BAB I PENDAHULUAN. Alat Pelindung diri dipergunakan untuk melindungi tenaga kerja dari

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN ANALISA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konstruksi juga memiliki karakteristik yang bersifat unik, membutuhkan sumber

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN. keselamatan kerja yang diantaranya adalah program Lock Out Tag

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG

PROGRAM PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) BEKERJA PADA KETINGGIAN

SL : Selalu KD : Kadang-kadang SR : Sering TP : Tidak Pernah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PT MEIWA KOGYO INDONESIA.Slogan Safety First.KARAWANG: 15 JUNI 2016

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pabrik (plant atau factory) adalah tempat di mana faktor-faktor industri

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan memiliki bermacam-macam arti, masing-masing bidang

BAB I PENDAHULUAN. perlu diperhatikan dan dikondisikan secara baik oleh pihak perusahaan.

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.09/MEN/VII/2010 TENTANG OPERATOR DAN PETUGAS PESAWAT ANGKAT DAN ANGKUT

BAB I PENDAHULUAN. regional, nasional maupun internasional, dilakukan oleh setiap perusahaan secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals.

BAB 1 : PENDAHULUAN. faktor yaitu, unsafe action dan unsafe condition. OHSAS menyebutkan risiko

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan pekerja dari segi keselamatan dan kesehatan kerja. Karena bila ada

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN. TM PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur Area Madiun telah diperoleh

ABSTRAK PT. Terminal Petikemas Surabaya (PT. TPS) merupakan perusahaan multinasional dengan taraf internasional. Sebagai perusahaan bongkar muat petik

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu bentuk upaya

BAB VII METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BELT TRUSS. Belt truss merupakan salah satu alternative struktur bangunan bertingkat tinggi.

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NO. : PER.01/MEN/1989 TENTANG KWALIFIKASI DAN SYARAT-SYARAT OPERATOR KERAN ANGKAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MATERI PELATIHAN OPERATOR FORKLIFT BATTERY

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.340, 2010 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. Pesawat Angkat Dan Angkut. Operator.

Menjamin keselamatan kerja operator & orang lain Menjamin penggunaan peralatan mekanik aman dioperasikan Menjamin proses produksi aman dan lancar

MENERAPKAN PROSEDUR KEAMANAN, KESELAMATAN DAN KESEHATAN DI TEMPAT KERJA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. industri atau yang berkaitan dengannya (Tarwaka, 2008).

1. Kemampuan perlindungan yang tak sempurna karena memakai APD yang kurang tepatdan perawatannya yang tidak baik

BAB V PEMBAHASAN. PT Adhi Karya Divisi Konstruksi I yang bergerak dibidang konstruksi

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG

DAFTAR ISI LEMBAR JUDUL... LEMBAR PERSETUJUAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR Latar Belakang...

SL : Selalu KD : Kadang-kadang SR : Sering TP : Tidak Pernah

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proses industrialisasi telah mendorong tumbuhnya industri diberbagai sektor dengan

Evaluasi Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Pada Perusahaan Konstruksi Pemeliharaan Jalan di Dinas Kimpraswil Kota Yogyakarta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu bangunan yang membutuhkan sumber daya, baik biaya, tenaga kerja,

PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI KRAN MOBIL PADA PESAWAT ANGKAT OPERATOR FORKLIFT (FL)

DASAR HUKUM - 1. Peraturan Pelaksanaan. Pasal 5, 20 dan 27 ayat (2) UUD Pasal 86, 87 Paragraf 5 UU Ketenagakerjaan. UU No.

