Ma'had al Jamiáh dan Pembinaan Karakter Mahasiswa

dokumen-dokumen yang mirip
Pendidkan Tinggi Bersama

Urgensi, Strategi, dan Implikasi Perubahan IAIN Menjadi UIN

BAB VI PENUTUP. implikasi teoritik, dan keterbatasan studi sebagai berikut: 1. Model integrasi Ma had Sunan Ampel Al-Aly ke dalam sistem pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. diberi muatan-muatan informasi apa saja yang dianggap perlu oleh guru.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Sejarah Singkat Ma had Sunan Ampel al-ali

BAB I PENDAHULUAN. Ketika berinteraksi, individu dihadapkan pada tuntutan-tuntutan, baik dari

DEPARTEMEN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG Jl. Gajayana No. 50 Malang Telepon (0341) , Faksimile (0341)

Sepotong Sejarah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Sosok Pendidik Umat Secara Total dan Dijalani Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN. kualitas hidupnya. Manusia moderen seharusnya mampu memadukan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas. Dunia pendidikan, khususnya perguruan

SURAT PERNYATAAN. Yang bertanda tangan dibawah ini :

BAB I PENDAHULUAN. banyak disampaikan menggunakan bahasa yang berbeda-beda. Sehingga

Peran PTAIN Dalam Pengembangan Pendidikan Islam Di Indonesia

BAB IV RESPON MASYARAKAT TERHADAP SOSOK USTADZ ABDUL QADIR HASSAN DALAM MENGEMBANGKAN PESANTREN PERSATUAN ISLAM BANGIL

PENDAFTARAN PROGRAM BEASISWA SANTRI BERPRESTASI 2018

BAB I PENDAHULUAN. menjadi perusahaan besar bukan tidak adanya suatu sebab. Namun banyak sekali faktor

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. sebelumnya, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

PERLUKAH PERGURUAN TINGGI PASCA PESANTREN. Disusun oleh : Azwan Lutfi Pembina Ponpes As ad Jambi

Membangun Perdaban Islam Sebagai Upaya Meraih Keunggulan Global

BAB I PENDAHULUAN. Islam dalam Kurun Modern, (Jakarta: LP3ES, t.th.), h Karel A. Steenbrink, Pesantren Madrasah Sekolah Pendidikan

MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN PENDIDIKAN

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 308 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEAGAMAAN ISLAM NON FORMAL

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. bab-bab sebelumnya, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

BAB IV PENUTUP. (tradisional) adalah pesantren yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab

BAB I PENDAHULUAN. kenakalan remaja seperti penyalahgunaan obat-obatan terlarang, pergaulan. bebas dan kasus penyimpangan lainnya.

BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG OBJEK PENELITIAN. A. Letak Keadaan Geografis Pondok Pesantren Madrasatul Qur an

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam dunia pesantren ada beberapa hal yang menjadi kendala

BAB I PENDAHULUAN. keinginannya, sehingga hal yang tidak dapat ditinggalkan manusia adalah

BAB I PENDAHULUAN. (punishment) sebagai ganjaran atau balasan terhadap ketidakpatuhan agar

BAB V PEMBAHASAN. A. Upaya Pimpinan Madrasah dalam Penerapan Disiplin. Melihat data yang disajikan, tampak bahwa kepemimpinan kepala MTsN

BAB IV DAMPAK KEBERADAAN PONDOK PESANTREN DALAM BIDANG SOSIAL, AGAMA DAN PENDIDIKAN BAGI MASYARAKAT TLOGOANYAR DAN SEKITARNYA

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang lain. Mereka terikat oleh norma-norma yang berlaku di dalam

BAB I PENDAHULUAN. maupun perempuan (Knoers dkk, 2001: 261). Begitu pula dalam hubungan interaksi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI SEKOLAH BERBASIS PESANTREN DI SMP DARUL MA ARIF BANYUPUTIH KABUPATEN BATANG

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan kaum akademisi yang menempati strata paling

BAB IV ANALISIS PERAN GURU DALAM PROSES PENGEMBANGAN KECERDASAN. Peran Guru dalam Proses Pengembangan Kecerdasan Spiritual siswa di MI Walisongo

2. BAB II TINJAUAN UMUM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian kuantitatif adalah pendekatan kuantitatif yang data-datanya

Merumuskan Pendidikan Islam Berparadigma Al Qur'an dan As Sunnah Sebagai Upaya Meraih Keunggulan Akademik dan Akhlak

BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan. Pondok Pesantren bertugas untuk mencetak manusia yang benarbenar

BAB V PENUTUP. Dalam BAB IV ini dipaparkan tentang: A. Kesimpulan dan B. Saran. meningkatkan kualitas santri adalah:

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. lembaga sekolah, non formal yakni keluarga dan informal seperti halnya pondok

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah keterbatasan dari teori awal adalah ambiguitas tentang proses pengaruh. Sedangkan

Membangun Kemitraan Antar Umat Beragama

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era sekarang ini remaja telah terkontaminasi dengan perkembangan

PROFIL AISYIYAH BOARDING SCHOOL BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Membangun karakter, character building is never ending process

BAB I. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 2 pasal 3. 2

PENGUMUMAN Nomor: 366.A/Dt.I.II/KP.00.2/5/2018

EDARAN DIREKTUR PENDIDIKAN DINIYAH DAN PONDOK PESANTREN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM KEMENTERIAN AGAMA RI

MA HAD ALY ZAD CIANJUR PROGRAM STUDI S1 ILMU AL QUR AN DAN TAFSIR PENERIMAAN MAHASISWA BARU TAHUN AKADEMIK 2018/2019 VISI MISI KEUNGGULAN

BAB I PENDAHULUAN. emosional. Salah satu tahap yang akan dihadapi individu jika sudah melewati. masa anak-anak akhir yaitu masa remaja.

POLA ADAPTASI SOSIAL BUDAYA KEHIDUPAN SANTRI PONDOK PESANTREN NURUL BAROKAH

LAMPIRAN 1 TES EYSENCK

BAB I PENDAHULUAN. aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak

Pesantren dan Format Pendidikan Islam Masa Depan

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Agama tentang Peru

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Abdul Djalal dalam bukunya menjelaskan, Al-Qur an. dan memelihara Al-Qur an oleh sebagian umat Islam terus berlanjut dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Guru merupakan pihak yang bersinggungan langsung dengan

BAB VI PENUTUP. tiga sub bab pokok bahasan, yaitu kesimpulan, implikasi dan saran. 1. Kebijakan kiai dalam penyusunan agenda pengembangan pendidikan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Mahad Sunan Ampel Al-ali UIN Maulana Malik Ibrahim

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: Mizan,1995), hlm Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat,

PEDOMAN WAWANCARA. 1. Barasal adari manakah dana zakat yang ada di Rumah zakat ini sendiri?

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk sosial yang senantiasa saling

BAB IV ANALISIS PROBLEMATIKA PENGAJIAN TAFSIR AL-QUR AN DAN UPAYA PEMECAHANNYA DI DESA JATIMULYA KEC. SURADADI KAB. TEGAL

BAB I PENDAHULUAN. mengalir begitu cepat ini memberikan pengaruh terhadap perilaku peserta

YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM PESANTREN AL-AZHAR

BAB V SISTEM PENDIDIKAN WIRAUSAHA AGRIBISNIS DI PESANTREN WIRAUSAHA AGROBISNIS ABDURRAHMAN BIN AUF

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

PROGRAM DIPLOMA, SARJANA DAN MAGISTER

BAB II. PROFIL MA HAD AL-JAMI AH UIN SUSKA Riau. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Usaha untuk merealisasikan

MANAJEMEN PENDIDIKAN PESANTREN ALIRSYAD DITINJAU DARI ILMU ADMINISTRASI PENDIDIKAN TESIS

BAB I PENDAHULUAN. dengan potensi daerah dan peserta didiknya. peraturan perundang-undangan di atas sudah diatur bahwa pelaksanaan

ANGKET INTENSITAS MENGHAFAL AL-QUR AN PERNYATAAN DAN PERTANYAAN ANGKET

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang.adanya bimbingan konseling, pelatihan-pelatihan, trainingtraining

BAB II GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN MADRASAH TARBIYAH ISLAMIAH TG BERULAK KECAMATAN KAMPAR KABUPATEN KAMPAR

PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Eksistensi pondok pesantren Mamba us Sholihin dalam memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan sehari hari, tanpa disadari individu sering kali bertemu

P R O F I L. Pondok Modern Darul Ihsan Laimu Seram Maluku Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. didik ke arah kedewasaan, kemandirian dan bertanggung jawab. Untuk. hal itu terjadi walaupun memakan waktu lama.

