BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan duniawi tidaklah sepi dari berbagai problema, himpitan, serta tekanan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN TEORI. Sedangkan menurut W.S Winkel, Terapi Eksistensial Humanistik adalah

BAB I PENDAHULUAN. rohani. Kedua aspek ini terbagi lagi atas sejumlah sub aspek dengan ciri- ciri

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan layanan bimbingan dan konseling dalam pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. muncul berbagai tantangan dan persoalan serba kompleksitasnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan diperhatikan oleh orang tuanya, anak akan merasa tidak aman dan terancam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya manusia pasti mengalami proses perkembangan baik dari

BAB I PENDAHULUAN. proses pendidikan yang harus dilalui baik pendidikan keluarga maupun

BAB III METODE PENELITIAN. pikiran secara seksama dalam mencapai suatu tujuan. Sedangkan penelitian adalah

LAMPIRAN A SKALA PENELITIAN SEBELUM UJI COBA. 1. Skala Tawakal ( I ) 2. Skala Adversity Quotient ( II )

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak diantara anak didik kita yang menghadapi masalah dan dapat

BAB V PENUTUP. 1. Proses pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam dengan cognitive

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak

BAB IV ANALISA DATA. A. Analisis tentang Gejala Gejala Depresi Yang Di Tampakkan Seorang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. dan berinteraksi dengan orang lain demi kelangsungan hidupnya. Karena pada

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN. Skripsi

APLIKASI KONSEP-KONSEP PSIKOANALAISIS DALAM KONSELING KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai

BAB I PENDAHULUAN. membangun bangsa ke arah yang lebih baik. Mahasiswa, adalah seseorang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhul sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri. Interaksi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa

BAB IV ANALISIS PROSES DAN HASIL PELAKSANAAN TERAPI SABAR UNTUK MENGATASI STRES

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Proses Pelaksanaan Bimbingan Dan Konseling Islam Dengan

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing orang selalu menginginkan harga diri yang tinggi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN

I. PENDAHULUAN. Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya. Untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang sangat luar biasa, karena anak akan menjadi generasi penerus dalam keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan

BAB IV ANALISIS DATA. dan dokumentasi yang disajikan pada awal bab yang telah dipaparkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 2004, bencana demi bencana menimpa bangsa Indonesia. Mulai

BAB I PENDAHULUAN. Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi

2016 HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN STRES REMAJA SERTA IMPLIKASINYA BAGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dewasa dikatakan waktu yang paling tepat untuk melangsungkan pernikahan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Masyarakat semakin berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah

BAB II LANDASAN TEORI. A. Wanita

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BABI PENDAHULUAN. Di negara maju, penyakit stroke pada umumnya merupakan penyebab

HUBUNGAN ANTARA SIKAP PENYELESAIAN MASALAH DAN KEBERMAKNAAN HIDUP DENGAN SOMATISASI PADA WANITA KARIR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan kemampuan siswa. Dengan pendidikan diharapkan individu (siswa) dapat

BAB I PENDAHULUAN. kemandirian, kreativitas dan produktivitas. Namun, pendidikan di sekolah sampai

BAB I PENDAHULUAN. hubungan manusia dengan lingkungannya. Dalam menjalin hubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Destalya Anggrainy M.P, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. pembeda. Berguna untuk mengatur, mengurus dan memakmurkan bumi. sebagai pribadi yang lebih dewasa dan lebih baik lagi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. Penelitian yang berkaitan dengan masalah penyesuaian diri sudah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk

BAB IV ANALISIS MASALAH. 4.1 Analisis Tentang Kepercayaan Diri Anak Tuna Netra di Balai

Bab 1. Pendahuluan. Negara Jepang telah lama mengenal gaya serta ritual penghancuran diri yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. melihat sisi positif sosok manusia. Pendiri psikologi positif, Seligman dalam

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB IV ANALISIS DATA

SINOPSIS THESIS FENOMENA MASYARAKAT MENGATASI MASALAH DAN DAYA TAHAN DALAM MENGHADAPI STRESS. Oleh: Nia Agustiningsih

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penurunan kondisi fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dipandang mampu menjadi jembatan menuju kemajuan, dan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terhadap orang lain, khususnya terhadap lawan jenis. Perasaan saling mencintai,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar merupakan cara untuk mendapatkan ilmu pengetahuan bagi siswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jiwa, kepribadian serta mental yang sehat dan kuat. Selayaknya pula seorang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dyah Kusuma Ayu Pradini, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Bimbingan dan Penyuluhan (Guideance and Conseling), merupakan bagian

HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DENGAN STRES KERJA PADA KARYAWAN. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN. emosi yang bervariatif dari waktu ke waktu, khususnya pada masa remaja yang

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Proses Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi Rasional. TNI di Desa Sambibulu Taman Sidoarjo

BAB I PENDAHULUAN. emosional yang besar pada setiap wanita yang normal, juga pada kedua orang

Pengertian Bimbingan dan Konseling? Bimbingan dan Konseling adalah bantuan yang diberikan oleh guru pembimbing kepada semua siswa baik secara perorang

BAB I PENDAHULUAN. atau tugas yang diberikan dengan segenap kemampuannya terutama dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tugas-tugas perkembangannya dengan baik agar dapat tumbuh menjadi individu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Definisi Perkawinan, Perceraian serta akibat-akibat Hukumnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB V PENUTUP. Dari beberapa bab sebelumnya, peneliti telah menjelaskan tentang

BAB I PENDAHULUAN. masalah ini merupakan masalah sensitif yang menyangkut masalah-masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. menganggap dirinya sanggup, berarti, berhasil, dan berguna bagi dirinya sendiri,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tahap remaja melibatkan suatu proses yang menjangkau suatu

BAB I PENDAHULUAN. Individu yang hidup pada era modern sekarang ini semakin. membutuhkan kemampuan resiliensi untuk menghadapi kondisi-kondisi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya mengalami suatu proses perkembangan. Ia

BAB II LANDASAN TEORI. Unconditional Self-Acceptance (USA). USA yang timbul dari penilaian individu

Universitas Indonesia Library >> UI - Disertasi (Membership)

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

2016 FENOMENA CERAI GUGAT PADA PASANGAN KELUARGA SUNDA

BAB I PENDAHULUAN. dan menjadi perilaku yang tidak baik dalam kehidupan sehari-hari. Fenomena

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. karena dari keluargalah dasar pembentukan tingkah laku, watak, dan moral anak.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. para pekerja seks mendapatkan cap buruk (stigma) sebagai orang yang kotor,

UKDW. Bab 1 Pendahuluan. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan harapan. Masalah tersebut dapat berupa hambatan dari luar individu maupun

BAB I PENDAHULUAN. Seorang Guru merupakan bagian terpenting dalam proses belajar

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan duniawi tidaklah sepi dari berbagai problema, himpitan, serta tekanan yang sangat diperlukan dalam hidup yang penuh dalam perjuangan ini, diantaranya citacita dan harapan, hanya dengan mempunyai harapan itu manusia mampu menyanggupi segala rintangan dari kesulitan atau beratnya beban yang mesti dipikul, tetapi dikala harapan sudah lenyap, tumbuh putus asa dan hilang harapan, tenaga menjadi lemah, semangat dan kemauan untuk hidup tidak ada lagi. Putus asa dan hilang harapan adalah suatu penyakit yang amat berbahaya dalam jiwa manusia. Sebab itu, penyakit putus asa tidak boleh dibiarkan tumbuh apalagi berkembang dalam jiwa manusia. 1 Putus asa adalah hilangnya harapan dan cita-cita. Boleh jadi putus asa itu terjadi karena kurangnya harta atau terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan, maka terjadilah ketegangan, lalu timbul kekesalan dan keputusasaan terhadap rahmat dan karunia Tuhan. Seringkali terlihat pada orang yang putus asa itu terlihat lamban, kaku, bodoh, dan sangat kurang kegiatannya. Keputusasaan berhubungan erat dengan keinginan dan cita-cita, dengan suatu rencana dan tujuan yang hendak dicapai. Ketika seseorang hidup dengan harapan akan kenyamanan, kenikmatan serta ketenangan hati dan pikiran, kemudian tiba-tiba ia dihadapkan pada masalah-masalah, maka secara alamiah ia akan merasakan benturan 1 Abu A la Mauludi, Menjadi Muslim Sejati, (Yogyakarta: Mitra Pustaka,1999), hal 2

