PANDUAN PELAKSANAAN PEMBERIAN SUBSIDI TUNJANGAN FUNGSIONAL BAGI GURU BUKAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

dokumen-dokumen yang mirip
PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN SUBSIDI TUNJANGAN FUNGSIONAL BAGI GURU BUKAN PEGAWAI NEGERI SIPIL JENJANG PENDIDIKAN DASAR

PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN BANTUAN BIAYA PENINGKATAN KUALIFIKASI AKADEMIK KE S-1/D-IV JENJANG PENDIDIKAN DASAR

PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN INSENTIF BAGI GURU BUKAN PEGAWAI NEGERI SIPIL JENJANG PENDIDIKAN MENENGAH

PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBAYARAN HONORARIUM GURU BANTU

PANDUAN PELAKSANAAN PENYALURAN TUNJANGAN PROFESI MELALUI DIPA DIREKTORAT P2TK

PETUNJUK TEKNIS PEMBAYARAN TUNJANGAN PROFESI BAGI GURU PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH MELALUI MEKANISME DANA TRANSFER DAERAH

PETUNJUK TEKNIS PEMBAYARAN TUNJANGAN PROFESI GURU DAN GURU YANG DIANGKAT JABATAN PENGAWAS SATUAN PENDIDIKAN MELALUI DANA DEKONSENTRASI

PETUNJUK TEKNIS PENYALURAN TUNJANGAN KHUSUS JENJANG PENDIDIKAN DASAR

PETUNJUK TEKNIS PENYALURAN TUNJANGAN KHUSUS JENJANG PENDIDIKAN DASAR

PEDOMAN PEMBERIAN SUBSIDI TUNJANGAN FUNGSIONAL (STF) BAGI GURU BUKAN PEGAWAI NEGERI SIPIL (GBPNS) JENJANG PENDIDIKAN DASAR

PETUNJUK TEKNIS PEMBAYARAN TUNJANGAN PROFESI BAGI GURU PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH MELALUI MEKANISME TRANSFER KE DAERAH

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL

PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN INSENTIF TENAGA LAPANGAN DIKMAS (TLD)/ FASILITATOR DESA INTENSIF (FDI) Lampiran 3

Pedoman Pelaksanaan Penyaluran Tunjangan Profesi Pendidik Melalui Dana Dekonsentrasi

Buku pedoman ini disusun sebagai acuan bagi semua pihak yang terkait dengan pelaksanaan penyaluran tunjangan profesi guru.

PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBERIAN BANTUAN STUDI GURU SMA KE JENJANG PENDIDIKAN S-1/D-IV

PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN INSENTIF BAGI PENILIK

DRAFT PETUNJUK TEKNIS

PEDOMAN Pemberian Subsidi Peningkatan Kualifikasi Guru Ke S1/D4

- 1 - MEKANISME PENYALURAN DAN KRITERIA PENERIMA TUNJANGAN PROFESI

Lampiran 3 PERNYATAAN PENERIMAAN DANA BANTUAN INSENTIF BAGI PENGELOLA PKBM DAN PENGELOLA TBM TAHUN 2012

Latar Belakang ULT. Pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Pelayanan Terpadu Satu Pintu dinamakan unit layanan terpadu (ULT).

A. LATAR BELAKANG...1 B. LANDASAN HUKUM...1 C. TUJUAN...2 D. KERANGKA PROGRAM...2

Lampiran SK Dirjen Pendidikan Islam Nomor: 1366 Tahun 2014 PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN

MEKANISME PENYALURAN DAN KRITERIA PENERIMA TUNJANGAN KHUSUS

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

PETUNJUK TEKNIS PENYALURAN TAMBAHAN PENGHASILAN BAGI GURU PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG

2018, No Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Petunjuk Teknis Penyaluran Tunjangan Profesi, Tunjangan Khusus, dan Tambahan Pengh

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT JENDERAL DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.115, 2010 Kementerian Perumahan Rakyat. Pelimpahan wewenang. Dekonsentrasi.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Arsip Nasional Re

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN DANA DEKONSENTRASI

PETUNJUK TEKNIS PENYALURAN TUNJANGAN PROFESI MELALUI DIPA DIREKTORAT PEMBINAAN PTK PENDIDIKAN DASAR

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS

2017, No telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahu

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 / HUK / 2012 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA KUASA DIREKTUR JENDERAL BIMBINGAN MASYARAKAT KRISTEN,

KRITERIA PENERIMA DAN MEKANISME PENYALURAN TUNJANGAN PROFESI

-2- Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3455); 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Perbendaharaan Negara (Lembaga N

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2089, 2014 ANRI. Dana Dekonsentrasi. Kegiatan. Pelaksanaan.