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan. Adapun kesimpulan yang dapat diambil oleh penulis dari hasil penelitian

Keberhasilan Membangun Perguruan Tinggi Islam

Reformasi Birokrasi Sebagai Upaya Peningkatan Mutu Layanan di PTAIN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Dakwah merupakan suatu kegiatan atau usaha yang di lakukan kaum

BAB IV ANALISIS TENTANG POLA BIMBINGAN KARIR BAGI SANTRIWATI DI PONDOK PESANTREN AL-FALAH DAN KETERKAITANNYA DENGAN TEORI BIMBINGAN KARIR

PANDUAN PELAKSANAAN PENGABDIAN ALUMNI PROGRAM BEASISWA SANTRI BERPRESTASI (PBSB)

BAB I PENDAHULUAN. Ibid hlm. 43

BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK

BAB IV ANALISIS FUNGSI PERENCANAAN DAKWAH DALAM MEMBENTUK KADER MUBALLIGH YANG BERWAWASAN KEBANGSAAN

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di dunia ini, dijalani dalam lingkup masyarakat.

BAB V PENUTUP. pendidikan Pesantren Bumi Damai al Muhibbin, dapat dikategorikan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. terhadap perubahan ataupun kemajuan masyarakat.

Transkripsi:

Ma'had al Jamiáh dan Pembinaan Karakter Mahasiswa Akhir-akhir ini banyak perguruan tinggi memandang pentingnya asrama bagi mahasiswa. Asrama mahasiswa tidak saja dilihat sebagai sarana penting sebagai tempat tinggal, melainkan diharapkan memiliki nilai lebih untuk meningkatkan kualitas akademik mahasiswa dan bahkan juga dikaitkan dengan upaya membangun karakter. Atas dasar pandangan itu maka, banyak perguruan tinggi melengkapi sarana pendidikannya dengan asrama mahasiswa atau dikenal dengan sebutan rusunawa. UIN Maulana Malik Ibrahim Malang mulai melengkapi kampusnya dengan asrama mahasiswa yang kemudian disebut dengan nama ma had al aly sejak akhir tahun 1999 yang lalu. Ma had al aly ini oleh karena sudah berumur lebih dari 10 tahun, maka sudah dirasakan menjadi bagian dari universitas. Setiap mahasiswa yang mendaftar dan masuk UIN Malang tanpa ada penjelasan sebelumnya sudah mengetahui, bahwa pada tahun pertama, mereka harus masuk ma had. Pada awalnya, memanmg banyak orang mempertanyakan peran dan fungsi ma had dalam kaitannya dengan pengembangan perguruan tinggi. Ma had atau juga disebut pesantren dianggap memiliki kultur berbeda dengan perguruan tinggi. Oleh sebab itu banyak orang yang skeptis memandang konsep itu. Mereka menganggap bahwa tidak akan mungkin kultur ma had disatukan dengan kultur perguruan tinggi. Selain itu, tidak sedikit orang mempertanyakan posisi ma had dalam struktur organisasi perguruan tinggi. Berbagai pertanyaan tersebut pada awalnya sengaja diabaikan, karena memang belum ada contoh yang bisa dijadikan bukti penjelas, lebih-lebih perpaduan antara dua tradisi yang berbeda tersebut diterapkan di perguruan tinggi yang berstatus negeri. Memang telah ada sebelumnya, pesantren yang membuka perguruan tinggi. Akan tetapi, antara mereka yang berstatus sebagai mahasiswa dan yang yang berstatus sebagai santri adalah berbeda. Oleh karena itu, keberadaan perguruan tinggi di pesantren tidak mem unculkan persoalan baru. Hal itu berbeda dengan konsep ma had al aly UIN Malang, yang para mahasiswanya sekaligus berstatus sebagai santri ma had. Hal yang terkait dengan posisi ma had dalam struktrur organisasi perguruan tinggi dirumuskan bahwa ma had adalah bagian penting dari perguruan tinggi Islam. Misi perguruan tinggi Islam untuk mengantarkan para lulusannya menjadi ulama yang intelek professional dan intelek professional yang ulama, maka kampusnya harus memiliki 9 pilar yang disebut sebagai rukun universitas atau arkanul jaami ah. Adapun yang disebut sebagai rukun universitas itu adalah meliputi sebagai berikut : (1) harus ada guru besar atau dosen yang berkualitas, (2) masjid, (3) ma had al aly, (4) perpustakaan, (5) laboratorium, (6) pusat-pusat kegiatan akademik, (7) pusat-pusat pelayanan administrasi, (8) pusat-pusat pengembangan seni dan olah raga dan (9) sumber-sumber pendanaan yang luas dan kuat. Sebagai sebuah rukun, maka penyebutan masing-masing unsur tersebut harus konsisten, sebab hal itu menggambarkan tingkat urgensi atau kepentingan masing-masing.

