bahwa dalam rangka memperkuat upaya perilaku hidup bersih dan sehat, mencegah penyakit berbasis lingkungan, meningkatkan kemampuan masyarakat

dokumen-dokumen yang mirip
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN SEMARANG

BUPATI LUWU TIMUR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI LUWU TIMUR NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DENGAN RAHMAT

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 27 A TAHUN 2009 TENTANG PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN,

BUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 32 TAHUN 2016 TENTANG GERAKAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN PROBOLINGGO

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2012 TENTANG PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN ACEH TIMUR

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 30 TAHUN TENTANG STRATEGI DAERAH SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN SUMEDANG

BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 852/MENKES/SK/IX/2008 TENTANG STRATEGI NASIONAL SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

BAB IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA

a. bahwa dari survey lapangan yang dilakukan petugas b. bahwa persentase masyarakat yangl berperilaku BAB di

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG

KERANGKA KERJA LOGIS KABUPATEN TANAH DATAR 2015

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya (Sistem Kesehatan Nasional, 2009). Salah satu upaya. program nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA

BAB 1 : PENDAHULUAN. badan air yang juga digunakan untuk mencuci, mandi dan kebutuhan lainnya.

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,

DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA STRATEGI NASIONAL SAN ITAS I TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

INTEGRASI 3 KOMPONEN STBM

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN AIR MINUM DAN SANITASI BERBASIS MASYARAKAT

PROGRAM PENGUATAN KEBERLANJUTAN UNTUK STBM KABUPATEN/KOTA DAN MASYARAKAT

BUPATI PAMEKASAN TENTANG BUPATI PAMEKASAN, pembangunan perdesaan sehat, diperlukan

BAB VI PEMANTAUAN DAN EVALUASI

KERANGKA ACUAN PELATIHAN PROMOSI KESEHATAN TINGKAT MASYARAKAT

BUPATI ENDE PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

KEMENTERIAN KESEHATAN PERLUASAN & PENGARUS UTAMAAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DALAM PROGRAM PENYEHATAN LINGKUNGAN

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 42 TAHUN 2010 TENTANG

ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB III ISU STRATEGIS & TANTANGAN SEKTOR SANITASI KABUPATEN KLATEN

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

MENEROBOS KETERBATASAN BERBAGI PENGALAMAN IMPLEMENTASI SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) DI JAKARTA UTARA

BAB 4 PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI DAN YANG DIRENCANAKAN

BUKU SAKU VERIFIKASI SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM)

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PENGEMBANGAN SANITASI

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Balangan

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNANN SANITASI. 3.1 Tujuan,Sasaran dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

PEMERINTAH KABUPATEN PASURUAN KECAMATAN PURWODADI Jl. Raya Purwodadi No. 53 Telp (0343) Kec. Purwodadi Kab. Pasuruan 67163

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

AGENDA PROGRAM PAMSIMAS KOMPONEN 2 KESEHATAN TAHUN 2015

1. KERANGKA KERJA LOGIS (KKL) SEKTOR AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2016

Evaluasi Capaian Pelaksanaan Pamsimas Komponen B

BAB I PENDAHULUAN` Menurut World Health Organization (WHO,2006); sanitasi merupakan upaya

BUPATI BANYUWANGI BUPATI BANYUWANGI

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Tabel Deskripsi Program / Kegiatan

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 78 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI KABUPATEN PATI

DINAS KESEHATAN KOTA CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan oleh Pemerintah. Kesehatan juga merupakan salah satu indikator penting

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

BUPATI TANGERANG PROPINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 102 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN UMUM PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN. 1. Tersedianya dokumen perencanaan pengelolaan air limbah

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PETUNJUK TEKNIS OPERASIONAL TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN KABUPATEN BELITUNG TIMUR.

