PERKEMBANGAN AFEKTIF

dokumen-dokumen yang mirip
PERKEMBANGAN MENTAL PADA REMAJA

PERKEMBANGAN NILAI, MORAL DAN SIKAP

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS. kompetensi perilaku. Hal ini diperjelas Goleman (2006:56) yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan terbatas dalam belajar (limitless caoacity to learn ) yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konsep locus of control pertama kali dirumuskan oleh Rotter berdasarkan teori

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diuraikan lebih jauh mengenai teori-teori yang

BAB I PENDAHULUAN. penting yang perlu diingat bahwa tidak semua informasi yang diperoleh anak dari

EMOSI & PERASAAN. PERTEMUAN KE- 7

PERKEMBANGAN MORAL: TEORI PIAGET & KOHLBERG

BAB I PENDAHULUAN. awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya manusia merupakan individu ciptaan Tuhan Yang

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup tanpa keberadaan dan

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri)

BAB I PENDAHULUAN. awal yaitu berkisar antara tahun. Santrock (2005) (dalam

Masa Kanak-Kanak Akhir. Siti Rohmah Nurhayati

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Anak merupakan generasi penerus dan aset pembangunan. Anak menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi. organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam

Selamat membaca, mempelajari dan memahami materi Rentang Perkembangan Manusia II

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

PERKEMBANGAN SOSIAL PENGERTIAN PERKEMBANGAN SOSIAL 3/22/2012

PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL & PROSES ADAPTASI REMAJA. Asmika Madjri

Oleh: Deasy Wulandari K BAB I PENDAHULUAN

Permasalahan Anak Usia Taman Kanak-Kanak Oleh: Nur Hayati, S.Pd PGTK FIP UNY

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada dua teori etika yang dikenal sebagai deontologi dan teleologi.

`BAB I PENDAHULUAN. mengalami kebingungan atau kekacauan (confusion). Suasana kebingunan ini

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya manusia pasti mengalami proses perkembangan baik dari

PENGARUH BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK MODELING UNTUK MENGURANGI PERILAKU AGRESIF PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 WERU TAHUN PELAJARAN 2017/2018

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI. Rita Eka Izzaty

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Diri. dalam dirinya, ketegangan-ketegangan, konflik-konflik, dan

BAB I PENDAHULUAN. remaja yang berkisar antara tahun. Hurlock (1980: 206) mengemukakan

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

Perkembangan Anak Usia Dini Ernawulan Syaodih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan karena pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan, di dalam suatu pembelajaran harus ada motivasi belajar, agar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

Y. Joko Dwi Nugroho, S.Psi,M.Psi,Psi

Perkembangan Kognitif, Emosi, dan Bahasa pada Masa Kanak-Kanak Akhir. Dosen Pengampu : Dra. Nadlifah, M.Pd.

BAB II LANDASAN TEORI. called adaptation. (Microsoft Encarta Encyclopedia, 2002). Sesuai dengan pengertian tersebut, maka tingkah laku manusia dapat

MASA KANAK-KANAK AKHIR. Rita Eka Izzaty

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbulnya tuntutan efisiensi dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS KURIKULUM TAMAN KANAK-KANAK RELEVANSINYA DENGAN PERKEMBANGAN PSIKIS ANAK DI TK AL HIDAYAH NGALIYAN SEMARANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PERKEMBANGAN KOGNITIF (INTELEKTUAL) (PIAGET) Tahap operasional formal (operasi = kegiatan- kegiatan mental tentang berbagai gagasan) Dapat berpikir lo

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia,1998), seringkali menjadi tema dari banyak artikel, seminar, dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mengarahkan, dan mempertahankan perilaku. Dengan demikian, perilaku yang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial,

BABI PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini masyarakat dikejutkan dengan persoalan-persoalan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi dalam dirinya seorang remaja sehingga sering menimbulkan suatu hal yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proses mental seseorang dapat mempengaruhi tuturan seseorang.

TAHAPAN ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN MANUSIA

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KOHESIVITAS PEER GROUP PADA REMAJA SKRIPSI

PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR. Laelasari 1. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa

EMOSI DAN SUASANA HATI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah internasional adalah sekolah yang melayani siswa yang berasal dari sejumlah

BAB II LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal

BAB I PENDAHULUAN. orang lain dan membutuhkan orang lain dalam menjalani kehidupannya. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

BAB I PENDAHULUAN. tua, lingkungan masyarakat sekitarnya, dan negara. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasiona No 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kecemasan

BAB IV ANALISIS MASALAH. 4.1 Analisis Tentang Kepercayaan Diri Anak Tuna Netra di Balai

MODUL 3 FAKTOR YANG MENDASARI TERJADINYA INTERAKSI SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan manusia. Dalam keluarga komunikasi orang tua dan anak itu. sangat penting bagi perkembangan kepribadian anak.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi. Terjadi pada usia kurang lebih lima

UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1 Ayat 6:

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan

BAB II LANDASAN TEORI

BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. disebut dengan tata tertib. Siswa dituntut untuk menaati tata tertib sekolah di

ARIS RAHMAD F

Tumbuh Kembang Anak Usia KOMPETESI DASAR. 5-6 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Hariandja dalam Tunjungsari (2011) stres adalah ketegangan

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi atau Universitas merupakan lembaga pendidikan tinggi di

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab keluarga, masyarakat dan pemerintah. dapat tercapai sesuai yang diinginkan (Hamalik, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. Pencak silat merupakan budaya dan seni beladiri warisan bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mayang Wulan Sari,2014

KEBAHAGIAAN KELUARGA DILIHAT DARI SUDUT KECERDASAN EMOSI, SOSIAL BAGI ANAK REMAJA. Nurmayani

BAB I PENDAHULUAN. Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori

PENTINGNYA GURU MEMAHAMI KONDISI PSIKOLOGIS PESERTA DIDIK

Transkripsi:

PERKEMBANGAN AFEKTIF PTIK PENGERTIAN AFEKTIF Afektif menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah berkenaan dengan rasa takut atau cinta, mempengaruhi keadaan, perasaan dan emosi, mempunyai gaya atau makna yang menunjukkan perasaan. Perbuatan atau perilaku yang disertai perasaan tertentu disebut warna afektif kadang-kadang kuat, lemah atau tidak jelas. Pengaruh dari warna afektif akan berakibat perasaan menjadi lebih mendalam. Perasaan ini di sebut emosi (Sarlito, 1982). 1

EMOSI Menurut Crow & Crow (1958) : An emotion, is an affective experience that accompanies generalized inner adjustment and mental and physiological stirredup states in the individual, and that shows it self in his overt behavior. (Pengalaman afektif yang disertai penyesuaian dari dalam diri individu tentang keadaan mental dan fisik dan berwujud tingkah laku yang tampak) 2

Jadi, emosi adalah pengalaman afektif yang disertai penyesuaian dari dalam diri individu tentang keadaan mental dan fisik dan berwujud suatu tingkah laku yang tampak. Emosi adalah warna afektif yang kuat dan ditandai oleh perubahan-perubahan fisik PERUBAHAN FISIK KARENA EMOSI 1. Reaksi elektris pada kulit : meningkat bila terpesona 2. Peredaran darah : bertambah cepat bila terkejut 3. Denyut jantung : bertambah cepat kalau kecewa 4. Pernapasan : Bernapas panjang kalau kecewa 5. Pupil mata : membesar kalau marah 6. Liur : mengering kalau takut dan tegang 7. Bulu roma : berdiri kalau takut 8. Pencernaan : buang-buang air kalau tegang 9. Otot : ketegangan dan ketakutan menyebabkan otot menegang atau bergetar 10. Komposisi darah : kompisi darah akan ikut berubah karena emosional yang menyebabkan kelenjar-kelenjar lebih aktif 3

KONDISI EMOSIONAL Cinta/ kasihsayang Kemampuan untuk menerima cinta sama pentingnya dengan kemampuan untuk memberinya. Perasaan ini dapat disembunyikan. Rasa gembira akan dialami apabila segala sesuatunya belangsung dengan baik dan para remaja akan mengalami kegembiraan jika ia diterima sebagai seorang sahabat atau ia jatuh cinta Melalui rasa marahnya seseorang mempertajam tuntutannya sendiri dan pemilikan minatnya sendiri. Banyak ketakutan-ketakutan baru muncul karena adanya kecemasankecemasan dan rasa berani yang bersamaan dengan perkembangan remaja. 4

CIRI-CIRI EMOSIONAL REMAJA Menurut Biehler (1972) Ciri-ciri emosional remaja berusia 12-15 tahun : 1) Banyak murung dan tidak dapat diterka 2) Bertingkah laku kasar 3) Ledakan kemarahan 4) Cenderung tidak toleran terhadap orang lain dan membenarkan pendapatnya sendiri 5) Mulai mengamati orang tua dan guru-guru secara lebih objektif Ciri-ciri emosional remaja berusia 15-18 tahun : 1) Pemberontakan 2) Mengalami konflik dengan orang tua mereka 3) Sering kali melamun, memikirkan masa depan mereka CIRI-CIRI KEMATANGAN EMOSI Mampu menahan diri dan melampiaskan emosinya dengan cara yang tepat Mampu menganalisis situasi dengan kritis, memberikan penilaian terhadap peristiwa atau perlakuan yang diterimanya. Mampu menunjukkan suasana hati yang lebih stabil, dan mulai tenang. 5

METODE BELAJAR PENUNJANG PERKEMBANGAN EMOSI 1) Belajar dengan cara coba-coba Mencoba mengekspresikan emosi dalam bentuk perilaku yang memberikan kepuasan terbesar. 2) Belajar dengan cara meniru mengamati hal-hal yang membangkitkan emosi orang lain kemudian bereaksi sama dengan orang-orang yang diamati. 3) Belajar dengan cara mempersamakan diri Anak hanya menirukan orang yang dikagumi dan mempunyai ikatan emosional yang kuat dengannya. METODE BELAJAR PENUNJANG PERKEMBANGAN EMOSI (2) 4) Belajar melalui pengkondisian Dilakukan dengan cara asosiasi, setelah melewati masa kanak-kanak. Penggunaan metode ini semakin terbatas pada perkembangan masa suka dan tidak suka. 5) Pelatihan atau belajar di bawah bimbingan dan pengawasan, terbatas pada aspek reaksi Anak diajarkan cara bereaksi yang dapat diterima jika suatu emosi terangsang. 6

Hubungan Antara Emosi dan Tingkah Laku serta Pengaruh Emosi Terhadap Tingkah Laku Seseorang yang tidak mudah terganggu emosinya cenderung mempunyai pencernaan yang baik. Gangguan emosi juga dapat menjadi penyebab kesulitan berbicara. Sikap malu-malu, takut atau agresif dapat merupakan akibat dari ketegangan emosi atau frustasi dan dapat muncul dengan hadirnya individu tertentu atau situasi tertentu. Rangsangan yang menghasilkan perasaan yang tidak menyenangkan, akan sangat mempengaruhi hasil belajar dan rangsangan yang menyenangkan akan mempermudah siswa belajar. Perbedaan Individual dalam Perkembangan Emosi Dengan meningkatnya usia semua emosi diekspresikan dengan lebih lunak karena mereka telah belajar reaksi orang lain terhadap luapan emosi. Ekspresi emosional anak-anak, berbedabeda disebabkan oleh keadaan fisik anak, taraf intelektual dan kondisi lingkungan. Cara mendidik dan status sosial ekonomi mempengaruhi emosional yang berkembang 7

Upaya Pengembangan Emosi Remaja dan Implikasinya dalam Penyelenggaraan Pendidikan Emosi remaja awal cenderung banyak melamun dan sulit diterka guru konsisten dalam pengelolaan kelas dan memperlakukan siswa seperti orang dewasa yang penuh tanggung jawab. Untuk mengatasi ledakan kemarahan kita dapat mengubah pokok pembicaraan dan memulai aktivitas baru. Cara yang paling baik untuk menghadapi pemberontakan para remaja adalah mencoba untuk mengerti mereka dan melakukan sagala sesuatu yang dapat dilakukan untuk membantu siswa berhasil berprestasi dalam bidang yang diajarkan. PERKEMBANGAN NILAI, MORAL DAN SIKAP Nilai-nilai kehidupan adalah norma-norma yang berlaku dalam masyarakat, misalnya adat kebiasaan dan sopan santun. Moral adalah ajaran tentang baik buruk perbuatan dan kelakuan, akhlak, kewajiban dan sebagainya. Moral merupakan kontrol dalam bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan nilai-nilai hidup yang dimaksud. Menurut Gerung, sikap secara umum diartikan sebagai kesediaan bereaksi individu terhadap sesuatu hal. Keterkaitan antara nilai, moral, sikap, dan tingkah laku akan tampak dalam pengamalan nilai-nilai. Nilai-nilai perlu dikenal terlebih dulu, kemudian dihayati dan didorong oleh moral, baru akan terbentuk sikap tertentu terhadap nilai-nilai tersebut dan berwujud tingkah laku. 8

PERKEMBANGAN PENALARAN MORAL Moral merupakan bagian dari penalaran (reasoning) yang berkenaan dengan keluasan wawasan mengenai relasi diri dan orang lain, hak dan kewajiban (Kohlberg). Moralitas adalah penyelesaian konflik antara diri dan diri orang lain, antara hak dan kewajiban (Setiono, 1994). TINGKAT PERKEMBANGAN MORAL MENURUT KOHLBERG Tingkat I ; Prakonvensional Pada stadium 1, anak berorientasi kepada kepatuhan dan hukuman Pada stadium 2, Berlaku prinsip Relativistik- Hedonism. Relativisme ini artinya bergantung pada kebutuhan dan kesanggupan seseorang (hedonistik). Bahwa setiap kejadian mempunyai beberapa segi. 9

Tingkat II : Konvensional Stadium 3, orientasi mengenai anak yang baik, anak memperlihatkan orientasi perbuatanperbuatan yang dapat dinilai baik atau tidak baik oleh orang lain. Stadium 4, yaitu tahap mempertahankan norma-norma sosial dan otoritas. Tingkat III : Pasca - Konvensional Stadium 5, merupakan tahap orientasi terhadap perjanjian antara dirinya dengan lingkungan sosial, hubungan timbal balik antara dirinya dengan lingkungan sosial dan masyarakat. Stadium 6. Tahap ini disebut prinsip universal, pada tahap ini ada norma etik disamping norma pribadi dan subjektif. Ada unsur-unsur subjektif yang menilai apakah suatu perbuatan itu baik atau tidak baik. 10

PERUBAHAN PANDANGAN MORAL REMAJA Abstrak, manifestasinya: suka saling bernasihat sesama teman dan kesukaannya pada kata-kata mutiara. Terpusat pada apa yang benar dan apa yang salah. Keadilan muncul sebagai kekuatan moral yang dominan. Penilaian moral didasarkan pada pertimbangan kognitif sehingga remaja mulai menganalisis etika sosial dan menganmbil keputusan kritis terhadap masalah moral. PERUBAHAN PANDANGAN MORAL REMAJA Penilaian moral mengalami perubahan dari egosentris menjadi sosiosentris, misal: terlibat dalam memperjuangkan nasib sesama. Penilaian moral secara psikis berkembang menjadi lebih mendalam yang dapat merupakan sumber emosi dan menimbulkan ketegangan psikologis. 11

Perkembangan Moral 3/22/2012 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Nilai, Moral, dan Sikap Lingkungan Penalaran (reasoning) Upaya Mengembangkan Nilai, Moral, dan Sikap Remaja serta Implikasinya dalam Penyelenggaraan Pendidikan Perwujudan nilai, moral dan sikap tidak terjadi dengan sendirinya. Proses yang dilalui seseorang dalam pengembangan hidup tertentu adalah sebuah proses yang belum seluruhnya dipahami oleh para ahli (Surakhmad, 1980 : 17). Tidak semua individu mencapai tingkat perkembangan moral seperti yang diharapkan, maka kita (guru/ orang tua) dihadapkan dalam masalah pembinaan. 12

UPAYA-UPAYA MENGEMBANGKAN NILAI, MORAL, DAN SIKAP REMAJA diberi kesempatan mengembangkan moral, mis: kerja kelompok pemberian informasi tentang nilai-nilai dan moral Menciptakan Komunikasi Mencitakan Iklim Lingkungan yang Serasi Anak dirangsang supaya lebih aktif 13