psikologis dalam dirinya. 2 Keputusasaan berhubungan dengan berbagai kesulitan. Cobaancobaan hidup adalah lumrah. Berbagai kesulitan dan cobaan-cobaan hidup menuntut kesabaran. Sedangkan kesabaran adalah senjata ampuh untuk berbagai masalah terutama untuk menjaga agar tidak terjadi keputusasaan. 3 Keputusasaan juga sangat erat hubungannya dengan sesuatu yang hendak tercapai atau sesuatu yang belum tercapai atau diperkirakan tidak mungkin tercapai. Semua itu terkait dengan waktu. Sebuah keinginan, cita-cita belum tercapai atau belum bisa terjadi karena adalah belum waktunya. Konotasi waktu disini menyangkut usaha maksimal manusia dan ketentuan Tuhan. Jika seseorang merasa bahwa dirinya mendapat tekanan hingga batas ketidaksanggupan untuk dipikulnya maka semua yang ada di hadapannya menjadi hampa, ia merasa yang dilakukan tidak membawa perubahan apapun sehingga ia berputus asa. Putus asa merupakan sifat buruk pada diri kita jika ditimpa musibah menjadi kehilangan gairah untuk hidup, kehilangan gairah untuk bekerja dan beraktifitas sehari-hari, timbul perasaan sedih, merasa bersalah, lambat berpikir, menurunnya daya tahan tubuh, mudah jatuh sakit karena yang ada hanyalah pandangan kosong seolah terhimpit oleh beban yang sangat berat berada dipundaknya sehingga putus asa meracuni kehidupan. Penderitaan macam apapun yang dialami, haruslah tetap mempunyai harapan. Harapan menurut penemuan peneliti modern, lebih bermanfaat dari pada memberikan sedikit hiburan ditengah kesengsaraan. Harapan memainkan peran yang menakjubkan manfaatnya dalm kehidupan, memberikan suatu keunggulan dalam bidang-bidang yang begitu beragam, seperti prestasi balajar dan keberhasilan memikul tugas-tugas yang berat. 2 Pranowo Hadi, Depresi dan Solusinya, (Yogyakarta: Tugu Publisher,2004) hal 2 3 Yose Rizal, Jangan Berputus Asa, (Jakarta: Media Setia Karya, 2010) hal 14

Dalam buku yang berjudul Emotional Intelligence karya Daniel Goleman, harapan adalah suatu kemauan dan cara untuk mencapai tujuan, apapun tujuan itu. 4 Untuk itu sebagai seorang guru Bimbingan dan Konseling pasti akan dihadapkan pada berbagai macam kepribadian siswa. Ada siswa yang periang, menghadapi permasalahan yang sedang dihadapinya dengan tabah dan lapang dada, terbuka dengan halhal baru aktif dalam berbagai organisasi yang ada di sekolah tetapi juga ada siswa yang menghadapi berbagai macam masalah hidup dengan perasaan sedih, terpuruk bahkan sampai putus asa. Berbagai pendekatan konseling dilakukan oleh guru bimbingan konseling untuk mengatasi siswanya yang bermasalah. Salah satunya seperti kasus yang penulis angkat. Sebut saja X, yang merupakan seorang siswa MTS Negeri Sidoarjo kelas IX, dia mengalami putus asa dalam pendidikanya. Kasus ini diketahui berawal dari laporan wali kelas bahwa X menunjukkan gejala berkurangnya produktivitas di sekolah, sering tidak masuk sekolah, tidak pernah memperhatikan guru, malas belajar di rumah maupun di sekolah, dan lambat dalam menyelesaikan tugas dari guru. Dari hasil wawancara dengan guru bimbingan konseling di sekolah dan teman dekatnya siswa merasa tidak semangat mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas, sering datang terlambat, berkurangnya konsentrasi dan perhatian dalam kelas, pesimistis terhadap masa depannya, merasa rendah diri, dia putus asa dan ingin berhenti saja dari sekolah. Berdasarkan informasi dari keluarga X, bahwa X akhir-akhir ini menjadi anak yang mudah merasa sedih, mudah menangis, dan kurang suka berbicara apabila dibandingkan dengan keadaan biasanya. Ketika dirumah X menghabiskan waktu hanya berdiam diri di 4 Daniel Goleman, Emotional Intelligence (Jakarta, Gramedia,2005), hal 121-122

