BAB I PENDAHULUAN Gambaran Umum BPLH Kota Bandung

dokumen-dokumen yang mirip
GAMBARAN PELAYANAN BPLH KOTA BANDUNG A. TUGAS POKOK DAN FUNGSI SERTA STRUKTUR ORGANISASI

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 49 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KOTA BATU

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 29 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BANYUMAS

BAB GAMBARAN PELAYANAN BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. Renstra Kantor Lingkungan Hidup Kota Metro merupakan suatu. proses yang ingin dicapai pada hasil yang ingin dicapai Kantor

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 69 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

A. Visi dan Misi Badan Pengelola Lingkungan Hidup Kota Bandung

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 23 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 23 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 46 TAHUN 2008 TENTANG

Ikhtisar Eksekutif TUJUAN PEMBANGUNAN LINGKUNGAN HIDUP

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

KATA PENGANTAR. Salam Sejahtera,

BAB I PENDAHULUAN Tujuan Penulisan Laporan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENYUSUNAN LAPORAN KINERJA

BUPATI SLEMAN PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 24.5 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA BADAN LINGKUNGAN HIDUP

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,

-1- BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MAKALAH PEMBAHASAN EVALUASI KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP DI DAERAH ALIRAN SUNGAI 1) WIDIATMAKA 2)

PROFIL DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN WONOGIRI

BAB X PEMBANGUNAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN JOMBANG

-1- BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 64 TAHUN 2011 TENTANG

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

WALIKOTA MADIUN PERATURAN WALIKOTA MADIUN NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI KANTOR LINGKUNGAN HIDUP WALIKOTA MADIUN,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2007 TENTANG PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN ANTARA PEMERINTAH, PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI, DAN

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 73 TAHUN 2012

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN STRATEGIS DAN KEBIJAKAN

BERITA DAERAH KOTA DEPOK

BAB I PENDAHULUAN. A. Kondisi Umum

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 74 TAHUN 2012

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN KELOMPOK SASARAN

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

DAFTAR ISI. DAFTAR ISI... i BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang Landasan Hukum Maksud dan Tujuan...

Bupati Cirebon PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 66 TAHUN 2008

WALIKOTA BATU KOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG CIPTA KARYA DAN TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

STARTEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) KELOMPOK KERJA AMPL KABUPATEN ENREKANG

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 14 /PRT/M/2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG

Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Balangan BAB 1 PENDAHULUAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 3 0.? TJLHUN 200o

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 60 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi. Daftar Tabel. Daftar Gambar

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BADAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA PRABUMULIH RENCANA KERJA

WALIKOTA PAREPAREIKOTA PAREPARE

PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT.

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG

Bab I : Pendahuluan Latar Belakang

KEAMANAN LINGKUNGAN DAN COMMUNITY DEVELOPMENT

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

C. BIDANG LINGKUNGAN HIDUP SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN

BAB III ISU ISU STRATEGIS

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA

BAB - I PENDAHULUAN I Latar Belakang

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

RENCANA KERJA SATUAN KERJA PERANGKAT ACEH (RENJA-SKPA) BAPEDAL ACEH TAHUN 2015

KATA PENGANTAR. Bogor, 08 Desember 2015 Walikota Bogor, Dr. Bima Arya Sugiarto

PEMERINTAH. sumber daya air pada wilayah sungai kabupaten/kota.

KEPUTUSAN KEPALA BAPPEDA KABUPATEN BLORA NOMOR /2033 TAHUN 2011

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 40 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 63 TAHUN 2001 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA TASIKMALAYA,

BAB II PERENCANAAN KINERJA

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 1 Tahun 2009

MOTIVASI MASYARAKAT BERTEMPAT TINGGAL DI KAWASAN RAWAN BANJIR DAN ROB PERUMAHAN TANAH MAS KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG

Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2014

-2- saling melengkapi dan saling mendukung, sedangkan peran KLHS pada perencanaan perlindungan dan pengelolaan Lingkungan Hidup bersifat menguatkan. K

Dampak Pemanasan Global Terhadap Perubahan Iklim di Indonesia Oleh : Ahkam Zubair

