PENGGUNAAN MULSA ALANG - ALANG PADA TUMPANGSARI CABAI DENGAN KUBIS BUNGA UNTUK MENINGKATKAN PENGENDALIAN GULMA, PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN

dokumen-dokumen yang mirip
PERTUMBUHAN GULMA DAN HASIL TANAMAN PADA TUMPANGSARI SELADA DENGAN TOMAT DIAPLIKASI MULSA JERAMI

Kajian Pola Tanam Tumpangsari Selada Crop-Tomat dan Mulsa Jerami pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH KOMBINASI DUA KULTIVAR DAN JENIS MULSA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TOMAT. ( Lycopersicum esculentum Mill ) Dede Mulyati

Pengaruh Populasi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) dan Jagung (Zea mays L.) terhadap Pertumbuhan dan Produksi Pada Sistem Pola Tumpang Sari

PENGARUH TUMPANG SARI DAN JARAK TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.)

PENGARUH JENIS DAN TINGKAT KERAPATAN GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine max [L]. Merr)

PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI

PENGARUH BOBOT MULSA JERAMI PADI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) KULTIVAR KUTILANG

RESPONS JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK ORGANIK GRANUL YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG MANIS

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

Vol 3 No 1. Januari - Maret 2014 ISSN :

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah

Pengaruh Tiga Jenis Pupuk Kotoran Ternak (Sapi, Ayam, dan Kambing) Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Brachiaria Humidicola

Magrobis Journal 10. RESPON CABAI BESAR (Capsicum annum L.) TERHADAP VARIASI WAKTU PENGENDALIAN GULMA. Oleh : Erwin Arief Rochyat *) ABSTRAK ABSTRACT

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan komoditas pangan penghasil

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. menunjukkan bahwa penggunaan jenis mulsa dan jarak

PENGARUH PEMULSAAN JERAMI PADI DAN SISTEM OLAH TANAH TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. merril) NON-ORGANIK

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Penelitian Natar, Lampung Selatan dan

PENGARUH WARNA MULSA PLASTIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TERUNG (Solanum melongena L.) TUMPANGSARI DENGAN KANGKUNG DARAT (Ipomoea reptans Poir.

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

PENGARUH PEMBERIAN MULSA ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT

KAJIAN PENANAMAN KEDELAI DI BAWAH KELAPA SAWIT UMUR EMPAT TAHUN DI PTPN III KEBUN RAMBUTAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari China dan telah dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas di

STAF LAB. ILMU TANAMAN

PENGARUH TUMPANGSARI SELADA DAN SAWI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI DUA KULTIVAR GLADIOL (Gladiolus hybridus L.)

PENINGKATAN MUTU DAN HASIL TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.) DENGAN PEMBERIAN HORMON GA3. Oleh :

Pengaruh Campuran Media Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kubis Bunga (Brassica oleracea L.)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

THE EFFECT OF WEED CONTROL AND SOIL TILLAGE SYSTEM ON GROWTH AND YIELD OF SOYBEAN (Glycine max L.)

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SORGUM (Sorghum bicolor (L.) Moench) TERHADAP PEMBERIAN MULSA DAN BERBAGAI METODE OLAH TANAH SKRIPSI

PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu dan Laboratorium Ilmu

PERIODE KRITIS PENGENDALIAN GULMA PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) SKRIPSI OLEH : WILTER JANUARDI PADANG

Pengaruh Konsentrasi dan Waktu Penyemprotan Pupuk Organik Cair Super ACI terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung Manis

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada lahan bekas alang-alang di Desa Blora Indah

I. PENDAHULUAN. tanaman kedelai secara signifikan. Perbaikan sistem budidaya kedelai di Indonesia,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan dan sumber protein

PENGARUH KEMATANGAN BENIH TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT BEBERAPA VARIETAS KEDELAI (Glycine max (L).Merrill)