dalam kamar dan tidak melakukan aktivitas apapun, dan ketika akan berangkat sekolah dia terlihat malas dan tidak bersemangat untuk pergi ke sekolah. Dilihat dari otobiografi siswa, X merupakan anak kedua dari empat bersaudara, dua saudara kandung dan satu saudara angkat. ibunya adalah penjual es buah keliling dan ayahnya bekerja di luar pulau. Dengan keadaan orangtua yang seperti itu, siswa merasa tidak diperhatikan oleh orang tuanya karena mereka sibuk untuk bekerja. Kakaknya putus sekolah sejak kelas X SMA, adiknya sekolah di taman kanak-kanak dan, saudara angkatnya sekolah kelas VIII SMP. Pihak sekolah telah membantu siswa dengan membebaskan semua biaya pendidikannya, akan tetapi semua bantuan dan layanan yang telah diberikan sekolah kepada siswa tersebut dirasa belum cukup dalam membantu siswa untuk merubah kondisi dan yang selalu ingin berhenti dari sekolah. Hal itu disebabkan karena X berfikiran bahwa dia bersekolah hanya sia-sia, percuma kalau saya sekolah kalau orang tua saya sudah tidak peduli dengan saya, kurang dengan bantuan yang diberikan konselor sekolah, X tidak hanya membutuhkan bantuan materi saja, akan tetapi dia juga membutuhkan motivasi atau bimbingan yang intens, dia juga membutuhkan perhatian yang khusus karena dia tidak mendapatkan perhatian dari orang tuanya. oleh karena itu dengan melihat kondisi keluarga yang seperti itu siswa merasa putus asa dan juga ingin berhenti dari sekolah. Hal itu disebabkan karena kurangnya motivasi dan perhatian dari orang tua serta tidak adanya biaya untuk memfasilitasi pendidikannya. Dari pernyataan diatas menunjukkan bahwa adanya kasus siswa yang bersumber dari faktor ekonomi dan iklim kehidupan keluarga yang tidak sehat. Memang diketahui secara umum bahwa iklim keluarga banyak menentukan terhadap kesetabilan emosi anak. Jika

iklim keluarga tidak sehat yaitu sering terjadi krisis diantara anggota keluarga, maka hal itu akan mempengaruhi perkembangan emosi anak dan pada gilirannya mempengaruhi pula terhadap perilaku secara umum dan tentu saja prestasi belajar mundur. 5 Menurut Minuchin (1980) keluarga adalah satu kesatuan, suatu sistem atau suatu organisme. Keluarga bukanlah merupakan kumpulan atau penjumlahan dari individuindividu. ibarat amuba,keluarrga mempunyai mponen-komponenen yang membentuk itu adalah anggota-anggota keluarga. Sistem keluarga berfungsi untuk saling membantu dan memungkinkan kemandirian setiap anggota keluarga. Apabila ada satu komponen keluarga terganggu atau tak berfungsi,maka sistem keluarga akan terganggu pula.sebabnya karena keluarga diwarnai oleh kehidupan emosional dan informal. Interaksi ayah-ibu-anak yang terjadi akrab kasih sayang,sekarang bertolak belakang. Hal ini disebabkan orang tua terlalu sibuk di luar rumah untuk mencari nafkah demi tuntutan ekonomi yang terus meningkat. Tetapi jika keadaan ekonomi keluarga membaik,maka kesibukan ibu bukan berdagang saja, akan tetapi penuh dengan rapat-rapat dan arisan-arisan, berorganisasi, memepercantik diri dan sebagainya. Keadaan orang tua yang demikian itu menyebabkan hilangnya perhatian dan kasih sayang terhadap anak-anaknya. Hal ini memberi dampak negatif terhadap perilaku anak,seperti tidak betah di rumah walaupun keadaan serba mewah. Keadaan psikis anak semakin parah karena orang tua mengalammi gangguan emosional, karena persaingan hidup yang keras serta kebutuhan ekkonomi semakin tinggi. Misalnya di masyarakat orang tua mengalami tantangan yang cukup memebahayakan terhadap eksitensi usahanya. Hal ini membuat orang tua stress. Kondisi ini dibawa ke rumah sehingga terjadi perilaku negatif 5 Sofyan S.Willis, Konseling Keluarga, (Bandung:Alfabeta,2009) hal 70