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Petunjuk Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Pendidikan Menengah Tahun 2013

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DIREKTUR JENDERAL BIMBINGAN MASYARAKAT KRISTEN,

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb

2015, No dan Usaha Kecil dan Menengah yang dilaksanakan dan dikelola secara efisien, efektif, berdaya guna dan berhasil guna yang dikelola Satua

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT JENDERAL DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Pengelolaan Pendidikan Menengah. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2017

2011, No Gubernur sebagaimana dimaksud pada huruf a, ditetapkan dengan Peraturan Menteri; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

DESKRIPSI PROGRAM BANTUAN PAMERAN PRODUK KREATIF SISWA SMK BESERTA MITRA INDUSTRI

DALAM JABATAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2017

Hasil Pembahasan Pra-Musrenbangnas dalam Penyusunan RKP 2014

DESKRIPSI PROGRAM BEASISWA PRESTASI TAHUN 2016

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MEKANISME PENGELOLAAN KEUANGAN PASCA OPTIMALISASI DAN PENGHENTIAN KEGIATAN DEKONSENTRASI URUSAN PEMERINTAHAN UMUM DAN FORKOPIMDA TAHUN ANGGARAN 2016

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPPENAS. Pelimpahan Urusan Pemerintahan. Gubernur. Dekonsetrasi. Perubahan.

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG

2017, No dalam rangka Penyelenggaraan Dekonsentrasi Tahun Anggaran 2018; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

No : 0067/SDAR/BSNP/I/ Januari 2016 Lampiran : satu berkas Perihal : Ujian Nasional bagi Peserta Didik pada Satuan Pendidikan Kerjasama (SPK)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PENYALURAN TUNJANGAN PROFESI BAGI GURU

ALOKASI ANGGARAN. No Kode Satuan Kerja/Program/Kegiatan Anggaran (Ribuan Rp) (1) (2) (3) (4) 01 Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakh

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH DI WILAYAH PROVINSI.

PEDOMAN PENGELOLAAN BERKAS DATA GURU UNTUK PENERBITAN SK DIRJEN PMPTK TENTANG PENERIMA TUNJANGAN PROFESI TAHUN 2009

ORIENTASI RAKORNAS BAP PAUD DAN PNF TAHUN 2017

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

Fungsi, Sub Fungsi, Program, Satuan Kerja, dan Kegiatan Anggaran Tahun 2012 Kode Provinsi : DKI Jakarta 484,909,154

SAMBUTAN Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

TENTANG RAKYAT, tentang. Pembantuan, sebagian. Kementeriann. urusan. b. bahwa. Pemerintah. d dalam Menteri. Peraturan. Pelimpahan.

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2014 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 087/O/2003 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENJAMIN MUTU PENDIDIKAN

2015, No Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 ten

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

No : 0062/SDAR/BSNP/IX/ September 2015 Lampiran : satu berkas Perihal : Surat Edaran UN Perbaikan Tahun Pelajaran 2014/2015

RUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Nusa Tenggara Timur Luar Negeri Banten Kepulauan Riau Sumatera Selatan Jambi. Nusa Tenggara Barat Jawa Tengah Sumatera Utara.

2 menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 154/PMK.05/2014 tentang Pelaksanaan Sistem Perbendahar

U r a i a n. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Pendidikan Nonformal dan Informal

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Pembinaan. Pengawasan. Perubahan.

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta. Organisasai. Tata Kerja.

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN DANA DEKONSENTRASI

KATA SAMBUTAN Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, dan Pendidikan Masyarakat (PAUD dan DIKMAS) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KOORDINASI PERGURUAN TINGGI SWASTA

Transkripsi:

PANDUAN PELAKSANAAN PEMBERIAN SUBSIDI TUNJANGAN FUNGSIONAL BAGI GURU BUKAN PEGAWAI NEGERI SIPIL KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2013

KATA PENGANTAR Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 14 dan Pasal 15 ayat 1, mengamanatkan bahwa dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya, guru berhak memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum. Penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum tersebut meliputi gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji, dan penghasilan lainnya yang diberikan dengan prinsip penghargaan atas prestasi. Salah satu bentuk penghasilan lainnya adalah pemberian Subsidi Tunjangan Fungsional (STF) bagi GBPNS. Sasaran Program STF adalah guru bukan PNS (GBPNS) yang diangkat oleh penyelenggara pendidikan atau satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat, dan memenuhi persyaratan sesuai peraturan perundang-undangan. Pada tahun 2013, penyaluran subsidi tunjangan fungsional bagi guru bukan PNS jenjang TK/TKLB dibayarkan melalui Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P2TK) PAUDNI, bagi guru jenjang SD/SDLB, SMP/SMPLB, dan SLB dibayarkan melalui Direktorat P2TK Dikdas, dan bagi guru jenjang SMA/SMK dibayarkan melalui Direktorat P2TK Dikmen yang dananya dialokasikan dalam DIPA Direktorat masing-masing pada tahun anggaran 2013. Mulai tahun 2013, mekanisme yang digunakan untuk pelaksanaan pembayaran subsidi tunjangan fungsional tidak hanya dilakukan melalui secara manual seperti tahun lalu tetapi juga dengan sistem i

digital (dapodik). Pemberkasan dengan cara sistem digital dilakukan secara online melalui dapodik yang harus diisi dan diperbarui (updated) secara terus menerus oleh guru di sekolah masing-masing. Panduan pelaksanaan ini disusun sebagai acuan bagi Direktorat P2TK terkait, Dinas pendidikan provinsi, Dinas pendidikan kabupaten/kota, dan para pemangku kepentingan dalam pelaksanaan program STF. Ucapan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan panduan pelaksanaan ini. Jakarta,... 2013 Direktur Jenderal Plt. DirekturJenderal Direktur Jenderal PAUD-NI, Dikdas, Dikmen, Prof. Dr. Lydia Freyani Hawadi, M.Psi Prof. Suyanto, Ph.D Hamid Muhammad,Ph.D NIP.19570322198211 2 001 NIP.19530302 197703 1 001 NIP.19590512198311 1 001 ii