Misalnya, guru besar harus disebut paling awal, sebab tanpa guru besar atau dosen tidak akan mungkin,fungsi-fungsi perguruan tinggi akan berjalan dengan sempurna. Demikian pula masjid dan ma had harus ada dan sekaligus memiliki tingkat urgensi yang tinggi untuk membangun spiritualitas dan karakter mahasiswa. Melalui penjelasan seperti itu, maka konsep berupa perpaduan antara perguruan tinggi dan ma had, semakin lama semakin diterima oleh kalangan luas. Bahkan pada saat ini, setelah konsep itu telah berjalan lebih dari 10 tahun, maka semua pihak, khususnya warga kampus sudah merasakan sebagai ciri khas UIN Maliki Malang. Dengan demikian, bagi orang yang tidak mau mengikuti konsep atau program itu, maka tidak akan mendaftar masuk menjadi mahasiswa di kampus ini. Unsur-Unsur Ma had al Jami ah Rupanya kementerian agama dalam hal ini dirjen pendidikan Islam tidak menamai ma had al aly sebagaimana yang sudah lama digunakan oleh UIN Maliki Malang, melainkan menyebutnya dengan ma had al Jami ah. Penyebutan seperti itu kiranya bisa dipahami, yaitu agar menjadi jelas bahwa ma had tersebut adalah bagian dari perguruan tinggi Islam. Bagi UIN Maliki Malang penyebutan ma had al aly memiliki sejarah tersendiri. Penyebutan ma had dan tidak disebut pesantren agar memiliki konotasi modern sebagai sebuah gejala kota. Sedangkan penyebutan al aly sebenarnya agar terbangun rasa bangga di kalangan mahasiswanya. Sebab dengan sebutan al aly, maka ma had tersebut bukan sebagaimana ma had pada umumnya, melainkan ma had tingkat tinggi, dan hal itu sejalan dengan posisi sebagai seorang mahasiswa, berada pada lembaga pendidikan tingkat tinggi. Jadi penggunaan istilah itu sebenarnya untuk memenuhi tuntutan psikologis, agar melahirkan kebanggaan. Berbeda dengan asrama mahasiswa pada umumnya, ma had al Jami ah yang dimaksudkan untuk memberikan nilai lebih, terutama dikaitkan dengan upaya membangun karakter bagi calon ulama Islam, maka fasilitas tersebut harus memenuhi, setidaknya tiga unsur. Yaitu, masjid, rumah pengasuh, dan tempat tinggal mahasiswa atau asrama itu sendiri. Selain ketiga unsur tersebut masih harus ditambah lagi dengan program-program kegiatan kema hadan. Jika ma had al jamiah benar-benar dimaksudkan untuk membangun kultur keulama an dan sekaligus kekokohan intelektual para mahasiswa, maka unsure-unsur tersebut harus dipenuhi. Terkait dengan pentingnya ma had atau pesantren dalam membangun keulama an, pernah Prof.Dr.Mukti Ali membuat statemen yang menarik. Beliau mengatakan bahwa : tidak pernah ada ulama yang lahir dari lembaga selain pesantren. Ulamna selalu lahir dari pesantren. Oleh sebab itu, jika perguruan tinggi Islam diharapkan berhasil melahirkan ulama, maka perguruan tinggi itu harus dilengkapi dengan pesantren atau disebut dengan ma had al Jami ah. Atau disebut ma had al aly untuk UIN Maliki Malang. Melalui ketiga unsur tersebut, yaitu masjid, pengasuh ma had yang juga berada di lingkungan itu, ------menyatu di lokasi asrama mahasiswa, dan asrama mahasiswa, maka akan terbangun tradisi kehidupan spiritual dan intelektual sekaligus. Para mahasiswa pada setiap masuk waktu shalat dengan dipimpin oleh para pengasuk atau kyainya, menjalankan shalat berjama ah, tadarrus al Qur an, menjalankan puasa wajib maupun puasa sunnah dan atau kegiatan-