seperti sang ayah capek,cepat marah, kurang bersemangat mendidik anak, acuh tak acuh, bertengkar suami-istri,dan bahkan mengalami gangguan fisik seperti tekanan darah tinggi. 6 Dengan adanya permasalahan tersebut maka penulis mengadakan terapi atas sikap dan pemahaman siswa yang bermasalah, seperti merubah kebiasaan-kebiasaan siswa dalam pemahaman dan tanggung jawab atas kehidupan dirinya. Dalam hal ini penulis telah melakukan beberapa pendekatan wawancara dan pemberian motivasi kepada X, dan dengan melihat latar belakang masalah diatas, bagaimana cara menangani siswa putus asa? Maka terapi eksistensial humanistik adalah terapi yang sesuai dalam memberikan bantuan kepada klien. Karena teori ini mencakup pengakuan eksistensialisme terhadap kekacauan, keniscayaan, keputusasaan manusia kedalam dunia tempat dia bertanggung jawab atas dirinya 7. Berbagai persoalan hidup manusia berakar pada isu-isu kebermaknaan, yang didalamnya meliputi isu ketiadaan atau kematian, ketidakberdayaan, putus asa, rasa bersalah dan rasa cemas. Gangguan perilaku disebabkan oleh karena manusia gagal menangani isu-isu tersebut. Meskipun tampak menyajikan sisi gelap dari gambaran hidup manusia, para eksistensialis adalah kaum humanis. Mereka juga memiliki pandangan yang optimis dan mengakui bahwa semua manusia memiliki potensi untuk menangani isu-isu tersebut dan membuat hidupnya menjadi bermakna. Manusia memiliki kebebasan dan tanggung jawab untuk menciptakan sejarah bagi diri sendiri melalui pembuatan pilihanpilihan pada setiap fase perkembangan. Manusia akan mampu manangani ketidakbermaknaan jika mereka dapat menghayati hidupnya (keberadaannya) pada saat ini. Penghayatan terhadap keberadaan ppada sekarang membuat manusia menyadari 6 Sofyan S.Willis, Konseling Keluarga, (Bandung:Alfabeta,2009) hal.148 7 Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, ( Bandung : PT. Eresku, 1995) hal 56

keberadaanya dan bertanggung jawab terhadap keberadaannya itu serta dapat membuat pilihan-pilihan yang bermakna. 8 Terapi eksistensial tidak terikat pada salah seorang pelopor, akan tetapi eksistensial memiliki banyak pengembang, tetapi yang populer adalah Victor Frankl, Rollo May, irvin Yalom, James Bugental, dan Medard Boss. Eksistensialisme bersama-sama dengan psikologi humanistik, muncul untuk merespon dehumanisasi yang timbul sebagai efek samping dari perkembangan industri dan urbanisasi masyarakat. Pada waktu itu banyak orang membutuhkan kekuatan untuk mengembalikan sense of humannes disamping untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan kebermaknaan hidup, khususnya yang berkaitan dengan upaya menghadapi kehancuran, isolasi, dan kematian. 9 Proses konseling eksistensial humanistik menggambarkan suatu bentuk aliansi terapeutik antara konselor dengan konseli. Konselor eksistensial mendorong kebebasan dan tanggung jawab, mendorong klien untuk menangani kecemasan, keputusasaan, dana mendorong munculnya upaya-upaya untuk membuat pilihan yang bermakna. Untuk menjaga penekanan pada kebebasan pribadi, konselor perlu mengekspresikan nilai-nilai dan keyakinan mereka sendiri, memberikan arahan, menggunakan humor, dan memberikan sugesti dan interpretasi dan tetap memberikan kebebasan pada klien untuk memilih sendiri manakah di antara alternatif-alternatif yang telah diberikan. Terapi eksistensial humanistik tidak memiliki teknik-teknik yang ditentukan secara ketat, yaitu bisa menggunakan beberapa teknik dari pendekatan lainnya. Terapi ini berlandaskan pertemuan yang berlangsung antara klien dengan terapis secara intens, 8 Departemen Pendidikan Nasional, Modul Bimbingan dan Konseling PLPG Kuota 2008(Surabaya:Unesa,2008),hal.17 9 Departemen Pendidikan Nasional, Modul Bimbingan dan Konseling PLPG Kuota 2008(Surabaya:Unesa,2008), hal.16

dimana klien adalah pasangan terapis dalam mencari pemahaman dirinya, dengan tujuan agar klien mangalami keberadaanya secara otentik dengan menjadi sadar atas keberadaan dan potensi-potensi serta sadar bahwa ia dapat membuka diri dan memiliki kesanggupan untuk memperluas kesadarannya dan memutuskan sendiri arah yang baik dalam kehidupan masa depannya. 10 Teknik utama eksistensial humanistik pada dasarnya adalah penggunaan pribadi konselor dan hubungan konselor-konseli sebagai kondisi perubahan. Namun eksistensial humanistik juga merekomendasikan beberapa teknik (pendekatan) khusus seperti menghayati keberadaan dunia obyektif dan subyektif klien, pengalaman pertumbuhan simbolik ( suatu bentuk interpretasi dan pengakuan dasar tentang dimensi-dimensi simbolik dari pengalaman yang mengarahkan pada kesadaran yang lebih tinggi, pengungkapan makna, dan pertumbuhan pribadi). Oleh karena itu untuk mengetahui bagaimana terapi eksistensial humanistik dalam mengatasi siswa yang putus asa. Maka melalui penelitian ini penulis ingin mengangkat sebuah judul Terapi Eksistensial Humanistik Dalam Mengatasi siswa putus asa ( Studi Kasus Siswa X di Madrasah Tsanawiyah Negeri Sidoarjo ) B. Rumusan Masalah Berdasarkan dari latar belakang masalah diatas, maka dapat dikemukakan beberapa rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana kondisi siswa putus asa di Madrasah Tsanawiyah Negeri Sidoarjo? 10 Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, ( Bandung : PT. Eresku, 1995) hal 56