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 59 TAHUN 2016

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum BPLH Kota Bandung I su-isu kerusakan lingkungan saat ini bukan lagi hanya merupakan isu lokal daerah, akan tetapi sudah menjadi isu global, dimana negara-negara di dunia berkomitmen secara bersama-sama ikut serta dalam upaya-upaya pemulihan kondisi lingkungan menjadi lebih baik. Konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development) yang merupakan kesepakatan dari hasil Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Bumi di Rio de Janeiro Tahun 1992, belum seutuhnya dilaksanakan sehingga kerusakan lingkungan masih terus berlanjut bahkan intensitasnya lebih tinggi. Komitmen bangsa Indonesia untuk menjadikan aspek lingkungan hidup sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan, secara tegas dituangkan dalam Undang-Undang Nomor : 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Lingkungan hidup merupakan salah satu urusan wajib yang harus diselenggarakan oleh pemerintahan daerah karena termasuk dalam lingkup pelayanan dasar, sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor : 38 Tahun 2007 tentang pembagian urusan pemerintahan antara pemerintah, pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/kota. Oleh karena itu dibentuklah Badan Pengelola Lingkungan Hidup (BPLH) Kota Bandung, sebagai salah satu lembaga teknis daerah berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor : 12 Tahun 2007 Tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Lembaga Teknis Daerah Kota Bandung. I - 1

1.2. Tugas dan Fungsi BPLH Kota Bandung T ugas pokok Badan Pengelola Lingkungan Hidup (BPLH) Kota Bandung yaitu melaksanakan sebagian kewenangan daerah Bidang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut, BPLH Kota Bandung mempunyai fungsi: 1. Perumusan kebijakan teknis lingkup perencanaan lingkungan hidup, pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup, pengelolaan air tanah dan energi, serta rehabilitasi lingkungan hidup; 2. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintah daerah lingkup perencanaan lingkungan hidup pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup, pengelolaan air tanah dan energi, serta rehabilitasi lingkungan hidup; 3. Pembinaan dan pelaksanaan lingkup perencanaan lingkungan hidup, pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup, pengelolaan air tanah dan energi, serta rehabilitasi lingkungan hidup; 4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya; 5. Pembinaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan Badan. Sedangkan struktur organisasi BPLH Kota Bandung berdasarkan Peraturan Walikota Bandung Nomor : 474 Tahun 2008 adalah sebagai berikut : 1. Kepala Badan Pengelola Lingkungan Hidup Kota Bandung, membawahi : 2. Sekretaris, membawahi : a. Kepala Sub. Bagian Umum dan Kepegawaian; b. Kepala Sub. Bagian Keuangan. 3. Kepala Bidang Perencanaan, membawahi : a. Kepala Sub. Bidang Pengkajian Lingkungan Hidup; b. Kepala Sub. Bidang Program, Evaluasi dan Pelaporan; 4. Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup, membawahi : a. Kepala Sub. Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Udara; b. Kepala Sub. Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Air dan Tanah; I - 2

5. Kepala Bidang Pengelolaan Air Tanah dan Energi, membawahi : a. Kepala Sub.Bidang Pengelolaan Air Tanah; b. Kepala Sub.Bidang Pengelolaan Energi dan Keanekaragaman Hayati; 6. Kepala Bidang Rehabilitasi Lingkungan Hidup, membawahi : a. Kepala Sub.Bidang Rehabilitasi Udara dan Keanekaragaman Hayati; b. Kepala Sub.Bidang Rehabilitasi Air dan Tanah; Adapun struktur organisasi BPLH Kota Bandung adalah sebagaimana gambar diagram berikut : I - 3

