BAB I PENDAHULUAN. Narkoba kini mengintai setiap generasi muda laki laki dan wanita

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kecakapan untuk menghindari penyalahgunaan narkoba. Informasi mengenai

BAB I PENDAHULUAN. pada sejarah, United National HIV/AIDS (UNAIDS) & Word Health. diperkirakan sebanyak 1.6 juta orang diseluruh dunia.

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau AIDS. tubuh yang disebabkan infeksi oleh HIV (Kemenkes RI, 2014).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu adalah memerangi HIV/AIDS, dengan target

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan diduga akan berkepanjangan karena masih terdapat faktor-faktor yang

BAB 1 PENDAHULUAN. konsekuen dan konsisten. Menurut NIDA (National Institute on Drug Abuse), badan

BAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat dunia khususnya bangsa Indonesia, saat ini sedang dihadapkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya dengan yang negatif remaja dengan mudah terbawa ke hal yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk Indonesia tahun , BPS, BAPPENAS, UNFPA, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. generasi baik secara kualitas maupun kuantitas. sesuatu yang mengarah pada aktivitas positif dalam pencapaian suatu prestasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Imunnodeficiency Virus (HIV)/ Acquired Imunne Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. sistem imun dan menghancurkannya (Kurniawati, 2007). Acquired

BAB 1 PENDAHULUAN. hancurnya kehidupan rumah tangga serta penderitaan dan kesengsaraan yang

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa

BAB 1 PENDAHULUAN. Pandemi Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), saat ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. meninggal akibat HIV/AIDS, selain itu lebih dari 6000 pemuda umur tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalankan kebijakan dan program pembangunan kesehatan perlu

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh menurunnya daya tubuh akibat infeksi oleh virus HIV

Bab I Pendahuluan. Universitas Indonesia

BAB 1 : PENDAHULUAN. United Nation, New York, telah menerbitkan World Drugs Report 2015 yang

mereaksi dengan cara yang khas pula terhadap situasi sosial yang ada. dengan perkembangan tehnologi industrialisasi dan urbanisasi.

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja. Perubahan yang dialami remaja terkait pertumbuhan dan perkembangannya harus

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. STUDI ini secara garis besar memotret implementasi program LSM H2O (Human

ANCAMAN NARKOBA BAGI GENERASI PENERUS BANGSA oleh Ashinta Sekar Bidari S.H., M.H

BAB I PENDAHULUAN. (NAPZA) atau yang lebih sering dikenal masyarakat dengan NARKOBA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterbatasan pengetahuan tentang narkoba masih sangat

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 80 an telah menjadi jalan bagi Harm Reduction untuk diadopsi oleh

BAB 1 : PENDAHULUAN. adalah penggunaan kondom pada hubungan seks risiko tinggi dan penggunaan

BAB 1 PENDAHULUAN. maka kesegaran jasmani akan semakin baik pula. Berdasarkan undang-undang yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Data kasus HIV/AIDS mengalami peningkatan dari tahun Menurut

BAB I PENDAHULUAN. sosialisasi, transisi agama, transisi hubungan keluarga dan transisi moralitas.

BAB I PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodefeciency Virus).

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengancam hampir semua sendi kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara. Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ke masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (Word Health

2013 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV/AIDS DI KELAS XI SMA YADIKA CICALENGKA

Bahaya Penyalahgunaan Narkoba Bagi Generasi Muda Senin, 18 Juli :29 - Terakhir Diperbaharui Selasa, 11 April :35

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2013, salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. pada pembinaan kesehatan (Shaping the health of the nation), yaitu upaya kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan pergaulan masyarakat di Indonesia mengalami peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut, remaja cenderung untuk menerima tantangan atau coba-coba melakukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. anastesi yang dapat mengakibatkan tidak sadar karena pengaruh system saraf

BAB I PENDAHULUAN. Psikotropika, dan Zat adiktif lainnya) adalah sejenis zat (substance) yang

BAB I PENDAHULUAN. HIV dan AIDS merupakan penyakit yang dapat ditularkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang awalnya

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tubuh manusia dan akan menyerang sel-sel yang bekerja sebagai sistem kekebalan