Informed Consent. Pesetujuan menjadi Responden

BAB I PENDAHULUAN. memakai peralatan yang safety sebanyak 32,12% (Jamsostek, 2014).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daya (manpower, material, machines, money, method), serta membutuhkan

BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG TUKANG BANGUNAN GEDUNG

BAB I PENDAHULUAN. industrialisasi dan globalisasi harus didukung dengan peralatan dan teknologi

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan taraf hidup serta mengurangi pengangguran. Kehadiran

BAB V PEMBAHASAN. identifikasi kebutuhan dan syarat APD didapatkan bahwa instalasi laundry

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan di sektor industri dewasa ini berlangsung dengan cepat

Tujuan K3. Mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Menjamin tempat kerja yang sehat, bersih, nyaman dan aman

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 MANDOR PERKERASAN JALAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini perkembangan industri di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. bergeloranya pembangunan, penggunaan teknologi lebih banyak diterapkan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan perusahaan sering mengabaikan Keselamatan dan Kesehatan. Kerja (K3) para pekerjanya. Dimana sebenarnya K3 merupakan poin

BAB I KONSEP PENILAIAN

BAB I PENDAHULUAN. kerja. 3 K3 di tempat kerja harus dikelola dengan aspek lainnya seperti

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada penyelenggaraan proyek-proyek konstruksi. (

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG SIPIL. Tukang Pasang Bata Pelaksanaan K3 F.45 TPB I 01 BUKU PENILAIAN

Materi Pelatihan Bekerja di Ketinggian

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya manusia yang dimiliki perusahaan. Faktor-faktor produksi dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kerja. Dalam setiap pekerjaan yang dijalankan resiko untuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan nasional, titik berat pembangunan nasional

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam setiap proses pelayanan kesehatan di Rumah Sakit, pelayanan kesehatan yang berakhir dengan timbulnya kerugian (Puslitbag

Kompetensi Dasar 2 : Keadaan darurat. Presented by : Anita Iskhayati, S. Kom NIP

Mata Kuliah: Standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Bagian II 2 sks

CONTOH (SAMPLE) Penerapan Sistem K3LM Proyek Konstruksi

KUESIONER PENELITIAN

PEMBELAJARAN V ALAT PELINDUNG DIRI

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER

MANAJEMEN RISIKO KECELAKAAN KERJA PADA PROYEK PEMBANGUNAN PERLUASAN HOTEL MERCURE 8 LANTAI PONTIANAK

KEMAJUAN PEKERJAAN & PENGENDALIAN PROYEK. Dalam setiap kemajuan proyek, perlu adanya suatu laporan mengenai

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA BAB I TENTANG ISTILAH-ISTILAH. Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. jenis material baik untuk konstruksi utama maupun untuk accessories tambahan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR KUANTITAS BANGUNAN GEDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara menyatakan bahwa luas perkebunan karet Sumatera Utara pada tahun

Peralatan Perlindungan Pekerja

BAB I PENDAHULUAN. para pihak diharapkan dapat melakukan pekerjaan dengan aman dan nyaman.

DAFTAR ISI. Daftar Isi...1 BAB I KONSEP PENILAIAN Bagaimana Instruktur akan Menilai Tipe Penilaian...2

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. kerja karyawan. Di samping itu, Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH TEKNIK KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (T.INDUSTRI/S1) KODE / SKS AK /2 SKS

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia dewasa. Untuk menunjang pembangunan tersebut salah satu sarana yang di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BENTUK RENCANA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KONTRAK (RK3K) I. BENTUK RK3K USULAN PENAWARAN DAFTAR ISI

Petunjuk : Pilih salah satu jawaban dengan memberikan checklist ( ) pada kolom yang sesuai dengan jawaban responden.

PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JALAN (SITE INSPECTOR OF ROADS)

PERANGKAT RPP SMK. Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup KELAS X / SEMESTER I

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran aspek..., Aldo Zaendar, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Dalam menghadapi persaingan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)

PENDAHULUAN. yang memiliki peran penting dalam kegiatan perusahaan. dari potensi bahaya yang dihadapinya (Shiddiq, dkk, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. akal sehingga dapat merencanakan sesuatu, menganalisa yang terjadi serta

BAB V PEMBAHASAN. PT Dan Liris Sukoharjo Divisi Garmen yaitu terjatuh, terjepit, tertimpa,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 27 Ayat 2 Ditetapkan bahwa Setiap warga