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LAMPIRAN V DESKRIPSI PROGRAM/KEGIATAN

MONITORING DAN EVALUASI CAPAIAN SSK BAB VI MONITORING DAN EVALUASI CAPAIAN SSK

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN FORUM KABUPATEN SEHAT KABUPATEN SEMARANG

BAB VI MONITORING DAN EVALUASI CAPAIAN SSK

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjamin kesejahteraan masyarakat. Dalam Undang-Undang Nomor

BUPATI BOLAANG MONGONDOW

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

BAB V STRATEGI MONITORING DAN EVALUASI

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) ADVOKASI,ORIENTASI, PEMICUAN, DAN DEKLARASI STBM

IVI- IV TUJUAN, SASARAN & TAHAPAN PENCAPAIAN

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

PENJABAT BUPATI OGAN ILIR PROVINSI SUMATERA SELATAN

BUPATI PAKPAK BHARAT

BUPATI TANGGAMUS PROVINSI LAMPUNG

B A B V PROGRAM DAN KEGIATAN

Gerakan STBM di Kabupaten Ende

KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN TASIKMALAYA PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN (PPSP) KABUPATEN TASIKMALAYA 2013

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

NOMOR : TANGGAL : TENTANG : RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA BOGOR TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN

LAMPIRAN 7.A.1 KRITERIA KESIAPAN DALAM MEKANISME PENGANGGARAN TAHUN DEPAN (2016) Kriteria Kesiapan dalam Mekanisme Penganggaran Reguler

KERANGKA ACUAN PROGRAM UPAYA KESEHATAN LINGKUNGAN

PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN BUPATI OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR JL/ TAHUN 2015 TENTANG

PANDUAN PELAKSANAAN VERIFIKASI

BAB V PROGRAM DAN KEGIATAN SANITASI KABUPATEN MADIUN

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 30 TAHUN 2017 TENTANG

PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 62 SERI E

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Transkripsi:

Menimbang Mengingat BI'PATI PA,IIPAI( BHARAT, bahwa dalam rangka memperkuat upaya perilaku hidup bersih dan sehat, mencegah penyakit berbasis lingkungan, meningkatkan kemampuan masyarakat serta meningkatkan akses air minum dan sanitasi dasar, Pemerintah Daerah perlu menyelenggarakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM); bahwa untuk sinergitas dan integrasi pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat antara SKPD/lintas sektor terkait dipandang perlu dilegitimasi melalui produk hukum daerah; bahwa berdasarkan pertimbangan sgbagaimara dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Bupati Pakpak Bharat tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat; Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2OOS tentang Pembentukan Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Pakpak Bharat dan Kabupaten Humbang Hasundutan di Provinsi Sumatera Utara (kmbaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OO3 Nomor 29, Tambahan Lembaran Republik Indonesia Nomor 4272); Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OO8 Nomor 69, Tambahan l,embaran Republik Indonesia Nomor 4851); Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2OO9 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (kmbaran Negara Republik Indonesia Tahun 20O9 Nomor 140, Tambahan kmbaran Republik Indonesia Nomor 5059); Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2OO9 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OO9 Nomor L44, Tambahan Lembaran Republik Indonesia Nomor 5O63); Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2Ol4 tentang Pemerintah Daerah (kmbaran Negara Republik Indonesia Tahun 2Ol4 Nomor 244, Tambahan kmbaran Republik Indonesia Nomor 5587) sebagian telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-

Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2O14 tentang Pemerintahan Daerah (Lrmbaran Negara Republik Indonesia Nomor 58, Tambahan [rmbaran Republik Indonesia Nomor 5679); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2OO1 tentang dan Pengendalian Pengelolaan Kualitas Air Pencemaran Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OO2 Nomor 153, Tambahan Lembaran Republik Indonesia Nomor 4161); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsidan Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OO7 Nomor 82, Tambahan Lembaran Republik Indonesia Nomor 4737); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2O14 tentang Kesehatan Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2Ol4 Nomor la4, Tambahan Lembaran Republik Indonesia Nomor 5570); 9, Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2O12 tentang Sistem Kesehatan Nasional (kmbaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 193); 1O. Peraturan Presiden Nomor 185 Tahun 2014 tentang Percepatan Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 389); I 1. Peraturan Menteri Kesehatan No.492l Menkes I Per I ly / 20 1O tentang Persyaratan Kualitas Air Minum; Menteri Kesehatan Nomor 2269 /Menkes/Xl / 2OLl tentang Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2O11 Nomor 755); 13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor I Tahun 2Ol4 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 32); 14. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 193); 15. Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2OO8 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Pakpak Bharat (Lembaran Daerah Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2O08 Nomor 6, Tambahan lrmbaran Daerah Kabupaten Pakpak Bharat Nomor 59) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2014 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2OO8 tentang Organisasi dan Tata Keg'a Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Pakpak Bharat (kmbaran Daerah Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2Ol4 Nomor 4, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Pakpak Bharat Nomor 11).

