PERBAIKAN MUTU PAKAN UNTUK PENINGKATAN KUALITAS DAN KUANTITAS SUSU SAPI PERAH

dokumen-dokumen yang mirip
IV. ANALISIS DAN SINTESIS

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10 ekor sapi perah Fries

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPRODUKSI SUSU SAPI PERAH LAKTASI MELALUI PERBAIKAN PAKAN DAN FREKUENSI PEMBERIANNYA

Reny Debora Tambunan, Reli Hevrizen dan Akhmad Prabowo. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung ABSTRAK

Kajian Komparatif Parameter Ekonomi (Harga Susu dan Pakan) Terhadap Efisiensi Penggunaan Teknologi Pakan Pada Usaha Sapi Perah

Gambar 6. Pemberian Obat Pada Domba Sumber : Dokumentasi Penelitian

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian

EVALUASI PEMBERIAN PAKAN SAPI PERAH LAKTASI MENGGUNAKAN STANDAR NRC 2001: STUDI KASUS PETERNAKAN DI SUKABUMI

MATERI DAN METODE. Gambar 4. Ternak Kerbau yang Digunakan Dalam Penelitian

I. PENDAHULUAN. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung

Ransum Ternak Berkualitas (Sapi, Kambing, dan Domba)

MATERI DAN METODE. Materi

KONSENTRAT TERNAK RUMINANSIA

PENDAHULUAN. Peningkatan kesadaran masyarakat terhadap gizi dari susu menyebabkan

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan 24 ekor Domba Garut jantan muda umur 8 bulan

PENDAHULUAN. rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat

Pengaruh Lanjutan Substitusi Ampas Tahu pada Pakan Basal (BR-2) Terhadap Penampilan Ayam Broiler Umur 4-6 Minggu (Fase Finisher)

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

EFEK PENGGUNAAN KONSENTRAT PABRIKAN DAN BUATAN SENDIRI DALAM RANSUM BABI STARTER TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM. S.N.

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39

TINGKAT PENGGUNAAN ONGGOK SEBAGAI BAHAN PAKAN PENGGEMUKAN SAPI BAKALAN

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG AMPAS TAHU DI DALAM RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN INCOME OVER FEED COST AYAM SENTUL

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012

BAB III MATERI DAN METODE. dengan kuantitas berbeda dilaksanakan di kandang Laboratorium Produksi Ternak

PERFORMANCE AND CARCASS PERCENTAGE OF BRAHMAN CROSS STEER SUPLEMENTED BY DIFFERENT IN PREMIX CONCENTRATE ABSTRACT

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Kandungan Nutrien Silase dan Hay Daun Rami (%BK)

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Efisiensi Penggunaan Pakan

BAB III MATERI DAN METODE. pada Ransum Sapi FH dilakukan pada tanggal 4 Juli - 21 Agustus Penelitian

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi

KANDUNGAN LEMAK, TOTAL BAHAN KERING DAN BAHAN KERING TANPA LEMAK SUSU SAPI PERAH AKIBAT INTERVAL PEMERAHAN BERBEDA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan

PENDAHULUAN. Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak. Indonesia populasi domba pada tahun 2015 yaitu ekor, dan populasi

KAJIAN PENGOLAHAN JERAMI PADI SECARA KIMIA DAN BIOLOGI SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENAMPILAN SAPI PERANAKAN ONGOLE

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 8. Rataan Hasil Pengamatan Konsumsi, PBB, Efisiensi Pakan Sapi PO selama 48 Hari Pemeliharaan

Evaluasi Kecukupan Nutrien pada Sapi Perah Laktasi... Refi Rinaldi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Ternak Domba yang Digunakan

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Perah

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

PENGGUNAAN BAHAN PAKAN LOKAL SEBAGAI UPAYA EFISIENSI PADA USAHA PEMBIBITAN SAPI POTONG KOMERSIAL: Studi Kasus di CV Bukit Indah Lumajang

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2007

Yunilas* *) Staf Pengajar Prog. Studi Peternakan, FP USU.