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alat Pelindung diri dipergunakan untuk melindungi tenaga kerja dari sumber-sumber potensi bahaya yang ada di lingkungan kerja. Ditempat kerja, tenaga kerja kemungkinan akan terpajan dengan faktor-faktor bahaya yang bisa mengakibatkan cedera, sakit, terganggu kesehatannya, sampai kematiannya. Salah satu upaya pengendalian untuk melindungi tenaga kerja dari faktor-faktor bahaya tersebut adalah mengenakan alat pelindung diri serta berperilaku kerja aman. Penggunaan alat pelindung diri berhubungan erat pada perilaku kerja aman pekerja pada saat melakukan suatu pekerjaan yang dapat menimbulkan potensi bahaya yang ada dilingkungan kerja.namun kecelakaan kerja masih saja terjadi meskipun kecelakaan kerja yang terjadi sifatnya ringan. Terjadinya kecelakaan kerja dikarenakan penggunaan alat pelindung diri yang tidak sesuai, seperti tidak memakai alat pelindung diri helm hanya memakai masker saja pada saat bekerja dibagian gondola karena perilaku kerjanya yang tidak aman. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja ditempat kerja akibat dari penggunaan alat pelindung diri yang tidak tepat. Menurut ketetapan Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI, No: PER.05/MEN/1985 tentang Pesawat Angkat dan Angkut, dinyatakan bahwa 1

2 dengan meningkatnya pembangunan dan teknologi dibidang industri, penggunaan pesawat angkat dan angkut merupakan bagian integral dalampelaksanaan dan peningkatan proses produksi. Dalam pembuatan, pemasangan, pemakaian, perawatan pesawat angkat dan angkut mengandung bahaya potensial. Perlu adanya perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja setiap tenaga kerja yang melakukan pembuatan, pemasangan, pemakaian, persyaratan pesawat angkat dan angkut. Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan pesawat angkat dan angkut adalah suatu pesawat atau alat yang digunakan untuk memindahkan, mengangkat muatan baik bahan atau barang atau orang secara vertikal dan atau horizontal dalam jarak yang ditentukan. Dalam ketentuan umum pasal 3 dan 4 PER.05/MEN/1985, bahwa beban maksimum yang diijinkan dari pesawat angkat dan angkut harus ditulis pada bagian yang mudah dilihat dan dibaca, semua pesawat angkat dan angkut tidak boleh dibebani melebihi beban maksimum yang diijinkan, pengangkatan dan penurunan muatan pada pesawat angkat dan angkut harus perlahan-lahan, dan gerak mula dan berhenti secara tiba-tiba dilarang. Setiap pesawat angkat dan angkut harus dilayani oleh operator yang mempunyai kemampuan dan telah memiliki ketrampilan khusus tentang pesawat angkat dan angkut. Dirjen Pembinaan dan Pengawasan Ketenaga kerjaan Depnakertrans, I Gusti Made Arka mengatakan bahwa, kecelakaan kerja di gedung tinggi disebabkan kelalaian pekerja maupun kesengajaan pengusaha perawatan gedung tinggi.

