PENGEMBANGAN EKONOMI MASYARAKAT PEDESAAN MELALUI PENGENALAN AKUNTANSI DI KABUPATEN KEDIRI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi salah satu elemen

BAB I PENDAHULUAN. Upaya membangun suatu unit usaha bank mikro yang melayani. masyarakat golongan kecil memerlukan suatu cara metode berbeda dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Strategi Pengembangan UMKM dengan Mengatasi Permasalahan UMKM Dalam Mendapatkan Kredit Usaha

BAB I PENDAHULUAN. Namun dibalik semua itu ternyata Koperasi dan UMKM memliki permasalahan yang. rendahnya kompetensi kewirausahaan UMKM (DSE:2010).

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Arief, Jenjang Pendidikan Terakhir, Ukuran Usaha, Lama Usaha Berdiri, dan Keikutsertaan

MAKALAH KEGIATAN PPM. Meningkatkan Akses Permodalan Bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Melalui Penyusunan Laporan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. bersaing dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Negara-negara di ASEAN

BAB I PENDAHULUAN. rentan terhadap pasar bebas yang mulai dibuka, serta kurang mendapat dukungan

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan usaha, termasuk bagi usaha kecil (Megginson et al., 2000).

I. PENDAHULUAN. lain risiko kredit, yaitu risiko yang timbul sebagai akibat kegagalan counterparty

I. PENDAHULUAN. Jumlah (Unit) Perkembangan Skala Usaha. Tahun 2009*) 5 Usaha Besar (UB) ,43

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam perkembangannya, keberadaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah

I. PENDAHULUAN. Berjalannya pembangunan ekonomi nasional dalam jangka panjang. dapat dilihat dari bergeraknya roda perekonomian melalui peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (UMKM) memainkan suatu peran yang sangat vital di dalam pembangunan dan

BAB I PENDAHULUAN. inovasi (Urata, 2000). Akterujjaman (2000) menyatakan bahwa UKM di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di Indonesia sendiri telah ditetapkan sebuah peraturan yang mewajibkan

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. pembayaran inbal jasa penjaminan oleh Pemerintah. ini dapat tercermin dari eksistens UMKM yang cukup dominan di Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan ekonomi global yang semakin pesat menuntut perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. (UMKMK), penciptaan lapangan kerja, dan penanggulangan kemiskinan,

BAB I PENDAHULUAN. melanda bangsa Indonesia pada tahun konvensional, sehingga memilih untuk berhubungan dengan lembaga

BAB I PENDAHULUAN. terkadang UMKM seolah tidak mendapat dukungan dan perhatian dari. selama memiliki izin usaha dan modal cukup.

A. Kesimpulan BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan nasional, dan penyediaan lapangan kerja. Usaha mikro, kecil dan

I. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia berdasarkan data statistik tahun 2004, dapat dilihat dari

1 Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring berkembangnya dunia usaha, semakin banyak perusahaan baru yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Usaha mikro, kecil dan menengah yang dalam penelitian ini disingkat

BAB I PENDAHULUAN. sangat strategis dan berperan besar terhadap perekonomian Indonesia. Peran

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) merupakan kegiatan usaha yang

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PERLUASAN KREDIT USAHA RAKYAT DENPASAR, 20 APRIL 2011

BAB I PENDAHULUAN. semakin keteat seiring mulai berlakunya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) atau

BAB 5 SIMPULAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN

Usaha Rakyat (KUR) yang pada tahun 2013 ditargetkan sekitar 20 Triliun. Namun

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang

I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam praktek sederhana pada kehidupan sehari-hari maupun dengan

BAB I PENDAHULUAN. perbankan. Sektor perbankan memiliki peran sangat vital antara lain sebagai

BAB I PENDAHULUAN. suatu bentuk pasar dalam pasar keuangan. Pasar modal sebagai media yang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. usaha. Kredit tersebut mempunyai suatu kedudukan yang strategis dimana sebagai salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan usaha, termasuk bagi usaha kecil (Megginson et al., 2000).