EVALUASI PEMBERIAN PAKAN SAPI PERAH LAKTASI MENGGUNAKAN STANDAR NRC 2001: STUDI KASUS PETERNAKAN DI SUKABUMI

METODE PENELITIAN. Bahan dan Alat

MATERI DAN METODE. Materi

Pengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower

PENGARUH PENGGUNAAN PROBIOTIK PADA COMPLETE FEED TERHADAP KUANTITAS DAN KUALITAS PRODUKSI SUSU SAPI PERAH LAKTASI

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh penggunaan ajitein dalam pakan terhadap produksi dan kualitas susu sapi perah

Pemanfaatan Sumber Daya Pakan Lokal Untuk Pengembangan Peternakan YENNI YUSRIANI

MATERI DAN METODE. Materi

Makanan Kasar (Roughage) Pakan Suplemen (Supplement) Pakan Aditive (Additive)

PEMBAHASAN. Zat Makanan Ransum Kandungan zat makanan ransum yang diberikan selama penelitian ini secara lengkap tercantum pada Tabel 4.

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba yang Digunakan Dalam Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

PRAKTIKUM IV MENYUSUN PAKAN

PENDAHULUAN. memadai, ditambah dengan diberlakukannya pasar bebas. Membanjirnya susu

I. PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein hewani adalah sapi perah dengan produk

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Kecernaan dan Deposisi Protein Pakan pada Sapi

MATERI DAN METODE. Metode

KONVERSI SAMPAH ORGANIK MENJADI SILASE PAKAN KOMPLIT DENGAN PENGGUNAAN TEKNOLOGI FERMENTASI DAN SUPLEMENTASI PROBIOTIK TERHADAP PERTUMBUHAN SAPI BALI

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Penggunaan...Trisno Marojahan Aruan

ABSTRAK ABSTRACT PENDAHULUAN

Pada ternak ruminansia adalah keharusan Faktor yang mempengaruhi kualitas: Sebagai sumber Energi dan Protein Pemilihan Bahan Konsentrat:

PEMANFAATAN LIMBAH PRODUKSI MIE SEBAGAI ALTERNATIF PAKAN TERNAK

FORMULASI PAKAN SAPI POTONG BERBASIS SOFTWARE UNTUK MENDUKUNG PROGRAM SWASEMBADA DAGING SAPI DAN KERBAU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tanduknya mengarah ke depan (Rahman, 2007). Sapi FH memiliki produksi susu

PEMAKAIAN ONGGOK FERMENTASI DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMA AYAM BURAS PERIODE PERTUMBUHAN

Willyan Djaja, S. Kuswaryan, dan U.H. Tanuwiria Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Bandung

Roosena Yusuf. Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman Jalan Tanah Grogot Kampus Gunung Kelua Samarinda Kaltim ABSTRACT

Tepung Ampas Tahu Dalam Ransum, Performa Ayam Sentul... Dede Yusuf Kadasyah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi potong merupakan sumber utama sapi bakalan bagi usaha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

PENGARUH PEMBERIAN KONSENTRAT... PERIODE LAKTASI TERHADAP BERAT JENIS, KADAR LEMAK DAN KADAR BAHAN KERING SUSU SAPI

BAB I PENDAHULUAN. diperlukannya diversifikasi makanan dan minuman. Hal tersebut dilakukan untuk

STATUS NUTRISI SAPI PERANAKAN ONGOLR DI KECAMATAN BUMI AGUNG KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

KATA PENGANTAR. dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari-Maret 2015 di Kandang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi perah merupakan salah satu jenis sapi yang dapat mengubah pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Ransum

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Ternak dan Kandang Percobaan

Syahdar Baba 1 M. I. Dagong 1 Ambo Ako 1 Abdullah Sanusi 2 Anis Muktiani 3

PRAKTIKUM III PENGENALAN BAHAN PAKAN TERNAK (FEEDS STUFF)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Strategi Peningkatan Produktivitas Sapi Bali Penggemukan Melalui Perbaikan Pakan Berbasis Sumberdaya Lokal di Pulau Timor

DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran 1. Hasil analisis proksimat bahan pakan No Bahan Protein (%)

Pengaruh Tingkat Penambahan Tepung Daun Singkong dalam Ransum Komersial terhadap Performa Broiler Strain CP 707

Penampilan Produksi Sapi PO dan PFH Jantan yang Mendapat Pakan Konsentrat dan Hay Rumput Gajah

Transkripsi:

PERBAIKAN MUTU PAKAN UNTUK PENINGKATAN KUALITAS DAN KUANTITAS SUSU SAPI PERAH (Feed Quality Improvement for Quantity and Quality Dairy Milk) DEDI SUGANDI 1, HERMAWAN 2 dan HERI SUPRATMAN 2 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat 2 Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Bandung ABSTRACT Local dairy farmers tended to use locally surrounding feedstuff and concentrate neglecting its feed quality. This was suspected to have impact on low quantity and quality of the milk. To find out the effect of feed to milk quantity and quality on local dairy farmers, a research was conducted in Cisurupan Sub District of Garut, on July September 2003, through participatory on farm research. Fourty dairy cattle were devided in to four groups (P 0, P 1, P 2, and P 3 ) with increasing crude protein concentrate (8,9%, 13,1%, 15,1% and 17%). The improvement of feed quality were conducted thruogh recomposition of feedstuff surounding the research location. The KUD concentrate were as control (P 0 ). All dairy cattle were fed forages, consist of rice straw, corn straw, grass,and sweet potato leaves, with the amount of 10% body weight. The observation included the amount of feed and consumed nutricient for each treatment, and milk quantity and quality. The data were analyzed using DMRT. The results showed that the increasing feed quality improved milk quantity and quality without increasing feed offered. Concentrate containing 13% crude protein showed the best results for milk quantity and quality, and farmers income over feed cost value. Key Word: Feed, Dairy Milk, Local Farm ABSTRAK Untuk memenuhi kebutuhan pakan, peternak sapi perah rakyat cenderung mengandalkan bahan baku pakan atau konsentrat yang tersedia disekitarnya tanpa mengetahui dengan pasti kualitas dari ransum tersebut. Keadaan ini dikuatirkan akan berdampak pada rendahnya kuantitas dan kualitas susu yang dihasilkannya. Untuk mengetahui sampai sejauhmana pengaruh pemberian pakan terhadap kuantias dan kualitas susu yang dihasilkan ternak sapi perah rakyat telah dilakukan pengkajian di Kecamatan Cisurupan Kabupaten Garut, Jawa Barat, pada bulan Juli September 2003, melalui pendekatan participatory on farm research. Sapi perah sebanyak 40 ekor, dikelompokan menjadi empat kelompok (P 0, P 1, P 2, dan P 3 ), masing-masing kelompok diberi perlakuan pakan tambahan (konsentrat) dengan kualitas yang semakin meningkat berdasarkan kandungan protein kasar (PK) yaitu 8,9%, 13%, 15% dan 17%. Peningkatan mutu pakan dilakukan dengan cara merekomposisi susunan bahan baku pakan yang tersedia disekitar lokasi pengkajian, dan konsentrat produk KUD setempat digunakan sebagai kontrol perlakuan (P 0 ). Seluruh ternak diberi hijauan (HMT) berupa campuran jerami padi, jerami jagung, rumput lapang dan daun ubi jalar. Masing-masing ternak mendapatkan HMT dengan ukuran jumlah sekitar 10% dari bobot hidup. Pengamatan dilakukan terhadap jumlah konsumsi ransum dan nutrisi terkonsumsi pada setiap perlakuan, serta data kuantitas dan kualitas susu yang dihasilkan ternak. Data yang diperoleh selanjutnya diolah dan dianalisis statistik sidik ragam dan uji jarak berganda Duncan s. Hasilnya menunjukkan bahwa peningkatan mutu pakan dapat memperbaiki kuantitas dan kualitas susu tanpa harus meningkatkan volume pakan yang disediakan. Konsentrat dengan kandungan PK 13 % menunjukkan hasil yang terbaik, bila ditinjau dari kuantitas dan kualitas susu yang dihasilkan, serta memberikan nilai penerimaan dan income over feed cost paling tinggi. Kata Kunci: Pakan, Susu Sapi, Peternakan Rakyat PENDAHULUAN Susu merupakan bahan makanan asal hewani yang memiliki nilai gizi tinggi dan sangat bermanfaat bagi tubuh manusia. Kebutuhan bahan baku susu di Indonesia hingga saat ini sebagian berasal dari import dan sebagian lagi dari peternakan sapi perah 377