SKRIPSI. Oleh : TSABITA BENAZIR MUNAWWARAH SYA BI AGROEKOTEKNOLOGI-ILMU TANAH

RESPONS PERTUMBUHAN BIBIT MUCUNA (Mucuna bracteata D.C) SECARA STEK PADA MEDIA TANAM LIMBAH KELAPA SAWIT DAN MIKORIZA SKRIPSI OLEH :

Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa

Pengaruh Beberapa Jarak Tanam terhadap Produktivitas Jagung Bima 20 di Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Lapangan Terpadu Universitas Lampung

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG BOGOR PADA BERBAGAI TINGKAT KERAPATAN TANAM DAN FREKUENSI PENYIANGAN*

ABSTRAK GITA AYUNINGTYAS H.P DODO ARSYAD dan DIKAYANI

ABSTRAK. Oleh. Mitra Suri. Penanaman tomat memerlukan teknik budidaya yang tepat. Aplikasi pemberian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Banjarsari Bedeng 29, Kecamatan Metro

PENGARUH POPULASI KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) DAN JAGUNG (Zea mays L.) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADA SISTEM POLA TUMPANG SARI SKRIPSI

HASIL DAN PEMBAHASAN

RESPONS TANAMAN KEDELAI TERHADAP PEMBERIAN PUPUK FOSFOR DAN PUPUK HIJAU PAITAN

Pengaruh Jarak Tanam dan Ukuran Umbi Bibit terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kentang Varietas Granola untuk Bibit

Pola Pemupukan dan Pemulsaan pada Budidaya Sawi Etnik Toraja di Pulau Tarakan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TIGA VARIETAS SORGUM (Sorghum bicolor (L.) Moench) DENGAN PERBEDAAN SISTEM PENGOLAHAN TANAH SKRIPSI OLEH:

Pengaruh Pupuk Kompos Jerami dan Pemulsaan terhadap Pertumbuhan dan Hasil Buah Tomat

PENGARUH JENIS MULSA ALAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN TOMAT HASIL PERSILANGAN PADA BUDIDAYA ORGANIK

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK NPK PELANGI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN TERUNG (Solanum Melongena L)

PENGARUH INTERVAL PENYIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL EMPAT KULTIVAR JAGUNG (Zea mays L.)

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA AKSESI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) LOKAL HUMBANG HASUNDUTAN PADA BERBAGAI DOSIS IRADIASI SINAR GAMMA

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 musim ke-44 sampai

PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK NPK (16:16:16) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.)

PENGARUH PENGAPURAN DAN PEMBERIAN PUPUK FOSFOR DENGAN DOSIS YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L) Merril

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN MELON SECARA ORGANIK DENGAN PEMANGKASAN PUCUK DAN PEMBERIAN BOKASHI

Respons Pertumbuhan dan Hasil Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) Terhadap Jarak Tanam dan Waktu Penyiangan Gulma

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Politeknik Negeri Lampung yang berada pada

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KAILAN (Brassica oleraceae Var. acephala) PADA BERBAGAI MEDIA TANAM DAN PEMBERIAN PUPUK SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. kandungan gizi cukup, nilai ekonomis tinggi serta banyak digunakan baik untuk

III. METODE PENELITIAN. dan legum (kedelai, kacang tanah dan kacang hijau), kemudian lahan diberakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK DAN PUPUK ANORGANIK TERHADAP KADAR N, P, DAN K TANAH, SERAPAN N, P, DAN K SERTA PERTUMBUHAN PADI DENGAN SISTEM SRI

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas L.) SKRIPSI OLEH :

III. BAHAN DAN METODE. penelitian terletak pada punggung bukit yang relatif datar. Total hujan tahunan di

POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

ANALISIS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG ( Zea mays L. ) PADA BERBAGAI TINGKAT PEMBERIAN AIR SKRIPSI

SKRIPSI OLEH : RIRI AZYYATI / BUDIDAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