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dan pendidikan bagi peternak disertai pengembangan kelembagaan. Berbisnis

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN TA. 2014

I. PENDAHULUAN. Pertambangan. Industri Pengolah-an (Rp Milyar) (Rp Milyar) na

PENGEMBANGAN MODEL PELATIHAN AKUNTANSI DALAM UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI KEUANGAN PADA PELAKU USAHA MIKRO,KECIL dan MENENGAH (UMKM) DI PONOROGO

BAB III BERBAGAI KEBIJAKAN UMKM

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemerintah menyadari peranan usaha kecil terhadap pertumbuhan

Akuntansi Mudah dan Sederhana Untuk Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

BAB I PENDAHULUAN. sehat (Keputusan Presiden RI No. 99 tahun 1998).

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. pasar belum tentu dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. (UMKM) dalam pertumbuhan perekonomian suatu negara sangat penting. Ketika

BAB I PENDAHULUAN. bagi para investor dan salah satu sumber dana bagi perusahaan (emiten). Pasar

BAB I PENDAHULUAN. lembaga yang menghimpun dana (Funding) dari masyarakat yang. kembali kepada masyarakat yang kekurangan dana (Deficit unit) untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berlakunya MEA, maka akan terjadi perputaran barang secara bebas (ASEAN Free

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. dicapai pemulihan ekonomi. UMKM sendiri pada dasarnya sebagian besar bersifat

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan Badan Usaha Milik Negara ( BUMN) memiliki peran, dan fungsi

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Pertumbuhan UMKM dan Usaha Besar. Mikro, Kecil dan Menengah ,55 47, ,93 47, ,75 46,25

Tabel 1. Perkembangan Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Menurut Skala Usaha Tahun Atas Dasar Harga Konstan 2000

HUBUNGAN KUALITAS INFORMASI AKUNTANSI DENGAN KEBERHASILAN USAHA KUD DI KABUPATEN BOYOLALI

I PENDAHULUAN. 1 Jumlah bank di Indonesia.21 Maret inibank.wordpress.com [3 Juni 2010]

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan perekonomian dan bisnis di dunia sangat ini berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk berbagai investasi seperti pemberian kredit, pembelian surat-surat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya didukung oleh unit-unit usaha kecil. Kemampuan masyarakat

memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta diatur dalam Pasal 1 Undang-Undang No.20 Tahun 2008.

APBNP 2015 belum ProRakyat. Fadel Muhammad Ketua Komisi XI DPR RI

PENJELASAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 10 TAHUN 2010 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PENGEMBANGAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari bahasa latin credere atau credo yang berarti kepercayaan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dalam pembiayaan pembangunan sangat diperlukan. Bank

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertama, Kedua, Ketiga, Keempat, Kelima, Keenam, Pertama, Kedua, Ketiga, Keempat, Kelima,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang didukung oleh sanksi-sanksi untuk setiap ketidakpatuhan (Belkaoui,

BOKS 2 PENELITIAN POLA PEMBIAYAAN (LENDING MODEL) USAHA MIKRO KECIL INDUSTRI KECIL BATU BATA DI SULAWESI TENGGARA

BAB I PENDAHULUAN. likuid dan efisien. Pasar modal dikatakan likuid jika penjual dapat menjual dan

BAB I PENDAHULUAN. konstan sejak tahun 2007 dan selalu diiringi dengan pertumbuhan pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. dan stabilitas nasional ke arah peningkatan taraf hidup rakyat. (UUS), dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).

BAB I PENDAHULUAN. statistik menunjukan perputaran keuangan pada sektor perbankan 2011

BAB I PENDAHULUAN. barang, pesaing, perkembangan pasar, perkembangan perekonomian dunia.

Transkripsi:

PENGEMBANGAN EKONOMI MASYARAKAT PEDESAAN MELALUI PENGENALAN AKUNTANSI DI KABUPATEN KEDIRI Suhardi Email : suhardi19@gmail.com Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan akuntansi di pedesaan. Lemahnya kapasitas masyarakat pedesaan untuk mengakses pembiayaan dari lembaga keuangan. Metode penelitian yang digunakan adalah studi eksplorasi, yang dilakukan dengan menganalisis data yang dikumpulkan dari responden secara langsung dan Badan Pusat Statistik (BPS). Penguasaan dalam mengelola dan mencatat arus keuangan secara terorganisir dan dapat dipertanggungjawabkan relatif rendah akibatnya tingkat kepercayaan stakehorder berpengaruh negative. Praktik akuntansi pada usaha perekonomian masyarakat pedesaan di Kabupaten Kediri masih rendah, sehingga menyebabkan belum optimalnya pemanfaatan informasi akuntansi dalam pengembangan perekonomian masyarakat Keywords: pengembangan ekonomi, penerapan akuntansi PENDAHULUAN Pengembangan perekonomian masyarakat merupakan salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan. Keberhasilan tentunya salah satu faktornya karena ketersediaan modal dalam mengoptimalkan pengembangan ekonomi. Salah satu wujud upaya pemerintah meningkatkan akses masyarakat terhadap permodalan adalah dengan menyelenggarakan program Kredit Usaha Rakyat (KUR), sampai saat ini sebagian masyarakat msih sulit untuk meningkatkan kapasitas usaha ataupun mengembangkan produk-produkyang mampu bersaing di pasar, apalagi produk jasa (kredit/pembiayaan) yang ditawarkan oleh perbankan saat ini, sebagian besar masih berupa kredit modal kerja dibandingkan kredit untuk investasi. Sebagian kalangan beranggapan bahwa keterbatasan akses ini lebih diakibatkan karena pelayanan kepada masyarakat pedesaan yang sebagian besar usaha kecil dan menegah masih dipandang kurang menguntungkan dan sebagai kegiatan yang beresiko tinggi bagi dunia perbankan. Jika ditelusuri lebih jauh lagi masalah keterbatasan akses kredit lebih diakibatkan minimnya informasi yang dapat digunakan oleh calon investor ataupun kreditor dalam menilai dan memantau perkembangan usaha masyarakat pedesaan. Menurut Wahdini dan Suhairi (2006) yang menyimpulkan bahwa pihak bank tidak melihat adanya perbedaan antara usaha besar dengan UMKM, semuanya diwajibkan untuk memenuhi persyaratan termasuk harus menyediakan laporan Suhardi, adalah Dosen Prodi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Nusantara PGRI Kediri 161

162 MODERNISASI, Volume 11, Nomor 3, Oktober 2015 keuangan untuk dapat dijadikan dasar dalam memberikan pinjaman kepada calon debitor. Disinilah pentingnya praktik akuntansi bagi UMKM, karena dengan diselenggarakannya praktik akuntansi secara tepat maka UMKM dapat menyediakan informasi yang lebih lengkap dan terstruktur terkait usaha dan posisi keuangannya. Pada struktur dan budaya pedesaan khususnya pengusaha mikro dan kecil belum menyelenggarakan dan menggunakan informasi akuntansi secara maksimal dalam pengelolaan usahanya. Berdasarkan hal tersebut penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sejauh mana problematika praktik akuntansi masyarakat pedesaan di Kabupaten Kediri serta keterkaitannya terhadap akses kredit. KAJIAN TEORI Penggunaan akuntansi manajemen tradisional untuk maksimisasi profit dan tujuan jangka pendek, telah dikembangkan menjadi pendekatan yang berfokus pada pencapaian kompetensi perusahaan yang berkelanjutan. Jika akuntansi manajemen tradisional yang berorientasi pada penyajian informasi bagi pengambilan keputusan berdasarkan aspek akuntabilitas, pengendalian biaya dan maksimisasi laba jangka pendek diutamakan bagi level operasional perusahaan, akuntansi manajemen strategik justru mengembangkan ruang lingkup akuntansi menjadi suatu proses penyajian informasi yang juga ditujukan pada perubahan perilaku, tidak saja bagi tingkatan operasional perusahaan namun juga tingkatan manajemen yang lebih strategis. Pada saat perusahaan di seluruh dunia mengubah dirinya untuk kompetisi yang didasarkan pada informasi, kemampuan mereka untuk mengeksploitasi aktiva tidak berwujud (intangible asset) telah menjadi semakin positif dibandingkan kemampuan mereka untuk berinvestasi dan mengatur asset nyata (physical asset). Dalam akuntansi manajemen tradisional, pengukuran kinerja manajemen hanya didasarkan pada aspek-aspek keuangan semata, sebab ukuran keuangan dapat dengan mudah diperoleh berupa nilai kuantitatif yang berasal dari laporan keuangan. Sementara kinerja-kinerja non keuangan diabaikan karena dianggap sulit diukur dan memiliki kelemahan yang cukup menggangu yaitu ketidak mampuannya mengukur aktiva tak berwujud (intangible asset) dan harta-harta intelektual sumberdaya manusia (Rudiantoro, 2011). Beberapa cara yang digunakan dalam manajemen tradisional untuk mengukur kinerja organisasi adalah dengan menggunakan ROI (return on Investment), EVA (Economic Value Added) dan lain-lain. Semua pengukuran tersebut menggunakan persfektif keuangan dalam jengka pendek, mungkin manajer dapat menghasilkan kinerja yang baik. Kinerja keuangan yang kurang baik saat ini, biasa disebabkan karena modal yang tersedia sangat terbatas. Akuntan menejemen akan menjadi lebih terlibat dalam menjalankan bisnis. Peran dari akuntan manajemen telah berjalan sesuai "business partner" manjadi seorang anggota dari team manajemen strategik. Pernyataan sebelumnya menyediakan bukti yang membandingkan peran akuntan dalam perluasan organisasi, dan akuntan semakin lama semakin berkesempatan menunjukkan kemampuan mereka dan meningkatkan nilai mereka bagi organisasi sebagai seorang anggota team

Suhardi, Pengembangan Ekonomi Masyarakat... 163 manajemen strategik. Proses ini memungkinkan perusahaan mengintegrasikan perencanaan bisnis dan keuangan yang meliputi setting target, alokasi sumber daya, pelurusan inisiatif strategi dan penetapan kejadian-kejadian penting. Praktik akuntansi pada suatu entitas ditandai dengan ketersediaan laporan keuangan pada entitas tersebut yang disusun secara sistematis dan didukung dengan bukti yang memadai. Untuk menghasilkan laporan keuangan maka berkaitan dengan ketersediaan sistem informasi akuntansi. Sistem informasi akuntansi merupakan sebuah susunan dari orang, aktivitas, data, jaringan dan teknologi yang terintegrasi yang berfungsi untuk mendukung dan meningkatkan operasi sehari-hari sebuah bisnis, juga menyediakan kebutuhan informasi untuk pemecahan masalah dan pengambilan keputusan oleh manajer. METODE Metode penelitian ini adalah studi eksplorasi, digunakannya metode eksplorasi pada penelitian ini untuk mengungkap secara komprehensif keterkaitan praktik akuntansi dengan pengembangan ekonomi pedesaan. Pada penelitian ini data primer dari pelaku usaha mikro dan menegah di pedesaan dan data sekunder diperoleh eksplorasi, yaitu melakukan analisis terhadap data yang berkaitan dengan perkembangan masyarakat yang bersumber dari BPS dan data yang telah dipublikasikan oleh media elektronik atau hasil penelitian sebelumnya baik yang telah dipublikasikan pada jurnal. PEMBAHASAN Dalam rangka membantu dan memberdayakan masyarakat pedesaan terutama petani dan peternak serta pelaku agribisnis, pemerintah telah meluncurkan berbagai kredit program dengan insentif yang diberikan kepada debitur terbatas berupa subsidi suku bunga, namun masih tetap melalui prosedur skim perbankan pada umumnya. Disamping itu, fasilitasi kredit program terfokus pada usaha budidaya dan belum banyak menyentuh aspek hulu dan hilir sektor pertanian, serta dengan plafon kredit yang masih relatif kecil. Dilain pihak para petani dan pelaku agribisnis masih terkendala dalam menyediakan persyaratan agunan tambahan dalam mengakses kredit/pembiayaan dari Perbankan. Sehubungan dengan hal tersebut diatas maka Departemen Pertanian bersama-sama Departemen lainnya telah menandatangani MoU dengan 6 (enam) Perbankan dan 2 (dua) Perusahaan Penjamin tentang Penjaminan Kredit/Pembiayaan kepada Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Koperasi (UMKM-K). UMKM-K disini termasuk didalamnya sektor pertanian yang mempunyai usaha produktif, feasible tetapi belum bankable. Sebagaimana diatur pada pasal 7 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah, Pemerintah dan Pemerintah Daerah menumbuhkan Iklim Usaha dengan menetapkan peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang meliputi aspek pendanaan, sarana dan prasarana, informasi usaha, kemitraan, perizinan usaha, kesempatan berusaha, promosi dagang, dan dukungan kelembagaan. Sedangkan dunia usaha dan

