67 2. 3 8,33 Tingkat keluhan ada nyeri nyeri ringan nyeri sedang nyeri berat terkontrol nyeri sangat berat Jumlah 3 7 24 2 - Persentase 8,33 19,44 66,67 5,56 - Tabel 6 menunjukkan bahwa dari 36 responden, sebanyak 3 responden (8,33%) tidak ada keluhan nyeri punggung bawah. Dan dari 33 responden yang merasakan keluhan nyeri punggung bawah, sebanyak 7 responden (19,44%) memiliki keluhan nyeri ringan, 24 responden (66,67%) memiliki keluhan nyeri sedang, dan 2 responden (5,56%) memiliki keluhan nyeri berat terkontrol. Hubungan Usia dengan Keluhan Tabel 7. Distribusi Frekuensi Keluhan dan Tingkat Responden Berdasarkan Usia Usia ringan sedang berat terkontrol sangat berat 20 - - - - - 21 30 3 2 - - 2 30 4 22 2-1 e-jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 2 (no. 1) Januari 2014 75

Hubungan Masa Kerja dengan Keluhan Tabel. 8. Distribusi Frekuensi Keluhan dan Tingkat Responden Berdasarkan Masa Kerja Masa kerja ringan sedang berat terkontrol sangat berat < 5 2 - - - 3 5-10 3 2 - - 10 2 22 2 - Hubungan Kebiasaan Olahraga dengan Tabel. 9. Distribusi Frekuensi Keluhan dan Tingkat Responden Berdasarkan Kebiasaan Olahraga Kebiasaan olahraga ringan sedang berat terkontrol sangat berat Teratur 1 4 - - 2 teratur 3 2 - - - 3 18 2-1 olahraga Hubungan Status Gizi dengan Keluhan Tabel 10. Distribusi Frekuensi Keluhan dan Tingkat Responden Berdasarkan Status Gizi Status Gizi ringan sedang berat sangat terkontrol berat Kurus 2 15 - - - Normal 4 1 - - 3 Gemuk 1 8 2 - - Hubungan Sikap Kerja Duduk dengan Tabel 11. Distribusi Frekuensi Keluhan dan Tingkat Responden Berdasarkan Sikap Kerja Duduk Sikap kerja duduk sedang berat sangat terkontrol berat ringan Ergonomis 3 2 - - 3 ergonomis 4 22 2 - - - - - - 1 Pembahasan Tabel 7. menunjukkan bahwa sebagian besar responden berusia > 30 yaitu sebanyak 29 responden dan tingkat keluhan yang paling banyak dirasakan yaitu keluhan nyeri sedang sebanyak 22 responden. Berdasarkan hasil uji Cramer Coefficient C dengan α = 0,05 mendapatkan hasil p=0,031 dan menunjukkan bahwa usia berhubungan dengan keluhan nyeri punggung bawah. Usia seseorang berbanding langsung dengan kapasitas fisik sampai batas tertentu dan e-jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 2 (no. 1) Januari 2014 76

mencapai puncaknya pada usia 25. Pada usia 50-60 kekuatan otot menurun sebesar 25% dan kemampuan kerja fisik seseorang pada usia > 60 tinggal mencapai 50% dari usia seseorang yang berusia 25 [10]. Semakin meningkatnya usia seseorang maka kepadatan tulang semakin menurun sehingga mudah mengalami keluhan-keluhan otot skeletal dan menimbulkan nyeri. Kekuatan maksimal otot terjadi pada saat usia antara 20-29, dan pada usia mencapai 60 rata-rata kekuatan otot akan menurun sampai 20% dan dari faktor lain karena sikap yang tidak ergonomik mengakibatkan terjadinya nyeri punggung bawah [15]. Tabel 8. menunjukkan bahwa paling bawah adalah yang mempunyai masa kerja > 10 dan paling banyak mengalami keluhan tingkat nyeri sedang. Berdasarkan uji analisis cramer coefficient c mendapatkan hasil p=0,00 menunjukkan bahwa masa kerja berhubungan signifikan dengan keluhan nyeri punggung bawah. Masa kerja seseorang berpengaruh terhadap sikap disiplin yang disebabkan karena faktor pengalaman [11]. Jenis pekerjaan yang monoton seperti yang dilakukan pekerja batik tulis menyebabkan beban kerja fisik. Beban kerja fisik dapat mengakibatkan kelelahan pada pekerja sehingga apabila pekerja dalam kondisi lelah dan tetap bekerja maka akan berakibat pekerja mengalami keluhan-keluhan sakit seperti keluhan otot skeletal. Tabel 9. menunjukkan bahwa paling bawah adalah pekerja yang tidak memiliki kebiasaan berolahraga. Hasil uji analisis cramer coefficient c mendapatkan hasil 0,201 menunjukkan bahwa kebiasaan olahraga tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan keluhan nyeri punggung bawah. Kebiasaan olahraga yang dilakukan oleh seseorang akan mempengaruhi kesegaran jasmani tubuhnya. Seseorang yang terbiasa berolahraga akan memiliki kesegaran jasmani yang lebih baik dibandingkan dengan orang yang jarang atau tidak pernah berolahraga [14]. Tabel 10. menunjukkan bahwa paling bawah adalah pekerja yang memiliki status gizi kurus. Uji analisis cramer coefficient c mendapatkan hasil p=0,03 sehingga ada hubungan antara status gizi dengan keluhan nyeri punggung bawah. Walaupun pengaruhnya relatif kecil, berat badan, tinggi badan dan masa tubuh merupakan faktor yang dapat menyebabkan terjadinya keluhan nyeri punggung bawah [16]. Seseorang yang memiliki indeks masa tubuh abnormal berisiko mengalami keluhan di daerah punggung bawah dua kali lebih tinggi daripada orang dengan indeks masa tubuh normal. Tabel 11. menunjukkan bahwa paling bawah adalah pekerja dengan sikap kerja duduk tidak ergonomis. Uji analisis dengan cramer coefficient c mendapatkan hasil p=0,001 dan menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara sikap kerja duduk dengan keluhan nyeri punggung bawah. Sikap duduk yang paling baik yang tidak berpengaruh buruk terhadap sikap badan dan tulang belakang adalah sikap duduk dengan sedikit lordosa pada pinggang dan sedikit kifosa pada punggung [6]. Sikap demikian dapat dicapai dengan kursi dan sandaran punggung yang tepat. Dengan sikap seperti itu, otot otot punggung terasa enak [18]. Sikap tubuh yang baik sangat penting karena akan membantu tubuh bekerja maksimal juga membuat daya tahan dan pergerakan tubuh jadi efektif dan dapat juga menyumbang kesehatan secara menyeluruh [17]. hanya itu, postur tubuh yang baik ternyata juga pencegahan terbaik agar tidak menderita keluhan nyeri punggung bawah. Simpulan dan Saran Sebagian besar responden berusia lebih dari 30 dengan masa kerja lebih dari 10, tidak memiliki kebiasaan berolahraga dan memiliki status gizi kurus. Hampir semua responden bekerja dengan sikap kerja duduk yang tidak ergonomis antara lain leher menunduk, punggung tidak bersandar pada sandaran ursi, pekerja duduk diatas dingklik, pekerja berada dalam posisi tubuh yang statis dan kurangnya istirahat dan hampir semua responden mengeluhkan tentang keluhan nyeri punggung bawah. Hasil analisis data menunjukkan adanya hubungan antara usia, masa kerja, status gizi, dan sikap kerja duduk dengan keluhan nyeri punggung bawah. Sedangkan kebiasaan olahraga tidak memiliki hubungan signifikan dengan keluhan nyeri punggung bawah. Berdasarkan hasil kesimpulan diatas, maka saran yang dapat diberikan adalah 1) Dapat digunakan untuk penelitian lanjutan mengenai keluhan penyakit akibat kerja lain seperti keluhan musculoskeletal, nyeri bahu, e-jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 2 (no. 1) Januari 2014 77