Pertumbuhan dan Produktivitas Jagung Manis pada Beberapa Sistem Tanam

PENGARUH JUMLAH BIBIT DAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO YANG DIMODIFIKASI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH DENGAN PENGOLAHAN TANAH YANG BERBEDA DAN PEMBERIAN PUPUK NPK

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Suka Banjar Kecamatan Gedong Tataan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman tumbuhtumbuhan,

I. PENDAHULUAN. Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BABY CORN (Zea mays L) PADA BEBERAPA MACAM PENYIAPAN LAHAN DAN KETEBALAN MULSA JERAMI

UJI PERBEDAAN SISTEM JAJAR LEGOWO TERHADAP BEBERAPA VARIETAS TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) PADA SAWAH TADAH HUJAN SKRIPSI SARLYONES KAFISA

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KANDANG AYAM DAN PUPUK N (ZA) TERHADAP PERTUMBUHAN SERTA PRODUKSI TANAMAN SAWI (Brassica juncea L)

PEMBERIAN PUPUK P DAN Zn UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN P DAN Zn DI TANAH SAWAH SKRIPSI OLEH : KIKI DAMAYANTI

AGROVIGOR VOLUME 1 NO. 1 SEPTEMBER 2008 ISSN

Transkripsi:

PENGGUNAAN MULSA ALANG - ALANG PADA TUMPANGSARI CABAI DENGAN KUBIS BUNGA UNTUK MENINGKATKAN PENGENDALIAN GULMA, PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN Use reed Mulch on Intercropping Chili with Cabbage Flowers to Enhance Weed Control, Growth and Crop Production Oleh: Hidayat Pujisiswanto Staf Pengajar Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung Alamat korespondensi: Hidayat Pujisiswanto (hidpuji@yahoo.com) ABSTRAK Percobaan lapangan untuk mengetahui pengaruh ketebalan mulsa alang-alang dan pola tanam tumpangsari terhadap pertumbuhan gulma dan produksi tanaman. Waktu pelaksanaan percobaan dimulai dari bulan Juli sampai dengan November 2010. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Petak Jalur dengan dua faktor dan tiga ulangan. Faktor pertama adalah mulsa alang-alang, yaitu M 0 : ; M 1 : Mulsa ketebalan 5 cm M 2 : Mulsa ketebalan 10 cm, Faktor kedua adalah pola tanam tumpangsari yaitu: P1: 100% cabai + 25% kubis bunga ; P2: 100% cabai + 50% kubis bunga ; P2: 100% cabai + 75% kubis bunga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Penggunaan mulsa alang-alang 5 dan 10 cm dengan tumpangsari cabai 100% + kubis bunga 50% dan 75% mampu menekan pertumbuhan gulma dan menghasilkan pertumbuhan tanaman tertinggi. (2) Perlakuan ketebalan mulsa alang-alang 10 cm dan tumpangsari cabai 100% + kubis bunga 50% menghasilkan produksi buah cabai dan kubis bunga tertinggi. Kata kunci: cabai, gulma, kubis bunga, mulsa alang-alang, tumpangsari. ABSTRACT The field experiment to find out the effect thickness of reed mulch and the planting pattern intercropping on the growth of weed and crop production. The experiment was conducted from July until November 2010. The Strip Plot Design was used with two factors and three replications. The first factor was reed mulch, i.e : without mulch, mulch thickness of 5 cm and mulch thickness of 10 cm. The second factor was Intercropping cropping pattern, i.e.: chili 100% + Cabbage Flowers 25%, chili 100% + Cabbage Flowers 50%, chili 100% + Cabbage Flowers 75%. Experimental results showed that; (1 ) treatment reed thickness mulch treatment 5 and 10 cm with intercropping 100% chili + 50% and 75% Cabbage Flowers able to suppressed of total weeds growth and produce the highest crop growth. (2) treatment reed thickness mulch of the 10 cm with intercropping 100% chili + 50% Cabbage Flowers yield of chili and cabbage Flowers production of highest interest. Key words: chili, weed, cabbage flowers, reed mulch, intercropping. PENDAHULUAN Jumlah penduduk Indonesia yang semakin bertambah, serta meningkatnya kesadaran akan kebutuhan gizi menyebabkan bertambahnya permintaan sayuran, termasuk cabai dan kubis bunga. FAO memproyeksikan bahwa dari tahun ke tahun kebutuhan sayuran di Negara berkembang meningkat 2,91% per tahun. Namun, banyak faktor hambatan untuk meningkatkan produksi, salah satu diantaranya adalah masalah gulma. Tanaman sayuran merupakan kompetitor yang lemah bagi gulma, karena pertumbuhannya lambat (Rao, 2000). 85