2. Bagaimana pelaksanaan Bimbingan dan Konseling dengan Terapi Eksistensial humanistik dalam mengatasi siswa putus asa di Madrasah Tsanawiyah Negeri Sidoarjo? 3. Bagaimana evaluasi dan follow up terapi eksistensial humanistik pada siswa putus asa di Madrasah Tsanawiyah Negeri Sidoarjo? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka dapat diketahui tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mendeskripsikan kondisi siswa putus asa di Madrasah Tsanawiyah Negeri Sidoarjo. 2. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan Bimbingan dan Konseling dengan Terapi Eksistensial humanistik dalam mengatasi siswa putus asa di Madrasah Tsanawiyah Negeri Sidoarjo. 3. Untuk mengetahui evaluasi dan follow up terapi eksistensial humanistik pada siswa putus asa di Madrasah Tsanawiyah Negeri Sidoarjo D. Manfaat Penelitian Dalam pelaksanaan penelitian ini diharapkan memperoleh manfaat sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis Penelitian yang berusaha mengkaji terapi eksistensial humanistik dalam mengatasi siswa yang putus asa, akan bermanfaat untuk membantu pengembangan

teoritis bimbingan dan konseling khususnya menggunakan pendekatan terapi eksistensial humanistik. 2. Manfaat Praktis Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan masukan, informasi dan acuan bagi para konselor maupun kepada semua pihak yang berminat aktif dalam kegiatan bimbingan dan konseling. Khususnya dengan menggunakan terapi eksistensial humanistik yang mana dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam praktek bimbingan dan konseling. 3. Manfaat bagi peneliti Dalam penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan dalam penelitian dan teknik yag harus dilaksanakan dalam mengatasi studi kasus serta dapat mengembangkan dan mengamalkan sesuai dengan jurusan kependidikan islam konsentrasi bimbingan dan konseling. E. Definisi Konseptual Definisi konseptual adalah definisi yang berhubungan dengan atau berciri seperti konsep, atau yang mengandung suatu dasar pemikiran. 11 Definisi konseptual perlu dicantumkan dengan tujuan untuk menghindari perbedaan pengertian dalam memahami dan menginterpretasikan maksud judul agar sesuai dengan maksud peneliti, maka akan penulis jelaskan dari arti tersebut. Terapi Eksistensial Humanistik dalam mengatasi siswa putus asa (studi Kasus Siswa X di Madrasah Tsanawiyah Negeri Sidoarjo) 1. Terapi Konseling Eksistensial Humanistik 11 M.Dahlan, Kamus Induk Istilah Ilmiah,(Surabaya:Target Press,2003),hal 411

Terapi Konseling Eksistensial Humanistik, adalah terapi untuk membantu individu dalam mengembalikan tanggung jawab untuk memilih kualitas hidupnya. Terapi ini cenderung berorientasi ke masa depan. Disamping itu terapi ini menitik beratkan pemahaman dan kesadaran yang dipilih klien melalui pengalaman langsung yang kiranya melalui penafsir Menurut kartini kartono dalam kamus psikologinya mengatakan bahwa terapi eksistensial humanistik adalah salah satu psikoterapi yang menekankan pengalaman subyektif individual kemauan bebas, serta kemampuan yang ada untuk menentukan satu arah baru dalam hidup. 12 Sedangkan menurut W.S Winkel, Terapi Eksistensial Humanistik adalah Konseling yang menekankan implikasi implikasi dan falsafah hidup dalam menghayati makna kehidupan manusia di bumi ini 13. Dalam hal ini konselor berusaha membantu klien untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, terutama pada suatu sikap yang menekankan pada pemahaman serta kemandirian atas manusia. 14 Dari uraian diatas, bisa dipahami bahwa yang dimaksud pemberian terapi eksistensial humanistik adalah konselor memberikan bantuan kepada klien yang putus asa atau tidak mempunyai harapan lagi untuk menjadi yang lebih baik, dengan harapan agar klien mampu menghadapi masalah dengan tabah dan lapang dada serta mampu mengapresiasikan kelebihan yang dimilikinya. 2. Siswa Putus asa Putus asa adalah hilangnya harapan dan cita-cita. Boleh jadi putus asa itu terjadi karena kurangnya harta dan terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan. Maka terjadilah 12 Kartini Kartono dan Dali Golo, Kamus psikologi, hal 17 13 W.S Winkel,Bimbingan dan praktek Konseling dan Psikoterapi, (Jakarta: PT. Gramedia. 1987) Hal 383 14 Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, ( Bandung : PT. Eresku, 1995) hal 58

