K3 KERJA DIKETINGGIAN Oleh: Ramadin Wahono Subekti

dokumen-dokumen yang mirip
K3 BEKERJA PADA KETINGGIAN & AKSES TALI [DTG1B2] K3 & Hukum Tenaga Kerja

2016, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Le

DEPARTEMEN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI R.I. DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN

PROGRAM PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) BEKERJA PADA KETINGGIAN

Materi Pelatihan Bekerja di Ketinggian

Height Safety Lifting Load Control

COMPANY PROFILE P T. T R I M A S A P T I J A Y A

1. Mengenal dan memahami standar dan prosedur serta prinsip-prinsip dasar bekerja di ketinggian. 2. Melakukan penilaian dan pengendalian resiko untuk

BAB I PENDAHULUAN. Alat Pelindung diri dipergunakan untuk melindungi tenaga kerja dari

Buku Pelajaran untuk Pekerja Orang Asing

SL : Selalu KD : Kadang-kadang SR : Sering TP : Tidak Pernah

TENTANG PERUSAHAAN. Pembersihan dinding luar gedung kami lakukan dengan memperhatikan :

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB V PEMBAHASAN. TM PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur Area Madiun telah diperoleh

DAFTAR ISI LEMBAR JUDUL... LEMBAR PERSETUJUAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR Latar Belakang...

TEKNISI AKSES TALI TINGKAT 1

kondisi jalur di pusat perbelanjaan di jantung kota Yogyakarta ini kurang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pencapaian pejalan kaki dalam hal ini khususnya para penumpang kendaraan ang

PERATURAN PERUNDANGAN TERKAIT K3 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI

BAB III METODE PENELITIAN

Rumah Tahan Gempa (Bagian 2) Oleh: R.D Ambarwati, ST.MT.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM. 43 TAHUN 2010

PERATURAN PERUNDANGAN TERKAIT K3

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki, yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

ALAT PENGANGKAT CRANE INDRA IRAWAN

DAFTAR ISI. Daftar Isi... i BAB I KONSEP PENILAIAN Bagaimana Instruktur Akan Menilai Tipe Penilaian... 1

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TUGAS AKHIR EVALUASI DAN PERENCANAAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN PADA GEDUNG KANTOR 5 LANTAI PT. RAKA UTAMA. Disusun oleh : PRILIAN YUSPITA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beton berlulang merupakan bahan konstruksi yang paling penting dan merupakan

BAB II STUDI PUSTAKA


BAB VI PERAWATAN DI INDUSTRI

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TAMAN PINTAR DI KOTA SOLO DENGAN METAFORA ARSITEKTUR

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1998 TENTANG PRASARANA DAN SARANA KERETA API PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 20/PRT/M/2010 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN BAGIAN-BAGIAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia sehari-hari, selain itu jalan juga memegang peranan penting

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah peran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti perangkat

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. Potensi bahaya dan risiko kecelakaan kerja antara lain disebabkan oleh

BAB IV HASIL DAN ANALISA

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

128 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pemerintah, baik pemerintah pusat, maupun pemerintah daerah. Dalam

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1998 TENTANG PRASARANA DAN SARANA KERETA API PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. ilmiah dalam upaya mencegah atau memperkecil terjadinya bahaya (hazard) dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV: KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penulisan

BAB MOMENTUM DAN IMPULS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

*35899 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 69 TAHUN 1998 (69/1998) TENTANG PRASARANA DAN SARANA KERETA API PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SL : Selalu KD : Kadang-kadang SR : Sering TP : Tidak Pernah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1998 TENTANG PRASARANA DAN SARANA KERETA API PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Susur Gua Vertikal dan Horisontal

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

P E N J E L A S A N ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API

BAB 1 PENDAH ULU AN 1.1 Latar Belakang

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN

Prosedur Penanggulangan Darurat Kebakaran dan Bencana Alam

Makalah Seminar Kerja Praktek PENGGANTIAN ISOLATOR SUSPENSI PADA SUTT 150 kv DENGAN METODE HOT STICK DALAM KEADAAN BERTEGANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1 perbandingan bahan Sifat Beton Baja Kayu. Homogen / Heterogen Homogen Homogen Isotrop / Anisotrop Isotrop Isotrop Anisotrop