Menctaptaa tidak buang air besar sembarangan; mencuci tangan pakai sabun; mengelolah air minum makanan yang aman; mengelolah sampah dengan benar; dan

e. mengelolah limbah cair rumah tangga dengan aman. 2O. Kelompok Keda Air Minum dan Penyehatan Lingkungan yang selanjutnya disingkat Pokja AMPL adalah satuan tugas yang dibentuk oleh Pemerintah Daerah sebagai wadah/ forum adalah komunikasi dan koordinasi SKPD dalam pengelolaan pembangunan air minum dan sanitasi mulai dari tahap perencanaern, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi secara menyeluruh dan berkesinambungan. 21. Tim Verifikasi adalah Tim yang dibentuk untuk memastikan bahwa telah te{adi perubahan perilaku masyarakat desa dalam penyelenggaraan STBM. 22. Wirausaha Sanitasi adalah pelaku usaha yang bergerak di bidang layanan penyediaan produk dan jasa sanitasi yang layak dengan pilihan dan harga yang terjangkau masyarakat. 23. Tim Kerja Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang selanjutnya disingkat Tim Kerja STBM adalah tim yang dibentuk untuk mendukung dan memastikan penyelenggaraan STBM secara be{enjang dan konsekuen mulai dari level kabupaten hingga level desa. 24. Sistem Monev STBM Berbasis Website dan SMS Gateway adalah sistem monitoring dan evaluasi STBM yang dikembangkan untuk memudahkan proses mengalirnya data dari sumber terdekat di tingkat desa kepada pihak lain yang akan menggunakan informasi tentang STBM di semua lini dengan menggunakan teknologi website dan SMS gateway. 25.l,embaga Keuangan Mikro adalah lembaga keuangan yang khusus didirikan untuk memberikan jasa pengembangan usaha dan pemberdayaan masyarakat, baik melalui pinjaman atau pembiayaan dalam usaha skala mikro kepada anggota dan masyarakat, pengelolaan simpanan, maupun pemberian jasa konsultasi pengembangan usaha. AAB U UAI(SIUD, TUJUA,r DAII SASARAIT Pasal 2 (1) Peraturan Bupati ini dimaksudkan untuk mewujudkan perilaku masyarakat yang higienis dan saniter secara mandiri dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tinggrnya. (2) Peraturan Bupati ini bertujuan: a. menurunkan angka kejadian penyakit diare dan penyakit berbasis lingkungan yang berkaitan dengan sanitasi dan perilaku melalui penciptaan kondisi Sanitasi Total; b. meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menentukan pilihan sarana sanitasi yang layak dan terjangkau; dan c. meningkatkan akses air minum dan sanitasi dasar masyarakat terutama masyarakat miskin dan terpencil. Pasal 3 Yang menjadi sasaran Peraturan Bupati ini adalah : a. Masyarakat; b. Pemerintah Daerah, Kecamatan dan Desa; c. Tim Penggerak PKK Kabupaten, Kecamatan, dan Desa; d. Institusi pendidikan; e. Institusi kagamaan; f. Organisasi masyarakat /I.embaga swadaya masyarakat; dan g. Perusahaan/ Swasta.