164 MODERNISASI, Volume 11, Nomor 3, Oktober 2015 masyarakat berperan serta secara aktif membantu upaya pemerintah dan pemerintah daerah dalam menumbuhkan iklim usaha tersebut. Berdasar data yang dilansir dari Kementerian Negara Koperasi & UKM menunjukkan bahwa selama tahun 2006 2010 telah terjadi peningkatan sumbangsih UMKM terhadap PDB Nasional. Dengan penguasaan pangsa pasar UMKM sebesar 57,12 % pada tahun 2010, jika dibandingan dengan tahun 2006 maka pada tahun 2010 telah terjadi peningkatan kontribusi UMKM terhadap PDB atas dasar harga berlaku sebesar 94,37%, begitupula berdasarkan PDB atas dasar harga konstan 2000, peningkatannya pada tahun 2010 dibandingkan tahun 2006 telah mencapai 23,85%. Sedangkan berdasarkan data total ekspor non migas nasional, sumbangsih UMKM pada tahun 2010 mencapai 15,81% atau naik 42,12 dari tahun 2006. Selain itu, berdasarkan data investasi nasional, dengan pangsa pasar yang masih sekitar 48,20% dibandingkan total investasi nasional pada tahun 2010, kenaikan investasi atas dasar harga berlaku pada sektor UMKM dibandingkan tahun 2006. Informasi akuntansi mempunyai peran penting untuk mencapai keberhasilan usaha, termasuk bagi usaha kecil (Megginson et al., 2000 dalam Pinasti, 2007). Informasi akuntansi dapat menjadi dasar yang andal bagi pengambilan keputusan dalam pengelolaan usaha kecil dan menengah, antara lain untuk keputusan penetapan harga, pengembangan pasar, termasuk untuk keputusan investasi (suhairi dkk, 2004) namun, dalam kenyataannya, pada umumnya pengusaha kecil tidak menyelenggarakan dan menggunakan informasi akuntansi dalam pengelolaan usahanya, kualitas laporan keuangan pada UMKM masih rendah. Faktor penyebab atas tidak terselenggarakannya praktik akuntansi secara optimal dan tidak termanfaatkannya informasi akuntansi pada usaha masyarakat pedesaan di Kabupaten Kediri adalah sebagai berikut: 1) Tidak adanya penyelenggaraan dan penggunaan informasi akuntansi dalam kebanyakan pengelolaan usaha kecil ditentukan oleh persepsi pengusaha kecil atas informasi akuntansi. Bagi sebagian besar masyarakat, merasa tidak membutuhkan informasi akuntansi dan memandang akuntansi merupakan sesuatu yang sangat sulit untuk dilakukan dengan kata lain pengusaha kecil tersebut tidak pernah menggunakan informasi akuntansi maka informasi akuntansi dianggap sesuatu yang tidak penting, 2) Pada umumnya mereka tidak menguasai dan tidak mempraktekkan sistem keuangan yang memadai. Pada umumnya usaha kecil tidak atau belum memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam mengelola catatan akuntansi secara ketat dan berdisiplin dengan pembukuan yang teratur, baik dalam bentuk harian, mingguan, bulanan, dan seterusnya, sehingga banyak diantara mereka yang belum memahami pentingnya pencatatan dan pembukuan bagi kelangsungan usaha, 3) Penangganan usaha tersebut masih lebih banyak dikelola secara perseorangan dengan manajemen seadanya. Mengacu pada fakta bahwa tidak terselenggarakannya praktik akuntansi secara optimal dan tidak termanfaatkannya informasi akuntansi pada usaha masyarakat pedesaan selama ini bukanlah semata-mata merupakan kesalahan ataupun kekurangan para pelaku Usaha kecil dan menegah, tetapi juga dikarenakan belum optimalnya peran serta pemerintah dan masyarakat dalam mendorong praktik akuntansi di Usaha masyarakat kecil dan menegah di pedesaan.