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii BAB I... 1 PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Dasar Hukum... 3 C. Tujuan... 4 D. Ruang Lingkup... 5 E. Sasaran... 5 BAB II... 6 SUBSIDI TUNJANGAN FUNGSIONAL... 6 A. Pengertian... 6 B. Besaran... 6 C. Sumber Dana... 6 D. Kriteria Guru Penerima... 7 BAB III... 9 MEKANISME PEMBAYARAN SUBSIDI TUNJANGAN FUNGSIONAL... 9 iii

A. Penetapan dan Pendistribusian Kuota... 9 B. Mekanisme Pelaksanaan Pembayaran Subsidi Tunjangan Fungsional... 10 C. Tahapan Penyaluran... 15 D. Penghentian Pemberian STF... 15 E. Koordinasi dan Sosialisasi... 15 F. Pengelolaan Program... 16 G. Jadwal Pelaksanaan Program... 18 BAB IV... 20 PENGENDALIAN PROGRAM... 20 A. Pengendalian Program... 20 B. Pengawasan... 21 C. Pelaporan dan Rekonsiliasi... 21 D. Sanksi... 22 BAB V... 24 PENUTUP... 24 iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen secara tegas menyatakan bahwa guru sebagai tenaga profesional berfungsi meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Untuk mewujudkan fungsi, peran, dan kedudukan tersebut, guru perlu memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikat pendidik yang sesuai dengan standar pendidik. Guru yang profesional akan menghasilkan proses dan hasil pendidikan yang bermutu dalam rangka mewujudkan insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Strategi untuk mewujudkan fungsi, peran, dan kedudukan guru, Pemerintah melakukan berbagai kebijakan peningkatan profesionalisme guru dan peningkatan kesejahteraan guru. Salah satunya adalah pemberian subsidi tunjangan fungsional (STF) bagi guru bukan pegawai negeri sipil (GBPNS) yang dananya dialokasikan pada Direktorat P2TK terkait. 1

Secara umum pemberian STF kepada GBPNS bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan guru sehingga penghasilan yang diterima sebagai GBPNS dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya serta sebagai penghargaan kepada guru yang telah melaksanakan tugas dengan sebaikbaiknya. Secara khusus pemberian STF kepada GBPNS bertujuan untuk : 1. Memotivasi GBPNS untuk terus meningkatkan kompetensi dan kinerja secara profesional dalam melaksanakan tugas di sekolah. 2. Mendorong GBPNS untuk fokus melaksanakan tugas sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pengarah, pelatih, penilai dan pengevaluasi peserta didiknya dengan sebaik-baiknya. 3. Memberikan penghargaan dan meningkatkan kesejahteraan GBPNS. Berdasarkan Keputusan Rapat Kerja Komisi X DPR-RI dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI tanggal 14 Desember 2012 menyepakati bahwa semua kegiatan dekonsentrasi ditarik ke pusat kecuali kegiatan yang sesuai dengan pembagian urusan pemerintahan bidang pendidikan di provinsi yaitu: perencanaan, koordinasi, sosialisasi, pengawasan, dan evaluasi dan monitoring. Sehubungan dengan hal tersebut, Pemerintah mengambil kebijakan mulai tahun 2013 bahwa anggaran subsidi tunjangan 2

fungsional bagi guru bukan PNS dianggarkan pada dana APBN Direktorat P2TK terkait. Untuk kelancaran pelaksanaan program subsidi tunjangan fungsional tersebut perlu disusun Panduan Pelaksanaan Pemberian Subsidi Tunjangan Fungsional bagi GBPNS. B. Dasar Hukum 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; 2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen; 3. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan; 4. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan; 5. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru; 6. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan; 7. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi Kementerian Negara dan Eselon I, sebagaimana diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2010; 8. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 39 Tahun 2009 tentang Pemenuhan Beban Kerja Guru dan Guru 3

yang Diangkat dalam Jabatan Pengawas Satuan Pendidikan; 9. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 10 Tahun 2011 tentang Pemberian Kuasa Kepada Direktur Jenderal yang Menangani Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan pada Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Non-formal, dan Informal, Direktorat JenderalPendidikan Dasar, serta Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Untuk Menandatangani Keputusan Pemberian Tunjangan Profesi Guru, Tunjangan Khusus, dan Subsidi Tunjangan Fungsional; 10. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2012 Tentang perubahan Atas Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. C. Tujuan Panduan pelaksanaan ini disusun sebagai acuan dalam pelaksanaan pemberian STF bagi GBPNS yang diangkat oleh penyelenggara pendidikan atau satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat, dan memenuhi persyaratan sesuai peraturan perundang-undangan. 4