Pemulsaan dan pengembangan pertanaman tumpangsari merupakan bentuk usaha pengendalian gulma secara kultur teknis yang dapat menciptakan keseimbangan ekologis. Pemberian mulsa dimaksudkan untuk memperkecil kompetisi tanaman dengan gulma, menekan pertumbuhan gulma, mengurangi penguapan, mencegah erosi, serta mempertahankan struktur, suhu dan kelembapan tanah (Harist, 2000). Mulsa yang paling baik adalah mulsa yang berasal dari limbah pertanian seperti jerami padi, serasah dan daun alang-alang. Mulsa alang-alang digunakan sebagai sealer di furbishing. mengurangi gulma berkembang biak, mempertahankan kelembaban tanah dan suhu yang stabil serta ramah lingkungan (Anonim, 2008). Pemanfaatan daun alang-alang sebagai mulsa merupakan alternatif yang potensial, karena alang-alang mudah tumbuh, cepat berkembang biak dan pada lahan marginal pun tumbuhan ini tumbuh dengan baik. Efektifitas penggunaan mulsa tergantung pada banyak aspek, salah satu adalah jumlah yang diberikan karena berhubungan dengan kemampuan penutup permukaan tanah. Mulsa organik dengan takaran yang tinggi dapat menyebabkan usaha tani menjadi tidak efisien karena kebutuhan bahan dan tenaga kerja untuk distribusi menjadi lebih banyak (Setiawan et al., 2005). Oleh karena itu diperlukan ketebalan mulsa yang optimum, sehingga pengendalian gulma tercapai dan kebutuhan mulsa lebih efisien. Tumpangsari adalah suatu bentuk pola tanam dengan menanam lebih dari satu jenis tanaman pada lahan yang sama dalam waktu yang bersamaan. Menurut Liebman and Davis (2000) tumpangsari merupakan sistem pertanaman input luar rendah yang dikembangkan banyak negara dan dapat memberikan keuntungan serta mengurangi populasi gulma. Pertanaman tumpangsari antara cabai dan kubis bunga merupakan jenis tanaman yang sesuai karena tanaman tersebut mempunyai habitus, tinggi tajuk, sistem perakaran yang berbeda sehingga kemampuan memanfaatkan faktor lingkungan juga berbeda. Pada sistem tumpangsari pola pertanaman yang dianjurkan adalah mengusahakan tanaman yang responsif terhadap intensitas cahaya rendah di antara tanaman yang menghendaki intensitas cahaya tinggi (Zulkarnain, 2005). Oleh karena itu pengaturan kepadatan tanaman akan mempengaruhi hasil secara optimum (Feriana et al., 2001). Tumpangsari selada crop + 25%, 50% dan 75% tomat mampu menekan pertumbuhan gulma total dibandingkan dengan monokultur (Pujisiswanto, 2009). Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh mulsa alang-alang dan pola tanam tumpangsari cabai dengan 86

kubis bunga terhadap pertumbuhan gulma dan produksi tanaman. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Way Halim, Kecamatan Sukarame dan analisis vegetasi dilakukan di Laboratorium Ilmu Gulma Universitas Lampung dari bulan Juli sampai dengan November 2010. Menggunakan rancangan faktorial (3 x 3) dalam rancangan petak terbagi. Rancangan percobaan disusun dalam rancangan kelompok teracak sempurna (RKTS) dengan tiga ulangan. Sebagai faktor pertama diterapkan pada petak utama adalah tumpangsari dan faktor kedua diterapkan pada anak petak adalah mulsa alang-alang. Faktor pertama yaitu: P1: 100% cabai + 25% (1 baris tanaman kubis bunga) ; P2: 100% cabai + 50% (2 baris tanaman kubis bunga) ; P2: 100% cabai + 75% (3 baris tanaman kubis bunga), Faktor kedua yaitu: M 0 : Tanpa mulsa daun alang-alang ; M 1 : Mulsa daun alang-alang dengan ketebalan 5 cm M 2 : Mulsa daun alang-alang dengan ketebalan 10 cm Mulsa daun alang-alang diaplikasikan 1-2 minggu sebelum penanaman bibit. Tujuannya agar dapat mengurangi pengaruh alelopati yang dikandung oleh daun alang-alang. Alelopati merupakan zat beracun yang dimiliki oleh daum alang-alang. Aplikasi mulsa alang-alang di bedakan berdasarkan ketebalannya yaitu, antara 5 cm dan 10 cm. Agar lebih akurat untuk memastikan perbedaan ketebalan, diterapkan teknik pengaturan arah peletakan daun alangalang. Mulsa dengan ketebalan 5 cm, diletakan secara melintang. Sedangkan untuk mulsa dengan ketebalan 10 cm, diletakan secara melintang dan membujur. Setelah mencapai waktu 2 minggu, dilakukan pembuatan lubang tanam. Teknik pembuatannya yaitu dengan membuka mulsa daun alang-alang secukupnya. Penanaman cabai dilakukan 1 minggu sebelum tanam kubis bunga dengan cara membuat lubang tanam yang telah di tutup dengan mulsa daun alangalang. Cabai dan Kubis bunga ditanam dengan jarak tanam 50 cm x 60 cm, dimana kubis bunga ditanam sesuai perlakuan yaitu ditanam di antara cabai dengan 1 baris untuk populasi (25%), 2 baris untuk populasi (50%), dan 3 baris untuk populasi (75%). Analisis vegetasi gulma dilakukan sebelum pengolahan tanah dan tiga setelah tanam. Variabel yang diamati meliputi: bobot kering gulma total, tinggi tanaman cabai, produksi buah cabai per petak (kg/2m 2 ), jumlah daun kubis bunga, umur berbunga kubis bunga dan produksi bunga kubis per petak (kg/2m 2 ). Persamaan ragam diuji dengan menggunakan uji 87

Barlett dan kemenambahan data diuji dengan uji Tukey. Jika kedua asumsi terpenuhi, data dianalisis dengan sidik ragam dan apabila hasil uji F nyata maka dilakukan uji lanjut dengan uji BNT pada taraf 5%. HASIL DAN PEMBAHASAN Bobot Kering Gulma Total Dari tabel 1 terlihat bahwa perlakuan mulsa alang-alang berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan gulma pada 3 dan 6 mst, sedangkan pola tanam terlihat berpengaruh nyata pada 3 minggu setelah tanam (mst). Perlakuan mulsa alang-alang ketebalan 5 dan 10 cm mampu menekan pertumbuhan gulma dibandingkan tanpa mulsa hingga 6 mst. Perlakuan mulsa alang-alang 5 cm dan 10 cm mempunyai kemampuan yang sama dalam menekan pertumbuhan gulma. Hasil ini sejalan dengan penelitian Yarnelis (2007) bahwa pemberian mulsa alang-alang 10 ton/ha mampu menekan pertumbuhan gulma dan terjadi pergeseran gulma. Pada 3 mst, pola tanam 100% Cabai + 50% kubis bunga dan 100% Cabai + 75% kubis bunga mampu menekan pertumbuhan gulma dibandingkan pola tanam 100% Cabai + 25% kubis bunga. Pola tanam dan 100% Cabai + 75% kubis bunga mempunyai kemampuan yang sama dalam menekan pertumbuhan gulma. Sedangkan pada 6 mst tidak berpengaruh nyata, hal ini dimungkinkan penutupan lahan oleh tanaman antar perlakuan sama, sehingga kemampuan pola tanam dalam menekan pertumbuhan gulma sama. Hal ini terlihat bobot kering gulma total yang tidak berbeda. Tabel 1. Pengaruh mulsa alang-alang dan pola tanam tumpangsari cabai dengan kubis bunga terhadap pertumbuhan gulma Perlakuan Bobot kering gulma total (g/0,5 m 2 ) 3 mst 6 mst 23.33 a 9.55 b 7.22 b 9.00 b 17.50 a 13.61 a 8.55 a 4.08 b 3.65 b 6.72 a 4.57 a 5.00 a BNT 0,05 4.42 2.58 88

Tabel 2. Pengaruh mulsa alang-alang dan pola tanam tumpangsari cabai dengan kubis bunga terhadap tinggi tanaman cabai dan jumlah daun kubis bunga 8 MST. Perlakuan Tinggi tanaman cabai (cm) Jumlah daun kubis bunga 45.70 b 54.37 a 54.22 a 7.25 c 7.51 b 8.07 a 47.70 b 53.77 a 52.81 a 7.29 b 7.74 a 7.81 a BNT 0,05 3,25 0,22 Pertumbuhan Tanaman Tabel 2 menunjukkan bahwa mulsa alang-alang dan pola tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman cabai dan jumlah daun kubis bunga. Perlakuan mulsa alang-alang dengan ketebalan 5 dan 10 cm menghasilkan tanaman cabai tertinggi dibandingkan tanpa mulsa, sedangkan jumlah daun kubis bunga terbanyak terlihat pada mulsa alang-alang 10 cm. Hal ini terjadi karena mulsa daun alang-alang mampu memodifikasi iklim mikro yang dibutuhkan tanaman. Mulsa dapat mempertahankan kelembaban dan suhu tanah sehingga akar tanaman dapat menyerap unsur hara lebih baik. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Fahrurrozi et al. (2005), bahwa penggunaan mulsa daun alang-alang mampu meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai. Demikian juga dengan pola tanam menghasilkan iklim mikro yang sesuai untuk tanaman, sehingga terlihat tumpangsari cabai 100 % + kubis bunga 50% dan 75% menghasilkan tinggi tanaman cabai tertinggi dan jumlah daun kubis bunga terbanyak dibandingkan pola tanam cabai 100% + kubis bunga 25%. Umur Pembentukan Bunga Kubis Hasil penelitian (Tabel 3) menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata terhadap umur pembentukan bunga. Perlakuan mulsa alang-alang ketebalan 10 cm membentuk bunga kubis lebih cepat dibandingkan dengan tanpa mulsa dan mulsa ketebalan 5 cm. Sedangkan pola tanam tumpangsari terlihat 100% cabai + 50% kubis bunga lebih cepat membetuk bunga kubis dibandingkan dengan pola tanam yang lainnya. Hal ini dimungkinkan kondisi iklim mikro yang optimum untuk pembentukan bunga, seperti suhu, kelembaban dan sinar matahari. 89