rakyat di pedesaan yang dipelihara dengan cara tradisional. Menurut TAWAF (2003), hingga saat ini peternakan sapi perah rakyat di Indonesia masih bercirikan memiliki skala usaha kecil, sistem pemelihra back yard farming, diberi pakan berupa campuran rumput lapangan, sisa pertanian seperti jerami padi dan jagung, dan rumput kultur, serta diberi pakan penguat berupa campuran ampas tahu, atau dedak. Konsentrat yang berasal dari koperasi/kud. Dari cara pemeliharaan seperti itu tidak heran bila produksi susu yang dihasilkan belum optimal, baik dilihat dari sisi kualitas maupun kuantitas produk. Berdasarkan laporan DINAS PETERNAKAN PROVINSI JAWA BARAT (2002), target produksi harian ternak sapi perah adalah 15 liter/ekor per hari, sementara dari hasil pengamatan SUGANDI (2003), terhadap beberapa peternak di Kabupaten Bandung dan Garut diperoleh gambaran adanya ternak sapi perah dengan produksi susu kurang dari 10 liter/ekor/hari. Kondisi ini menunjukan bahwa dari segi kuantitas produksi susu masih perlu ditingkatkan. Walaupun sebagian besar telah memenuhi standar yang disyaratkan IPS (industri pengolah susu), masih dibawah persyaratan Codex dan SK Dirjen Peternakan tahun 1983 yaitu kandungan lemak 2,17%, berat jenis minimal 1, 028 ; bahan kering tanpa lemak (BKTL) 8%; dan kandungan bakteri 1 juta per mili liter susu. Menurut HENDERSON dan REAVES (dalam HERMAWAN, 2003), kualitas dan kuantitas susu sangat dipengaruhi oleh jenis dan jumlah bahan pakan yang diberikan. Pakan untuk sapi perah biasanya terdiri dari hijauan dan konsentrat. Sapi perah biasanya diberi rumput sebanyak 10% dari bobot hidup, dan pakan tambahan berupa konsentrat yang tersusun dari beberapa bahan pakan yang mengandung nilai gizi tinggi, seperti jagung, dedak, bungkil kelapa, bungkil kedelai, dan tepung ikan. Namun untuk memenuhi kebutuhan tersebut peternak sering terkendala oleh terbatasnya pengetahuan dan modal yang tersedia, dengan demikian peternak cenderung mengandalkan jenis pakan (HMT dan konsentrat) yang sudah ada disekitarnya. Kondisi seperti ini bisa berakibat pada kurang optimalnya produksi susu yang dihasilkan. Untuk mengatasi kondisi tersebut telah dilakukan pengkajian perbaikan mutu pakan bagi peningkatan kuantitas dan kualitas susu sapi perah yang dilakukan pada peternakan rakyat di Kabupaten Garut, Jawa Barat. MATERI DAN METODE Pengkajian dilakukan pada bulan Juli September 2003, melalui pendekatan participatory on farm research di Kecamatan Cisurupan, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Bahan yang digunakan terdiri dari 40 ekor ternak sapi perah milik peternak rakyat, hijauan makan ternak (HMT), konsentrat hasil produksi KUD setempat dan bahan baku pakan yang tersedia di sekitar lokasi pengkajian. Sapi perah selanjutnya dikelompokan menjadi empat, masing-masing kelompok diberi perlakuan P 0, P 1, P 2, dan P 3 (Tabel 1). Tabel 1. Perlakuan yang digunakan dalam pengkajian Kelompok Perlakuan Keterangan 1 P 0 diberi konsentrat mengandung PK 8,90% 2 P 1 diberi konsentrat mengandung PK 13,56% 3 P 2 diberi konsentrat mengandung PK 15,70% 4 P 3 diberi konsentrat mengandung PK 17,70% produk KUD sebagai kontrol Rekomposisi bahan baku Rekomposisi bahan baku Rekomposisi bahan baku Rincian komposisi bahan baku dan kandungan nutrisi pakan (hasil analisis proximate) terlampir Peningkatan mutu pakan pada perlakuan P 1, P 2 dan P 3 dilakukan dengan cara merekomposisi susunan bahan baku pada perlakuan P 0 (kontrol) dengan bahan baku lain yang memiliki kandungan nutrisi lebih baik dan telah tersedia di sekitar lokasi pengkajian. Seluruh ternak diberi hijauan makanan ternak (HMT) berupa campuran jerami padi, jerami jagung, rumput lapang, dan daun ubi 378