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. yang mengakomodasi kesehatan seksual, setiap negara diharuskan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan narkotika di Indonesia menunjukkan gejala yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat

BAB I PENDAHULUAN. saja fenomena - fenomena yang kita hadapi dalam kehidupan sehari - hari dalam

BAB I PENDAHULUAN. Angka HIV/AIDS dari tahun ke tahun semakin meningkat. Menurut laporan

2016 GAMBARAN MOTIVASI HIDUP PADA ORANG DENGAN HIV/AIDS DI RUMAH CEMARA GEGER KALONG BANDUNG

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif lainnya yang lebih dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut DR. Nana Mulyana selaku Kepala Bidang Advokasi dan. Kemitraan Kementerian Kesehatan hasil Riset Kesehatan

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG NAPZA TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA KELAS III SMK MUHAMMADIYAH KARTASURA

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency

BAB 1 PENDAHULUAN. pesan yang akan disampaikan (Azrul & Azwar, 1983). Sedangkan Glanz, dkk.,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 600 ribu kematian dikarenakaan terpapar asap yang ditimbulkan. Hampir 80%

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. atau kesulitan lainnya dan sampai kepada kematian tahun). Data ini menyatakan bahwa penduduk dunia menggunakan

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit HIV/AIDS dan penularannya di dunia meningkat dengan cepat, sekitar 60 juta orang di dunia telah

UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP PENYEBARAN NARKOBA DI KALANGAN PELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL SISWA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN SISWA TENTANG NAPZA DI SMK BATIK 1 SURAKARTA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjukkan gejala yang semakin memprihatinkan. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah bahan/zat/obat

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai masalah di masyarakat. Angka kematian HIV/AIDS di

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak menular salah satunya adalah kebiasaan mengkonsumsi tembakau yaitu. dan adanya kecenderungan meningkat penggunaanya.

BAB 1 PENDAHULUAN. dilihat atau dirasakan sebelumnya (Meliono, 2007). Budiningsih (2005) juga

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. macam pekerjaan rumah tangga. Sedangkan HIV (Human Immuno Virus)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit HIV/ AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acguired Immun Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. Adiktif lainnya. Kata lain yang sering dipakai adalah Narkoba (Narkotika,

I. PENDAHULUAN. Permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (narkotika,

BAB I PENDAHULUAN. Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif. Semua istilah ini baik narkoba atau napza

BAB 1 : PENDAHULUAN. tahun itu terus meningkat, baik itu pada laki-laki maupun perempuan. Menurut The

BAB I PENAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia pelaku transeksual atau disebut waria (Wanita-Pria) belum

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah keseluruhan infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) atau orang

BAB I PENDAHULUAN. Akibat pesatnya pembangunan fisik dan pertambahan penduduk di suatu kota

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Narkoba kini mengintai setiap generasi muda laki laki dan wanita khususnya pelajar, pekerja, masyarakat, keluarga, sekolah, kampus, tempat bekerja tanpa memandang status. Generasi muda harus dibekali pengetahuan, sekaligus kecakapan untuk menghindari penyalahgunaan narkoba. Informasi mengenai bahaya penyalahgunaan narkoba harus tersampaikan dengan sangat jelas kepada seluruh remaja khususnya para pelajar, bahkan ketika mereka tidak dengan sengaja bermaksud mencari informasi tersebut. Untuk menghadapi perubahan pada masa remaja khususnya yang berkaitan dengan masalah kenakalannya, remaja perlu memiliki sikap yang positif terhadap pergaulan dan kesehatannya agar remaja dapat terhindar dari pengaruh negatif lingkungan dan menjadi remaja yang sehat serta menerima kedewasaannya secara bertanggung jawab. Modal utama dalam melaksanakan pembangunan disegala bidang adalah Sumber Daya Manusia yang berkualitas. Generasi muda merupakan salah satu Sumber Daya Manusia yang menjadi kunci suksesnya pembangunan dan berada pada posisi utama untuk mempersiapkan masa depan bangsa dan Negara. Untuk mendapatkan generasi muda yang berkualitas, maka kesehatan generasi muda sudah selayaknya mendapatkan perhatian yang serius, baik dari kalangan pemerintah maupun masyarakat luas (Mappiare, 2006). 1