3 Misalnya, kasus kabel baja aus yang tetap digunakan, keseimbangan beban dan kapasitas angkat angkut gondola tidak diperiksa ulang. Selain itu, operator tidak menggunakan peralatan pengaman atau alatpelindung diri (APD) seperti safety belt, sepatu pengaman, sarung tangan dan helm. Serta operator kelelahan karena kelebihan beban pekerjaan. Terjadinya kecelakaan gondola bukan hanya karena mesin atau alat mekanik yang tidak dilengkapi dengan pengaman mesin, tetapi juga karena tidak menggunakan alat pelindung diri (APD). Kurangnya pengetahuan, kesadaran dan ketidak pahaman tentang fungsi dari alat pelindung diri (APD) itu sendiri merupakan salah satu faktor terjadinya kecelakaan gondola, walaupun kecelakaan gondola terjadi akibat kelalaian pekerja itu sendiri. Tetapi pengetahuan tentang alat pelindung diri (APD) harus mutlak diketahui oleh operator gondola. Sebagaimana yang tercantum pada Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, pada pasal 12 mengatur mengenai hak dan kewajiban tenaga kerja untuk memakai alat-alat pelindung diri. Pada pasal 14 menyebutkan bahwa pengusaha wajib menyediakan secara cuma-cuma semua alat perlindungan diri yang diwajibkan pada tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk yang diperlukan. 1 1 Depnakertrans, Modul Pelatihan Hiperkes dan Keselamatan Kerja : Alat Pelindung Diri, (Jakarta: Pusat Pengembangan Keselamatan Kerja, 2000) hal. 1

4 Menurut anggota Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional (LPJKN), Asrizal Tatang, penyebab kecelakaan kerja karena faktor manusia dan alat. Faktor manusia disebabkan sikap kerja yang tidak disiplin aturan, sedangkan faktor alat karena mutu alat yang belum terstandar. Solusinya, imbuh Asrizal, untuk manusia perlu ada standar kompetensi, sedangkan untuk alat harus ada Standar Nasional Indonesia (SNI). Di samping itu pemakaian alat pelindung diri (APD) merupakan cara atau langkah akhir untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja pada gondola. Dengan menggunakan alat pelindung diri atau bangunan yang memiliki daya tahan beban ekstra agar aman untuk bekerja diatas ketinggian menara atau gedung. Perilaku kerja aman haruslah diterapkan oleh pekerja agar terhindar dari kecelakaan kerja. Perilaku kerja yang aman adalah harus menggunakan alat pelindung diri dengan baik dan benar, menerapkan peraturan yang telah diterapkan oleh perusahaan, mengikuti petunjuk-petunjuk penggunaan alat atau mesin sebelum menggunakan alat tersebut, dan menerapkan hasil dari pelatihan yang telah diberikan oleh pihak perusahaan. PT. Pulau Intan adalah sebuah perusahaan yang bergerak dibidang konstruksi bangunan gedung dan apartement. PT. Pulau Intan sebagai perusahaan yang bergerak dibidang konstruksi, saat ini sudah menyediakan berbagai macam alat pelindung diri. Diantaranya adalah safety helmet, masker, sarung tangan, safety shoes, tali, dan sabuk pengaman. Dengan tersedianya alat pelindung diri tersebut,

masih ada petugas gondola mengabaikan keselamatan jiwanya sehingga hampir terjadi kecelakaan kerja (near accident) dikarenakan tidak memeriksa terlebih dahulu gondola yang akan digunakan. Pemeriksaan awal yang benar pada gondola adalah sebagai berikut: memeriksa semua bagian gondola secara visual (mencatat dalam daftar atau cheklist), memeriksa kondisi kompresor secara visual, memeriksa wire sling, penyangga gondola, dan manila rope. Petugas gondola juga tidak memakai alat pelindung diri secara lengkap, hanya melindungi satu diantara bagian tubuh lainnya seperti memakai sarung tangan tetapi tidak memakai helm pengaman. Oleh karena itu pengetahuan mengambil peranan yang sangat penting bagi para pekerja agar terhindar dari kecelakaan akibat kerja. B. Identifikasi Masalah Bekerja digondola dapat menimbulkan potensi bahaya jatuhnya gondola dan dapat merenggut nyawa pekerja tersebut. Oleh sebab itu diperlukan perilaku kerja aman pada setiap pekerja. Perilaku kerja tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti : pengetahuan tentang alat pelindung diri, pengalaman dan pelatihan. Perilaku kerja yang tidak aman diakibatkan oleh : 1. Kurangnya pengetahuan tentang pemakaian alat pelindung diri (APD) Pekerja harus mengetahui cara pemakaian atau penggunaan alat pelindung diri yang baik dan benar, pekerja juga harus mengetahui alat pelindung diri yang sesuai dengan faktor bahaya di tempat kerja serta sesuai dengan bagian tubuh