carpal tunnel syndrome yang mungkin diderita oleh pekerja di bagian lain dengan menggunakan metode seperti metode rula, metode penilaian nordic body map; 2) Bagi pekerja agar berolahraga secara teratur minimal 30 menit setiap hari dan pada saat membatik pekerja dapat mengubah posisi duduk tiap 15 menit sekali agar otot-otot punggung tidak menjadi tegang dan meminimimalisir teradinya keluhan nyeri punggung bawah. Daftar Pustaka [1] Arikunto S. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. 2002. [2] Badan Pusat Statistik. Berita Resmi Statistik. [internet] [09 september 2013]. Available from:http://www.bps.go.id/brs_file/naker_07n ov11.pdf. 2013 [3] Bungin B. Metodologi Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana. 2010. [4] Departemen Kesehatan RI. Pengantar Penyakit Akibat Kerja. Sei Pedoman Tatalaksana Penyakit Akibat Kerja bagi Petugas Kesehatan. Jakarta: Direktorat Bina Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. [5] Everest J. Kronis Pengobatan Baru Untuk Memeranginya. Jakarta: Higina. 1999. [6] Noor Zairin H. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika. 2012. [7] Inoue, Masaiwa & Harada, Noriaki. Habitual smoking and musculoskeletal symptoms in Japanese Blue Collar workers. Journal of Occupational Health. 2002; 44 : 315-320. 2003. [8] ILO. Perekonomian Informal: Transisi Menuju Formalisasi. [internet]. [09 September 2013]. Available from: http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/--- asia/---ro-bangkok/---ilojakarta/documents/publication/wcms_12614 4.pdf. 2007. [9] Kromer and Grandjean. Fitting The Task To The Human A Text Book of Occupational Ergonomics. Philadeplhia. Taylor & Francais Group. 1997. [10] Lumenta. Posisi Duduk Tentukan Kesehatan Punggung. 2007. [11] Musanef. Manajemen Kepegawaian di Indonesia. Jakarta: CV. Haji Mas Agung. 1991. [12] Notoadmojo S. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. 2005. [13] Nurdalia I. Kajian dan Analisis Peluang Penerapan Produksi bersih Pada Usaha Kecil Batik Cap. Tesis. Semarang: Program Magister Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Diponegoro. 2009. [14] Nurmianto E. Ergonomi: Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya: Guna Widya. 2008. [15] Pheasant S. Bodyspace: Antropometry, Ergonomics and The Design Of Work. New York. Taylor & Francais Group. 2003. [16] Suma mur. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes). Jakarta: Sagung Seto. 2009. [17] Tarwaka. Ergonomi Industri, Dasar-Dasar Pengetahuan Ergonomi dan Aplikasi di Tempat Kerja. Surakarta : Harapan Press. 2011. [18] Wignjosoebroto S. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu, Teknik Analisis untuk Peningkatan Produktivitas Kerja. Edisi I Cetakan IV. Surabaya: Guna Widya. 2008. e-jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 2 (no. 1) Januari 2014 78