BA.B III PEIIYBLEI{(X}ARAA.IT Pasal 4 Masyarakat menyelenggarakan STBM secara mandiri dengan berpedoman pada Pilar STBM. Pilar STBM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas perilaku : a. stop Buang Air Besar Sembarangan; b. cuci Tangan Pakai Sabun; c. pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga; d. pengamanan Sampah Rumah Tangga; dan e. pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga, Prlar STBM sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditujukan untuk memutus mata rantai penularan penyakit dan keracunan. Pasal 5 Perilaku Stop Buang Air Besar Sembarangan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 4 ayat l2l huruf a diwujudkan melalui kegiatan paling sedikit terdiri atas : a. membudayakan perilaku buang air besar di jamban sehat yang dapat memutus alur kontaminasi penularan penyakit; dan b. menyediakan dan memelihara sarana buang air besar yang memenuhi standar dan persyaratan kesehatan. Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf b diwujudkan melalui kegiatan paling sedikit terdiri atas : a. membudayakan perilaku cuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir; dan b. menyediakan dan memelihara sarana cuci tangan yang dilengkapi dengan air mengalir, sabun, dan saluran pembuangan air limbah. Perilaku Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf c diwujudkan melalui kegiatan paling sedikit atas : a. membudayakan perilaku pengolahan air layak minum dan makalan yang aman dan bersih; dan b. menyediakan dan memelihara tempat pengolahan air minum makanan rumah tangga yang sehat Perilaku Pengamanan Sampah Rumah Tangga sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 4 ayat (21 huruf d diwujudkan melalui kegiatan paling sedikit terdiri atas : a. membudayakan perilaku memilah sampah rumah tangga sesuai dengan jenisnya dan membuang sampah rumah tangga di luar rumah secara rutin; b. melakukan pengurangan (reduce), penggunaan kembali (reuse), dan pengolahan kembali (recycle); dan ". *.rr]r"di"kan dan memelihara sarana pembuangan sampah tangga di luar rumah. Perilaku Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga sebagaimana yang dimaksud djam pasal 4 ayat (2) huruf e diwujudkan melalui kegiatan paling sedikit terdiri atas : l. *6t"t rt"r, pemisahan saluran limbah cair rumah tangga melalui sumur resapatr dan saluran pembuangan air limbah; b. menyediakan dan menggunakan penampungan limbah cair rumah tangga; dan

c. memelihara saluran pembuangan dan penampungan limbah cair rumah tangga. (6) Ketentuan lebih lanjut mengenai perilaku sebagaimana dimalsud pada ayat (1) sampai dengan ayat (5) diatur berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 3 tahun 2014. Pasal 6 Dalam menyelenggarakan STBM sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 dan pasal 5, dilakukan dengan Pemicuan kepada masyarakat. Pemicuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh petugas kesehatan, kader, relawan, dan/ atau masyarakat yang telah berhasil

BAB IV TANGGI'ITG JAWAB DAIT PERAIT PEUERINTAII DAERAH, NEICAUA'IAII, DFSA/KELI'RAHAJT Pasal 9 Dalam mendukung penyelenggaraan STBM, Pemerintah Daera-h bertanggung jawab dalam : a. penyusunan peraturan dan kebijakan teknis; b. fasilitasi pengembangan teknologi tepat guna; c. fasilitasi pengembangan penyelenggaraan STBM; d. pelatihan teknis bagi petugas kesehatan, kader, relawan dan/ atau masyarakat; dan e. penyediaan media komunikasi, informasi dan edukasi. Pasal lo Untuk mendukung penyelenggaraan STBM, Pemerintah Daerah berperan : a. menetapkan skala prioritas wilayah untuk penerapan STBM; \"/ b. melakukan koordinasi lintas sektoral dan lintas program, jejaring kerja, dan kemitraan dalam rangka pengembangan penyelenggaraan STBM; c. melaksanakan pelatihan teknis bagi petugas dan masyarakat kecamatan dan/ atau desa; d. melakukan pemantauan dan evaluasi; e. menyediakan materi media komunikasi, informasi dan edukasi; dan f. mensosialisasikan kepada SKPD terkait STBM agar dapat menganggarkan dana untuk kegiatan STBM. Pasa1 1l Dalam mendukung penyelenggaraan STBM, Pemerintah Kecamatan bertanggung jawab dan berperan dalam : a. melakukan koordinasi lintas sektoral tingkat kecamatan terkait STBM dan memberikan dukungan bagi kader/ fasilitator pemicu STBM; b. mengembangan Wirausaha Sanitasi lokal untuk meningkatkan produksi \/ dan suplai penyediaan sarana sanitasi serta memastikan kualitasnya; c. mengevaluasi dan memonitor Tim Ke{a STBM Kecamatan; d. memastikan update baseline data STBM oleh petugas sanitasi Puskesmas melalui Sistem Monev STBM Berbasis SMS Gateway; dan e. mensosialisasikan STBM kepada seluruh masyarakat. Pasal 12 Dalam mendukung penyelenggaraan STBM, Pemerintah Desa bertanggung jawab dan berperan dalam : a. penyusunan Peraturan Desa terkait pencapaian kondisi sanitasi total yang mencakup 5 pilar STBM; b. membentuk tim pemicu STBM; c. memonitor kerja kader/fasilitator pemicu srbm dan memberikan bimbingan sesuai kebutuhan; d. memberikan motivasi dal dorongan kepada masyaralat untuk mencapai kondisi Prlar Stop Buang Air Besar sembarangan dan pilar srbm lainnya dilingkungan tempat tinggalnya; e. membangun kesadaran dan parrisipasi masyarakat secara gotong royong dalam pelaksanaan STBM; f. mengevaluasi dan memonitor Tim Kerja STBM Desa; dan