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Bangunan gedung menurut UU RI No. 28 Tahun 2002 adalah wujud fisik hasil

TUGAS AKHIR PERANCANGAN DELUGE SYSTEM SPRINKLER MENGGUNAKAN SMOKE DETECTOR PADA GEDUNG DIREKTORAT PPNS-ITS. Ricki Paulus Umbora ( )

I. PENDAHULUAN. Pada perencanaan pembangunan sebuah pondasi harus diperhatikan beberapa

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

BAB I PENDAHULUAN. jurang, lembah, jalanan, rel, sungai, badan air, atau hambatan lainnya. Tujuan

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG KONDOMINIUM HOTEL ( KONDOTEL) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PERENCANAAN APARTEMEN 7 LANTAI (+1 BASEMENT) DI SURAKARTA DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dan kemajuan industri yang semakin berkembang pesat memacu peningkatan

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

ukur tinggi pohon dengan tali utama, kita turun dari pohon menggunakan tali prussik maupun descender.

MENCERMATI STANDAR PENGAMANAN GEDUNG UNTUK ANTISIPASI BAHAYA KEBAKARAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Obyek Penelitian

BAB III KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI

PT PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN. SUTT/SUTET Dan ROW. Belajar & Menyebarkan Ilmu Pengetahuan Serta Nilai Nilai Perusahaan

KAWAT ANYAM SEBAGAI PERKUATAN PADA RUMAH SEDERHANA TANPA BETON BERTULANG SKRIPSI

IDENTIFIKASI FASILITAS SAFETY BUILDING SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KEBAKARAN DI GEDUNG INSTITUSI PERGURUAN TINGGI

Dinding Penahan Tanah

DAFTAR KONVERSI KLASIFIKASI USAHA JASA PELAKSANA KONSTRUKSI

STANDARD OPERATING PROCHEDURE (SOP) KEDARURATAN DI TEKNIK KELAUTAN ITB

DAFTAR KONVERSI KLASIFIKASI USAHA JASA KONSTRUKSI

MARGA JALAN ACHMAD YANI NO. 90 DENPASAR TUGAS AKHIR. Oleh : A.A I. Agung Semarayanthi NIM: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

Pranata Pembangunan Pertemuan 1 Pentingnya Tangga kebakaran. Sahid Mochtar, S.T., MT. Ratna Safitri, S.T., M.Ars.

PENGENALAN CAVING (SUSUR GUA)

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KISI-KISI SOAL PROFESIONAL UKG 2015

Transkripsi:

K3 KERJA DIKETINGGIAN Oleh: Ramadin Wahono Subekti PENDAHULUAN Globalisasi disegala aktifitas pekerjaan manusia menuntut tersedianya prasarana dan sarana kerja yang dapat menjamin lancarnya suatu pekerjaan, tanpa mengabaikan kenyamanan, kesehatan dan keamanan bekerja. Untuk itu faktor keselamatan menjadi penting. Kenyamanan, kesehatan dan keamanan dalam bekerja banyak dituntut pada pekerjaan dengan tingkat bahaya tinggi semisal pada pekerjaan penambangan bawah tanah, pekerjaan bawah air, pekerjaan diketinggian dan pemadam kebakaran. Jaminan Keselamatan kerja menjadi penting untuk melengkapi perlindungan terhadap pekerja, antara lain dengan adanya berbagai macam asuransi menjadi pelengkapnya. Keselamatan kerja menjadi hak semua pekerja. Pada pekerja dengan pekerjaan tingkat bahaya tinggi keselamatan kerja sangat mutlak untuk melindungi dirinya dan juga asset produksi. Keselamatan kerja akan ada bila si pekerja melengkapi aktifitasnya dengan pengetahuan dan keterampilan tentang keselamatan kerja. Pengetahuan dan keterampilan keselamatan kerja itu sendiri terbagi atas berbagai macam kegiatan kerja yang disesuaikan dengan jenis pekerjaan yang dilaksanakan. Bagi pekerja yang bekerja dengan tingkat bahaya tinggi misalkan bekerja di ketinggian pada gedung-gedung tinggi, menara konstruksi baja dan instalasi industri, pemahaman tentang keselamatan kerja menjadi lebih penting. Dalam hal tersebut keterampilan untuk bekerja di ketinggian akan menjadi sangat khusus. Melihat hal tersebut, pekerja perlu memahami pentingnya keselamatan kerja bekerja di ketinggian, dengan pengetahuan dan keterampilan teknik keselamatan kerja yang disesuaikan dengan bidang kerjanya. Untuk memenuhi pengetahuan dan keterampilan keselamatan kerja bekerja diketinggian, saat ini telah berkembang metode akses tali (Rope Acces). Metode ini dikembangkan dari teknik Panjat tebing dan Penelusuran Gua, untuk membantu mencapai tempat yang sulit dijangkau dengan posisi kerja vertikal maupun horizontal tanpa bantuan perancah, platform ataupun tangga. Metode akses tali telah banyak digunakan untuk menunjang kerja pada gedung tinggi, menara jaringan listrik, menara komunikasi, anjungan minyak, perawatan dan perbaikan kapal, perawatan jembatan, ruang terbatas/cerobong, penelitian dan pertambangan. 1

Untuk Indonesia sudah ada ketentuan tentang keharusan semua pekerja yang bekerja diketinggian mempunyai keterampilan keselamatan dan kesehatan kerja diketinggian. Untuk itu Pemerintah telah menerbitkan beberapa peraturan yang didasarkan pada : Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang keselamatan Kerja. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Surat Edaran Mentri Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I. Nomor 117/Men/PPK-PKK/III/2005 tentang Pemeriksaan Menyeluruh Pemeriksaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di pusat Perbelanjaan, Gedung Bertingkat dan Tempat-tempat Publik Lainnya. Berdasarkan hal ini maka telah diterbitkan surat keputusan Departeman Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I. melalui Direktorat Jenderal Pembinaan pengawasan ketenagakerjaan yang berisi tentang pedoman keselamatan kerja pada ketinggian NO.KEP.45/DJPPK/IX/2008 tentang Pedoman Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Bekerja Pada Ketinggian Dengan Menggunakan Akses Tali (Rope Access). AKSES TALI (ROPE ACCES) Metode akses tali (Rope Acces). Cara kerja akses tali ini menggunakan tali sebagai sarana jalur kerja maupun jalur keselamatan, metode ini dapat diandalkan dan cenderung efisien untuk kerja pada bangunan tinggi dan beberapa pekerjaan ringan sampai sedang. Metode akses tali merupakan metode alternatif untuk menyelesaikan pekerjaan ringan sampai tingkat sedang dalam posisi yang sulit dan membutuhkan kecepatan (rapid task force). Akses Tali (Rope Acces) dapat digunakan dengan beberapa persayaratan antara lain: Tersedia tali kerja dan tali pengaman. Tersedia dua penambat. Tersedia alat bantu dan alat pelindung diri. Terdapat personil yang handal. Pengawasan yang ketat. Contoh aplikasi Akses tali (Rope Acces). Pekerjaan naik dan turun pada permukaan dinding gedung, menara struktur baja, Pekerjaan secara horizontal diketinggian pada jembatan dan atap bangunan. Pekerjaan diruang terbatas pada silo dan cerobong. Pekerjaan penelitian pada pengamatan dari atas pohon. Beberapa gambar di halaman selanjutnya menunjukkan aplikasi Rope access pada beberapa kegiatan. 2

Sistem Penambat pada Rope Acces Posisi vertikal bekerja dengan Rope Acces Gerak turun melalui Work Line (Rope Acces) Memasuki Tunnel dengan Rope Acces dan alat pendukung 3