2 Generasi muda terutama usia remaja merupakan masa transisi/peralihan dari kanak kanak menuju dewasa. Pada masa peralihan itulah terjadi perubahan yang cepat pada diri seseorang baik secara fisik, biologis maupun psikologis. Berbagai perubahan yang dialami remaja sering kali menimbulkan serangkaian konflik, baik dari dalam individu yang bersangkutan ataupun dalam berhubungan dengan orang lain disekitarnya. Keadaan tersebut dapat berakibat buruk pada kehidupan intelektual dan kesehatan remaja serta menimbulkan konflik dalam kehidupan (Sarlito, 2005). Salah satu konflik yang paling besar terjadi dikalangan remaja adalah penyalahgunaan Narkoba, yang diantaranya Narkotika, Psikotropika dan zat zat adiktif lainnya (NAPZA). Penyalahgunaan atau ketergantungan narkoba dari tahun ketahun semakin meningkat, sementara fenomena narkoba itu sendiri bagaikan gunung es (Ice Berg) artinya yang tampak dipermukaan lebih kecil dibandingkan yang tidak tampak atau dibawah permukaan laut (Hawari, 2005). Berdasarkan hasil penelitian Badan Koordinasi Narkoba Daerah (BKND) hampir 90% yang menjadi korban dan sasaran pengedar narkoba adalah usia produktif. Korban narkoba di Indonesia diperkirakan sekarang ini 3.000.000 orang, maka jumlah remaja yang menjadi korban 2.700.000 orang (Hikmat, 2007). Banyaknya jumlah remaja yang menjadi pemakai sekaligus korban penyalahgunaan narkoba memang sangat memungkinkan. Hal ini dapat dibuktikan dengan berbagai pemberitahuan kasus narkoba, baik di media cetak maupun media elektronik, pelakunya sebagian besar adalah remaja.

3 Menurut penelitian remaja Jakarta dalam seharinya menghabiskan uang sebesar Rp.1,3 miliar untuk membeli ekstasi, shabu shabu, narkotik dan obat obat terlarang lainnya. Hal ini dapat menjadi bukti bahwa betapa banyaknya remaja yang menjadi korban penyalahgunaan narkoba. Dalam setahun ini diperkirakan 15.000 remaja tewas akibat penyalahgunaan narkoba diseluruh Indonesia (Bambang, 2007). Terungkapnya kasus manufaktur narkoba yang dikategorikan terbesar ketiga di dunia, tidak hanya di kota kota kecil bahkan ke perdalaman (perdesaan) dengan menyentuh seluruh lapisan masyarakat tanpa mengenal batas. Beberapa Negara maju yang telah lama menabuh genderang perang bagi penyalahgunaan narkoba dengan hukuman mati diantaranya Jepang, Malaysia, Korea, Singapura, Thailand, dan lain lain. Di Indonesia, masalah penyalahgunaan narkoba menjadi perhatian berbagai kalangan. Mulai dari pemerintah, LSM, Ormas, bahkan masyarakat juga turut serta membicarakan tentang bahaya narkoba. Saat ini, jumlah penyalahgunaan narkoba meningkat drastis dan pada titik mengkhawatirkan. Tidak ada kabupaten, kecamatan, kelurahan yang bebas dari narkoba. Bahkan menurut data WHO jika ada 1 kasus maka sesungguhnya ada 10 kasus di tempat tersebut. Narkoba sudah menjalar ke segala usia terutama bagi remaja. Pecandu narkoba pada umumnya berusia antara 15 24 tahun. Artinya usia tersebut ialah usia produktif atau usia pelajar. Pada awalnya, pelajar yang mengkonsumsi narkoba biasanya diawali dengan perkenalannya dengan rokok, karena kebiasaan merokok ini sepertinya sudah menjadi hal yang wajar

