PENGAMBILAN & ANALISIS SAMPEL EMISI CEROBONG, UDARA AMBIEN & FAKTOR FISIKA DI TEMPAT

dokumen-dokumen yang mirip
PENGAMBILAN & ANALISIS SAMPEL EMISI CEROBONG, UDARA AMBIEN & FAKTOR FISIKA DI TEMPAT

Pengukuran iklim kerja (panas) dengan parameter indeks suhu basah dan bola

Nilai Ambang Batas iklim kerja (panas), kebisingan, getaran tangan-lengan dan radiasi sinar ultra ungu di tempat kerja

Pemantauan dan Analisis Kualitas Udara

Pemantauan dan Analisis Kualitas Udara. Eko Hartini

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP.51/MEN/1999 T E N T A N G NILAI AMBANG BATAS FAKTOR FISIKA DI TEMPAT KERJA

Penyehatan Udara. A. Sound Level Meter

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era persaingan pasar bebas saat ini, produk suatu industri

Universitas Sumatera Utara

DAMPAK PEMBANGUNAN PADA KUALITAS UDARA

STANDAR KOMPETENSI PENANGGUNGJAWAB PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA. : Penanggung Jawab Pengendalian Pencemaran. Lingkungan

Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 169 TAHUN 2003

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran,

MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONSIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : KEP 51/MEN/I999 TENTANG NILAI AMBANG BATAS FAKTOR FISIKA DI TEMPAT KERJA

Amonia adalah senyawa kimia dengan rumus NH 3. Biasanya senyawa ini didapati

RANCANG BANGUN ALAT UKUR POLLUTANT STANDARD INDEX YANG TERINTEGRASI DENGAN PENGUKURAN FAKTOR-FAKTOR CUACA SECARA REAL TIME

EVALUASI KOMPETENSI SEMESTER GASAL KELAS XI WAKTU : (90 menit)

ATMOSFER & PENCEMARAN UDARA

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Pengesahan... Kata Pengantar Dan Persembahan... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA PRESI DEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 12: Penentuan total partikel secara isokinetik

B A P E D A L Badan Pengendalian Dampak Lingkungan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan Pasal 7 dicantumkan dalam izin Ortodonansi Gangguan.

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 3: Oksida-oksida sulfur (SO X ) Seksi 2: Cara uji dengan metoda netralisasi titrimetri

Udara ambien Bagian 1: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metoda indofenol menggunakan spektrofotometer

BAB I PENDAHULUAN. orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran udara dewasa ini semakin memprihatinkan. Hal ini terlihat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL...

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 6: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metode indofenol menggunakan spektrofotometer

SUMMARY. ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi dalam penelitian ini terdiri dari 4 titik yaitu Titik 1 (Simpang Lima

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP-13/MENLH/3/1995 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP-13/MENLH/3/1995 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer

Pemantauan kualitas udara. Kendala 25/10/2015. Hal yang penting diperhatikan terutama ialah aspek pengambilan sampel udara dan analisis pengukurannya

TL-2271 Sanitasi Berbasis Masyarakat Minggu 3

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

Indeks Suhu Bola Basah (ISBB)/WBGT (Wet Bulb Globe Temperature Index)

Keputusan Kepala Bapedal No. 205 Tahun 1996 Tentang : Pedoman Teknis Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Tidak Bergerak

4.1 Konsentrasi NO 2 Tahun 2011

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BEBERAPA ISTILAH YANG DIGUNAKAN DALAM PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA

BAB I PENDAHULUAN. hidup terutama manusia. Di dalam udara terdapat gas oksigen (O 2 ) untuk


BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan

STUDI PENYEBARAN Pb, debu dan CO KEBISINGAN DI KOTA JAKARTA

Lampiran I Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 07 tahun 2007 Tanggal : 8 Mei 2007

Turunnya Harga Premium, Tingkatkan Kadar Timbal

Penilaian Kualitas Udara, dan Indeks Kualitas Udara Perkotaan

PENGARUH IKLIM KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA PADA PEMBUATAN KAPAL FIBER (STUDI KASUS: PT. FIBERBOAT INDONESIA)

LIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.