ketegangan, lalu timbul kekesalan dan keputusasaan terhadap rahmat dan karunia Tuhan. 15 Putus asa adalah sikap yang membunuh perasaan seseorang. Putus asa akan menjadikan seseorang ltidak semangat tidak ada motivasi untuk menjadi yang lebih baik. 16 Menurut Yose Rizal putus asa adalah tindakan yang justru meninggalkan rahmat Allah, suatu tindakan yang membuat diri semakin jauh dari Allah, karena termasuk orang yang tidak yakin akan pertolongan Allah. 17 Setiap peristiwa apapun yang menimpa kita belum tentu mengakibatkan respon yang sama karena ketahanan diri dan kualitas kesehatan jiwa masing-masing individu berbeda. Bagi orang yang memiliki ketahanan diri yang kuat maka kekecewaan, marah dan putus asa dapat ditunda dalam waktu yang cukup lama sedangkan bagi mereka yang lemah ketahanan dirinya maka kekecewaan, marah dan putus asa begitu mudah muncul. Adapun faktor-faktor yang menjadi penyebab munculnya putus asa ada dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal 18. 1. Faktor internal adalah bersumber di dalam diri kita sendiri yaitu lemahnya ketahanan diri, tantangan dan faktor utama yang mampu memancing respon dari dalam diri seseorang. Misalnya kualitas kepribadian dan kondisi emosi seseorang, perilaku, maupun kebiasaan. Contohnya, seseorang yang mengalami rasa takut yang berlebihan, perasaan takut ang terjadi dalam diri seseorang adalah manusiawi dan suatu hal yang wajar, bahkan dbisa dikatakan tidak normal bila seseorang tidak memiliki perasaan takut sama sekali. Ketakutan manusia itu bermacam-macam, seperti 15 Mukjizat Al Qur an dan As Sunnah tentang IPTEK (Bandung : Cipta Insan Press, ) hal 218 16 Saat Sulaiman, Remaja Positif, hal 57 17 Yose Rizal, Jangan Berputus Asa, (Jakarta: Media Setia Karya, 2010) hal 17 18 Samsul munir Amin.Haryanto Alfandi, Kenapa Harus Stress, (Jakarta:Bumi Aksara,2007),hal 47

takut pada binatang buas, takut miskin, takut bahaya kelaparan, takut tidak dicintai dan dihormati orang lain, takut pada kejahatan, takut kehilangan harta, takut kehilangan kedudukan atau jabatan, takut kehilangan orang-orang yang dicintai, takut tertimpa bencana atau musibah, takut pada siksa dan ancaman Tuhannya, dan lain sebagainya. Semua bentuk takut yang menyusup kedalam jiwa seseorang dapat membebani jiwa dan pikiran seseorang sehingga jiwanya akan tertekan dan menimbulkan konflik batin yang pada akhirnya akan memunculkan putus asa. 19 2. Faktor eksternal yaitu faktor penyebab putus asa yang berasal dari luar diri seseorang. Faktor eksternal ini dapat berupa cobaan dan ujian yang datang dari Allah. Yang secara umum cobaan yang datang dalam kehidupan manusia dapat terbagi menjadi dua macam cobaan, yakni cobaan yang berupa kebaikan dan cobaan yang berupa keburukan. Berbagai cobaan dan persoalan yang menimpa kehidupan manusia yang bersifat buruk atau yang dipandang tidak baik inilah yang merupakan faktor dan penyebab munculnya putus asa pada diri seseorang. 20 a. Tertimpa musibah Bagi hidup manusia ujian dan cobaan adalah sesuatu yang tidak dapat dihindari. Kesedihan, kesulitan, kematian, kecelakaan, bala, dan bencana akan datang silih berganti mendatangi kehidupan, tanpa terelakkan da tidak dapat dihindari. Adanya berbagai macam cobaan tersebut apabila tidak ditanggapi secara positif (dengan bersabar) dapat menjadikan tekanan batin, ketegangan kegelisahan, kesedihan, bahkan menimbulkan putus asa. 19 Samsul munir Amin.Haryanto Alfandi, Kenapa Harus Stress, (Jakarta:Bumi Aksara,2007),hal 62 20 Ibid,hal 68