Suhardi, Pengembangan Ekonomi Masyarakat... 165 Dengan dimanfaatkannya informasi akuntansi dalam pengambilan keputusan investasi maka akan mendukung ketepatan wirausaha dalam mempertimbangkan konsekuensi keuangan atas keputusan yang diambil. Dalam hubungannya antara pengembangan usaha masyarakat pedesaan dengan pemerintah dan kreditur (Bank), penyediaan informasi akuntansi oleh UMKM juga sangat diperlukan. Hal ini sejalan dengan pernyataan Rudiantoro & Siregar (2011), menyatakan bahwa salah satu teknik pemberian kredit yang paling banyak digunakan bank adalah financial statement lending yang mendasarkan pemberian kreditnya atas informasi keuangan dari debiturnya. Hal ini ditujukan untuk meyakinkan kelancaran pembayaran angsuran dan pengembalian pinjaman oleh calon debitur, selain pertimbangan karakter calon debitur, laporan keuangan yang menggambarkan pendapatan dan beban usaha serta aset, kewajiban dan modal yang dimiliki calon debitur menjadi pertimbangan utama keputusan diterima tidaknya permohonan kredit oleh Bank. Untuk itu, dapat dikatakan bahwa praktik akuntansi sangat terkait dengan akses terhadap kredit, dengan praktik akuntansi yang memadai maka akan memudahkan pelaku usaha masyarakat pedesaan untuk memberikan keyakinan kepada bank atau calon kreditur bahwa usaha dapat dijalankan dan dibiayai/feasible, pelaku usaha dapat memenuhi persyaratan kredit/pembiayaan/bankable, dana yang diberikan dapat dipertanggungjawabkan /Accountable dan usaha yang dijalankan dapat menguntungkan. KESIMPULAN Praktik akuntansi pada usaha perekonomian masyarakat pedesaan di Kabupaten Kediri masih rendah, sehingga menyebabkan belum optimalnya pemanfaatan informasi akuntansi dalam pengembangan perekonomian masyarakat. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu persepsi terhadap urgensi keberadaan informasi akuntansi bagi pelaku usaha, pengetahuan akuntansi, pertimbangan biaya-manfaat. Keterbatasan mengakses kredit, yang mana hal ini dikarenakan tidak tersedianya informasi akuntansi secara lengkap pada usaha masyarakat pedesaan dan karena tidak optimalnya praktik akuntansi di masyarakat. Untuk itu, dalam rangka mengembangkan usaha perekonomian masyarakat kecil dan menegah dan menciptakan usaha yang feasible, bankable, accountable, dan profitable maka sangat dibutuhkan partisipasi pemerintah dan masyarakat dalam mendorong diterapkannya praktik akuntansi di usaha masyarakat pedesaan secara tepat, implementatif dan berkelanjutan. DAFTAR PUSTAKA Pinasti, Margani. 2007. Penggunaan Informasi Akuntansi dalam Pengelolaan Usaha Para Pedagang Kecil di Pasar Tradisional Kabupaten Banyumas. Jurnal Ekonomi Bisnis dan Akuntansi 13(1).

166 MODERNISASI, Volume 11, Nomor 3, Oktober 2015 Rudiantoro, Rizki & Siregar, Sylvia Veronica. 2011. Kualitas Laporan Keuangan UMKM Serta Prospek Implementasi SAK ETAP. Makalah Simposium Nasional Akuntansi XIV. Aceh Suhairi, Sofri Yahya & Hasnah Haron. 2004. Pengaruh Pengetahuan Akuntansi Dan Kepribadian Wirausaha Terhadap Penggunaan Informasi Akuntansi Dalam Pengambilan Keputusan Investasi. Makalah Simposium Nasional Akuntansi VII. Denpasar. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah. Wahdini dan Suhairi. 2006. Persepsi Akuntan Terhadap Overload Standar Akuntansi Keuangan (SAK) Bagi Usaha Kecil Dan Menengah. Makalah Simposium Nasional Akuntansi IX. Padang.