BAB 1 : PENDAHULUAN. Akan tetapi udara yang benar-benar bersih saat ini sudah sulit diperoleh, khususnya

BAB 1 : PENDAHULUAN. kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 1995 Tentang : Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

KOP SURAT BADAN USAHA

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 13 TAHUN 1995 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2008

KALOR. Peta Konsep. secara. Kalor. Perubahan suhu. Perubahan wujud Konduksi Konveksi Radiasi. - Mendidih. - Mengembun. - Melebur.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP - 49 /MENLH/11/1996 TENTANG BAKU TINGKAT GETARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 4: Cara uji kadar uap air dengan metoda gravimetri

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kesehatan manusia. Hal ini disebakan karena gas CO dapat mengikat

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 49 Tahun 1996 Tentang : Baku Tingkat Getaran


H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

o. Informasi peraturan perundang-undangan yang berlaku

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.5. La Nina. El Nino. Pancaroba. Badai tropis.

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

/.skisi-kisi INSTRUMEN SOAL PRETEST POSTTEST Lingkunganku Tercemar Bahan Kimia Dalam Rumah Tangga. Indikator Soal Soal No soal

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 45 Tahun 1997 Tentang : Indeks Standar Pencemar Udara

Wisnu Wisi N. Abdu Fadli Assomadi, S.Si., M.T.

TEKANAN PANAS DAN METODE PENGUKURANNYA DI TEMPAT KERJA

PENCEMARAN UDARA AKIBAT KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN P. H. H. MUSTOFA, BANDUNG. Grace Wibisana NRP : NIRM :

PROFIL VOLUME LALU LINTAS DAN KUALITAS UDARA AMBIEN PADA RUAS JALAN IR. SOEKARNO SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan parameter..., Duniantri Wenang Sari, FKM 2 UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. sungai maupun pencemaran udara (Sunu, 2001). dan dapat menjadi media penyebaran penyakit (Agusnar, 2007).

Iklim Perubahan iklim

BAKU MUTU UDARA AMBIEN DI PROPINSI JAWA TENGAH

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP-49/MENLH/11/1996 TENTANG BAKU TINGKAT GETARAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. campuran beberapa gas yang dilepaskan ke atmospir yang berasal dari

KUESIONER PENELITIAN. SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR, PADAT dan GAS di BAGIAN EKSPLORASI PRODUKSI (EP)-I PERTAMINA PANGKALAN SUSU TAHUN 2008

PENURUNAN KONSENTRASI KLORIN DALAM LIMBAH GAS CFC-12 DENGAN METODE ADSORPSI MENGGUNAKAN LOGAM MAGNESIUM SEBAGAI ADSORBEN SKRIPSI.

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 4. SISTEM TATA SURYALatihan Soal 4.10

EVALUASI KONDISI IKLIM KERJA DI LABORATORIUM BETON TEKNIK SIPIL INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

No. Responden : KUESIONER PENELITIAN

Transkripsi:

PENGAMBILAN & ANALISIS SAMPEL EMISI CEROBONG, UDARA AMBIEN & FAKTOR FISIKA DI TEMPAT KERJA @ngga

Q.S. Ar Ruum, 30:41 Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).

Masalah Lingkungan Kecenderungan Pencemaran : Pembuangan senyawa2 kimia Meningkatnya penggunaan bahan berbahaya dan beracun (B3)

Isu Lingkungan Global Masalah2 yang bersifat global : Pemanasan Global Efek Rumah Kaca Hujan Asam (acid rain) Menipisnya lapisan ozon

SIAPA YANG MELAKUKAN PENCEMARAN UDARA Pengotoran dan perusakan bangunan, pakaian Membahayakan kesehatan bayi, anakanak, orang tua, orang sakit Kerusakan tanaman, kerdil, mati Mengurangi batas pandang kecelakaan lalu lintas Menimbulkan bau, asap.