Gambar 1.1 Struktur Organisasi BPLH Kota Bandung KEPALA BADAN PENGELOLA LINGKUNGAN HIDUP (BPLH) SEKRETARIAT KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL SUB BAGIAN UMUM & KEPEGAWAIAN SUB BAGIAN KEUANGAN BIDANG PERENCANAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG PENGENDALIAN PENCEMARAN & KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG PENGELOLAAN AIR TANAH & ENERGI BIDANG REHABILITASI LINGKUNGAN HIDUP PENGKAJIAN LINGKUNGAN HIDUP PENGENDALIAN PENCEMARAN & KERUSAKAN UDARA PENGELOLAAN AIR TANAH REHABILITASI UDARA & KEANEKARAGAMAN HAYATI PROGRAM, EVALUASI DAN PELAPORAN PENGENDALIAN PENCEMARAN & KERUSAKAN AIR DAN TANAH PENGELOLAAN ENERGI & KEANEKARAGAMAN HAYATI REHABILITASI AIR & TANAH U P T I - 4

1.3. Isu Strategis Lingkungan Hidup F isik alam Kota Bandung yang berada di Cekungan Bandung menyebabkan luasan wilayah yang terbatas, sehingga menahan kecenderungan pertumbuhan dan perluasan kota. Di samping itu struktur ruang yang tumbuh tidak berimbang dan penggunaan lahan yang tidak beraturan. Wilayah Timur relatif belum berimbang dengan wilayah Barat, karena orientasi kegiatan penduduk umumnya masih di pusat kota. Luas lahan terbangun dalam bentuk pertumbuhan permukiman baru di Kota Bandung semakin meningkat dan mengurangi luasan sawah dan ruang terbuka hijau. Suhu udara umumnya meningkat dan kualitasnya menurun. Ketersediaan dan kualitas air tanah menurun, termasuk ketersediaan air bersih. Bahkan di beberapa wilayah pengembangan, kualitas air tidak layak untuk minum, bahkan untuk mandi dan cuci. Namun karena desakan kebutuhan, pada lokasi-lokasi tersebut tetap dibangun permukiman. Pertumbuhan permukiman dan menurunnya luasan daerah terbuka yang tidak didukung drainase sering menyebabkan banjir atau genangan di berbagai wilayah. Banjir atau genangan ini bahkan terjadi daerahdaerah utama dan merusak berbagai sarana jalan. Sungai-sungai di Kota Bandung juga banyak yang tercemar, dengan indikator belum memenuhi baku mutu parameter COD dan BOD serta menjadi pembuangan sampah. Permasalahan fisik alam yang penting untuk diperhatikan juga adalah Kota Bandung termasuk daerah rawan bencana alam karena terletak dalam Patahan Lembang. Keadaan ini sewaktu-waktu dapat mengancam tingkat kehidupan masyarakat yang telah dibangun selama ini. Ditengah kepadatan pertumbuhan permukiman, bencana non alam berupa kebakaran juga mengalami peningkatan. Selain permasalahan tersebut di atas, fisik dan lingkungan Kota Bandung juga memiliki potensi besar, sehingga Kota Bandung tetap menarik untuk dijadikan tempat tinggal atau tujuan. Diantara potensi tersebut adalah posisi ketinggian kota dari permukaan laut yang menyebabkan iklimnya masih tergolong nyaman bila dibandingkan dengan kota-kota lain di Indonesia. Aksesibilitas ke Ibu Kota Negara dan pusat ekonomi dan pemerintahan Indonesia yang baik, sehingga mobilitas dari dan menuju Bandung tergolong tinggi. Karena itu pula maka Kota Bandung dekat juga dengan infrastruktur penting nasional. Di tengah permasalahan dan potensi fisik lingkungan tersebut, upaya-upaya pencegahan dampak lingkungan juga sudah dilakukan, misalnya dengan wilayah car free day, pembangunan taman-taman kota, I - 5