4 di kalangan pelajar saat ini. Dari kebiasaan inilah pergaulan terus meningkat, apalagi ketika remaja tersebut bergabung ke dalam lingkungan orang orang yang sudah menjadi pecandu narkoba. Awalnya mencoba lalu kemudian mengalami ketergantungan. Penyalahgunaan obat terlarang dikalangan remaja atau masyarakat merupakan masalah kompleks. Karena tidak saja menyangkut pada remaja itu sendiri, tetapi juga melibatkan banyak pihak baik keluarga, lingkungan tempat tinggal, lingkungan sekolah, teman sebaya, tenaga kesehatan, serta aparat hokum, baik sebagai faktor penyebab, pencetus ataupun yang menanggulangi. Kepala Bagian Pengawasan dan Pengendalian Direktorat Reserse Narkoba Polda Metro Jaya Ajun Komisaris Besar Sri Hastuti mengatakan, kerentanan remaja dipengaruhi faktor lingkungan. Kondisi mental remaja yang biasanya ingin tahu dan labil, jika ditambah pergaulan yang tidak sehat, bisa menjerumuskan mereka. Jumlah remaja yang meninggal akibat kecanduan narkoba tiap tahun kian meningkat. Khususnya di DKI Jakarta, 20% dari 4 juta pemakai narkoba adalah anak di bawah usia 18 tahun atau remaja. Data Badan Narkotika Nasional (BNN) menyebutkan, pada tahun 2008, jumlah pengguna narkoba di Indonesia mencapai 3,3 juta jiwa atau sekitar 1,99 persen dari jumlah penduduk Indonesia mengalami ketergantungan narkoba. Dari jumlah tersebut, 1,3 juta diantaranya berasal dari kalangan pelajar dan mahasiswa. Di sisi lain, jumlah korban meninggal dunia akibat penggunaan narkoba selama kurun 2006 2008 mencapai 15.000 jiwa. Artinya, setidaknya 41 jiwa

5 melayang perhari dengan 78 persen terjadi pada anak muda usia 19 25 tahun. Data terbaru BNN menyebutkan, Indonesia telah menjadi pasar utama dalam hal perdagangan narkoba dengan jumlah pengguna sebanyak 3, 6 juta jiwa atau sekitar 1,5 persen dari jumlah penduduk Indonesia. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh BNN bekerja sama dengan pusat penelitian Univ. Indonesia pada tahun 2011 diketahui bahwa angka prevalansi penyalahgunaan narkoba di Indonesia telah mencapai sebesar 2,2% dari total populasi penduduk (berusia 10 60 tahun) atau 3,8 juta orang. Pada tahun 2010, prevalensi penyalahgunaan narkoba meningkat menjadi 2,21 persen atau sekitar 4, 02 juta orang. Pada tahun 2011, prevalensi penyalahgunaan narkoba meningkat menjadi 2,8 persen atau sekitar 5 juta orang. Oleh karena itu, dituntut adanya peran serta dari berbagai pihak di Indonesia yang dapat memerangi narkoba salah satunya konselor sebagai pendidik di lingkungan pendidikan juga dapat ikut berpartisipasi dalam upaya memerangi obat obatan terlarang tersebut. Di DKI Jakarta, berdasarkan catatan Direktorat Reserce Narkoba Polda Metro Jaya, jumlah pengguna narkoba di kalangan remaja dalam tiga tahun terakhir terus meningkat. Pada tahun 2011, siswa SMP pengguna narkoba berjumlah 1.345 orang. Tahun 2012 naik menjadi 1.424 orang, sedangkan pengguna baru pada Januari Februari 2013 tercatat 262 orang. Di kalangan SMA, pada 2011 tercatat 3.187 orang, tahun berikutnya menjadi 3.410 orang. Adapun kasus baru tahun 2013 tercatat 519 orang.