Contoh jarak aman menggunakan Lanyards absorber saat menahan beban jatuh, Jika pekerja menggunakan lanyards absorber dengan panjang 1,15 m (termasuk karabiner) dibutuhkan jarak aman ketinggian kerja 4,35 m dari permukaan lantai Contoh Lanyards/tali koneksi, digunakan pada bidang kerja terbatas. lanyards yang dihubungkan pada penambat dengan panjang sesuai pada bidang kerja akan memberikan pengamanan dari jatuh. Contoh Lanyards/tali koneksi, digunakan pada bidang kerja terbatas. lanyards yang dihubungkan pada penambat dengan panjang melebihi bidang kerja akan menimbulkan bahaya jatuh saat pekerja harus berada di ujung bidang kerja. 4

Contoh macam dan bentuk penambat yang digunakan untuk menahan work line dan safety line. 5

Ascending Gerak naik melalui Work Line dan Safety Line dengan menggunakan alat bantu naik. Posisi kerja pada jalur vertical, harus diingat metode penguncian pada alat bantu saat posisi berhenti/menggantung pada Work Line Posisi kerja menggunakan Lanyards, dapat mengatur jarak pekerja dan bidang kerja Gerak naik menggunaka n Doublr Lanyards sebagai alat keselamatan Gerak naik menggunakan alat pengaman jatuh pada lintasan Work Line 6

Kerja pada atap bangunan dengan posisi horizontal Work Line menggunakan Lanyards sebagai pengaman jatuh Kerja pada atap bangunan dengan belayer sebagai penahan jatuh Peralatan yang digunakan pada metode Rope acces sebagai alat pendukung keselamatan kerja bekerja diketinggian Carabiner Screw Carabiner/cincin kait ini mempunyai pengunci pada pintu pengait sehingga pintu pengait tidak mudah terbuka. Cocok untuk alat pelindung diri pada pekerjaan diketinggian. Carabiner Snap Carabiner/Cincin kait ini tak mempunyai pengunci pada pintu pengait sehingga mudah dibuka dan ditutup, carabiner jenis ini banyak digunakan pada aktifitas panjat tebing 7

AutoStop Descender Sebagai alat bantu turun melalui Tali/Work Line, dapat berhenti secara otomatis ketika handel pengatur kecepatan terlepas Ascenders/Clamp Handle. Alat bantu gerak naik melalui Tali/Work Line Grigri pada teknik panjat tebing digunakan sebagai alat belayer pemanjat tebing berfungsi menjadi penahan jatuh. Lanyard/cow tail/tali koneksi Sebagai tali penghubung antara pekerja dan bidang kerja. 8

I`D Self Braking Descenders Sebagai alat bntu turun melalui tali statik, alat ini dapat berhenti seketika bila handel pengendali dilepas sehingga beban jatuh akan tertahan. Mobile Fall Arrester/ASAP Sebagai alat pelindung diri berfungsi menjadi pengaman cadangan pada Safety Line saat gerak naik maupun gerak turun melalui tali, rope acces. Helmet Helmet sebagai alat pelindung diri yang dilengkapi tali pita yang melingkar pada dagu. 9

protector/pelindung tali Rope protector digunakan untuk melindungi tali dari gesekan pada permukaan dinding bersudut. Glove/sarung tangan Static Rope/Tali Statik Static rope digunakan sebagai alat utama pada metode Rope Acces untuk kerja diketinggian, terbuat dari bahan Nilon. Hanger/anchor Sebagai alat penambat pada permukaan yang solid(dinding beton, tiang beton atau tebing batu) 10

Full Body harness Alat pengaman diri yang disarankan untuk kerja diketinggian, dapat mendukung kerja pada posisi sulit. Seat Harness Alat pengaman diri yang tidak dilengkapi tali pada pundak dan sebagai alat pengaman duduk. Dapat memberikan kemudahan bergerak pada posisi kerja menggantung. 11