b. Masalah ekonomi Kondisi sosial ekonomi yang tidak sehat misalnya pendapatan jauh lebih rendah dari pengeluaran, kebangkrutan usaha, soal warisan, dan sebagainya. Problem keuangan sangat berpengaruh pada keadaan jiwa seseorang dan seringkali masalah keuangan ini merupakan faktor yang membuat seseorang mengalami stres dan putus asa. c. Faktor keluarga Adapun yang dimaksud disisni adalah faktor penyebab putus asa yang dialami anak-anak yang disebabkan kondisi keluarga yang tidak baik. Misalnya, kurang atau putus komunikasi diantara anggota keluarga, masalah ekonomi orang tua, kesibukan orang tua untuk bekerja sehinga anak kurang mendapatkan perhatian dari orang tua 21 Faktor kehidupan lainnya yang dapat menimbulkan putus asa antara lain bencana alam, pemerkosaan, kehamilan diluar nikah, kecelakaan yang menyebabkan cacat fisik, dan sebagainya. Gejala-gejala yang menunjukkan sikap putus asa Adapun dalam hal perilaku orang yang mengalami putus asa lebih mudah untuk dikenali. Seseorang yang mengalami putus asa memiliki gejala-gejala sebagai berikut 22 : 1. Perasaan kurang mampu, rendah diri, atau mencela diri sendiri 21 Sofyan S.Willis, Konseling keluarga,(bandung:alfabeta,2008)hal 20 22 Triantara Safaria, Autisme,(Yogyakarta: Graha Ilmu,2005),hal 28

2. Berkurangnya efektifitas dan produktivitas di sekolah, pekerjaan maupun dirumah 3. Berkurangnya konsentrasi, perhatian, atau kemampuan untuk berfikir jernih 4. Kehilangan minat atau kemampuan menikmati setiap aktivitas yang sebelumnya menyenangkan 5. Bersikap pesimistis terhadap masa depan. 6. Menyesali peristiwa masa lampau atau mengasihani diri sendiri. Dari pengertian dan indikator diatas, maka dapat dijelaskan bahwa siswa putus asa di MTS Negeri Sidoarjo adalah penelitian pada seorang siswa yang mengalami keputusasaan sehingga ia merasa sudah tidak memiliki harapan untuk melanjutkan pendidikannya lagi. F. Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan skripsi yang dimaksud adalah suatu cara yang ditempuh untuk menyusun suatu karya tulis, sehingga masalah di dalamnya menjadi jelas, teratur, urut dan mudah dipahami. Adapun sistematika yang penulis gunakan dalam pembahasan ini ada empat bab pokok yang dikerangkakan sebagai berikut : Bab I : Pendahuluan Yang meliputi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konseptual, dan sistematika pembahasan. Bab II : Kajian Teori Yang mencakup teori- teori yang dijadikan dasar dalam menentukan langkah-langkah pengambilan data, memaparkan tinjauan pustaka yang

digunakan sebagai pijakan penelitian dalam memahami dan menganalisa fenomena yang terjadi dilapangan. a. Kajian mengenai terapi eksistensial humanistik, meliputi pengertian terapi eksistensial humanistik, kegunaan terapi eksistensial humanistik, ciri-ciri dan macam-macam pendekatan dalam terapi eksistensial humanistik b. Kajian mengenai putus asa : pengertian putus asa, faktor-faktor penyebab putus asa, ciri-ciri putus asa, bentuk tingkah laku individu yang putus asa, cara mengatasi siswa putus asa. c. Terapi Eksistensial Humanistik dlam mengatasi siswa pitus asa : Latar Belakang Perlunya Terapi Eksistensial Humanistik bagi anak putus Asa, Latar Belakang Perlunya Konseling Bagi Orang Bermasalah, Tehnik dan Pendekatan Bagi Anak putus asa Bab III : Metode Penelitian Yang meliputi jenis penelitian, informan penelitian, teknik pengumpulan data, dan analisis data Bab IV : Penyajian data dan analisis Meliputi keadaan MTS Negeri Sidoarjo, bimbingan dan konseling di MTS Negeri Sidoarjo penyajian data tentang penerapan terapi eksistensial humanistik, meliputi kondisi siswa putus asa di MTS Negeri Sidoarjo dan pelaksanaan terapi eksistensial humanistik dalam menyelesaikan masalah anak putus asa di MTS Negeri Sidoarjo dan keberhasilan proses terapi MTS Negeri Sidoarjo Bab V : penutup dan simpulan

Daftar Pustaka Meliputi kesimpulan mengenai pembahasan dan saran-saran.