D. Ruang Lingkup Ruang lingkup yang diatur dalam panduan pelaksanaan ini adalah kriteria guru penerima STF, mekanisme penetapan penerima, pengelolaan program, mekanisme penyaluran STF, pembatalan pemberian STF, jadwal pelaksanaan, pengendalian, pengawasan dan pelaporan. E. Sasaran Panduan pelaksanaan ini disusun sebagai acuan bagi pihak yang berkepentingan yaitu: 1. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2. Kementerian Keuangan, 3. Badan Pemeriksa Keuangan, 4. Badan Kepegawaian Daerah, 5. Dinas Pendidikan Provinsi/Kabupaten/Kota, 6. Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, Bagian Keuangan, Badan Pengelola Keuangan Daerah pada Provinsi/Kabupaten/Kota, 7. Badan Pengawas Daerah/Inspektorat Daerah, 8. Satuan Pendidikan dan guru, 9. Instansi terkait lainnya. 5

BAB II SUBSIDI TUNJANGAN FUNGSIONAL A. Pengertian 6 Program subsidi tunjangan fungsional (STF) adalah program pemberian subsidi kepada guru bukan pegawai negeri sipil (GBPNS) yang diangkat oleh penyelenggara pendidikan atau satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat, dan melaksanakan tugas mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik serta memenuhi persyaratan sesuai peraturan perundangundangan. Program STF diberikan kepada GBPNS yang diangkat sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. B. Besaran Besaran STF sebesar Rp. 300.000,- (tiga ratus ribu rupiah) per orang per bulan, dan dikenakan pajak penghasilan berdasarkan Pasal 21 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008. C. Sumber Dana Sumber dana untuk pembiayaan program STF guru berasal dari APBN Tahun Anggaran 2013 yang dialokasikan dalam DIPA

Tahun Anggaran 2013 pada masing-masing Direktorat P2TK terkait. D. Kriteria Guru Penerima Subsidi Tunjangan Fungsional diberikan kepada guru bukan PNS yang diangkat oleh penyelenggara pendidikan atau satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat. Kriteria guru penerima STF adalah sebagai berikut: 1. Guru bukan pegawai negeri sipil (GBPNS) yang diangkat sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan mengajar pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat dan dibuktikan dengan Surat Keputusan Pengangkatan yang diterbitkan oleh penyelenggara pendidikan; 2. Memenuhi kewajiban melaksanakan tugas paling sedikit 24 jam tatap muka per-minggu dan dibuktikan dalam sistem data pokok pendidikan (Dapodik) atau melalui surat keterangan dari kepala sekolah dan telah diverifikasi/disahkan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota/Provinsi; 3. Guru dalam jabatan yang berkualiafikasi minimal S-1/D-IV atau Guru dalam jabatan yang sedang mendapat kesempatan peningkatan kualifikasi akademik ke S-1/D-IV. 4. Memiliki nomor unik pendidik dan tenaga kependidikan (NUPTK). 7

5. Guru yang belum mendapat tunjangan profesi. 6. Tidak merangkap sebagai eksekutif, yudikatif, atau legislatif. 8

BAB III MEKANISME PEMBAYARAN SUBSIDI TUNJANGAN FUNGSIONAL A. Penetapan dan Pendistribusian Kuota 1. Pemerintah menentukan kuota nasional tahun 2013 sebagai berikut : Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P2TK) PAUDNI sebanyak 83.642 orang, Direktorat P2TK Dikdas sebanyak 196.529 orang, dan Direktorat P2TK Dikmen sebanyak 41.603 orang. Kuota nasional akan didistribusikan menjadi kuota provinsi berdasarkan proporsi kuota tahun 2013. Kuota per provinsi terdapat pada lampiran 1. 2. Untuk Direktorat P2TK Dikdas, Dinas pendidikan kabupaten/kota berkompetisi untuk mendapatkan kuota provinsi berdasarkan data yang masuk dalam data dapodik. Semakin banyak data yang disediakan oleh kabupaten/kota, akan semakin banyak kuota yang diperoleh. Jika Provinsi tidak dapat memenuhi kuota melalui dapodik, maka kuota tersebut akan dialokasikan ke provinsi lain yang dapat memenuhi syarat melalui dapodik sehingga seluruh kuota nasional dapat dipenuhi. 3. Pengusulan calon penerima STF dilakukan oleh dinas pendidikan kab/kota melalui Dinas Pendidikan Provinsi. 9

Namun demikian, Direktorat P2TK terkait punya kewenangan untuk menentukan calon jika ada kuota yang tersisa dari provinsi yang tidak dapat memenuhi kuotanya. B. Mekanisme Pelaksanaan Pembayaran Subsidi Tunjangan Fungsional 1. Pemerintah menentukan kuota dan calon penerima subsidi tunjangan fungsional berdasarkan data penerima subsidi tunjangan fungsional tahun anggaran 2012 untuk masingmasing provinsi sesuai dengan kriteria yang ditetapkan dalam panduan pelaksanaan ini, di masing-masing Direktorat P2TK terkait. 2. Kuota sebagaimana dimaksud pada angka 1 dikirimkan ke provinsi untuk disosialisasikan ke kabupaten/kota. 3. Kabupaten/kota menentukan guru yang diusulkan sesuai dengan kuota dan kriteria yang telah ditetapkan dalam panduan pelaksanaan ini paling lambat akhir bulan Maret tahun 2013 dengan menggunakan format pada lampiran 2. 4. Data usulan dari Dinas Pendidikan kabupaten/kota ke Provinsi paling lambat minggu pertama bulan April tahun 2013. Data usulan dari Dinas Pendidikan Provinsi diterima oleh Direktorat P2TK terkait paling lambat minggu kedua bulan April tahun 2013 dengan menggunakan format pada lampiran 2. Sedangkan untuk Direktorat P2TK Dikdas, kompetisi kuota dari kabupaten/kota ditutup minggu kedua bulan April tahun 2013. 10

5. Penentuan skala prioritas penerima subsidi tunjangan fungsional berdasarkan masa kerja dan usia. 6. Perbaikan data usulan dari Dinas Pendidikan Provinsi paling lambat akhir Mei tahun 2013. 7. Khusus untuk Direktorat P2TK Dikdas, sebelum penerbitan SK STF, guru dapat melihat kelengkapan data dan atau persyaratan untuk menerima STF pada situs www.kemdikbud.go.id. Jika ada persyaratan yang kurang, Guru dapat melengkapi melalui sistem dapodik di sekolah masing-masing. 8. Direktorat P2TK terkait menerbitkan SK penerima subsidi tunjangan fungsional bagi guru calon penerima subsidi tunjangan fungsional yang memenuhi syarat satu kali dalam satu tahun. 9. Berdasarkan SK penerima STF, Direktorat P2TK terkait menyiapkan berkas SPP dan SPM untuk diajukan ke Kantor Perbendaharaan Kas Negara (KPPN). Untuk pembayaran tahap 1 dilaksanakan paling lambat akhir bulan Juli tahun 2013, sedangkan untuk pembayaran tahap 2 dilaksanakan paling lambat minggu kedua bulan Desember tahun 2013. 10. KPPN menelaah dan menerbitkan surat perintah pencairan dana (SP2D). Selanjutkan SP2D tersebut dikirimkan ke Direktorat P2TK terkait sebagai Bukti Penyaluran dana. 11

11. KPPN melalui Bank Operasionalnya mentransfer dana STF kepada rekening masing-masing guru sesuai dengan yang tertera dalam SK. 12. Apabila terjadi kesalahan data yang menyebabkan terjadinya retur, maka akan diselesaikan sesuai peraturan perundang-undangan. 13. Monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan pembayaran subsidi tunjangan fungsional dilakukan pada periode antara bulan Mei sampai Desember tahun berjalan dengan berkoordinasi dengan stakeholder terkait. Mekanisme proses pelaksanaan pembayaran subsidi tunjangan fungsional secara keseluruhan dijelaskan dalam gambar 1. 12

Ya Gambar 1. Alur Pelaksanaan Pembayaran Subsidi Tunjangan Fungsional secara digital PEMERINTAH PUSAT Data Penerima STF PEMERINTAH PEMERINTAH SATUAN PENDIDIKAN KPPN/BANK KAB/KOTA PROVINSI PENYALUR Pemuktahiran Data Awal Sosialisasi Ke Provinsi Sosialisasi Ke Kab/Kota DAPODIK Pemuktahiran Data Lanjutan Koordinasi Pemutakhiran Syarat Terpenuhi? Tidak Diinformasikan melalui Situs Kemdikbud Pemutakhiran Data Lanjutan Penerbitan SKSTF Copy SKSTF Pencairan Tunjangan (SPP/SPM) Penerbitan SP2D MONEV Pelaksanaan Penyaluran Ke Rekening Penerima 13

Gambar 2. Alur Pelaksanaan Pembayaran Subsidi Tunjangan Fungsional secara manual PEMERINTAH PUSAT PEMERINTAH PEMERINTAH SATUAN PENDIDIKAN KPPN/BANK KAB/KOTA PROVINSI PENYALUR Data Penerima STF Sosialisasi Pemuktahiran Data Sosialisasi Ke Satuan Sosialisasi Ke Kab/Kota Pemberkasan Pemutakhiran Data Koordinasi Pemutakhiran Data Tidak Syarat Terpenuhi? Ya Penerbitan SKSTF Copy SKSTF Pencairan Tunjangan (SPP/SPM) Penerbitan SP2D MONEV Pelaksanaan Penyaluran Ke Rekening Penerima 14

C. Tahapan Penyaluran Berdasarkan mekanisme di atas, jadwal penyaluran subsidi tunjangan fungsional dilaksanakan 2 tahap adalah : 1. Tahap 1 pembayaran paling lambat bulan Juli 2013. 2. Tahap 2 pembayaran paling lambat minggu kedua bulan Desember 2013. D. Penghentian Pemberian STF Pembayaran STF dapat dihentikan oleh Direktorat P2TK terkait, apabila guru memenuhi satu atau lebih ketentuan di bawah ini: 1. tidak memenuhi kriteria penerima STF. 2. meninggal dunia. 3. mencapai batas usia pensiun. 4. mengundurkan diri sebagai guru atas permintaan sendiri. 5. diangkat sebagai CPNS. 6. telah mendapatkan tunjangan profesi. Setelah mendapat laporan dari dinas pendidikan kabupaten/kota/provinsi. E. Koordinasi dan Sosialisasi 1. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat P2TK terkait melakukan koordinasi dan sosialisasi pelaksanaan pemberian subsidi tunjangan 15