jalar. Jumlah HMT yang disediakan untuk setiap ekor ternak diukur berdasarkan ratio 10% dari masing-masing bobot hidupnya. Pengamatan dilakukan terhadap jumlah konsumsi ransum dan nutrisi terkonsumsi pada setiap perlakuan, data kuantitas dan kualitas susu yang dihasilkan ternak, serta pengeluaran biaya untuk pakan, dan nilai penerimaan dari hasil penjualan susu yang dihasilkan. Pengamatan dimulai pada saat hari ke-15 perlakuan pemberian pakan terhadap jumlah produksi susu harian selama 30 hari, sedangkan pengamatan terhadap kualitas susu dilakukan dengan cara mengambil sampel susu pada saat ternak belum diberi perlakuan, diulang pada hari ke-15 dan 30 setelah perlakuan. Data yang kumpulkan terdiri dari jumlah ransum terkonsumsi, jumlah produksi harian, kandungan lemak, bahan kering tanpa lemak (SNF), berat jenis (BJ), dan kandungan bakteri per ml air susu. Harga bahan baku ransum seperti harga konsentrat, jerami padi, jerami jagung, rumput benggala dan daun ubi jalar dilakukan untuk keperluan penghitungan biaya pakan, dan harga per liter susu. Data tersebut selanjutnya diolah dan dianalisis secara deskriptif dan statistik menggunakan analisis sidik ragam dan uji jarak berganda Duncan s. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh peingkatan mutu pakan terhadap konsumsi ransum Untuk mengetahui sampai sejauh mana pengaruh peningkatan mutu pakan terhadap perbaikan kuantitas dan kualitas susu, perlu diuji lebih dahulu pengaruhnya terhadap jumlah pakan/ransum yang terkonsumsi oleh ternak. Hal ini penting dilakukan guna memastikan apakah perbaikan tersebut berpengaruh langsung terhadap kuantitas dan kualitas produk, atau sebagai dampak dari peningkatan jumlah ransum yang terkonsumsi. Tabel 2 menunjukkan hasil analisis statistik pengaruh perbaikan mutu pakan terhadap konsumsi bahan kering dan nutrisi ransum pada setiap perlakuan (P 0, P 1, P2 dan P 3 ). Dari Tabel 2, dapat dilihat bahwa tingkat konsumsi BK pada setiap kelompok perlakuan (P 0, P 1, P2 dan P 3 ), tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata. Namun bila dilihat dari konsumsi nutrisi pakan yang terkandung di dalam pakan tersebut seperti SK, PK, TDN, Ca dan P, menunjukkan adanya kecenderungan meningkat, terutama yang terjadi pada perlakuan P 0 dibandingkan dengan P 1, P 2 dan P 3 terhadap konsumsi PK, TDN, Ca dan P, sedangkan perbedaan diantara perlakuan P 1, P 2 dan P 3 hanya terjadi pada konsumsi PK dan P. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa peningkatan mutu pakan tidak meningkatkan volume ransum yang terkonsumsi, akan tetapi dari segi nutrisi terjadi peningkatan yang signifikan sejalan dengan peningkatan jumlah nutrisi ransum dari masing-masing perlakuan. Hal ini sejalan dengan pendapat NRC (1989), bahwa konsumsi bahan kering dari seekor ternak tidak ditentukan oleh jenis maupun kandungan zat yang terkandung didalamnya, namun lebih ditentukan oleh ukuran bobot hidup dari ternak itu sendiri. Tabel 2. Hasil analisis pengaruh peningkatan mutu pakan terhadap konsumsi bahan kering dan nutrisi pakan sapi perah di lokasi pengkajian Parameter Perlakuan P 0 P 1 P 2 P 3 Bahan Kering (BK) (kg/ekor/hari) 17,711 a 17,687 a 17,675 a 17,749 a Kandungan Nutrisi (kg/ekor/hari): TDN 9,070 a 9,798 b 9,858 b 9,863 b Protein Kasar (PK) 1,237 a 1,581 b 1,757 c 1,919 d Serat Kasar (SK) 4,347 a 4,419 a 4,312 a 4,335 a Calcium (Ca) 0,141 a 0,134 b 0,134 b 0,133 b Phosphor (P) 0,090 a 0,072 d 0,077 c 0,083 b Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukan perbedaan yang nyata (P<0,05) 379

