ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI LABA P.T. ASURANSI TAKAFUL KELUARGA OLEH DIAN ASTRIA H

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI LABA P.T. ASURANSI TAKAFUL KELUARGA OLEH DIAN ASTRIA H

BAB I PENDAHULUAN. terjadi. Tidak hanya untuk kepentingan pribadi dan keluarga, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. dan dana pensiun. (Tariqullah Khan dan Habib Ahmed, 2008: 48) (2012), tiga diantaranya merupakan asuransi jiwa syariah.

SALINAN NOMOR 18 /PMK.010/2010 TENTANG PENERAPAN PRINSIP DASAR PENYELENGGARAAN USAHA ASURANSI DAN USAHA REASURANSI DENGAN PRINSIP SYARIAH

AKUNTANSI ASURANSI SYARIAH. Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si.

Unsur Fatwa Ketentuan dalam fatwa Implementasi di AJB tijarah tabarru

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Pertumbuhan Industri Asuransi Jiwa Di Indonesia

Asuransi Syariah. Insurance Goes To Campus. Oleh: Subchan Al Rasjid. Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 17 Oktober 2013

BAB IV ANALISIS. A. Pengelolaan dana tabarru pada AJB Bumiputra 1912 kantor cabang

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan uraian serta analisis hasil penelitian yang telah dikemukakan

PT PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE KONSEP SYARIAH

BAB III PELAKSANAAN SISTEM MUD{A>RABAH MUSYA>RAKAH PADA PT. ASURANSI TAKAFUL KELUARGA SURABAYA

BAB II LANDASAN TEORI. tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah.

PRAKTIK ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MAJELIS ULAMA INDONESIA DAN KOMPILASI HUKUM EKONOMI SYARIAH

I. PENDAHULUAN. akan bangkit kembali setelah tahun 2006 yang penuh kesulitan akibat berbagai

BAB II LANDASAN TEORI. Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian, definisi asuransi adalah:

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

Sharing (berbagi resiko). Cara pembayarannya sesuai dengan kebutuhan

BAB V PEMBAHASAN. A. Operasional Produk Mitra Mabrur Plus. masyarakat sebagai calon peserta asuransi.

BAB IV ANALISIS. A. Pelaksanaan Akad Tabarru Pada PT. Asuransi Takaful Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. yang membuat pemanfaatan lembaga keuangan baik bank maupun non bank sulit

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Penentuan Nilai Tunai Pada Asuransi Jiwa Unit Link Konvensional (PRU

BAB I PENDAHULUAN. syariah sebagai salah satu lembaga keuangan nonbank yang penting peranannya.

Pedoman Umum Asuransi Syariah

LAMPIRAN. Lampiran : Fatwa Dewan Syariah Nasional NO: 20/DSN-MUI/IV/2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi Untuk Reksa Dana Syariah.

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat kehidupan manusia tidak dapat terlepaskan dari risiko. Risiko

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah :

I. PENDAHULUAN. Reksa dana adalah wadah pengelolaan dana/modal bagi sekumpulan investor

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan investasi yang di selenggarakan sesuai dengan syariah.

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN PERNYATAAN

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 424/KMK.06/2003 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI

LAMPIRAN IV SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18 /SEOJK.05/2016 TENTANG PELAPORAN PRODUK ASURANSI BAGI PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH DAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN

POLIS ASURANSI DEMAM BERDARAH SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. alat analisis. Hal ini disebabkan karena di masa datang penuh dengan

BAB I PENDAHULUAN. suatu keadaan yang tidak dikehendaki dapat menimbulkan suatu kerugian bisa

BAB 4 PEMBAHASAN. kontribusi yang dibayarkan oleh peserta, dana investasi dari akad mudharabah, hasil

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Daftar Pertanyaan Wawancara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /POJK.05/2015 TENTANG PRODUK ASURANSI DAN PEMASARAN PRODUK ASURANSI

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Penelitian. Istilah syariah adalah sesuatu yang bisa dikatakan sedang marak sejak

BAB III DI PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE

BAB 1 PENDAHULUAN. setiap manusia dalam hidupnya tidak terlepas dari risiko, bahaya atau kerugian

LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18 /SEOJK.05/2016 TENTANG PELAPORAN PRODUK ASURANSI BAGI PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH DAN

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Pengungkapan dalam Laporan Keuangan. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang mengatur industri asuransi,

BAB I PENDAHULUAN Perusahaan Asuransi Umum dengan Prinsip Syariah Perusahaan Asuransi Jiwa yang memiliki Unit Syariah

BAB 2 LANDASAN TEORI. Menurut PSAK No 108, paragraph 7, definisi asuransi syariah adalah:

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 11/PMK.010/2011 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN USAHA ASURANSI DAN USAHA REASURANSI DENGAN PRINSIP SYARIAH

Jenis jenis akad yang akan digunakan di takaful dalam rangka mengeliminir adanya gharar dan maisir adalah :

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN AKHIR Desentralisasi/ Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi

PT Asuransi Takaful Umum Laporan Posisi Keuangan 31 Desember 2011 (dalam Rupiah)

TINJAUAN PUSTAKA. Perbedaan Asuransi Syariah dan Asuransi Konvensional

BAB IV ANALISIS SISTEM BAGI HASIL PRODUK ASURANSI HAJI MITRA MABRUR. A. Pembiayaan Dana Haji Mitra Mabrur AJB Bumiputera 1912 Syari ah

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

BAB VI PENUTUP. Dari uraian pembahasan diatas, maka peneliti menyimpulkan dari hasil

PENGARUH PREMI, KLAIM, HASIL INVESTASI DAN UNDERWRITING TERHADAP LABA ASURANSI JIWA (STUDI KASUS PT. ASURANSI SYARIAH MUBARAKAH) Oleh

BAB I PENDAHULUAN. dari struktur ekonomi bangsa Indonesia termasuk sebagai negara yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Persaingan di dalam dunia bisnis berkembang begitu pesat. Persaingan

LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18 /SEOJK.05/2016 TENTANG PELAPORAN PRODUK ASURANSI BAGI PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH DAN

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN SISTEM MUD{A>RABAH MUSYA>RAKAH PADA PT. ASURANSI TAKAFUL KELUARGA SURABAYA

BAB V PENUTUP. maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Islam yang menjadi bagian tak terpisahkan dari agama Islam

LAPORAN POSISI KEUANGAN UNIT SYARIAH PT AJB BUMIPUTERA 1912 PER 31 DESEMBER 2012 (dalam jutaan rupiah)

BAB II LANDASAN TEORI. dengan sudut pandang yang mereka gunakan dalam asuransi. Adapun definisi

ASURANSI SYARIAH A. Pengertian Asuransi

PENGARUH PREMI, HASIL INVESTASI, KLAIM, UNDERWRITING TERHADAP PENDAPATAN ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA PERIODE

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. yang bergerak dalam bidang jasa dan dapat dijadikan sebagai salah satu. Fatwa DSN-MUI No 21/DSN-MUI/X/2001 Tentang Pedoman Umum

BAB IV. Prudential Life Assurance Kantor Agency Cabang Kudus 1 yaitu PRUlink. Syariah Assurance Account (PAA Syariah) dan PRUlink syariah investor

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian. dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 11/PMK.010/2011 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN USAHA ASURANSI DAN USAHA REASURANSI DENGAN PRINSIP SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. Risiko akan selalu ada dan mengikuti kehidupan manusia. Salah satu. pembangunan, terbakarnya bangunan dan lain sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

01. Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan transaksi asuransi syariah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Menghadapi masa krisis keuangan global, asuransi adalah solusi yang dapat menjadi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. asuransi syariah karena produk tersebut tidak mengandung unsur riba yang

sejak zaman Rasulullah, seperti pembiayaan, penitipan harta, pinjam-meminjam uang, bahkan pengiriman uang. Akan tetapi, pada saat itu, fungsi-fungsi

PENDAHULUAN Asuransi merupakan salah satu alternatif untuk mengalihkan dan mengendalikan risiko finansial dari hal-hal yang tidak diinginkan. Oleh kar

DAFTAR PENYUSUTAN DAN AMORTISASI FISKAL TAHUN PAJAK 2 0 NPWP : NAMA WAJIB PAJAK : BULAN / TAHUN PEROLEHAN HARGA PEROLEHAN (US$)

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini terlihat dari tindakan bank bank konvensional untuk membuka

BAB I. PENDAHULUAN. perbankan konvensional dan sistem perbankan syariah yang berjalan secara

BAB I PENDAHULUAN. misalnya kematian, sakit atau risiko dipecat dari pekerjaannya. Dalam dunia

BAB IV. keuangan dengan bingkai syariah Islam yang berkaitan dengan masalah. keuangan perusahaan. Secara garis besar, fungsi-fungsi perusahaan bisa

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN TOTAL ASET BANK SYARIAH DI INDONESIA OLEH LATTI INDIRANI H

Lebih dekat dengan. Apa itu PRUlink syariah assurance account? 1. Manfaat Kematian (Death Benefit). Keistimewaan. Persyaratan Usia Masuk:

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAYARAN KLAIM ASURANSI JIWA AKIBAT TERTANGGUNG BUNUH DIRI

BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN. A. Sejarah Berdirinya PT.Takaful Keluarga Bandar Lampung

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Penerapan Prinsip Syariah Dalam Akad/Kontrak Pada Asuaransi. Jiwa Bersama (AJB) Syariah Cabang Yogyakarta.

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan syariah di dunia diperkirakan mencapai 250 miliar Dollar AS,

BAB I PENDAHULUAN. yang menghadapi ancaman yang sama (Alfred Manes, 1930). sesungguhnya asuransi bertujuan memberikan perlindungan (proteksi) atas

BAB 1 PENDAHULUAN. Artinya: Dialah Allah yang mengamankan mereka dari ketakutan.

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 11/PMK.010/2011 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN USAHA ASURANSI DAN USAHA REASURANSI DENGAN PRINSIP SYARIAH

Transkripsi:

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI LABA P.T. ASURANSI TAKAFUL KELUARGA OLEH DIAN ASTRIA H14050603 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

2 RINGKASAN DIAN ASTRIA. Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Laba P.T. Asuransi Takaful Keluarga (dibimbing oleh JAENAL EFFENDI) Selama lima tahun terakhir industri asuransi telah menunjukkan kinerja yang cukup baik. Hal ini antara lain diindikasikan oleh meningkatnya jumlah kekayaan yang dikelola dan berhasil diperoleh perusahaan-perusahaan asuransi dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, dimana asuransi jiwa menunjukkan pertumbuhan yang sangat besar pada tahun 2007. Perkembangan kinerja industri asuransi jiwa di Indonesia tidak terlepas dari kontribusi industri asuransi jiwa syariah. Sampai dengan akhir 2007, usaha asuransi jiwa syariah terus mencatat pertumbuhan. Meskipun Indonesia merupakan negara dengan mayoritas penduduknya beragama Islam, perkembangan produk-produk asuransi jiwa dengan prinsip syariah tidak sebaik di Malaysia. Salah satu produk asuransi jiwa syariah yang muncul dipelopori oleh P.T. Syarikat Takaful Indonesia yang berdiri pada tahun 1994, dengan anak perusahaan P.T. Asuransi Takaful Keluarga yang berkonsentrasi pada asuransi jiwa. P.T. Asuransi Takaful Keluarga merupakan perusahaan asuransi jiwa syariah yang pertama sekaligus yang terbesar di Indonesia. Pendapatan premi P.T. Asuransi Takaful Keluarga menguasai hampir setengah penerimaan premi total dari industri asuransi jiwa syariah secara keseluruhan. Namun besarnya pendapatan premi ini tidak diikuti dengan laba yang diterima perusahaan asuransi jiwa syariah tersebut. Laba usaha yang kecil ini disebabkan oleh beban usaha dibandingkan dengan pendapatan usahanya pada P.T. Asuransi Takaful Keluarga yang sangat besar. Hal ini mengindikasikan bahwa P.T. Asuransi Takaful Keluarga kurang efisien dalam menjalankan usahanya. Bila keadaan seperti ini terus terjadi, maka bisnis perusahaan ini bisa terganggu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji perkembangan laba P.T. Asuransi Takaful Keluarga, menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi laba P.T. Asuransi Takaful Keluarga dan menganalisa pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap laba P.T. Asuransi Takaful Keluarga. Penelitian ini menggunakan analisis metode Ordinary Least Square (OLS). Data yang digunakan adalah data sekunder berupa nilai pendapatan premi, hasil investasi, beban klaim, dan beban operasional pada P.T. Asuransi Takaful Keluarga dari tahun 1994 sampai dengan tahun 2007. Berdasarkan hasil pengkajian diketahui bahwa laba dari P.T. Asuransi Takaful Keluarga terus mengalami fluktuasi, dimana kerugian terbesar terjadi pada tahun 2004, yaitu sebesar Rp. 18,36 miliar dan laba tertinggi diraih pada tahun 2007, yaitu sebesar Rp. 8,045 miliar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua variabel yang digunakan dalam model penelitian, yaitu pendapatan premi, hasil investasi, beban klaim, beban operasional, dan dummy krisis moneter, secara statistik signifikan pada taraf nyata 5 % (=5%) artinya kelima variabel bebas tersebut memengaruhi perolehan laba P.T. Asuransi Takaful Keluarga. Semua koefisien regresi variabel bebas memenuhi

hipotesis yang diharapkan. Pendapatan premi dan hasil investasi berpengaruh positif dimana semakin tinggi pendapatan premi dan hasil investasi semakin tinggi pula laba yang dapat diperoleh. Sedangkan beban klaim dan beban operasional berpengaruh negatif, dimana semakin besar beban klaim dan beban operasional maka semakin kecil laba yang dapat diperoleh perusahaan. Berdasarkan hasil analisis, krisis moneter 1997 berpengaruh negatif terhadap laba yang diperoleh perusahaan dibanding sebelum krisis. Berdasarkan hasil penelitian, agar P.T. Asuransi Takaful Keluarga dapat meningkatkan labanya, maka terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan oleh perusahaan ini. Pertama, meningkatkan modal usaha sehingga perusahaan dapat melakukan promosi dengan lebih gencar, dan memperkuat struktur dan infrastruktur perusahaan. Kedua, meningkatkan kualitas Sumberdaya Manusia (SDM) dalam perusahaan dengan cara sertifikasi hingga tingkat agen. Ketiga, melakukan diversifikasi portfolio dengan cara menempatkan dana investasi pada instrumeninstrumen investasi yang memberikan hasil yang terbaik, hal ini dilakukan dengan tetap memperhatikan tingkat risiko pada setiap instrumen investasi yang dipilih serta tetap memenuhi kaidah-kaidah syariah agar mendapat hasil investasi yang optimal. Keempat, meningkatkan efisiensi dalam melakukan operasi, hal ini dapat dilakukan dengan cara memangkas beban atau biaya operasional yang kurang memberikan kontribusi terhadap penjualan produk asuransi dan berfokus pada kegiatan-kegiatan yang dapat benar-benar meningkatkan produktivitas. 3

4 Judul Skripsi Nama NIM : Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Laba P.T. Asuransi Takaful Keluarga : Dian Astria : H14050603 Menyetujui, Dosen Pembimbing Jaenal Effendi, M.A. NIP : 19740729 200604 1 001 Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi, Rina Oktaviani, Ph.D. NIP : 19641023 198903 2 002 Tanggal Lulus :

5 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR- BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. Bogor, Agustus 2009 Dian Astria H14050603

6 RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Dian Astria lahir di Jakarta, tanggal 7 Oktober 1987. Penulis merupakan anak terakhir dari dua bersaudara, dari pasangan E.K. Supriady dan Sri Wastuty. Jenjang pendidikan penulis dilalui dengan baik, penulis menamatkan sekolah dasar pada SDN 12 Pagi Jakarta, kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 221 Jakarta. Lalu penulis meneruskan pendidikannya ke SMA Negeri 80 Jakarta dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun 2005, penulis masuk ke IPB melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi pengurus Hipotesa tahun 2008 pada Divisi Research and Development (Re-D).

7 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan nikmat-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Laba P.T. Asuransi Takaful Keluarga. Skripsi ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan yang disebabkan karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Namun, atas segala karunia-nya serta bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, maka skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Untuk itu, dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hari, penulis inigin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Kedua orang tua penulis yaitu E.K. Supriady dan Sri Wastuty, serta kakak penulis (Nina Pratama) atas dorongan, doa, semangat yang telah diberikan kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi ini. 2. Bapak Jaenal Effendi, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan kepada penulis baik secara teknis maupun teoritis dalam proses pembuatan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik. 3. Bapak Nunung Nuryantono, selaku dosen penguji utama yang telah bersedia menguji dan memberikan masukan, kritik, dan ilmu yang bermanfaar untuk penyempurnaan skripsi ini. 4. Bapak M. Findi Alexandi, selaku dosen penguji komisi pendidikan yang telah memberikan masukan dalam perbaikan tata bahasa untuk penyempurnaan skripsi ini.

8 5. Para dosen yang selama empat tahun ini telah mencurahkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mentransfer ilmunya kepada penulis. 6. Kepala Tata Usaha beserta staf pelaksana Departemen Ilmu Ekonomi yang telah membantu dan bekerja sama dengan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 7. Veronika, Giga, Maria, Echa, Mbak Rina, Ayu, Ava, Firda, Widya, Allen dan teman-teman IE 42 yang telah memberikan bantuan serta dukungan yang sangat berarti bagi penulis selama penyusunan skripsi ini. 8. Semua pihak yang telah membantu penulis pada saat menjadi mahasiswa dan saat penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga skripsi hasil karya penulis dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Bogor, Agustus 2009 Dian Astria H14050603

9 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... 12 DAFTAR GAMBAR... 13 DAFTAR LAMPIRAN... 14 I. PENDAHULUAN... 15 1.1. Latar Belakang... 15 1.2. Perumusan Masalah... 19 1.3. Tujuan Penelitian... 22 1.4. Manfaat Penelitian... 22 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN... 24 2.1. Asuransi Syariah... 24 2.2. Regulasi dalam Perasuransian Syariah di Indonesia... 27 2.2.1. Pedoman Umum Asuransi Syariah... 27 2.2.2. Landasan Kebijakan Investasi Syariah... 30 2.3. Sistem Mekanisme Dana Pada Asuransi Jiwa Syariah... 31 2.4. Laba... 34 2.4.1. Pengertian Laba... 34 2.4.2. Tujuan Pelaporan Laba... 35 2.5. Perhitungan Profitabilitas Pada Asuransi Syariah... 36 2.5.1. Sumber Pendapatan Asuransi Jiwa Syariah... 36 2.5.2. Beban Pada Asuransi Jiwa Syariah... 38 2.6. Keunggulan Asuransi Jiwa Syariah... 40 2.7. Penelitian Terdahulu... 42 2.8. Kerangka Pemikiran... 45 2.9. Hipotesis Penelitian... 47

10 III. METODE PENELITIAN... 49 3.1. Jenis dan Sumber Data... 49 3.2. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laba PT. Asuransi Takaful Keluarga... 50 3.3. Metode Analisis...... 52 3.4. Pengujian Terhadap Model... 53 3.4.1. Uji F Statistik... 53 3.4.2. Uji t... 54 3.4.3. Uji Koefisien Determinasi... 54 3.5. Pengujian Ekonometrik... 55 3.5.1. Uji Multikolinearitas... 55 3.5.2. Uji Autokorelasi... 56 3.5.3. Uji Heteroskedastisitas... 57 3.5.4. Uji Normalitas... 57 IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN... 59 4.1. Profil PT. Asuransi Takaful Keluarga... 59 4.2. Visi, Misi, dan Tujuan PT. Asuransi Takaful Keluarga... 61 4.3. Kebijakan, Sasaran, dan Komitmen PT. Asuransi Takaful Keluarga... 61 4.4. Produk Asuransi PT. Asuransi Takaful Keluarga... 62 4.5. Kinerja Keuangan PT. Asuransi Takaful Keluarga Tahun 2007... 65 V. HASIL DAN PEMBAHASAN... 68 5.1. Perkembangan Laba P.T. Asuransi Takaful Keluarga... 68 5.2. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laba PT. Asuransi Takaful Keluarga... 75 5.2.1. Uji Validasi Model... 75 5.2.2. Uji Statistik... 79 5.2.3. Uji Ekonometrika... 80

11 5.3. Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Terhadap Laba PT. Asuransi Takaful Keluarga... 81 5.3.1. Pengaruh Pendapatan Premi Terhadap Laba PT. Asuransi Takaful Keluarga... 81 5.3.2. Pengaruh Hasil Investasi Terhadap Laba PT. Asuransi Takaful Keluarga... 82 5.3.3. Pengaruh Beban Klaim Terhadap Laba PT. Asuransi Takaful Keluarga... 84 5.3.4. Pengaruh Beban Operasional Terhadap Laba PT. Asuransi Takaful Keluarga... 85 5.3.5 Pengaruh Krisis Ekonomi Terhadap Laba PT. Asuransi Takaful Keluarga... 86 VI. KESIMPULAN DAN SARAN... 87 6.1. Kesimpulan... 87 6.2. Saran... 88 DAFTAR PUSTAKA... 90 LAMPIRAN... 93

12 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1.1 Kekayaan Industri Asuransi Tahun 2003-2007... 16 1.2 Pertumbuhan Usaha Asuransi Jiwa Syariah (2003-2007)... 17 1.3 Pertumbuhan Usaha Asuransi dan Reasuransi Dengan Prinsip Syariah (2004-2007)... 18 1.4 Pangsa Pasar Asuransi Jiwa Syariah.. 18 1.5 Perkembangan Pendapatan Premi dan Aset P.T.Asuransi Takaful Keluarga... 20 2.1 Perbedaan Asuransi Syariah dan Konvensional... 25 5.1 Perkembangan Laba P.T. Asuransi Takaful Keluarga... 69 5.2 Matriks Korelasi... 76 5.3 Hasil Estimasi Regresi Variabel Laba PT. ATK... 78 5.4 Hasil Estimasi Regresi Analisis Komponen Utama Variabel Laba P.T. Asuransi Takaful Keluarga... 78 5.5.Hasil Uji Glejser... 81

13 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 2.1 Mekanisme Pengelolaan Dana Produk yang Mengandung Unsur Tabungan... 32 2.3 Mekanisme Pengelolaan Dana Pada Produk Non Saving... 33 2.5 Bagan Kerangka Pemikiran... 47

14 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Data Penelitian 94 2. Hasil Analisis Regresi 95 3. Hasil Regresi Analisis Komponen Utama... 96 3. Uji Kenormalan.. 99 4. Uji t... 100

15 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha perasuransian sebagai salah satu lembaga keuangan nonbank menjadi semakin penting peranannya. Hal ini dikarenakan selain kegiatan usahanya yang memberikan proteksi kepada masyarakat, asuransi juga merupakan lembaga penghimpun dana yang bersumber dari penerimaan premi asuransi dari masyarakat. Kemudian dana ini dapat diinvestasikan pada sektor-sektor yang produktif dan aman, serta diharapkan industri asuransi ini dapat semakin meningkatkan pergerakan dana masyarakat untuk pembiayaan pembangunan. Kegiatan pembangunan tidak luput dari berbagai risiko yang dapat mengganggu hasil pembangunan yang telah dicapai, sehingga membutuhkan kehadiran usaha perasuransian yang tangguh yang dapat menampung kerugian yang dapat timbul oleh adanya berbagai risiko. Perkembangan industri asuransi di Indonesia tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dan teknologi dalam kehidupan manusia, dimana dengan semakin terbatasnya sumber-sumber kebutuhan manusia dalam usaha untuk meningkatkan kemakmurannya maka bertambah besar pula usaha manusia untuk mendayagunakan sumber-sumber yang ada. Selain itu ikut meningkat pula usaha untuk mengamankan baik atas diri atau keluarga mereka, serta harta miliknya dari peristiwa-peristiwa yang dapat menimbulkan kerugian atau menyebabkan gangguan dalam mencapai tujuan hidup mereka.