Tabel 3. Pengaruh mulsa alang-alang dan pola tanam tumpangsari cabai dengan kubis bunga terhadap umur pembentukan bunga Perlakuan Umur pembentukan bunga (hari) 42.92 a 42.66 a 40.81 b 43.03 a 40.36 b 42.99 a BNT 0,05 1.08 Tabel 4. Pengaruh mulsa alang-alang dan pola tanam tumpangsari cabai dengan kubis bunga terhadap produksi Perlakuan Produksi cabai ton/ha Produksi kubis bunga ton/ha 1,59 c 1,79 b 2,29 a 2,51 c 3,12 b 3,73 a 1,85 b 2,12 a 1,70 b 2,67 c 3,77 a 2,93 b BNT 0,05 0,16 0,09 Produksi Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi cabai sampai panen ke-10 dan bunga kubis terlihat (Tabel 4), perlakuan pola tanam tumpangsari cabai 100% + kubis bunga 50% dan mulsa alang-alang ketebalan 10 cm menghasilkan produksi buah cabai dan kubis bunga tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Hal ini terjadi karena aplikasi mulsa alang-alang dan pola tanam mampu mengendalikan evaporasi dan aliran permukaan, menjaga kelembaban dan menekan pertumbuhan gulma sehingga tercipta kondisi yang baik untuk tanaman dan berpengaruh terhadap produksi. Hal ini sesuai hasil penelitian Pujisiswanto dan Sembodo (2009) bahwa pola tanam tumpangsari 100 % selada crop + 50% tomat dan mulsa jerami tertinggi yaitu 8 ton/ha menghasilkan selada krop dan tomat tertinggi. Pada pola tanaman terlihat bahwa populasi kubis bunga 75% menghasilkan produksi cabai lebih rendah dibandingkan populasi kubis bunga 50%, hal ini 90

dimungkinkan terjadinya kompetisi antar tanaman dengan pupulasi yang tinggi. KESIMPULAN 1. Penggunaan mulsa alang-alang 5 dan 10 cm dengan tumpangsari cabai 100% + kubis bunga 50% dan 75% mampu menekan pertumbuhan gulma total dan menghasilkan pertumbuhan tanaman tertinggi. 2. Perlakuan mulsa alang-alang 10 cm dan tumpangsari cabai 100% + kubis bunga 50% menghasilkan produksi buah cabai dan kubis bunga tertinggi. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2008. Reed mulch. (on-line). http://www.roomaja.ee/index_eng.ph p?a=1&click[0][id]=6&set_click[2][ ID]=19. diakses 20 April 2011 Fahrurozzi, H. Bandi dan Latifah. 2005. Pertumbuhan dan hasil kedelai pada berbagai dosis mulsa daun alangalang dan pengolahan tanah. Jurnal Akta Agrosia, 8(1): 21-24. Feriana, A. Lily dan M. Gatot. 2001. Pengaruh kepadatan tanaman tomat terhadap pertumbuhan dan hasil kubis serta perkembangan hama Plutella xylostela L secara tumpangsari dengan dan tanpa insectisida biologis. Jurnal Biosain, 10(1): 10-18. Harist, A. 2000. Petunjuk penggunaan mulsa. Penebar Swadaya. Jakarta. Liebman, M and A.S. Davis 2000. Integration of soil, crop and weed management in low-external-input farming system. Weed Research. p. 27-47 Pujisiswanto, H. 2009. Pengaruh populasi tanaman tomat dan mulsa jerami terhadap pertumbuhan gulma, hasil selada crop dan tumpangsari. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Tepat guna Agroindustri dan Diseminasi Hasil-Hasil Penelitian Dosen Polinela. Bandar Lampung, 1-2 April Pujisiswanto, H dan D.R.J. Sembodo. 2009. Pengaruh mulsa jerami dan tumpangsari selada crop dengan terung terhadap pertumbuhan gulma dan hasil. pp.310-316. Prosiding Himpunan Ilmu Gulma Indonesia, Konferensi Nasional XVIII, Bandung 30-31 Oktober 2009. Rao, V. S. 2000. Principle of weed science. Publisher, Inc. United States of America. Zulkarnain, 2005. Pertumbuhan dan hasil selada pada berbagai kerapatan jagung dalam pola tumpangsari. J. Stigma, 13(3): 345-348. 91