6 HIV/AIDS sebagai salah satu epidemik yang paling menghancurkan pada sejarah, UNAIDS % WHO (2012) menyebutkan bahwa saat ini di dunia terjadi peningkatan jumlah orang dengan HIV / AIDS tahun 2010 sebanyak 2.7 juta orang hidup dengan HIV, dan di tahun 2012 secara global epidemik AIDS mencatat sebanyak 35.3 juta orang di dunia hidup dengan HIV. Sebanyak 2.3 juta orang di dunia baru terinfeksi virus HIV, dan kematian akibat AIDS diperkirakan sebanyak 1.6 juta orang diseluruh dunia. Pengidap HIV/AIDS dan kebanyakan dari mereka hidup dalam kemiskinan dan di negara berkembang. Sub-Sahara Afrika sejauh ini merupakan kawasan yang paling banyak terpapar HIV/AIDS.Sedangkan di Asia/Kepulauan Pasifik pada tahun 2012 diperkirakan 3.9 juta orang hidup dengan HIV, sebanyak 270.000 ribu orang yang baru terinfeksi virus HIV. Prevalensi diantaranya adalah anak anak dan dewasa yang berusia 15 19 tahun sebanyak 0,3% dan sekitar 220.000 ribu orang meninggal karena penyakit AIDS di wilayah Asia di tahun 2012 (UNAIDS, 2012). Perkembangan kasus HIV/AIDS di Indonesia memperlihatkan perkembangan yang sangat pesat. Meningkatnya penderita HIV/AIDS di Indonesia dalam dekade terakhir membuat kita semua sebaiknya peduli dengan kondisi ini, karena tanpa peran serta kita semua masalah ini akan terus meningkat dan merugikan kehidupan bangsa di Negara (Modul Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba, 2009). Kasus HIV/AIDS di Indonesia ditemukan pertama kali pada tahun 1987 dan terus berkembang dari tahun ke tahun. Dan jumlah kasus HIV/AIDS

7 sampai Desember 2014 tersebar 478 (72 %) dari 512 Kabupaten/Kota di seluruh Provinsi Indonesia (Direktoral Jenderal P2L, 2014). Direktoral Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan menyebutkan bahwa dimulai Oktober sampai Desember 2013 jumlah infeksi virus HIV yang dilaporkan sebanyak 8.624 orang. Dan jumlah kasus AIDS dari Oktober sampai Desember 2013 sebanyak 2.845 orang. Presentase kasus HIV/AIDS berdasarkan cara penularannya dibagi menjadi heteroseksual (78 %), pengguna jarum suntik tidak steril pada penasun (9,3 %), seks bebas (4,3%), dan dari ibu positif HIV kepada anaknya (2,6 %). Proporsi kasus AIDS tertinggi di identifikasi pada kelompok umur 20 29 tahun (34, 2 %), kemudian diikuti kelompok umur 30 39 tahun (29 %), umur 40 49 tahun (10, 8 %), dan kelompok umur 50 59 tahun (3,3 %). Kasus AIDS terbanyak dilaporkan di Papua, Jawa Timur, kemudian ketiga DKI Jakarta, disusul Jawa Barat, Bali, Jawa Tengah, Sulawesi Tengah, Kalimantan, Sumatera dan Banten (Direktoral Jenderal P2L, 2013). DKI Jakarta menempati urutan ketigaa kasus HIV/AIDS di Indonesia berdasarkan jumlah kumulatif kasus menurut Provinsi dalam laporan triwulan ke IV dari Oktober hingga Desember 2013 (Spritia, 2013). Jumlah kasus AIDS di DKI Jakarta mencapai 7.477 kasus ( Direktoral Jenderal P2L, 2013). Beberapa faktor resiko penyebaran HIV/AIDS di Indonesia terjadi karena pecandu narkoba jenis putaw dengan jarum suntik. Dengan banyaknya pemakai jenis Putaw mengakibatkan mudah tertularnya penyakit HIV/AIDS. Pertumbuhan kasus HIV/AIDS di Jakarta sebagai ibu kota provinsi Jakarta Barat memegang rekor tertinggi dalam kasus HIV/AIDS, Dimana tercatat