16 Selama lima tahun terakhir industri asuransi telah mencatat kinerja yang cukup baik. Hal ini antara lain diindikasikan oleh meningkatnya jumlah kekayaan yang berhasil diperoleh perusahaan-perusahaan asuransi dibandingkan dengan tahuntahun sebelumnya, dimana asuransi jiwa menunjukkan pertumbuhan yang paling tinggi. Tabel 1.1 Kekayaan Industri Asuransi Tahun 2003-2007 (Dalam Miliar Rupiah) Tahun Asuransi Kerugian Reasuransi Asuransi Jiwa Asuransi Sosial dan Jamsostek Asuransi PNS,TNI dan Polri 2003 16.369,4 816,5 32.932,7 27.908,6 16.076,8 2004 19.197,8 953,3 44.878,5 34.562,4 20.313,6 2005 21.254,2 1.147,3 53.940,3 40.246,8 22.826,0 2006 23.760,8 1.221,5 71.034,1 51.546,8 27.371,0 2007 28.418,4 1.369,7 102.172,4 63.598,1 33.304,9 Sumber : Bapepam LK, 2007. Perkembangan kinerja industri asuransi jiwa di Indonesia tidak terlepas dari kontribusi industri asuransi jiwa syariah. Sampai dengan akhir 2007, usaha asuransi jiwa syariah terus mencatat pertumbuhan. Pertumbuhan tersebut antara lain ditunjukkan oleh perkembangan jumlah tertanggung, pendapatan premi, klaim, investasi, dan aset yang sebagian besar terus meningkat setiap tahunnya yang ditunjukkan dalam tabel berikut :

17 Tabel 1.2. Pertumbuhan Usaha Asuransi Jiwa Syariah (2003-2007) Tahun Jumlah Tertanggung (Polis/Perorangan) Pendapatan Premi (Miliar Rp) Klaim (Miliar Rp) Investasi (Miliar Rp) Aset (Miliar Rp) 2003 1.864.114 92,7 37,0 256,0 275,6 2004 2.275.898 148,7 71,9 340,2 401,7 2005 2.711.279 199,1 83,4 407,9 491,4 2006 3.165.462 282,1 99,8 419,7 614,4 2007 3.027.054 511,4 194,2 774,9 1020,2 Sumber : Bapepam LK, 2007. Industri asuransi jiwa syariah mengalami pertumbuhannya yang cukup menakjubkan. Jika industri asuransi konvensional tumbuh rata-rata antara 20 sampai 25 persen, maka asuransi syariah termasuk asuransi jiwa syariah bisa mencapai 40 persen, hal ini membuktikan asuransi syariah memiliki prospek yang bagus. Asuransi jiwa syariah kini menjadi alternatif lain bagi masyarakat yang menginginkan perlindungan atas diri dan keluarganya. Prinsip syariah yang dikembangkannya menjadi kelebihan tersendiri dibandingkan asuransi jiwa konvensional, yaitu dengan adanya profit sharing yang tidak terdapat pada asuransi jiwa konvensional. Saat ini, Indonesia dikenal sebagai salah satu negara dengan jumlah operator asuransi jiwa syariah yang cukup banyak di dunia. Berdasarkan data Biro Perasuransian Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam LK), pada tahun 2007 terdapat 2 perusahaan asuransi jiwa syariah, yaitu P.T. Asuransi Takaful Keluarga dan P.T. Asuransi Syariah Mubarakah serta 13 perusahaan asuransi jiwa yang memiliki unit asuransi syariah.

18 Tabel 1.3 Pertumbuhan Usaha Asuransi dan Reasuransi Dengan Prinsip Perusahaan Tahun Syariah (2004-2007) Asurans i Jiwa Syariah Asuransi Kerugian Syariah Asuransi Jiwa yang memiliki Unit Syariah Asuransi Kerugian yang memiliki Unit Syariah Reasuransi yang memiliki unit Syariah Jumlah 2004 2 1 3 11 1 18 2005 2 1 8 13 2 26 2006 2 1 9 15 3 30 2007 2 1 13 19 3 38 Sumber : Bapepam LK, 2007. Secara keseluruhan, memang pangsa pasar industri asuransi jiwa syariah pada tahun 2007 mengalami pertumbuhan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Namun penguasaan pangsa pasar industri asuransi jiwa syariah di Indonesia masih sangat kecil terhadap industri asuransi jiwa secara keseluruhan. Hal ini antara lain tercermin dari persentase pendapatan premi industri asuransi jiwa syariah yang hanya sebesar 1,03 persen pada tahun 2006 dan meningkat tipis menjadi 1,12 persen pada tahun 2007. Tabel 1.4 Pangsa Pasar Asuransi Jiwa Syariah (Dalam Miliar Rupiah) Keterangan Seluruh Asuransi Jiwa Asuransi Jiwa Syariah Persentase As.Jiwa Syariah Sumber : Bapepam LK, 2007. Pendapatan Premi Klaim Aktiva 2006 2007 2006 2007 2006 2007 27.498,00 45.580,57 14.623,58 19.686,32 71.034,09 102.172,42 282,09 511,37 99,76 195,06 614,39 1.020,20 1,03 % 1,12 % 0,68 % 0,99 % 0,86 % 1,00 %

19 Trend perkembangan industri asuransi jiwa syariah yang terus meningkat setiap tahunnya perlu mendapatkan perhatian khusus dari Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI) dalam melaksanakan bisnis. Hal ini diperlukan agar industri asuransi jiwa syariah bisa terus meningkatkan kinerjanya dan mendapat kepercayaan serta loyalitas dari masyarakat. Oleh karena itu kajian mengenai analisis asuransi jiwa syariah di Indonesia dirasakan cukup penting. 1.2. Rumusan Permasalahan Pertumbuhan permintaan masyarakat terhadap lembaga asuransi membuat perusahaan asuransi berkembang dengan pesat, termasuk di Indonesia. Indonesia dengan mayoritas penduduk beragama Islam mempunyai kekhawatiran tersendiri dengan lembaga keuangan tersebut. Asuransi dikatakan rawan terhadap hal-hal yang tidak sesuai dengan syariat Islam, dimana terdapat unsur gharar (ketidakpastian), maisir (perjudian), dan riba (bunga). Oleh karena itu terdapat alternatif lembaga asuransi syariah bagi masyarakat muslim. Asuransi jiwa syariah tentu saja dijalankan berdasarkan prinsip-prinsip syariah dengan menghilangkan tiga unsur di atas. Meskipun Indonesia merupakan negara dimana mayoritas penduduknya adalah pemeluk agama Islam. Perkembangan produk-produk asuransi jiwa dengan prinsip syariah baru berkembang, salah satunya adalah produk asuransi jiwa syariah yang dipelopori oleh P.T. Syarikat Takaful Indonesia yang berdiri pada tahun 1994, dengan anak perusahaan P.T. Asuransi Takaful Keluarga yang berkonsentrasi pada asuransi jiwa. Setelah itu, asuransi jiwa berbasis syariah mulai digarap oleh beberapa perusahaan asuransi jiwa dengan pendirian divisi syariah.

20 P.T. Asuransi Takaful Keluarga sebagai perusahaan asuransi jiwa syariah yang pertama di Indonesia mengalami perkembangan bisnis yang mengesankan. Perkembangan tersebut dapat dilihat dari jumlah premi dan aset yang cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Berdasarkan data Biro Perasuransian Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam LK) tahun 2007, total aset perusahaan mencapai Rp. 439,6 miliar. Jumlah tersebut meningkat bila dibandingkan pada tahun 2006 yang hanya sebesar Rp. 306,346 miliar. Sementara itu pendapatan premi neto meningkat sebesar 86,27 persen dari Rp. 111,7 miliar pada tahun 2006 menjadi Rp. 208,0 miliar pada tahun 2007. Perkembangan pendapatan premi dan aset P.T. Asuransi Takaful Keluarga dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2007 dapat dilihat pada tabel 1.5. Tabel 1.5 Perkembangan Pendapatan Premi dan Aset P.T. Asuransi Takaful Keluarga (Dalam Miliar Rupiah) Tahun Pendapatan Premi Aset 2003 79,218 136,833 2004 98,022 230,204 2005 108,763 262,213 2006 111,706 306,346 2007 208,080 439,637 Sumber : Bapepam LK, 2007. Pendapatan premi P.T. Asuransi Takaful Keluarga pada tahun 2007, menguasai hampir setengah penerimaan premi total dari industri asuransi jiwa syariah secara keseluruhan yaitu sebesar Rp. 208,080 miliar atau 45 persen dari Rp. 457,687