sawah abadi. Namun di masa depan, upaya-upaya gerakan masyarakat yang luas masih sangat diperlukan untuk menghadapi persoalan fisik dan lingkungan tersebut, sehingga daya dukung alam meningkat kembali. Faktor eksternal yang timbul dari lingkup regional Jawa Barat, Nasional dan internasional dalam beberapa situasi juga dapat mempengaruhi situasi dan kondisi Kota Bandung. Adakalanya dampaknya positif atau negatif, namun pada intinya hal tersebut tidak dapat dikendalikan oleh Kota Bandung. Untuk menghadapi hal tersebut, maka diperlukan tindakan-tindakan antisipatif. Pada kelompok fisik dan lingkungan, dampak dinamika internasional yang mungkin muncul antara lain; [1] Gejala pemanasan global, dapat mempengaruhi iklim lokal Kota Bandung [2] Ancaman krisis pangan dan energi, dapat mempengaruhi ketahanan pangan dan energi Kota Bandung. Dampak dinamika nasional adalah degradasi daya dukung alam nasional dapat berdampak pada lingkungan nasional, sedangkan dampak regional adalah penurunan kualitas lingkungan regional akibat pertumbuhan penduduk dan aktivitasnya berdampak pada kondisi Kota Bandung, seperti kondisi sungai, lahan kritis, air, udara dan sebagainya. Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 19 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang (SPM) Lingkungan Hidup Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota, serta Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor : 20 Tahun 2008 tentang Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Lingkungan Hidup, jenis pelayanan dasar bidang lingkungan hidup daerah kabupaten / kota diprioritaskan pada : 1. Pencegahan pencemaran air; 2. Pencegahan pencemaran udara dari sumber tidak bergerak; dan 3. Tindak lanjut pengaduan masyarakat akibat adanya dugaan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup. Permasalahan yang dihadapi pada pengelolaan lingkungan hidup di Kota Bandung dalam rangka penerapan dan pencapaian Pelayanan Bidang Lingkungan Hidup tersebut antara lain adalah : Keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM) untuk mendukung secara maksimal pencapaian dan penerapan SPM Bidang Lingkungan Hidup; Penentuan prioritas kegiatan dalam pencapaian dan penerapan SPM Bidang Lingkungan Hidup sering terabaikan disebabkan keterbatasan anggaran; dan I - 6

Penetapan target kinerja berkaitan dengan tindak lanjut pengaduan pencemaran sangat tergantung kepada pelaporan masyarakat. BPLH Kota Bandung hanya bersikap pasif karena yang dilakukan adalah menunggu pelaporan dari masyarakat. 1.4. Sistematika Penulisan P ada dasarnya Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) merupakan suatu pengkomunikasian pencapaian kinerja BPLH Kota Bandung selama Tahun 2014. Capaian kinerja Tahun 2014 tersebut diperoleh dengan cara membandingkan rencana kinerja/penetapan kinerja Tahun 2014 sebagai tolok ukur keberhasilan tahunan organisasi dengan realisasinya. Terhadap capaian kinerja dimaksud, dilakukan evaluasi dan analisis kinerja sehingga memungkinkan mengidentifikasi sejumlah celah kinerja (performance gap) bagi perbaikan kinerja di masa yang akan datang. Dengan pola pikir seperti itu, sistematika penyajian laporan akuntabilitas kinerja BPLH Kota Bandung Tahun 2014. RINGKASAN EKSEKUTIF Berisi uraian ringkas pencapaian sasaran-sasaran strategis BPLH Kota Bandung Tahun 2014 dalam rangka pencapaian visi dan penyelenggaraan misi organisasi, kendala-kendala yang dihadapi, serta langkah-langkah dalam mengatasi hambatan/kendala dan langkah antisipatif untuk menanggulangi hambatan/kendala yang mungkin terjadi di masa yang akan datang. ini BAB I BAB II PENDAHULUAN Berisi uraian mengenai Gambaran Umum BPLH Kota Bandung, Tugas dan Fungsi BPLH Kota Bandung, Isu Strategis Lingkungan Hidup, dan Sistematika Penulisan LKIP Tahun 2014. PERENCANAAN KINERJA Berisi uraian mengenai Perencanaan Strategis Sebelum Reviu dan Perencanaan Strategis Hasil Reviu. I - 7

BAB III BAB IV AKUNTABILITAS KINERJA Bab ini menyajikan kerangka pengukuran yang dilakukan, indikator kinerja, proses pengukuran kinerja, evaluasi dan analisis kinerja. Selain itu, disajikan juga akuntabilitas keuangan BPLH Kota Bandung Tahun 2014. PENUTUP Berisi tinjauan secara umum tentang keberhasilan/kegagalan, permasalahan dan kendala utama yang berkaitan dengan kinerja Tahun 2014 dan strategi pemecahan masalah. I - 8