fungsional dengan dinas pendidikan kabupaten/kota/provinsi sesuai dengan kewenangannya. 2. Dinas pendidikan provinsi melaksanakan koordinasi dan sosialisasi dengan dinas pendidikan kabupaten/kota untuk pelaksanaan pemberian subsidi tunjangan fungsional dengan narasumber dari Direktorat P2TK terkait. 3. Agenda koordinasi dan sosialisasi adalah penyampaian kebijakan Direktorat P2TK terkait, Kemdikbud mengenai: a. Pemberian subsidi tunjangan fungsional; b. Informasi kuota dan kriteria calon penerima subsidi tunjangan fungsional; c. Mekanisme pembayaran subsidi tunjangan fungsional; d. Penyusunan jadwal pelaksanaan pemberian subsidi tunjangan fungsional; e. Pemantauan pelaksanaan pemberian subsidi tunjangan fungsional. F. Pengelolaan Program 1. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat P2TK terkait menetapkan kebijakan strategi pelaksanaan pemberian STF guru, sebagai berikut : a. Mengelola database guru penerima tunjangan berbasis manual dan digital (dapodik). 16

b. Direktorat P2TK terkait melakukan sosialisasi program dan kuota penerima STF secara nasional kepada dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota. c. Direktorat P2TK terkait menerbitkan dan menyampaikan copy Surat Keputusan tentang Penetapan Penerima STF ke dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota. d. Direktorat P2TK terkait melakukan pembinaan teknis pelaksanaan pemberian STF ke dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota. e. Direktorat P2TK terkait melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan dan pendistribusian pemberian STF ke dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota dan penerima. 2. Dinas pendidikan provinsi a. Mensosialisasikan program dan data calon penerima STF kepada dinas pendidikan kabupaten/kota. b. Mengelola database guru penerima tunjangan berbasis manual dan digital (DAPODIK). c. Melakukan pemantauan serta evaluasi program ke kabupaten/kota dan menyampaikan hasilnya kepada Direktorat P2TK terkait sebagai bahan masukan perbaikan program. 3. Dinas pendidikan kabupaten/kota 17

a. Mensosialisasikan program pemberian STF bagi GBPNS kepada kepala sekolah di wilayah masing-masing; b. Dinas pendidikan kabupaten/kota berkompetisi untuk mendapatkan kuota provinsi berdasarkan data yang masuk dalam dapodik Khusus untuk penerima STF jenjang pendidikan dasar (SD/SMP). Semakin banyak data yang bisa disediakan kabupaten/kota melalui dapodik, semakin banyak kuota yang dapat diperoleh. c. Dinas pendidikan kabupaten/kota mengusulkan calon penerima STF ke dinas pendidikan provinsi sesuai dengan kuota yang tersedia. G. Jadwal Pelaksanaan Program No Kegiatan 2012-2013 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 18 1 Penentuan Kuota Provinsi Sosialisasi Panduan Pelaksanaan 2 pembayaran STF dari Pusat ke Provinsi Sosialisasi Panduan Pelaksanaan 3 pembayaran STF dari Provinsi ke Kabupaten/Kota Kompetisi Kuota/usulan calon 4 penerima STF dan pemutakhiran data Kabupaten/Kota 5 Pemenuhan Kuota & Penentuan Calon Penerima STF 6 Pemuktahiran data untuk syarat terbit SKSTF 7 Penerbitan SK Penerima STF

No Kegiatan 8 Penyaluran Tunjangan STF 9 Penerbitan SP2D MONEV Pelaksanaan 10 Pembayaran STF 2012-2013 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 19

BAB IV PENGENDALIAN PROGRAM A. Pengendalian Program 20 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat P2TK terkait berkoordinasi dengan Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan melakukan pengendalian pelaksanaan pembayaran subsidi tunjangan fungsional mencakup semua upaya yang dilakukan dalam rangka menjamin pelaksanaan pembayaran tunjangan profesi agar dapat berjalan sebagaimana mestinya, tepat sasaran dan tepat waktu, tepat jumlah besaran, dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Kegiatan pengendalian penyaluran subsidi tunjangan fungsional ini dilakukan melalui: 1. Pelaksanaan bimbingan teknis program penyaluran subsidi tunjangan fungsional oleh pusat kepada dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota. 2. Pemantauan dan evaluasi (Monitoring dan Evaluasi) dilakukan oleh instansi terkait sampai ke penerima subsidi tunjangan fungsional. 3. Penyelesaian masalah secara terus-menerus dilakukan atas permasalahan yang terjadi dalam proses pelaksanaan pembayaran subsidi tunjangan fungsional.