21 miliar dan sisanya yaitu sebesar Rp. 228,420 miliar merupakan pendapatan premi dari P.T. Asuransi Syariah Mubarakah yang juga merupakan perusahaan asuransi jiwa murni syariah beserta 13 perusahaan asuransi jiwa lainnya yang memiliki unit syariah. Namun besarnya pendapatan premi ini tidak diikuti dengan laba yang diterima oleh perusahaan asuransi jiwa syariah tersebut. Pada kenyataannya laba usaha perusahaan P.T. Asuransi Takaful Keluarga pada tahun 2007 hanya sebesar Rp. 8,045 miliar, dimana jumlah ini kalah dibandingkan dengan laba usaha perusahaan asuransi jiwa yang membuka unit syariah. Laba usaha tertinggi diraih oleh P.T. Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912 yaitu sebesar Rp.23,760 miliar, lalu disusul oleh P.T. Prudential Life Assurance yaitu sebesar Rp. 10,051 miliar. Laba usaha yang kecil ini disebabkan perbandingan antara beban usaha dengan pendapatan usahanya pada P.T. Asuransi Takaful Keluarga yang sangat besar. Hal ini dapat dilihat dari nilai perbandingan antara beban dan pendapatan usahanya yang sebesar 0,97. Nilai perbandingan ini lebih besar daripada nilai perbandingan pada perusahaan asuransi jiwa yang membuka unit syariah, seperti P.T. Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912 dan P.T. Prudential Life Assurance, yang masing-masing nilai perbandingan antara beban usaha dan pendapatan usahanya adalah sebesar 0,84 dan 0,78. Hal ini mengindikasikan bahwa P.T. Asuransi Takaful Keluarga kurang efisien dalam menjalankan usahanya. Bila keadaan seperti ini terus terjadi, maka bisnis perusahaan ini bisa terganggu.

22 Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana perkembangan laba P.T. Asuransi Takaful Keluarga? 2. Faktor-faktor apa saja yang dapat memengaruhi laba P.T. Asuransi Takaful Keluarga? 3. Bagaimana faktor-faktor tersebut memengaruhi laba P.T. Asuransi Takaful Keluarga? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan pada perumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai oleh penelitian ini adalah: 1. Mengkaji perkembangan laba P.T. Asuransi Takaful Keluarga, 2. Menganalisa faktor-faktor apa saja yang dapat memengaruhi laba P.T. Asuransi Takaful Keluarga, 3. Menganalisa pengaruh dari faktor-faktor tersebut terhadap laba P.T. Asuransi Takaful Keluarga. 1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi P.T. Asuransi Takaful Keluarga dan perusahaan asuransi jiwa syariah lainnya, sebagai bahan pertimbangan untuk dapat meningkatkan laba usahanya. Dan bagi masyarakat dalam meningkatkan kesadaran pentingnya asuransi, khususnya asuransi jiwa syariah dalam memberikan perlindungan terhadap pihak yang ditinggalkan (keluarga, ahli waris) bila seseorang meninggal dunia, baik secara tiba-tiba maupun sesuai dugaan berdasarkan prinsip-

23 prinsip syariah. Bagi penulis merupakan proses belajar untuk lebih kritis dalam menganalisis terhadap masalah yang terjadi pada sektor asuransi dan dapat memperluas wawasan penulis mengenai asuransi jiwa syariah.

24 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Asuransi Syariah a. Pengertian Asuransi Syariah Asuransi syariah berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) no. 21 Tahun 2001 tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah adalah usaha saling melindungi dan tolong-menolong di antara sejumlah orang atau pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan atau tabarru' yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah. Asuransi syariah adalah sebuah sistem dimana para peserta asuransi mendonasikan atau menghibahkan sebagian atau seluruh kontribusi yang akan digunakan untuk membayar klaim, jika terjadi musibah yang dialami oleh sebagian peserta. Peranan perusahaan disini hanya sebatas pengelola\ operasional perusahaan serta investasi dari dana-dana yang diberikan kepada perusahaan. Asuransi syariah berazaskan Jaminan Bersama, Penyertaan dalam sebuah skema yang disetujui bersama, dan Membantu satu sama lain dengan menggunakan rekening yang telah ditentukan (rekening tabarru') untuk membayar kerugian yang akan timbul. Sedangkan prinsip asuransi syariah yaitu saling membantu dan bekerjasama, saling melindungi dari berbagai macam kesusahan dan kesulitan, saling bertanggung jawab, serta menghindari unsur gharar (ketidakpastian), maisir (judi atau untung-untungan) dan riba (bunga).

25 Pada asuransi syariah, peserta asuransi melakukan risk sharing (berbagi risiko) dengan peserta yang lainnya. Sementara pada asuransi konvensional, para peserta melakukan risk transfer (transfer risiko) kepada perusahaan asuransi. Maka, jika peserta asuransi syariah mengajukan klaim, dana klaim berasal dari rekening tabarru (kebajikan) seluruh peserta. Berbeda dengan klaim asuransi konvensional yang berasal dari perusahaan asuransinya. b. Perbedaan Sistem Antara Asuransi Syariah dan Konvensional Tabel 2.1. Perbedaan Asuransi Syariah dan Konvensional No. Prinsip Asuransi Konvensional Asuransi Syariah 1. Konsep Perjanjian antara dua pihak atau lebih, dimana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi untuk memberikan penggantian kepada tertanggung. 2 Dewan Pengawas Tidak ada, sehingga dalam Syariah (DPS) banyak prakteknya bertentangan dengan kaidah-kaidah syariah. 3. Akad Akad jual beli (akad mu awadhah, akad idz aan, akad gharar, dan akad mulzim). 4. Jaminan / Risiko Transfer of Risk, dimana terjadi transfer risiko dari tertanggung kepada penanggung. Sekumpulan orang yang saling membantu, saling menjamin, dan bekerja sama, dengan cara masingmasing mengeluarkan dana tabarru. Ada, yang berfungsi untuk mengawasi pelaksanaan operasional perusahaan agar terbebas dari praktekpraktek muamalah yang bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah. Akad tabarru dan akad tijarah (mudharabah, wakalah, wadiah, syirkah, dan sebagainya). Sharing of Risk, dimana terjadi proses saling menanggung antara satu peserta dengan peserta lainnya (ta awun).

26 5. Pengelolaan Dana Tidak ada pemisahan dana, yang berakibat pada terjadinya dana hangus (untuk produk saving (life)). 6. Investasi Bebas melakukan investasi dalam batas-batas ketentuan perundangundangan, dan tidak terbatasi pada halal dan haramnya obyek atau sistem investasi yang digunakan. 7. Kepemilikan dana Dana yang terkumpul dari premi peserta seluruhnya menjadi milik perusahaan. Perusahaan bebas menggunakan dan menginvestasikannya kemana saja. 8. Unsur Premi Unsur premi terdiri dari : tabel mortalita, bunga, dan biaya-biaya asuransi 9. Sumber Pembiayaan Klaim Sumber biaya klaim adalah dari rekening perusahaan, sebagai konsekuensi penanggung terhadap tertanggung. Murni bisnis dan tidak ada Pada produk-produk saving (life) terjadi pemisahan dana, yaitu dana tabarru dan dana tabungan, sehingga tidak mengenal istilah dana hangus. Sedangkan untuk term insurance (life) dan general insurance semuanya bersifat tabarru. Dapat melakukan investasi sesuai ketentuan perundang-undangan, sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah Islam. Bebas dari riba dan tempat-tempat investasi yang terlarang. Dana yang terkumpul dari peserta dalam bentuk iuran atau kontribusi merupakan milik peserta (shohibul mal), perusahaan asuransi syariah hanya sebagai pemegang amanah (mudharib) dalam mengelola dana tersebut. Iuran atau kontribusi terdiri dari unsur tabarru dan tabungan (yang tidak mengandung unsur riba). Tabarru juga dihitung dari tabel mortalita, tetapi tanpa perhitungan bunga teknik. Sumber pembiayaan klaim diperoleh dari rekening tabarru, dimana peserta saling menanggung. Jika salah satu mendapat musibah, maka peserta