8 sebanyak 1.093 kasus di wilayah Jakarta Barat, di wilayah Jakarta Utara 973 kasus, di wilayah Jakarta Timur 877 kasus, di wilayah Jakarta Selatan 763 kasus, dan di wilayah Jakarta Pusat 562 kasus (KPA Jakarta Barat 2014). Karena Jakarta Barat menempati posisi pertama dari seluruh Indonesia maka Jakarta Barat dijadikan wilayah prioritas untuk penyelesaian masalah HIV/AIDS. Kawasan X terletak di Kelurahan Kota Bambu Selatan yang rawan, yang berdekatan dengan tempat pasar dan preman preman berkumpul yang bisa memberikan pengaruh hal hal yang negatif. Oleh karena itu remaja yang salah pergaulan bisa menjadi ikut pergaulan yang salah bahkan dapat dengan mudah terjerumus ke dalam dunia penyalahgunaan narkoba. Menurut data BNN hampir 80% remaja di kawasan X menggunakan narkoba jarum suntik, karena lingkungan yang banyak memakai narkoba. Sebagaimana kita ketahui generasi muda adalah generasi penerus utama dalam keberlangsungan bangsa ini, dan mereka adalah matahari yang memberikan sinar dan warna Indonesia dimasa yang akan datang. selain itu pengetahuan remaja harus ditingkatkan tentang informasi mengenai narkoba. Karena remaja yang mengkonsumsi narkoba dapat mengakibatkan gangguan pada sel sel syaraf otak sehingga pikiran pikiran, perasaan dan perilaku menjadi tidak normal dan berpeluang menderita penyakit jantung, ginjal, paru paru, liver serta HIV/AIDS atau penyakit yang menyerang anggota tubuh lainnya. Dan tidak lupa diberikan informasi mengenai wujud dan penggunaan informasi tentang akibat yang ditimbulkan yang mengakibatkan ketagihan dan

9 ketergantungan yang membahayakan sistem syaraf pun perlu diberikan. Sehingga jika remaja mengetahui bahwa narkoba akan berpengaruh buruk bagi dirinya dan berbahaya bagi remaja itu sendiri. Mereka akan selalu hati hati dalam mengambil keputusan dan tindakan yang akan dilakukan terutama dalam penggunaan narkoba dan mencegah agar terhindar dari narkoba dengan bersikap positif guna mencerdaskan kehidupan bangsa yang berguna. 1.2. Identifikasi Masalah Perilaku manusia merupakan semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Berdasarkan definisi perilaku secara umum. Perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan. Menurut teori Lawrance Green perilaku kesehatan dibagi atas beberapa faktor antara lain : 1. Faktor faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai nilai dan sebagainya. 2. Faktor faktor pendukung (enbling Factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas fasilitas atau sarana sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat obatan, alat alat kontrasepsi, jamban, dan sebagainya.

10 3. Faktor faktor pendorong (renforcing Factors) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan, atau petugas yang lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perilaku pecandu narkoba dalam kesehatan adalah usaha pecandu narkoba dalam menjaga kesehatan dirinya agar terhindar dari penyakit HIV/AIDS yang dapat dilihat dari perilaku pecandu saat menggunakan jarum suntik dengan temannya. Pecandu narkoba merupakan kelompok beresiko karena pecandu menghabiskan sebagian waktu dan uang mereka dengan menggunakan narkoba pada perilaku mrnggunakan narkoba jarum suntik resiko tinggi terhadap penularan HIV/AIDS yaitu bergantian jarum suntik dengan teman sesama pecandu narkoba. Kemungkinan bahwa pecandu narkoba tertular virus ini oleh pelanggannya penyebabnya karena pecandu narkoba tidak selalu dapat memenuhi anjuran untuk mempraktikan memakai jarum suntik yang aman untuk mengurangi resiko terjadi infeksi HIV/AIDS. Perilaku menggunakan jarum suntik yang aman yaitu tidak bergantian jarum suntik merupakan salah satu upaya pencegahan HIV/AIDS melalui cara menggunakan jarum suntik yang aman dengan tidak bergantian menggunakan jarum suntik bekas dapat dipandang sebagai sarana efektif untuk mengurangi resiko/dampak buruk penularan HIV melalui jarum suntik. Faktor ekonomi yang masih rendah memegang peranan penting, tingkat pendapatan pecandu narkoba dapat sebagai pertimbangan saat