Pemantauan Kualitas Udara Tujuan : UKL/UPL Kegiatan, Informasi Lingkungan Langkah Kegiatan Pemantauan : Perencanaan Jadwal Penentuan Lokasi Metode Sampling Analisa Sampel Pelaporan Perekaman Data

Metoda Sampling Udara Ambien Metode dan Alat Sampling: 1. Gravimetric ( Pb, Partikulat) 2. Chemiluminesence ( ozon) 3. Spektrofotometer( SO2,NO2, Ozon) 4. Gas Chromatograph ( HC) 5. Hi-Vol Sampler ( partikulat ) Frekuensi Sampling ( PP 41/99) : Continues ( 1 tahun) Grab Sampling ( 1 jam, 24 jam, 30 hari)

Materi : 1. Persiapan peralatan pengambilan sampel udara 2. Penentuan lokasi dan titik pengambilan sampel emisi cerobong industri 3. Penentuan lokasi dan titik pengambilan sampel udara ambien (outdoor) 4. Penentuan lokasi dan titik pengambilan sampel udara dalam ruang (indoor)

Persiapan peralatan pengambilan sampel udara 1. Peralatan sampling emisi 2. Peralatan sampling udara ambien 3. Peralatan sampling udara dalam ruang (indoor) 4. Pengecekan kondisi peralatan dan masa kalibrasi alat 5. Peralatan penyimpanan dan pengawetan sampel 6. Peralatan K3 (safety) 7. Form sampling (sesuai dengan parameter) 8. Form bukti pengambilan sampel (Chain of Custody)

Peralatan Sampling Emisi, Ambien dan Indoor 1. Impenger 2. Pompa 3. Bahan Penyerap 4. Selang 5. Kabel Listrik 6. Dust Holder 7. Opasitas meter 8. Hygrometer 9. Termometer 10. Anemometer 6 8,9 1 7 11. CO Analyzer 11

Peralatan Pembantu 1. Cool Box 2. Blue Ice 3. Kompas 4. GPS 2 2

1. Pakaian Lapang 2. Helm 3. Masker 4. Kacamata Safety (google) 5. Sarung tangan (anti panas) 6. Ear Muff atau Ear plug 7. Safety Shoes 8. HT 9. dll Peralatan K3

Formulir atau Rekaman Sampling

Perundangan dan Peraturan tentang Pencemaran Udara 1. PP RI No. 41/1999 : Pengendalian Pencemaran udara 2. KepMen.LH No.13/1995: BME sumber tidak bergerak 3. Kep.MenLH No. 5/2006 : BME gas buang kendaraan 4. SE MeNaKer No. SE-01/MEN/1997 : NAB faktor kimia di udara lingkungan kerja 5. KepMenLH No. 45/1997 : ISPU 6. KepKaBapedal No. 205/1996 : Pengendalian pencemaran udara sumber tidak bergerak Sumber polusi utama : transportasi dan industri.

PP No. 41 Tahun 1999

PP No. 41 Tahun 1999

KepMenLH No. 13 Tahun 1995

KepMenLH No. 5 Tahun 2006

Cara Kerja pengambilan contoh udara (untuk Gas) dengan menggunakan larutan penyerap (absorben) Pompa (+flow-meter) Tabung sampel yang berisi absorben tertentu

LOKASI / TITIK SAMPLING CEROBONG

Sampling Udara Emisi Insinerator & Genset

LOKASI / TITIK SAMPLING UDARA AMBIENT Dust holder Dust fall Impenger (gas sampler)

23 Sampling udara ambient di lokasi stasiun Penyaluran minyak

Opasitas visual meter Sampling udara ambient di jalan dan opasitas cerobong

Sampling patikulat (debu) Keterangan Gambar : 1. Pompa Isap 2. Selang 3. Filter Holder (dust holder) 4. Tripod

Analisis Sampel No. 1. 2. 3. 4. 5. Parameter SO2, NO2, O3, H2S, NH3, HCl, CL2, HF CO, HC TSP Logam Suhu, Kelembaban, Anemometer Metode Spektrofotometer Gas Chromatografi, CO Analyzer Gravitimetri AAS Direct Reading

Konversi ppm to mg/m 3 3 mg / m = 273 x ppm x berat 22.4 molekul x tekanan x suhu ( K ) ( atm ) Contoh Soal 1. Parameter Ozone (O3) di ambien setelah dilakukan pengujian didapat konsenstrasi sebesar 0.12 ppm. Hitung konsentrasi dalam μg/m 3 pada suhu 25 o C dan tekanan 1 atm. 2. Hitung konsentrasi sulfur dioksida (SO2) dalam ppm di udara ambien jika diketahui konsentrasi 365 μg/m 3 pada suhu 25 oc dan tekanan 1 atm.

Jawaban konversi (1) 1. Diket : [O 3 ] = 0.12 ppm tekanan = 1 atm suhu = 25 o C Dit : [O 3 ] dalam μg/m 3 Jawab : Berat molekul O 3 = 16 + 16 + 16 = 48 Suhu (K) = 273 + 25 = 298 K 3 mg / m = 273 x ppm xberat molekul xtekanan( atm) 22.4 x suhu ( K) mg m g m O 273 x 0.12 x 48 x1 22.4 x 298 3 3 3 3 / / 3 = = 0.235 mg / m = 235 μg / m

Jawaban konversi (2) 2. Diket : [SO 2 ] = 0.365 μg/m 3 tekanan = 1 atm suhu = 25 o C Dit : [ SO 2 ] dalam ppm Jawab : Berat molekul SO 2 = 32 + 16 + 16 = 64 Suhu (K) = 273 + 25 = 298 K 3 mg / m = 273 x ppm xberat molekul xtekanan( atm) 22.4 x suhu ( K) 3 273 x ppm x 64 x1.365 mg / m SO = = 2. 617 22.4 x 298 0 2 ppm

Pemantauan Faktor Fisika di Tempat Kerja Kebisingan ISBB (Heat Stress) Pencahayaan Getaran Kebauan

Kebisingan Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan; Tingkat kebisingan adalah ukuran energi bunyi yang dinyatakan dalam satuan Desibel disingkat db; Metode Direct Reading dengan alat Sound Level Meter

Kebisingan Waktu pengukuran dilakukan selama aktifitas 24 jam (LSM) dengan cara pada siang hari tingkat aktifitas yang paling tinggi selama 16 jam (LS) pada selang waktu 06.00 22.00 dan aktifitas malam hari selama 8 jam (LM) pada selang 22.00 06.00. Setiap pengukuran harus dapat mewakili selang waktu tertentu dengan menetapkan paling sedikit 4 waktu pengukuran pada siang hari dan pada malam hari paling sedikit 3 waktu pengukuran, sebagai contoh : - L1 diambil pada jam 07.00 mewakili jam 06.00 09.00 - L2 diambil pada jam 10.00 mewakili jam 09.00 11.00 - L3 diambil pada jam 15.00 mewakili jam 14.00 17.00 - L4 diambil pada jam 20.00 mewakili jam 17.00 22.00 - L5 diambil pada jam 23.00 mewakili jam 22.00 24.00 - L6 diambil pada jam 01.00 mewakili jam 24.00 03.00 - L7 diambil pada jam 04.00 mewakili jam 03.00 06.00

KepMenLH No. 48 Tahun 1996

ISBB (heat stress) iklim kerja (panas) : hasil perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan gerakan udara dan panas radiasi suhu basah alami (natural wet bulb temperature) : suhu penguapan air yang pada suhu yang sama menyebabkan terjadinya keseimbangan uap air di udara, suhu ini diukur dengan termometer basah alami dan suhu tersebut lebih rendah dari suhu kering suhu kering (dry bulb temperature) : suhu udara yang diukur dengan termometer suhu kering suhu bola (globe temperature) : suhu yang diukur dengan menggunakan termometer suhu bola yang sensornya dimasukkan dalam bola tembaga yang dicat hitam, sebagai indikator tingkat radiasi indeks suhu basah dan bola (wet bulb globe temperature index) : parameter untuk menilai tingkat iklim kerja yang merupakan hasil perhitungan antara suhu kering, suhu basah alami dan suhu bola

Perhitungan ISBB Ada 2 (dua) jenis rumus perhitungan ISBB, yaitu: Rumus untuk pengukuran dengan memperhitungkan radiasi sinar matahari, yaitu tempat kerja yang terkena radiasi sinar matahari secara langsung: ISBB = 0,7 SBA + 0,2 SB + 0,1 SK Rumus untuk pengukuran tempat kerja tanpa pengaruh radiasi sinar matahari: ISBB = 0,7 SBA + 0,3 SB

Keterangan gambar : 1. Termometer suhu kering 2. Termometer suhu basah alami 3. Termometer suhu bola 4. Erlenmeyer 125 ml (air suling) 5. Kain kasa 6. Bola tembaga 7. Statis 8. Tripod SNI 16-7061-2004

Nilai Ambang Batas iklim kerja (panas) dengan Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) tidak diperkenankan melebihi: a) Untuk beban kerja ringan : 30,0 o C b) Untuk beban kerja sedang : 26,7 o C c) Untuk beban kerja berat : 25,0 o C CATATAN Beban kerja ringan membutuhkan kalori 100 200 kilo kalori/jam. Beban kerja sedang membutuhkan kalori lebih besar 200 350 kilo kalori/jam. Beban kerja berat membutuhkan kalori lebih besar dari 350 500 kilo kalori/jam. SNI 16-7063-2004

Cahaya Peraturan Menteri Perburuhan Nomor 7 Tahun 1964 Syarat-Syarat Kesehatan, Kebersihan serta Penerangan dalam Tempat Kerja. Lux : satuan intensitas penerangan per meter persegi yang dijatuhi arus cahaya 1 lumen Luxmeter : alat yang digunakan untuk mengukur intensitas penerangan dalam satuan lux penerangan setempat : penerangan di tempat obyek kerja, baik berupa meja kerja maupun peralatan penerangan umum : penerangan di seluruh area tempat kerja

Penentuan titik pengukuran 1. Penerangan setempat: obyek kerja, berupa meja kerja maupun peralatan. a. Bila merupakan meja kerja, pengukuran dapat dilakukan di atas meja yang ada. 2. Penerangan umum: titik potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan pada setiap jarak tertentu setinggi satu meter dari lantai. Jarak tertentu tersebut dibedakan berdasarkan luas ruangan sebagai berikut: Luas ruangan kurang dari 10 meter persegi: titik potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak setiap 1(satu) meter. Luas ruangan antara 10 meter persegi sampai 100 meter persegi: titik potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak setiap 3 (tiga) meter. Luas ruangan lebih dari 100 meter persegi: titik potong horizontal panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak 6 meter.

Getaran Getaran adalah gerakan bolak-balik suatu massa melalui keadaan seimbang terhadap suatu titik acuan; Getaran mekanik adalah getaran yang ditimbulkan oleh sarana dan peralatan kegiatan manusia; Getaran seismik adalah getaran tanah yang disebabkan oleh peristiwa alam dan kegiatan manusia; Getaran kejut adalah getaran yang berlangsung secara tiba-tiba dan sesaat; Baku tingkat getaran mekanik dan getaran kejut adalah batas maksimal tingkat getaran mekanik yang diperbolehkan dari usaha atau kegiatan pada media padat sehingga tidak menimbulkan gangguan terhadap kenyamanan dan kesehatan serta keutuhan bangunan;

KepMenLH No. 49 Tahun 1996

Pengaruh kerusakan struktur dan non-struktur : 1. Kerusakan pada struktur, dapat membahayakan stabilitas bangunan, atau roboh (misalnya patok kolom bisa merobohkan bangunan) 2. Kerusakan pada non struktur, tidak membahayakan stabilitas bangunan, tetapi bisa membahayakan penghuni (misal : robohnya dinding partisi) Derajat Kerusakan : 1. Rusak ringan adalah rusak yang tidak membahayakan stabilitas bangunan dan dapat diperbaiki tanpa mengurangi kekuatannya 2. Rusak sedang adalah rusak yang dapat mengurangi kekuatan struktur, untuk mengembalikan kepada kondisi semula, harus disertai dengan tambahan perkuatan 3. Rusak berat adalah rusak yang membahayakan bangunan dan dapat merobohkan bangunan

Kebauan Bau adalah suatu rangsangan dari zat yang diterima oleh indera penciuman; Kebauan adalah bau yang tidak diinginkan dalam kadar dan waktu tertentu yang dapat mengganggu kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan; Baku tingkat kebauan adalah batas maksimal bau dalam udara yang diperbolehkan yang tidak mengganggu kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan;

KepMenLH No. 50 Tahun 1996

nuhun terimakasih... tengkyu.