kegiatan kema hadan lainnya, seperti halaqoh untuk membahas berbagai persoalan yang diperlukan atau diprogramkan secara bersama-sama. Menurut sementara informasi, bahwa banyak asrama yang didirikan oleh perguruan tinggi, yang disebut dengan istilah rusunawa, dianggap belum memberikan kontribusi secara maksimal dalam upaya meningkatkan kualiatas akademik para mahasiswa. Menurut hemat saya, hal itu disebabkan oleh karena fasilitasnya belum semuanya didukung oleh unsur lain yang semestinya ada, yaitu tempat ibadah dan perumahan atau tempat tinggal dosen pengasuhnya. Jika yang ada hanya sebatas tempat tinggal untuk mahasiswa, tanpa dilengkapi dengan tempat ibadah ------masjid, dan rumah pengasuh, maka fasilitas tersebut tidak akan memberi manfaat, kecuali hanya memudahkan mahasiswa mendapatkan tempat tinggal. Posisi Strategis Pengasuh dan Organisasi Santri Ma had Ketika ada rencana membangun ma had al jami ah, maka rupanya yang dipikirkan adalah tentang bagaimana membangun fasilitas gedung tempat tinggal mahasiswa beserta kelengkapan lainnya. Oleh karena itu dalam pembicaraan tentang ma had al jami ah yang lebih sering dipertanyakan adalah berapa jumlah kamar, yang bisa disediakan untuk menampung para mahasiswa. Makin banyak jumlah kamar, maka dianggap persoalan kema hadan sudah selesai. Padahal sebenarnya, keberadaan masjid, kamar mahasiswa, dan rumah pengasuh, adalah sebatas fasilitas yang tidak akan memberi makna apa-apa jika tidak dimanfaatkan oleh mereka yang menempati fasilitas itu. Keberadaan fasilitas tersebuit memang penting, namun yang lebih penting lagi dari semua itu adalah kekuatan penggeraknya. Sedangkan yang saya maksud dengan kekuatan penggerak itu adalah para dosen pengasuh yang bersedia bertempat tinggal di lingkungan ma had. Kehidupan ma had akan sangat tergantung dari integritas, tanggung jawab, keikhlasan, dan ruhhul jihad dari para dosen pengasuh ma had itu. Mereka bertugas tidak pernah berhenti selama 24 jam. Oleh karena itu, jika mereka hanya bekerja atas dasar peraturan, tata tertib, dan atau surat keputusan pimpinan, maka ma had itu tidak akan berjalan sebagaimana yang diinginkan. Kenyataan seperti itu adalah sama dengan pondok pesantren. Bahwa kekuatan pesantren adalah pada pribadi kyainya. Oleh karena itu bahwa sebenarnya, membangun fasilitas ma had tidak lebih sulit dari menggerakkan kehidupan ma had itu sendiri. Sedangkan yang dimaksud sebagai penggerak itu adalah para dosen pengasuhnya itu. Betapa strategisnya posisi dosen pengasuh, bisa digambarkan bahwa, umpama mereka itu kebetulan tidak rajin shalat berjama ah di masjid, maka para santri atau mahasiswa di ma had akan mengikutinya, ----tidak mau ke masjid. Saya mengamati, bahwa para santri dan mahasiswa akan mau menjalankan apa saja yang dianggap baik oleh perguruan tinggi atau kampus, sepanjang pimpinan kampus dan dosen sebagai pengasuhnya telah menjalankan kebaikan itu terlebih dahulu. Berdasarkan pengalaman selama ini, mencari dosen yang sanggup bertindak sebagai pengasuh dengan berbagai tuntutan itu ternyata tidak mudah. Persyaratan sebagai pengasuk ma had al jami ah tidak cukup hanya dilihat dari latar belakang ijazahnya, m isalnya bergelar master atau bahkan doctor. Pengasuh ma had harus berbekalkan kultur kema hadan yang tidak selalu bisa diperoleh dari seperangkat pendidikan atau pelatihan yang bersifat formal. UIN Maliliki Malang pada saat ini dalam mencari dosen pengasuh tidak terlalu sulit