11 menggunakan narkoba. Selain itu faktor psikologis pecandu narkoba yang pandang oleh masyarakat sebagai orang yang bermasalah dan tidak punya masa depan pada akhirnya menjadi pertimbangan mereka untuk berhenti menggunakan narkoba. Menurut Agus Riyato dan Budiman (2013), faktor faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah pendidikan, informasi/media massa, social, budaya, ekonomi, lingkungan, pengalaman, dan usia. Faktor yang paling utama adalah pengetahuan pecandu narkoba mengenai penyakit HIV/AIDS, akan berpengaruh terhadap sikap pecandu narkoba mengenai pencegahan HIV/AIDS. Sikap tersebut dapat berupa tanggapan setuju maupun tidak setuju terhadap perilaku menggunakan narkoba jarum suntik yang aman atau ketidaktahuan bahwa perilaku menggunakan jarum suntik bekas berganti gantian beresiko dapat menjadi penyebab penularan virus HIV/AIDS. Salah satu faktor masih tinggi angka kejadian HIV/AIDS disebabkan karena kurangnya pengetahuan mengenai penyakit HIV/AIDS, kuranganya pengetahuan disini adalah ketidaktahuan para pecandu narkoba akan penyakit HIV/AIDS, gejala gejala yang ditimbulkan dari AIDS dan cara pencegahan penyakit AIDS. Dalam rangka menekankan peningkatan jumlah HIV/AIDS pada kelompok pecandu narkoba salah satu lembaga swadaya masyarakat milik Atmajaya ialah LSM Atmajaya yang fokus memberikan penyuluhan dan

12 pemeriksaan kesehatan kepada para pecandu narkoba di Kawasan X Kelurahan Kota Bambu Selatan. 1.3. Pembatasan Masalah Dengan adanya berbagai kemungkinan terjadi tertularnya HIV/AIDS, peneliti mengambil kemungkinan terbesar seseorang pencandu narkoba jarum suntik untuk diteliti pengetahuannya tentang bahaya tertularnya virus HIV/AIDS. Dengan pengetahuan, waktu, biaya, dan kemampuan peneliti, peneliti mampu melakukan penelitian ini. 1.4. Perumusan Masalah Adakah hubungan antara pengetahuan HIV/AIDS terhadap penggunaan jarum suntik pada pecandu narkoba di kawasan X kelurahan kota bambu selatan tahun 2015? 1.5. Tujuan Penelitian 1.5.1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan pengetahuan HIV/AIDS terhadap penggunaan jarum suntik pada pecandu narkoba di kawasan X kelurahan kota bambu selatan tahun 2015.

13 1.5.2. Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi karakteristik umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pendapatan pecandu narkoba di kawasan X. 2. Mengidentifikasi pengetahuan pecandu narkoba tentang penyakit HIV/AIDS di kawasan X. 3. Mengidentifikasi penggunaan jarum suntik yang aman pada pecandu narkoba di kawasan X. 4. Menganalisa hubungan pengetahuan HIV/AIDS terhadap penggunaan jarum suntik pada pecandu narkoba di kawasan X. 1.6. Manfaat Penelitian 1.6.1. Manfaat Bagi Institusi Menciptakan kerja sama yang saling menguntungkan dan bermanfaat antara institusi penelitian dan institusi pendidikan. 1.6.2. Manfaat Bagi pendidikan a. Laporan ini dapat dijadikan sebagai salah satu aaudit internal kualitas pengajaran b. Memperoleh masukan yang positif untuk diterapkan dalam program selanjutnya c. Dapat dijadikan sebagai bahan referensi atau bacaan bagi pengembangan studi kesehatan masyarakat pada manajemen lembaga kesehatan berdasarkan situasi terkini yang didapatkan penulis selama meneliti di lapangan

14 1.6.3. Manfaat Bagi Mahasiswa a. Dapat memperoleh pengalaman belajar dan keterampilan untuk dapat menjadi Sarjana Kesehatan Masyarakat yang Profesional b. Diperoleh pengalaman yang sangat berharga untuk menambah wawasan dalam berfikir secara alamiah serta untuk mengaplikasikan teori yang di dapat di bangku kuliah melalui praktek langsung di lapangan c. Sebagai pengalaman yang bermanfaat bagi mahasiswa dalam menerapkan ilmu yang di dapat 1.7. Ruang Lingkup Penelitian Pada penelitian ini dilaksanakan selama bulan Juli 2015 di kawasan X kelurahan kota bambu selatan dengan judul penelitian Hubungan pengetahuan HIV/AIDS terhadap penggunaan jarum suntik pada pecandu narkoba di kawsan X kelurahan kota bambu selatan tahun 2015..Penelitian ini menggunakan metode kuesioner kepada pecandu narkoba di kawasan X.