4. Rekonsiliasi data penerima subsidi tunjangan fungsional dengan instansi terkait. Dengan melakukan pengendalian, akan diperoleh data guru penerima subsidi tunjangan fungsional yang valid dan pelaksanaan penyaluran subsidi tunjangan fungsional sesuai peraturan perundang-undangan. B. Pengawasan Untuk mewujudkan penyaluran subsidi tunjangan fungsional yang transparan dan akuntabel, diperlukan pengawasan oleh aparat fungsional internal dan eksternal sesuai dengan peraturan perundang-undangan. C. Pelaporan dan Rekonsiliasi 1. Dinas pendidikan provinsi wajib menyampaikan laporan setiap bulan kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang ditujukan kepada: a. Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Dasar, Ditjen Dikdas Kompleks Kemdikbud Gedung C Lt. 18, Jalan Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta Pusat 10270. Telp/Fax. (021) 57853580 Email Website : p2tk.dikdas@gmail.com : http://p2tkdikdas.kemdiknas.go.id b. Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan 21

Pendidikan Menengah, Ditjen Dikmen Kompleks Kemdikbud Gedung D Lt. 12, Jalan Jenderal Sudirman, Pintu Satu Senayan, Jakarta Pusat 10270. Telp/Fax. (021) 57974108, 57974113 Email : ptkdikmen@gmail.com atau tunjangandikmen@yahoo.co.id Website : http://p2tkdikmen.kemdiknas.go.id 2. Dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota dapat menyampaikan laporan terkait subsidi tunjangan fungsional untuk guru TK kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui : Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan PAUD-NI, Ditjen PAUD-NI Kompleks Kemdikbud Gedung C Lt. 13, Jalan Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta Pusat 10270. Telp. (021) 57974115 Fax. (021) 57974115/57946130 Email : programptkpaudni@yahoo.co.id atau tunjangangurutk@yahoo.co.id Website : http://pptkpaudni.kemdiknas.go.id D. Sanksi 22 Berdasarkan hasil pemantauan dan laporan dari pihak terkait dan telah dilakukan verifikasi, ternyata ditemukan adanya ketidaksesuaian antara data penerima subsidi tunjangan

fungsional dengan data yang disampaikan untuk keperluan persyaratan pembayaran maka penerima subsidi tunjangan fungsional akan diberikan sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 23

BAB V PENUTUP Panduan pelaksanaan ini merupakan acuan dalam pelaksanaan penyaluran subsidi tunjangan fungsional. Pelaksanaan program subsidi tunjangan fungsional dapat berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan karena adanya komunikasi antara pemerintah pusat, provinsi, maupun tingkat kabupaten/kota. Sehingga diharapkan subsidi tunjangan fungsional mampu memberikan dampak positif pada proses pembelajaran yang lebih baik dan bermutu, serta mendorong perbaikan kinerja guru dalam meningkatkan mutu pendidikan. 24

Lampiran 1 Kuota Subsidi Tunjangan Fungsional P2TK Paudni NO PROVINSI SASARAN JUMLAH 1 DKI Jakarta 5.528 ORG 19.900.800.000 2 Jawa Barat 9.517 ORG 34.261.200.000 3 Jawa Tengah 8.343 ORG 30.034.800.000 4 D.I Yogyakarta 2.304 ORG 8.294.400.000 5 Jawa Timur 20.918 ORG 75.304.800.000 6 NAD 1.761 ORG 6.339.600.000 7 Sumatera Utara 1.941 ORG 6.987.600.000 8 Sumatera Barat 2.418 ORG 8.704.800.000 9 Riau 2.163 ORG 7.786.800.000 10 Jambi 1.063 ORG 3.826.800.000 11 Sumatera Selatan 1.316 ORG 4.737.600.000 12 Lampung 3.095 ORG 11.142.000.000 13 Kalimantan Barat 850 ORG 3.060.000.000 14 Kalimantan Tengah 1.159 ORG 4.172.400.000 15 Kalimantan Selatan 2.309 ORG 8.312.400.000 16 Kalimantan Timur 1.666 ORG 5.997.600.000 17 Sulawesi Utara 708 ORG 2.548.800.000 18 Sulawesi Tengah 1.186 ORG 4.269.600.000 19 Sulawesi Selatan 4.250 ORG 15.300.000.000 20 Sulawesi Tenggara 1.553 ORG 5.590.800.000 21 Maluku 135 ORG 486.000.000 22 Bali 1.086 ORG 3.909.600.000 23 Nusa Tenggara Barat 1.500 ORG 5.400.000.000 24 Nusa Tenggara Timur 708 ORG 2.548.800.000 25 Papua 253 ORG 910.800.000 26 Bengkulu 616 ORG 2.217.600.000 27 Maluku Utara 625 ORG 2.250.000.000 28 Banten 2.100 ORG 7.560.000.000 29 Bangka Belitung 320 ORG 1.152.000.000 30 Gorontalo 1.024 ORG 3.686.400.000 31 Kepulauan Riau 666 ORG 2.397.600.000 32 Papua Barat 29 ORG 104.400.000 33 Sulawesi Barat 532 ORG 1.915.200.000 TOTAL 83.642 ORG 301.111.200.000 25