sebagaimana pada awal merintisnya. Umur ma had yang sudah lebih dari 10 tahun, telah menghasilkan alumni, sehingga mereka bisa dikader untuk mengurus lembaga tersebut. Peran strategis selanjutnya adalah organisasi santri kema hadan. Para santri atau mahasiswa pada umumnya akan lebih mudah digerakkan oleh sesama santri atau mahasiswa. Oleh karena itu organisasi para santri yang berada di bawah bimbingan dosen pengasuh itulah sebenarnya yang memiliki kekuatan sebagai penggerak kegiatan ma had. Ma had Sunan Ampel al aly UIN Maliki Malang memiliki organisasi santri yang disusun di masing-masing mabna. Organisasi itu dibentuk oleh mereka sendiri, disusun dan dikembangkan programnya masing - masing. Namun,sebagai pembinanya, maka ditunjuk tenaga-tenaga yang diambilkan dari mahasiswa senior yang berprestasi. Mereka itu disebut sebagai musrif dan musrifah. Para musrif dan musrifah inilah yang berperan sebagai penggerak dan pembimbing langsung terhadap semua kegiatan ma had di bawah bimbingan dan tauladan dari para dewan pengasuh ma had yang dalam hal ini adalah para dosen tetap. Posisi ma had al aly di lingkungan UIN Maliki Malang dianggap sangat strategis, oleh karena itu Mudir ma had al aly ditetapkan sebagai anggota tetap senat universitas. Keberadaan ma had bukan semata-mata sebagai pelengkap dan apalagi tambahan, melainkan sebagai unsur penting dalam universitas. Demikian pula, beberapa kegiatan halaqoh di ma had juga dijadikan sebagai persyaratan untuk mengikuti mata kuliah yang diprogramkan oleh masing-masing fakultas atau jurusan. Melalui cara ini maka posisi ma had benar-benar ikut menentukan, dan oleh karena itu wajib diikuti oleh seluruh mahasiswa UIN Maliki Malang. Hasil Yang Bisa Dirasakan dari Adanya Ma had al Jami ah Hasil dari adanya ma had al jamiah, memang agak sulit dilaporkan secara kuantitatif. Namun hal itu lebih mudah dirasakan atau didiskripsikan dari pada disampaikan dengan angka-angka yang bersifat kuantitatif. Setelah adanya ma had, maka hubungan antara dosen dan mahasiswa dirasakan menjadi semakin dekat. Ikatan-katan formal berupa peraturan atau tata tertib masih ada, dan tidak mungkin dihilangkan, namun hal itu disempurnakan dengan adanya hubungan emosional antara guru m urid itu. Selain itu, kegiatan shalat berjama ah di masjid, tadarrus al Qur an, kegiatan menghafal al Qur an semakin tumbuh di kalangan mahasiswa. Hal yang sangat menggembirakan, bahwa sejak adanya ma had maka banyak prestasi yang lahir yang sebelumnya tidak pernah muncul. Misalnya, semakin banyak mahasiswa yang hafal al Qur an dan sekaligus meraih prestasi akademik, dan bahkan prestasi itu masih ditambah dengan menulis karya ilmiah berbahasa asing. Sebagai contoh lagi, pada wisuda terakhir hari sabtu, tanggal 7 Mei 2011 yang lalu, seorang mahasiswa Fakultas Tarbiyah IP nya tertinggi, ia menulis skripsi tiga bahasa. Demikian pula, ada mahasiswa psikologi, hafal al Qur an 30 juz, sklpsinya ditulis dengan menggunakan Bahasa Arab dan IPnya ternyata tertinggi di fakultasnya. Prestasi yang menggembirakan seperti itu selalu tampak pada setiap kali wisuda. Tentu, masih banyak hal positif lainnhya yang tidak bisa disebut secara lengkap. Akan tetapi, memang adanya ma had Sunan Ampel al aly di UIN Maliki Malang telah dirasakan manfaatnya

baik oleh orang tua, para pimpinan, dosen, karyawan dan mahasiswa sendiri. Oleh karena itu jika kementerian agama berkehendak menjadikan ma had al jami ah sebagai program utama atau unggulan seharusnya segera dimulai dan diberlakukan di semua PTAIN di Indonesia. Saya melihat bahwa program ma had al jami ah adalah pilihan yang tepat untuk meningkatkan kualitas lulusan, baik akademik maupun karakter bagi mahasiswa perguruan tinggi Islam. Wallahu a lam. *) Tulisan dipersiapkan sebagai bahan diskusi di Direktorat Perguruan Tinggi Islam Kementerian Agama, pada tanggal 12 Mei 2011, di Jakarta