27 10. Keuntungan (Profit) Sumber : Sula, 2004. nuansa sprirtual. Keuntungan yang diperoleh dari surplus underwriting, komisi reasuransi, dan hasil investasi seluruhnya adalah keuntungan perusahaan. lainnya ikut menanggung bersama risiko tersebut. Profit yang diperoleh dari surplus underwriting *, komisi reasuransi ** dan hasil investasi, bukan seluruhnya menjadi milik perusahaan, tetapi dilakukan bagi hasil (mudharabah) dengan peserta. 2.2. Regulasi dalam Perasuransian Syariah di Indonesia 2.2.1. Pedoman Umum Asuransi Syariah Majelis Ulama Indonesia, melalui Dewan Syariah Nasional, mengeluarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No: 21/DSNMUI/X/2001 tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah sebagai berikut: Pertama : Ketentuan Umum 1. Asuransi syariah (Ta min, Takaful atau Tadhamun) adalah usaha saling melindungi dan tolong-menolong di antara sejumlah orang atau pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan atau tabarru yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah, * Surplus yang diperoleh dari kumpulan dana peserta yang diinvestasikan, lalu dikurangi beban asuransi seperti reasuransi dan klaim (Sula,2004) * Komisi yang diberikan oleh reasuradur (perusahaan reasuransi) kepada perusahaan asuransi sehubungan dengan penempatan bisnis kepada perusahaan reasuransi (Kamus Istilah Asuransi Jiwa, 1996)

28 2. Akad yang sesuai dengan syariah yang dimaksud pada point (1) adalah yang tidak mengandung gharar (penipuan), maisir (perjudian), riba, zhulm (penganiayaan), risywah (suap), barang haram dan maksiat, 3. Akad tijarah adalah semua bentuk akad yang dilakukan untuk tujuan komersial, 4. Akad tabarru adalah semua bentuk akad yang dilakukan dengan tujuan kebajikan dan tolong-menolong, bukan semata untuk tujuan komersial, 5. Premi adalah kewajiban peserta asuransi untuk memberikan sejumlah dana kepada perusahaan asuransi seuai dengan kesepakatan dalam akad, 6. Klaim adalah hak peserta asuransi yang wajb diberikan oleh perusahaan asuransi sesuai dengan kesepakatan dalam akad. Kedua : Akad dalam asuransi 1. Akad yang dilakukan antara peserta dengan perusahaan terdiri atas akad tijarah dan atau akad tabarru, 2. Akad tijarah yang dimaksud dalam ayat (1) adalah mudharabah. Sedangkan akad tabarru adalah hibah, 3. Dalam akad, sekurang-kurangnya harus disebutkan: a. Hak & kewajiban peserta dan perusahaan; b. Cara dan waktu pembayaran premi; c. Jenis akad tijarah dan atau akad tabarru serta syarat-syarat yang disepakati, sesuai dengan jenis asuransi yang diakadkan.

29 Ketiga : Kedudukan para pihak dalam akad tijarah & tabarru 1. Dalam akad tijarah (mudharabah), perusahaan bertindak sebagai mudharib (pengelola) dan peserta bertindak sebagai shahibul mal (pemegang polis), 2. Dalam akad tabarrru (hibah), peserta memberikan hibah yang akan digunakan untuk menolong peserta lain yang terkena musibah. Sedangkan perusahaan bertindak sebagai pengelola dana hibah. Keempat : Ketentuan dalam akad tijarah & tabarru 1. Jenis akad tijarah dapat diubah menjadi jenis akad tabarru, bila pihak yang tertahan haknya, dengan rela melepaskan haknya sehingga menggugurkan kewajiban pihak yang belum menunaikan kewajibannya, 2. Jenis akad tabarru tidak dapat diubah menjadi jenis akad tijarah. Kelima : Jenis asuransi dan akadnya 1. Dipandang dari segi jenis, asuransi itu terdiri atas asuransi kerugian dan asuransi jiwa, 2. Sedangkan akad bagi kedua jenis asuransi tersebut adalah mudharabah dan hibah. Keenam : Premi 1. Pembayaran premi didasarkan atas jenis akad tijarah dan jenis akad tabarru, 2. Untuk menentukan besarnya premi perusahaan asuransi syariah dapat menggunakan rujukan, misalnya tabel mortalita untuk asuransi jiwa dan tabel morbidita untuk asuransi kesehatan, dengan syarat tidak memasukkan unsur riba dalam penghitungannya,

30 3. Premi yang berasal dari jenis akad mudharabah dapat diinvestasikan dan hasil investasinya dibagi-hasilkan kepada peserta, 4. Premi yang berasal dari jenis akad tabarru dapat diinvestasikan. 2.2.2. Landasan Kebijakan Investasi Syariah Investasi bagi perusahaan yang menggunakan prinsip syariah harus pada bentuk-bentuk dan cara yang diperbolehkan oleh Islam serta adanya pengawasan dari Dewan Syariah Nasional. Berdasarkan keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan No.4499/LK/2000 tentang Jenis, Nilai, dan Pembatasan Investasi Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi Dengan Sistem Syariah, jenis investasi bagi perusahaan asuransi dengan sistem syariah terdiri dari: 1. Deposito dan sertifikat deposito syariah, 2. Sertifikat wadi ah Bank Indonesia, 3. Saham syariah yang tercatat di bursa efek, 4. Obligasi syariah yang tercatat di bursa efek, 5. Surat berharga syariah yang diterbtkan atau dijamin oleh Pemerintah, 6. Unit penyertaan reksadana syariah, 7. Penyertaan langsung syariah, 8. Bangunan atau tanah dengan bangunan untuk investasi, 9. Pembiayan kepemilikan tanah dan atau bangunan, kendaraan bermotor, dan barang modal dengan skema murabahah (jual beli dengan pembayaran ditangguhkan), 10. Pembiayaan modal kerja dengan skema mudharabah (bagi hasil),

31 11. Pinjaman polis. 2.3. Sistem Mekanisme Dana Pada Asuransi Jiwa Syariah a. Sistem pada Produk Saving (Ada unsur tabungan) Setiap peserta wajib membayar sejumlah uang (premi) secara teratur kepada perusahaan. Besar premi yang dibayarkan tergantung kepada keuangan peserta. Akan tetapi, perusahaan menetapkan jumlah minimum premi yang akan dibayarkan. Setiap premi yang dibayarkan oleh peserta, akan dipisah dalam dua rekening yang berbeda, yaitu: 1. Rekening Tabungan Peserta, yaitu dana yang merupakan milik peserta, yang dibayarkan bila: a. perjanjian berakhir, b. peserta mengundurkan diri, c. peserta meninggal dunia. 2. Rekening Tabarru, yaitu kumpulan dana kebajikan yang telah diniatkan oleh peserta sebagai iuran dana kebajikan untuk tujuan saling menolong dan saling membantu, yang dibayarkan bila: a. peserta meninggal dunia, b. perjanjian telah berakhir (jika ada surplus dana). Sistem inilah yang disebut sebagai implementasi dari akad takafuli dan akad mudharabah, sehingga asuransi syariah dapat terhindar dari unsur gharar dan maisir. Selanjutnya kumpulan dana peserta itu diinvestasikan sesuai dengan syariat Islam. Tiap keuntungan dari hasil investasi, setelah dikurangi dengan beban asuransi (klaim

32 dan premi reasuransi), akan dibagi menurut prinsip al-mudharabah. Persentase pembagian mudharabah dibuat dalam suatu perbandingan tetap berdasarkan perjanjian kerja sama antara perusahaan dan peserta, misalnya dengan 70:30, 60:40, dan seterusnya. Lebih jelas dapat dilihat pada gambar berikut: Keuntungan Perusahaan PERUSAHAAN Biaya Operasional PESERTA INVESTASI 30%(Contoh) Hasil Investasi 70 % (Contoh) Premi Takaful Rekening Tabungan Total Dana Rekening Tabungan Rekening Tabungan Bayar Pada Peserta Rekening Khusus Rekening Khusus Manfaat Takaful Bayar Pada Peserta Sumber: Sula, 2004. Gambar 2.1. Mekanisme Pengelolaan Dana Produk yang Mengandung Unsur Tabungan b. Sistem pada Produk Non Saving Setiap premi yang dibayar oleh peserta, akan dimasukkan dalam rekening tabarru perusahaan, yaitu kumpulan dana yang telah diniatkan oleh peserta sebagai

33 iuran dan kebajikan untuk tujuan saling menolong dan membantu dan dibayarkan bila : a. peserta meninggal dunia, b. perjanjian telah berakhir (jika ada surplus dana). Kumpulan dana peserta ini akan diinvestasikan sesuai dengan syariat Islam. Keuntungan hasil investasi setelah dikurangi dengan beban asuransi (klaim dan premi asuransi), akan dibagi antara peserta dan perusahaan menurut prinsip al-mudharabah dalam suatu perbandingan tetap berdasarkan perjanjian kerja sama antara perusahaan dan peserta. Lebih jelasnya dapat dilihat dalam gambar 2.2. Perusahaan Keuntungan Perusahaan Biaya Operasional Hubungan Al-Mudharabah Investasi Hasil Investasi Bagian Perusahaan Premi Takaful Total Dana Total Dana Beban Asuransi Surplus Operasi 60% (contoh) 40 % (contoh) Bagian Peserta Sumber: Sula, 2004. Gambar 2.2. Mekanisme Pengelolaan Dana Pada Produk Non Saving