Lampiran 2 Kuota Subsidi Tunjangan Fungsional P2TK Dikdas 26 NO PROVINSI SASARAN DANA 01 DKI Jakarta 5,528 ORG 19,900,800,000 02 Jawa Barat 9,517 ORG 34,261,200,000 03 Jawa Tengah 8,343 ORG 30,034,800,000 04 D.I Yogyakarta 2,304 ORG 8,294,400,000 05 Jawa Timur 20,918 ORG 75,304,800,000 06 Aceh 1,716 ORG 6,339,600,000 07 Sumatera Utara 1,914 ORG 6,987,600,000 08 Sumatera Barat 2,418 ORG 8,704,800,000 09 Riau 2,163 ORG 7,786,800,000 10 Jambi 1,063 ORG 3,826,800,000 11 Sumatera Selatan 1,316 ORG 4,737,600,000 12 Lampung 3,095 ORG 11,142,000,000 13 Kalimantan Barat 850 ORG 3,060,000,000 14 Kalimantan Tengah 1,159 ORG 4,172,400,000 15 Kalimantan Selatan 2,309 ORG 8,312,400,000 16 Kalimantan Timur 1,666 ORG 5,997,600,000 17 Sulawesi Utara 704 ORG 2,548,800,000 18 Sulawesi Tengah 1,186 ORG 4,269,600,000 19 Sulawesi Selatan 4,250 ORG 15,300,000,000 20 Sulawesi Tenggara 1,553 ORG 5,590,800,000 21 Maluku 135 ORG 486,000,000 22 Bali 1,086 ORG 3,909,600,000 23 Nusa Tenggara Barat 1,500 ORG 5,400,000,000 24 Nusa Tenggara Timur 708 ORG 2,548,800,000 25 Papua 253 ORG 910,800,000 26 Bengkulu 616 ORG 2,217,600,000 27 Maluku Utara 625 ORG 2,250,000,000 28 Banten 2,100 ORG 7,560,000,000 29 Bangka Belitung 320 ORG 1,152,000,000 30 Gorontalo 1,024 ORG 3,686,400,000 31 Kepulauan Riau 666 ORG 2,397,600,000 32 Papua Barat 29 ORG 104,400,000 33 Sulawesi Barat 532 ORG 1,915,200,000 TOTAL 83,368 ORG 301,111,200,000

Lampiran 1 Kuota Subsidi Tunjangan Fungsional P2TK Dikmen NO PROVINSI SASARAN ALOKASI 1 DKI JAKARTA 4.966 ORG 17.877.600.000 2 JAWA BARAT 6.298 ORG 22.672.800.000 3 JAWA TENGAH 4.846 ORG 17.445.600.000 4 DI. YOGYAKARTA 567 ORG 2.041.200.000 5 JAWA TIMUR 4.824 ORG 17.366.400.000 6 NANGGROE ACEH DARUSSALAM 775 ORG 2.790.000.000 7 SUMATERA UTARA 4.483 ORG 16.138.800.000 8 SUMATERA BARAT 508 ORG 1.828.800.000 9 RIAU 1.302 ORG 4.687.200.000 10 JAMBI 759 ORG 2.732.400.000 11 SUMATERA SELATAN 1.859 ORG 6.692.400.000 12 LAMPUNG 1.679 ORG 6.044.400.000 13 KALIMANTAN BARAT 873 ORG 3.142.800.000 14 KALIMANTAN TENGAH 233 ORG 838.800.000 15 KALIMANTAN SELATAN 175 ORG 630.000.000 16 KALIMANTAN TIMUR 607 ORG 2.185.200.000 17 SULAWESI UTARA 326 ORG 1.173.600.000 18 SULAWESI TENGAH 326 ORG 1.173.600.000 19 SULAWESI SELATAN 788 ORG 2.836.800.000 20 SULAWESI TENGGARA 377 ORG 1.357.200.000 21 MALUKU 303 ORG 1.090.800.000 22 BALI 288 ORG 1.036.800.000 23 NUSA TENGGARA BARAT 1.146 ORG 4.125.600.000 24 NUSA TENGGARA TIMUR 674 ORG 2.426.400.000 25 PAPUA 139 ORG 500.400.000 26 BENGKULU 392 ORG 1.411.200.000 27 MALUKU UTARA 163 ORG 586.800.000 28 BANTEN 1.358 ORG 4.888.800.000 29 BANGKA BELITUNG 165 ORG 594.000.000 30 GORONTALO 82 ORG 295.200.000 31 KEPULAUAN RIAU 146 ORG 525.600.000 32 PAPUA BARAT 25 ORG 90.000.000 33 SULAWESI BARAT 151 ORG 543.600.000 TOTAL 41.603 149.770.800.000 27

Lampiran 2 DAFTAR USULAN PENERIMA SUBSIDI TUNJANGAN FUNGSIONAL GURU BUKAN PNS DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN/KOTA TAHUN 2013 NO NAMA NUPTK KAB/KOTA NAMA SEKOLAH SEKOLAH LAHIR STATUS SEKOLAH STATUS GURU PENDIDIKAN TERAKHIR BIDANG STUDI YANG DI AMPU MASA KERTA TEMPAT TANGGAL TAHUN BULAN JML JAM MENGAJAR /MINGU NAMA DI REKENING BANK, 2013 A.N KEPALA DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN/KOTA KABID... (...) Nip.... NAMA BANK NOMOR REKENING NPWP 28