memberikan opsi-opsi teknologi yang layak dengan biaya murah dan terjangkau masyarakat. Pasal 13 Pemerintah Daerah, Kecamatan, Desa dalam mendukung penyelenggaraan STBM sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 sampai dengan pasal 12 mengacu pada strategi dan tahapan STBM. Strategi penyelenggaraan STBM sebagaimana dimaksud pada ayat (l) meliputi: a. penciptaan lingkungan yang kondusif; b. peningkatan kebutuhan sanitasi; dan e. peningkatan penyediaan akses sanitasi. Penciptaan lingkungan yang kondusif sebagaimana yang dimaksud pada ayat (21 huruf a merupakan upaya menciptakan kondisi yang mendukung tercapainya kondisi sanitasi total melalui dukungan kelembagaan, regulasi, dan kemitraan dari Pemerintah, masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, institusi pendidikan, institusi keagamaan dan swasta, melalui pencapaian output berupa : a. komitmen Pemerintah Daerah untuk menyediakan sumber daya untuk melaksanakan STBM yang dituangkan dalam penganggaran kegiatan STBM dalam APBD; b. kebljakan daerah dan peraturan daerah mengenai program sanitasi; c. STBM termuat dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD); d. terbentuknya Tim Ke{a STBM Kabupaten yang mengarusutamakan sektor sanitasi khususnya STBM, yang menghasilkan peningkatan anggar rn sanitasi daerah serta koordinasi sumber daya dari Pemerintah Daerah maupun non Pemerintah Daerah; e. tersedianya tenaga fasilitator, pemandu STBM dan program peningkatan kapasitas; dan f. adanya sistem pemantuan hasil kinerja STBM secara mandiri melalui Sistem Monev STBM Berbasis Website dan SMS Gateway serta proses pengelolaan pembelajaran. Peningkatan kebutuhan sanitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b merupakan upaya peningkatan kebutuhan masyarakat menuju perubahan perilaku yang higienis dan saniter, berupa : a. pemicuan pembahan perilaku; b. promosi dan kampanye perubahan perilaku higienis dan saniter; c. penyampai rn pesan melalui media massa dan media komunikasi lainnya;mengembangkan komitmen masyarakat dalam perobahan perilaku; memfasilitasi terbentuknya Tim Pemicu STBM di masyarakat; dan mengembangkan mekanisme penghargaan terhadap dan terjangkau; menumbuh kembangkan potensi Wirausaha Sanitasi lokal; menjrusun Profil Wirausaha Sanitasi Kabupaten; memfasilitasi Wirausaha Sanitasi dengan Lembaga Keuangan Mikro; menciptakan dan memperkuat jejaring pasar sanitasi perdesaan; dan mengembangkan mekanisme peningkatan kapasitas pelaku sanitasi.

(6) Tahapan penyelenggaraan STBM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. penlrusunan perencanaan; b. pelaksanaan; c. pemantauan dan evaluasi; dan d. penyusunan laporan. Posyandu, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan/ atau natural leader. Pasal 17 (1) Tim Ke{a STBM Desa sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1} terdiri dari Pemerintah Desa, Tim Penggerak PKK Desa, bidan desa, kader

(2) Tim Ke{a STBM Desa sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Desa serta ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa. dengan kompetensinya. eng[aran yang digunakan dapat bersumber da1 Anggaran Pendapatan dan Beianja NJgara dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah' Anggaran yang diperlukan dalam penyelenggaraan STBM yang bersumber p"e a.rgg.tai Pendapatan dan Belanja Daerah penetapannya melalui bokumen pelaksanaan Anggaran (DPA) SKPD terkait sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing.

Pasal 2 I Dinas Kesehatan Kabupaten Pakpak Bharat sebagai SKPD dibidang kesehatan bertindak sebagai penanggung jawab atas pelaksanaan Peraturan Bupati ini. Pasal22 Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Pakpak Bharat. Ditetapkan di Sdak