yang dilindungi. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan atau praktek seorang pekerja mengenai penggunaan alat pelindung diri di tempat kerja dapat mempengaruhi perilaku kerja mereka dalam penggunaan alat pelindung diri. Meskipun pemakaian atau penggunaan alat pelindung diri telah sesuai dengan peraturan yang telah diterapkan oleh perusahaan, tetapi masih ada beberapa pekerja yang memakai alat pelindung diri yang tidak benar sehingga menimbulkan kecelakaan kerja meskipun kecelakaan yang terjadi sifatnya ringan, ini diakibatkan oleh kurangnya pengetahuan pekerja tentang pemakaian alat pelindung diri yang baik dan benar. Pekerja juga harus benar-benar menerapkan peraturan yang telah diterapkan oleh perusahaan agar tidak terjadi kecelakaan kerja di tempat kerja. 2. Pengalaman kerja yang kurang Pengalaman kerja mengambil peranan penting terhadap perilaku penggunaan alat pelindung diri oleh para pekerja, semakin besar pengalaman kerja seseorang maka semakin besar pula pengetahuan pekerja mengenai alat pelindung diri. Pengalaman kerja yang kurang dapat mempengaruhi perilaku kerja pekerja pada saat ia bekerja, karena hal tersebut dapat menyebabkan kecelakaan kerja. Oleh karena itu pengalaman kerja yang baik dapat mencegah kecelakaan kerja.

3. Tidak menerapkan hasil pelatihan kerja Pelatihan mengenai penggunaan alat pelindung diri sangat penting dilakukan oleh pekerja untuk menghindari dampak buruk atau negatif akibat suatu pekerjaan tersebut. Pelatihan tersebut sebaiknya rutin diberikan oleh para pemilik perusahaan terhadap para pekerjanya. Meskipun pelatihan telah diberikan secara rutin, masih ada pekerja yang tidak menerapkan hasil pelatihan yang telah diberikan sehingga menyebabkan kecelakaan kerja. C. Pembatasan Masalah Penelitian hanya dibatasi pada masalah hubungan pengetahuan tentang alat pelindung diri dengan perilaku kerja aman pada petugas gondola di PT. Pulau Intan. Pembatasan masalah ini dilakukan secara fokus dan mendalam D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah diatas, maka perumusan masalah penelitian ini adalah : Apakah ada hubungan pengetahuan tentang alat pelindung diri dengan perilaku kerja aman pada petugas gondola di PT. Pulau Intan?

E. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang alat pelindung diri dengan perilaku kerja aman pada petugas gondola di PT. Pulau Intan. 2. Tujuan Khusus a. Mengukur tingkat pengetahuan petugas gondola tentang alat pelindung diri. b. Mengukur perilaku kerja aman pada petugas gondola di PT. Pulau Intan c. Menganalisa hubungan pengetahuan tentang alat pelindung diri dengan perilaku kerja aman pada petugas gondola. F. Manfaat Penelitian 1. Bagi Penulis Mendapatkan suatu pengalaman, wawasan, serta untuk menambah pemahaman mengenai pengetahuan tentang alat pelindung diri dengan perilaku kerja aman pada petugas gondola. 2. Bagi Perusahaan Sebagai bahan masukan dan evaluasi bagi perusahaan untuk menunjang keselamatan kerja pada petugas gondola.

3. Bagi Tenaga Kerja Dengan dilakukan penelitian ini, dapat memberikan informasi betapa pentingnya penggunaan alat pelindung diri dan perilaku kerja aman pada petugas gondola. 4. Bagi Institusi Pendidikan Dapat digunakan sebagai bahan bacaan atau referensi bagi mahasiswa jurusan kesehatan masyarakat khususnya peminatan kesehatan dan keselamatan kerja industri, diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca.