KEBIJAKAN TARIF TELEKOMUNIKASI TERHADAP IKLIM USAHA WARTEL DI INDONESIA. Jakarta, 15 Juni 2007

dokumen-dokumen yang mirip
Diskusi MASTEL : Kebijakan Tarif Telekomunikasi dan Pengaruhnya Terhadap Iklim Usaha Telekomunikasi di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan yang bergerak dalam bidang bisnis, baik jasa maupun

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA TENTANG

PT. TELEKOMUNIKASI SELULAR DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG C: DAFTAR LAYANAN INTERKONEKSI

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 05 /PER/M.KOMINFO/I/2006 TENTANG PENYELENGGARAAN WARUNG TELEKOMUNIKASI

PT. TELEKOMUNIKASI SELULAR DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG C: DAFTAR LAYANAN INTERKONEKSI

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 33 TAHUN 2004 TENTANG

Kebijakan Tarif Telekomunikasi

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. 08/Per/M.KOMINF/02/2006 TENTANG INTERKONEKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

GKM DERING. Pemanfaatan ROUTER DIAL NUMBER Guna Efisiensi Biaya Pemakaian Telepon di Hotel The ROYALE KRAKATAU

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : PM. TAHUN 2005 TENTANG INTERKONEKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. 08/Per/M.KOMINF/02/2006 TENTANG INTERKONEKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 34 TAHUN 2004 T E N T A N G KEWAJIBAN PELAYANAN UNIVERSAL MENTERI PERHUBUNGAN,

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1. Universitas Kristen Maranatha

I. PENDAHULUAN. yang semakin kecil. Demikian pula para vendor pembuat telepon selular bersaing

BAB I PENDAHULUAN. Analisis daya saing..., 1 Rani Nur'aini, FT UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Studi

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi yang digunakan saat ini adalah telepon rumah. dibawa kemanapun kita pergi. Lambat laun telepon rumah mulai ditinggalkan

Interkoneksi Dan Dampaknya Terhadap Bisnis Telekomunikasi

BERITA NEGARA. No.1388, 2013 KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. Layanan Jelajah. Roaming. Internasional. Jaringan Bergerak Seluler.

Pemahaman Terhadap UU.36 / 1999 Tentang Telekomunikasi

I. PENDAHULUAN. Peluang bisnis di sektor telekomunikasi pada tahun 2008 semakin. menjanjikan setelah tahun 2007 mengalami pertumbuhannya yang membaik.

I. PENDAHULUAN. bidang telekomunikasi juga mengalami kemajuan yang cukup pesat. manusia menjadi berubah lebih mudah dan terasa dekat.

I. PENDAHULUAN. memberikan peluang-peluang baru bagi pemain industri telekomunikasi baik

Paradigma baru di bisnis telekomunikasi ini sudah barang tentu juga akan berimbas pada kebijakan dan strategi perusahaan itu sendiri.

BAB 1 BAB 1. PENDAHULUAN

BAB 4 ANALISA ASPEK PASAR DAN ASPEK KEUANGAN

Layanan PSTN WINBACK Terdapat di 15 Kantor Cabang :

BAB I PENDAHULUAN. Layanan jasa telekomunikasi di Indonesia telah disediakan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN.

7. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 01/PER/M.KOMINFO/04/05 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Komunikasi dan Informatika;

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI NOMOR : 73/ DIRJEN/ 2006 TENTANG

hal ini menimbulkan banyak perubahan dan kemajuan dalam kehidupan produk yang lebih inovatif yang seialu mereka tawarkan pada masyarakat.

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI NOMOR : 279/DIRJEN/ 2006 TENTANG

Solusi Tepat untuk Menghemat Biaya Telepon pada Perusahaan Anda

DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI PT. HUTCHISON 3 INDONESIA EXECUTIVE SUMMARY

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM.46 TAHUN 2002 TENTANG PENYELENGGARAAN WARUNG TELEKOMUNIKASI MENTERI PERHUBUNGAN,

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa mempercepat informasi yang perlu disampaikan baik yang sifatnya broadcast

PEMBANGUNAN FASTEL USO WHITE PAPER PELUANG USAHA DI BIDANG PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI

Tanggapan BRTI terhadap masukan dan saran terhadap RPM Interkoneksi

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan antara perusahaan sejenis pada umumnya merupakan kekuatan terbesar

PROPOSAL TRADAPHONE. To : Customer

P U T U S A N No. 01.K/KPPU/2005 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa perkara perdata dalam tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi komunikasi dalam era globalisasi yang sangat

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : /PER/M.KOMINFO/ /2007 TENTANG

TENTANG TATACARA PENETAPAN TARIF JASA TELEPONI DASAR YANG DISALURKAN MELALUI JARINGAN TETAP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. adanya berbagai macam alat komunikasi yang semakin memudahkan penggunanya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri telekomunikasi seluler membuat persaingan dalam

I. PENDAHULUAN. tidak pasti dan turbulen baik dari sisi teknologi, regulasi, pasar maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsumen dicecar dengan banyaknya iklan dan promosi penurunan tarif, kini

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

PT. TELEKOMUNIKASI SELULAR DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG E: DEFINISI DAN INTERPRETASI

LAPORAN SEMINAR SAVE MORE BY TRANSFORMING YOUR COMMUNICATION

DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI (DPI) MILIK PT. INDOSAT

Mobile Extension untuk KOMUNITAS Februari Powered by PT. Ufoakses Sukses Luarbiasa

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan telekomunikasi (infocomm) serta penyedia jasa dan jaringan

BAB I PENDAHULUAN. PT Industri Telekomunikasi Indonesia ( INTI ) sebagai Badan Usaha Milik

BAB I PENDAHULUAN Kondisi Umum Industri Telekomunikasi di Indonesia. baik untuk mendukung kegiatan pemerintahan, pendidikan, bisnis, kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah Indonesia

PERSAINGAN USAHA DALAM INDUSTRI TELEKOMUNIKASI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang semakin pesat pada berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mengatur telekomunikasi di Indonesia dengan Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan lingkungan bisnis akhir-akhir ini muncul suatu gejala dimana

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

tu a S n TELEKOMUNIKASI ia DAN INTERNET g a B

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SERVICE PADA PT TELKOM INDONESIA

I. PENDAHULUAN. tantangan sektor telekomunikasi semakin bertambah. Karena kebutuhan

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI NOMOR : 116/DIRJEN/2007 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

PERSEPSI PERILAKU KONSUMEN TERHADAP PENGGUNAAN PULSA (Studi Kasus Pada PT. Telkom Datel Surakarta)

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang diikuti dengan kemajuan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. lain dari telepon seluler bertambah seiring dengan semakin

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI NOMOR : /DIRJEN/ 2007 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. terlihat dari tingkat pertumbuhan negara tersebut. Namun beberapa tahun terakhir

I. PENDAHULUAN. Pada masa persaingan bebas ini, ketika semua aspek kehidupan. terus berkembang, konsumen semakin membutuhkan jasa telekomunikasi

Market Share Operator Selular GSM Q

LAMPIRAN KUISIONER AWAL PADA INDONESIAN TOWER. 1. Sarana komunikasi yg sering digunakan? 2. Seberapa besar manfaat telepon dalam membantu pekerjaan?

BAB III TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN. 3.1 Sejarah Telekomunikasi Indonesia Tbk (Persero)

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA

PT. TELEKOMUNIKASI SELULAR DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG E: DEFINISI DAN INTERPRETASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, dalam bentuk informasi maupun komunikasi.

PERCOBAAN 10 PEMROGRAMAN OUTGOING DAN INCOMING CALL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. memunculkan persaingan yang semakin ketat. Ketatnya persaingan menuntut

BAB III DATA TENTANG JASA UNLOCK SIM CARD HP ESIA DI WTC SURABAYA

PERCOBAAN 4 PEMROGRAMAN OUTGOING CALL

DAFTAR PM KOMINFO TERKAIT PERIZINAN DAN INVESTASI

BAB IV ANALISIS JUMLAH OPERATOR SELULAR INDONESIA DENGAN CHAOS TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Dunia telekomunikasi di Indonesia pada era globalisasi dewasa ini

BAB I PENDAHULUAN. telekomunikasi di Indonesia memiliki perkembangan yang sangat cepat seiring

BAB I PENDAHULUAN. telekomunikasi di Indonesia. Perkembangan itu dapat terlihat dari satu dekade ini.

Transkripsi:

KEBIJAKAN TARIF TELEKOMUNIKASI TERHADAP IKLIM USAHA WARTEL DI INDONESIA Jakarta, 15 Juni 2007

Landasan Hukum Definisi Wartel Definisi APWI Sejarah APWI Apa yang dilakukan APWI Eksistensi Wartel secara nasional Interkoneksi Wartel Tarif Pendapatan Wartel Penyesuaian Tarif Wartel Kebijakan Baru Kondisi Wartel Tarif Telekomunikasi Wartel Fix vs Wartel Darling Kesimpulan

Undang Undang No.36 th 1999 tentang Telekomunikasi Undang Undang No.5 th 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat Peraturan Pemerintah No.52 th 2000 tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi Peraturan Menteri No.05/PER/M.KOMINFO/I/2006 tentang Penyelenggaraan Warung Telekomunikasi Peraturan Menteri No.08/PER/M.KOMINFO/02/2006 tentang Interkoneksi

Warung Telekomunikasi yang selanjutnya disebut Wartel adalah tempat yang disediakan untuk pelayanan jasa Telekomunikasi untuk umum yangditunggu, baik yang bersifat sementara ataupun tetap dan merupakan bagian dari telepon umum. (PM. 05 Tahun 2006 Bab I Pasal 1 ayat 10)

Asosiasi Pengusaha W@artel Indonesia adalah wadah berhimpunnya para pengusaha Warung Telekomunikasi dan Informatika (Telematika) yang berdiri sendiri dan berkiprah secara professional, independent serta tidak mengikatkan diri pada kekuatan politik maupun dengan lembaga pemerintah maupun swasta lainnya APWI berdiri sejak 8 Januari 1992 (AD/ART APWI bab I) Pengertian dan Ketentuan Umum)

Asosiasi Pengusaha W@artel Indonesia (APWI), untuk pertama kalinya telah mendapat legalitas dari Pemerintah, dengan dikukuhkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) oleh Menteri Pariwisata Pos dan Telekomunikasi (MENPARPOSTEL) No. KM.98/UM.001/MPPT.96 Tanggal 8 Nopember 1996 APWI, telah di Notarialkan di Jakarta, oleh Notaris Soekardiman SH Nomor : 20 tanggal 15 Januari 2001 APWI dengan TELKOM telah menanda tangani Nota Kesepahaman di depan Meneg BUMN di Jakarta, Tanggal 29 September 2005 No.K.TEL 131/HK.840/UTA-00/2005 dan No. 047/BPP APWI/IX/2005 Tentang pemanfaatan Wartel sebagai Channel Distribusi Produk Jasa Telkom Group dan sepakat bahwa APWI adalah satu-satunya Asosiasi yang akan menjadi tempat bernaungnya seluruh pengusaha Wartel yang melaksanakan PKS dengan PT. Telkom

Mensukseskan Pelaksanaan program-program Pemerintah dalam bidang telekomunikasi dan informatika sesuai dengan perundang-undangan dan ketentuan hukum yang berlaku. Membina anggota APWI dengan memanfaatkan hubungan dan semua potensi yang ada sehingga terwujud kesatuan dalam upaya peningkatan pelayanan jasa telekomunikasi dan informatika Membangun kemitraan yang saling menguntungkan dengan semua pihak guna meningkatkan kesejahteraan anggota APWI

EKSISTENSI WARTEL SECARA NASIONAL Keterbatasan jaringan & aksesibilitas Bisnis UKM / Koperasi Pemberdayaan Masyarakat & lapangan kerja WARTEL Telepon umum yg ditunggu untuk Pelayanan Masyarakat Meningkatkan pertumbuhan Ekonomi Masyarakat Reseller

Pelanggan A Penyelenggara Jasa teleponi dasar A PKS B to B Wartel : reseller Pengguna Penyelenggara Jasa Teleponi dasar (Fixed, Mobile) B Pelanggan B - INTERKONEKSI : Merupakan keterhubungan antar jaringan telekomunikasi dari penyelenggara jaringan telekomunikasi yang berbeda - PKS B to B : Antara pengusaha wartel dengan penyelenggara jasa telekomunikasi

Sk Dirjen Postel: No. 21/1993 Lokal & SLJJ : 20 % SLI : 7 % 1 Maret 1993 KM. Parpostel No. 9/1995 13 Maret 1995 Lokal & SLJJ ; 0 s/d I juta : 40 % 1 jt s/d 3 juta : 30 % > 3 juta : 20 % SLI : 7,5 % KM. Perhubungan No. 78/1998 1 Januari 1999 Lokal & SLJJ ; 0 s/d I juta : 50 % 1 jt s/d 3 juta : 40 % > 3 juta : 22,5 % SLI : 8 %

Besaran Komisi penyelenggara Wartel berdasar kesepakatan bersama antara Penyelenggara wartel dan penyelenggara jasa Telekomunikasi, KM Perhubungan No. 78/1998 31 Desember 1999 Implementasi di lapangan muncul hal-hal sbb: -Komisi pengelola wartel ditentukan oleh kebijakan Kandatel setempat, Komisi pengelola wartel untuk Lokal & SLJJ berkisar 10% s/d 30%, SLI 8 % -Desakan dari pengusaha wartel ke Menhub untuk menetapkan besaran Komisi yang wajar melalui SK Menhub

KM Perhubungan No. 46/2002 7 Agustus 2002 -Domestik (Lokal&SLJJ) : 30 % -Internasional : 8 % -Air time dari penyelenggara jaringan bergerak selular sekurang kurangnya 10 % Permen Kominfo No. 05/2006 30 Januari 2006 Tentang Penyelenggaraan wartel -Tarif pelayanan 15 % -SLI 8 % -Domestik dalam jaringan yang sama 30 % -Domestik dalam jaringan berbeda 30 % dikurangi biaya interkoneksi

PENYESUAIAN TARIF WARTEL KEBIJAKAN BARU Pada kebijakan lama, hak wartel diperoleh dari air time sebesar 10 %, sharing ini telah ditiadakan pada kebijakan baru dan selanjutnya hak wartel memperoleh sebesar 30% ke operator lainnya setelah dikurangkan biaya interkoneksi terminasi. Biaya interkoneksi terminasi (DPI) berbeda tergantung dari letak titik interkoneksi terhadap titik charging. Perbedaan biaya air time dengan DPI adalah : Air time : malam hari siang hari Biaya interkoneksi : terminasi dekat terminasi jauh Rp.325 Rp.406 Rp.361 Rp.471

KONDISI WARTEL Wartel baru bermunculan tanpa melalui kajian bisnis, sementara wartel eksisting semakin terpuruk. Keberadaan teknologi baru CDMA dan flexibilitasnya membuat konsumen wartel berpindah Pengusaha tidak memberikan pelayanan terbaik kepada konsumen wartel Tarif fix line di wartel sangat tidak kompetitif dibandingkan dengan tarif CDMA, sellular Kompetisi tarif CDMA, sellular dengan kemudahan aksesnya semakin membuat konsumen meninggalkan wartel

Rp 49/mnt (on) SMS Rp 75 (on) Rp 900/mnt (pstn peak) Rp 449/mnt (pstn op) Rp.50/mnt (on) Rp.1000/jam (on) Rp.0 (hp on) SMS gratis (on) Rp.600/mnt (off) Rp.1500/mnt (gsm) Rp 20/dtk (on) Rp 800/mnt (peak off) Rp 650/mnt (op off) Rp.10/dtk (on) Rp.20/dtk (off) Rp.25/dtk (pstn) Rp 19/mnt (on) Rp 999/jam (on) SMS Rp 40 (on) Rp 8000/200 SMS (on) Rp.10/dtk (on) SMS Rp.45 doank (on) Rp.25/dtk (off) On : On Net Off : off net Op : off peak PSUL: Panggilan selular umum lokal? PSUJJ: panggilan selular umum jarak jauh Rp.150/mnt (on) SMS gratis (on) Rp.1000/mnt (off) Rp.535/mnt (peak psul) Rp.450/mnt (op psul) Rp.1700/mnt (peak psujj 1) Rp.2225/mnt (peak psujj 2) Rp.2680/mnt (peak psujj 3)

WARTEL FIX VS WARTEL DARLING Rp 49/mnt (on) SMS Rp 75 (on) Rp 900/mnt (pstn peak) Rp 449/mnt (pstn op) Rp.535/mnt (peak psul) Rp.450/mnt (op psul) Rp.1700/mnt (peak psujj 1) Rp.2225/mnt (peak psujj 2) Rp.2680/mnt (peak psujj 3) MOBILE TARIF MURAH FIX TARIF MAHAL

KESIMPULAN Wartel sebagai layanan umum, lahan usaha bagi UKM, Koperasi, perorangan dapat berkembang seiring dengan terciptanya lapangan kerja baru yang mengedepankan kepentingan Nasional. Wartel sebagai reseller(business to Business) perlu kesepahaman dan kesepakatan untuk menciptakan kepastian usaha yang saling menguntungkan. Dalam bagian pendapatan tidak dikenal lagi pendapatan air time (malam Rp.325 dan siang Rp.406) seiring dengan berlakunya peraturan interkoneksi berbasis biaya, namun perlu disesuaikan besaran biaya interkoneksi (dekat Rp.361 dan jauh Rp.471) atau ratarata. Tarif yang kompetitif dari penyelenggara jasa dengan segala kemudahan teknologi dan aksesnya membuat wartel semakin ditinggalkan. Layanan yang belum berkeadilan dari wartel fix line dengan darling mobile terutama dari penerapan tarifnya adalah indikator tidak berpihaknya iklim usaha ini kepada UKM eksisting, yang selayaknya mendapatkan perlakuan yang sama sebagai chanel distribution. Kebijakan tarif komunikasi yang ada sangat mempengaruhi iklim usaha di Indonesia dan perlu segera disesuaikan kembali