34 2.4. Laba 2.4.1. Pengertian Laba Menurut Kuswadi (2005), secara sederhana laba atau rugi adalah pendapatan dikurangi seluruh beban atau biaya yang telah dikeluarkan, sebagaimana terlihat dalam persamaan laba rugi di bawah ini. LABA/RUGI = PENDAPATAN BEBAN/BIAYA Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul akibat aktivitas normal perusahaan selama satu periode. Arus masuk ini tidak berasal dari kontribusi penanaman ekuitas, tetapi dapat mengakibatkan kenaikan ekuitas. Arus masuk bruto adalah jumlah pendapatan yang diterima dan dapat diterima oleh perusahaan untuk dirinya sendiri. Pendapatan yang dimaksud disini adalah pendapatan bersih dari hasil operasi perusahaan atau jasa, bunga, royalti, dan dividen sebagai hasil penggunaan aktiva perusahaan oleh pihak lain. Pendapatan bersih adalah pendapatan setelah dikurangi semua biaya langsung yang melekat pada pendapatan tersebut seperti komisi penjualan, retur, diskon, dan sebagainya. Biaya adalah semua pengeluaran untuk mendapatkan barang atau jasa dari pihak ketiga. Dalam perhitungan laba rugi, besarnya biaya ini akan mengurangi laba atau menambah rugi perusahaan. Menurut Ahmed Belkaouli (1997), laba secara operasional didefinisikan sebagai perbedaan antara pendapatan yang direalisasi yang timbul dari transaksi periode tersebut dan biaya historis yang sepadan dengannya. Laba merupakan suatu

35 pos dasar dan penting dari ikhtisar keuangan yang memiliki berbagai kegunaan dalam berbagai konteks. Laba umumnya dipandang sebagai suatu dasar bagi : 1. Pembuatan kebijakan dividen dan penahanan laba suatu perusahaan. 2. Laba pada umumnya dipandang sebagai suatu investasi dan pedoman pengambilan keputusan. 3. Laba dipandang sebagai suatu peralatan prediktif yang membantu dalam peramalan laba mendatang dan peristiwa ekonomi yang akan datang. 2.4.2. Tujuan pelaporan laba (Zaki, 1992) Tujuan pelaporan laba dibagi atas: 1. Tujuan umum, yaitu laba harus merupakan hasil penerapan aturan dan prosedur yang logis serta konsisten secara internal. 2. Tujuan utama, yaitu memberikan informasi yang berguna bagi mereka yang saling berkepentingan dengan laporan keuangan. Laba harus dievaluasi berdasarkan dimensi perilaku, salah satunya adalah kemampuan meramal. 3. Tujuan khusus, yaitu penggunaan laba sebagai pengukur efisiensi manajemen penggunaan angka laba historis untuk meramal keadaan saham dan distribusi dividen di masa yang akan datang dan penggunaan laba sebagai pengukur keberhasilan serta sebagai pedoman pengambilan keputusan manajerial di masa yang akan datang.

36 2.5. Perhitungan Profitabilitas Perusahaan Asuransi Jiwa Syariah Laba atau profitabilitas adalah selisih antara pendapatan yang lebih besar atas pengeluaran. Suatu perusahaan yang secara konsisten menghasilkan laba dapat terus melakukan bisnis, tumbuh dan meningkatkan kesejahteraan atau meningkatkan nilai perusahaan. Sebaliknya, perusahaan yang terus mengalami kerugian akhirnya akan menghilang dari dunia bisnis. Besarnya laba yang didapat oleh perusahaan ditentukan dari besarnya total pendapatan yang diterima perusahaan dan besarnya total biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan. 2.5.1. Sumber Pendapatan Asuransi Jiwa Syariah a. Pendapatan Premi Menurut Sula (2004), premi pada asuransi syariah adalah sejumlah dana yang dibayarkan oleh peserta yang terdiri atas Dana Tabungan dan Tabarru kepada perusahaan asuransi sesuai dengan kesepakatan dalam akad. Dana tabungan adalah dana titipan dari peserta asuransi syariah dan akan mendapatkan alokasi bagi hasil dari pendapatan investasi bersih yang diperoleh setiap tahun. Sedangkan tabarru adalah derma atau dana kebajikan yang diberikan dan diikhlaskan oleh peserta, jika sewaktu-waktu akan dipergunakan untuk membayar klaim atau manfaat asuransi. Unsur tabarru, perhitungannya diambil dari tabel mortalitas (harapan hidup), yang besarnya tergantung usia dan masa perjanjian. Semakin tinggi usia dan semakin panjang masa perjanjian, maka semakin besar pula nilai tabarru -nya. Besarnya dana tabarru berada pada kisaran 0,75 persen sampai 12 persen dari premi tahun pertama.

37 Premi pada asuransi syariah disebut juga net premium karena hanya terdiri dari mortalitas (harapan hidup), dan di dalamnya tidak terdapat unsur loading (komisi agen, biaya administrasi, dan lain-lain). Dan juga tidak mengandung unsur bunga sebagaimana pada asuransi konvensional. Namun karena pertimbangan pasar dan kondisi sosial masyarakat, dimana tidak mungkin di Indonesia yang saat ini asuransi syariah belum terlalu dikenal, tidak menggunakan tenaga agen. Oleh karena itu beberapa perusahaan masih mendapat izin dari Dewan Pengawas Syariah (DPS) untuk mengenakan biaya loading dalam jumlah tertentu dari premi tahun pertama, dengan syarat pengenaan biaya loading ini diketahui oleh peserta asuransi. Pendapatan premi asuransi diperoleh melalui penjualan produk dan jasa asuransi ke peserta asuransi. Pendapatan premi adalah jumlah pendapatan premi resmi dari penjualan polis asuransi yang biasanya diukur dalam periode satu tahun. Pendapatan ini merupakan faktor terbesar yang mempengaruhi laba perusahaan asuransi. Oleh karena itu, penetapan premi mempunyai peranan yang penting dalam strategi perusahaan. Tarif premi yang ditetapkan oleh perusahaan asuransi sebagian besar didasari oleh jumlah risiko yang akan ditanggung oleh perusahaan asuransi tersebut untuk polis yang diterbitkan. Jika perusahaan asuransi secara konsisten salah menilai risiko yang akan ditanggung, maka premi yang ditetapkan tidak akan cukup untuk membayar klaim dan manfaat yang dijanjikan. b. Hasil Investasi Hasil investasi diperoleh perusahaan asuransi melalui penanaman modal dengan melakukan diversifikasi portfolio untuk mendapatkan perolehan bagi hasil

38 yang optimum. Setelah semua dana terkumpul baik dari dana tabarru dan atau dana tabungan, seluruh dana tersebut wajib diinvestasikan oleh perusahaan sesuai dengan kaidah syariah. Hasil investasi memegang peranan yang penting bagi pendapatan perusahaan asuransi jiwa syariah. Pada asuransi syariah terdapat sistem bagi hasil, dimana dari hasil investasi itulah akan diadakan bagi hasil antara perusahaan dan peserta asuransi. Bagi hasil tersebut beserta dana tabungan akan diberikan kembali kepada peserta asuransi ketika terjadi klaim, baik berupa klaim nilai tunai maupun klaim manfaat asuransi. Oleh karena itu menjadi sangat penting bagi perusahaan asuransi untuk melakukan investasi pada instrumen investasi yang memberikan return on investment yang paling besar dengan tetap memperhatikan tingkat risiko dari instrumen investasi yang digunakan dan tentu saja harus sesuai dengan kaidah syariah. Selain itu penggunaan instrumen investasi pada asuransi syariah harus mengikuti Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan No.4499/LK/2000 tentang Jenis, Nilai, dan Pembatasan Investasi Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi Dengan Sistem Syariah. 2.5.2. Beban atau Biaya Pada Asuransi Jiwa Syariah a. Beban Klaim Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah, klaim adalah hak peserta asuransi yang wajb diberikan oleh perusahaan asuransi sesuai dengan kesepakatan dalam akad. Pada asuransi syariah sumber pembiayaan klaim diperoleh dari rekening tabarru. Rekening tabarru adalah rekening dana tolong-menolong dari seluruh peserta yang sejak awal sudah

39 diakadkan dengan ikhlas oleh peserta untuk sewaktu-waktu digunakan untuk memberikan uang pertanggungan ketika terjadi klaim. Pengeluaran terbesar pada perusahaan asuransi jiwa berasal dari klaim asuransi, baik berupa klaim manfaat asuransi maupun klaim nilai tunai. Klaim manfaat asuransi terjadi ketika peserta asuransi tersebut meninggal dunia. Sedangkan klaim nilai manfaat terjadi ketika kontrak berakhir atau peserta asuransi karena alasan-alasan tertentu membatalkan kontraknya sebelum masa reversing period. Administrasi klaim terdiri dari beberapa kegiatan yang pada dasarnya sama untuk sebagian besar pertanggungan. Umumnya, sesorang atau sistem yang menangani klaim akan menentukan apakah informasi yang diserahkan atas suatu klaim telah sesuai dengan pertanggungan yang tercantum dalam suatu polis, sehingga orang atau sistem tersebut dapat mengambil keputusan untuk menyetujui atau menolak pengajuan klaim. b. Beban Operasional Beban operasional adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk menjaga agar usahanya dapat terus berjalan. Beban operasional pada asuransi terdiri dari: 1. Beban akuisisi Menurut Peraturan Menteri Keuangan No. 74 /PMK.010/2007 tentang Penyelenggaraan Pertanggungan Asuransi, biaya atau beban akuisisi adalah biayabiaya yang dibayarkan penanggung kepada pemegang polis atau pihak ketiga dalam rangka perolehan bisnis.

40 2. Beban pemasaran Beban pemasaran merupakan pengeluaran yang harus dipersiapkan oleh perusahaan asuransi dalam rangka membiayai proses penjualan dan distribusi produk dan jasa asuransi ke calon peserta asuransi. Beban pemasaran terutama terletak pada biaya yang dikeluarkan untuk melakukan promosi seperti iklan, personal selling, maupun hubungan masyarakat dalam rangka meningkatkan penjualan produk asuransi, dalam penelitian pada penjualan produk asuransi syariah. 3. Beban administrasi dan umum Beban administrasi dan umum adalah beban-beban yang merupakan support dari bisnis, seperti keuangan, pemasaran, teknologi, sumberdaya manusia, dan lainnya. Seiring dengan makin berkembangnya bisnis, maka beban ini juga semakin besar. 2.6. Keunggulan Asuransi Jiwa Syariah 1. Bebas dari Gharar (Ketidakpastian) Gharar terjadi ketika peserta asuransi dan perusahaan asuransi sama-sama tidak mengetahui secara pasti berapa yang mereka terima dan berapa yang harus mereka berikan. Peserta asuransi tidak mengetahui berapa besar uang premi yang harus mereka bayarkan dan berapa uang pertanggungan yang akan mereka dapatkan. Sedangkan perusahaan asuransi tidak mengetahui secara pasti berapa uang premi yang akan mereka terima dan berapa uang pertanggungan yang harus mereka berikan. Hal ini terjadi karena semua tergantung terjadi atau tidaknya peristiwa yang

41 diasuransikan, dalam penelitian ini kematian, pada saat kontrak asuransi masih berjalan. Dalam asuransi syariah, masalah gharar diatasi dengan mengganti akad tabaduli (jual beli) dengan akad takafuli (tolong-menolong) atau akad tabarru dan akad mudharabah (bagi hasil). Mekanisme dana pada asuransi syariah, premi yang dibayarkan peserta dibagi dalam dua rekening yaitu rekening tabungan dan rekening tabarru. Pada rekening tabarru inilah ditampung semua dana tabarru peserta. Selanjutnya dari dana inilah, klaim-klaim peserta dibayarkan apabila ada diantara peserta yang meninggal atau mengambil nilai tunai. 2. Bebas dari Maisir (Judi) Maisir berarti ada salah satu pihak yang untung, namun dilain pihak justru mengalami kerugian. Pada asuransi konvensional, ketika peserta asuransi karena sebab-sebab tertentu membatalkan kontraknya sebelum masa reversing period, biasanya tahun ketiga, maka yang bersangkutan tidak akan menerima kembali premi yang telah dibayarkan sama sekali. Hal ini dikarenakan premi tersebut telah habis digunakan untuk komisi agen. (Antonio dalam Sula, 2004) Dalam asuransi syariah, reversing period, bermula dari awal akad dimana setiap peserta mempunyai hak untuk mendapatkan nilai tunai (cash value) kapan saja, dan mendapatkan semua uang yang telah dibayarkan kecuali sebagian kecil saja. Yaitu, uang yang telah diniatkan untuk dana tabarru yang sudah dimasukkan ke dalam rekening khusus peserta dalam bentuk tabarru.

42 3. Bebas dari Riba (Bunga) Asuransi syariah tidak mengandung riba (unsur bunga), yaitu bunga teknik atau bunga aktuaria, yang telah ditentukan di awal pembuatan produk asuransi. Sehingga tidak terjadi salah kalkulasi ketika terjadi penurunan bunga SBI, bunga deposito, atau bunga kredit yang berakibat ruginya perusahaan asuransi, karena selisih antara bunga teknik dan bunga di pasar sangat tipis sehingga tidak cukup untuk menutupi biaya-biaya operasional. Pada asuransi syariah, hal ini tidak akan terjadi karena premi pada asuransi syariah tidak terdapat unsur bunga. Tetapi yang terjadi adalah perhitungan bagi hasil jika menggunakan akad mudharabah di akhir masa kontrak berdasarkan realitas bisnis yang terjadi. 4. Adanya Bagi Hasil (Profit Sharing) Pada asuransi konvensional, semua keuntungan dari kegiatan usahanya akan menjadi milik perusahaan karena dianggap semua dana premi yang masuk adalah milik perusahaan. Sebaliknya, pada asuransi syariah, terdapat bagi hasil antara perusahaan dan peserta asuransi yang bersumber dari investasi yang dilakukan oleh perusahaan. 2.7. Penelitian Terdahulu a. Michelia Eva Palupy (2006) : Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Tingkat Pendapatan Perusahaan Asuransi Jiwa di Indonesia Berdasarkan hasil pengujian statistik terhadap model persamaan regresi pendapatan perusahaan asuransi jiwa di Indonesia, variabel-variabel eksogen yang

43 digunakan berupa penerimaan premi, hasil investasi, klaim, lapses, dan dummy krisis, dimana semua variabel tersebut secara signifikan berpengaruh terhadap tingkat pendapatan industri asuransi jiwa di Indonesia. Penerimaan premi merupakan variabel yang paling berpengaruh positif terhadap tingkat pendapatan perusahaan asuransi jiwa, sedangkan variabel yang pengaruhnya paling kecil terhadap pendapatan perusahaan asuransi jiwa adalah klaim. Tingkat pendapatan perusahaan asuransi jiwa di Indonesia dipengaruhi secara positif oleh penerimaan premi dan hasil investasi. Variabel klaim, lapses, dan dummy krisis berpengaruh negatif terhadap pendapatan perusahaan asuransi jiwa di Indonesia. Variabel-variabel tersebut secara statistik signifikan pada taraf nyata 5 %. b. M. Agung Ali Fikri (2009): Pengaruh Premi, Klaim, Hasil Investasi, dan Underwriting Terhadap Laba Asuransi Jiwa (Studi Kasus : P.T.. Asuransi Syariah Mubarakah) Penelitian ini menggunakan variabel bebas berupa premi, klaim, hasil investasi, dan underwriting. Berdasarkan analisis regresi berganda menggunakan Minitab versi 14 dapat diketahui bahwa alat terpenting yang paling efektif dalam peningkatan laba perusahaan asuransi jiwa syariah diperoleh dari hasil underwriting dan hasil investasi. Setiap kenaikan hasil underwriting sebesar Rp. 100 juta rupiah akan menaikkan laba sebesar Rp. 100 juta dan berpengaruh sebesar 92 persen. Setiap kenaikan hasil investasi sebesar Rp. 100 juta akan menaikkan laba sebesar Rp. 139 (dalam juta) dan berpengaruh sebesar 92 persen. Untuk saat ini variabel premi dan