Pengaruh peningkatan mutu pakan terhadap kuantitas dan kualitas susu Data hasil analisis pengaruh peningkatan mutu pakan terhadap kuantitas dan kualitas susu sapi perah di lokasi pengkajian, di sajikan pada Tabel 3. Dari Tabel 3, dapat dilihat bahwa kuantitas susu yang paling tinggi dihasilkan oleh P 1, diikuti P 3, P 2, P 0 (kontrol), namun secara statistik hanya terjadi perbedaan antara P 0 dengan kelompok P 1, P 2, dan P 3, Ini menunjukkan bahwa perbaikan mutu pakan hingga batas tertentu (PK 13 %) dapat meningkatkan kuatitas dari produksi susu ternak sapi perah. Demikian pula halnya dengan kualitas susu yang dihasilkan kelompok P 1, P 2 dan P 3, secara statistik nyata lebih baik dari kualitas susu yang dihasilkan kelompok P 0, serta tidak ditemukan perbedaan yang nyata diantara kelompok P 1, P 2 dan P 3. Ada kecenderungan kandungan lemak tertinggi terjadi pada P 1, dan total solid pada P 2 Keadaan ini membuktikan bahwa upaya perbaikan mutu pakan hingga batas tertentu dapat memperbaiki kauntitas maupun kualitas produksi susu. Analisis finansial pengaruh peningkatan mutu pakan terhadap kuantitas dan kualitas susu Berdasarkan data hasil pengamatan teknis, pengaruh perbaikan mutu pakan terhadap kualitas dan kuantitas susu dapat digunakan untuk menghitung besarnya biaya yang dikeluarkan untuk pakan dan nilai penerimaan dari hasil penjualan produksi susu. Tabel 4, menyajikan data hasil analisis biaya yang digunakan untuk pakan pada masing-masing perlakuan P 1, P 2, P 3 dan P 0 (kontrol), yang dilakuan di lokasi pengkajian. Dari Tabel 4, dapat dilihat bahwa total biaya pakan pada perlakuan P 1, P 2 dan P 3 nyata lebih tinggi (P<0,05) dari perlakuan P 0 (kontrol), peningkatan biaya pakan pada perlakuan P 1, P 2 dan P 3 cenderung meningkat sejalan dengan peningkatan harga pakan dari masing-masing perlakuan tersebut. Peningkatan harga pakan merupakan kendala yang sulit diterima petani, padahal peningkatan harga tersebut berkaitan erat dengan perbaikan mutu pakan yang akan mempengaruhi terhadap peningkatan kuantitas dan kulitas sus yang dihasilkan. Berdasarkan informasi dari salah satu IPS (industri pengolah susu) penerima susu dari koperasi, diketahui bahwa penentuan harga susu dipengaruhi oleh kualitas susu yang dinilai berdasarkan kandungan lemak, bahan kering tanpa lemak, dan jumlah bakteri yang terkandung dalam susu. Tabel 5, menunjukkan gambaran produksi, mutu, harga dan dan nilai penerimaan usaha ternak sapi perah yang diberi perlakuan P 0, P 1, P2 dan P 3. Dari Tabel 5, dapat diketahui bahwa jumlah produksi susu yang paling banyak dihasilkan pada perlakuan P 1 diikuti P 3, P 2 dan P 0 (kontrol), sedangkan harga susu paling tinggi ditunjukan oleh perlakuan P 2, diikuti oleh P 1, P 3, dan P 0 (kontrol). Nilai penerimaan perlakuan P 1, P 2 dan P 3, nyata lebih besar Tabel 3. Hasil analisis pengaruh peningkatan mutu pakan terhadap kuantitas dan kualitas susu sapi perah di lokasi pengkajian Parameter Perlakuan P 0 P 1 P 2 P 3 Kuantitas susu (kg/ekor/hari) 9,014 a 11,134 b 10,440 b 10,821 b Kualitas susu: Bahan kering (%) 11,908 a 12,744 b 12,809 b 11,999 ab Kandungan lemak (%) 4,222 a 5,033 b 4,879 b 4,474 ab Bahan kering tanpa lemak (%) 7,085 a 7,711 a 7,930 a 7,525 a Berat Jenis (BJ) 1,024 a 1,024 a 1,024 a 1,024 a Jumlah bakteri/ml susu 537.033 a 345.839 a 407.965 a 310.891 a Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukan perbedaan yang nyata (P<0,05) 380

Tabel 4. Hasil analisis biaya pakan pada masing-masing perlakuan di lokasi pengkajian Parameter Perlakuan Po P1 P2 P3 Komposisi bahan pakan (kg/ekor/hari) Konsentrat Jerami padi Jerami jagung Rumput benggala 9,00 20,73 6,93 1,86 0,51 9,00 20,96 7,00 1,73 0,51 9,00 20,74 7,14 1,73 0,51 9,00 20,97 7,03 1,62 0,51 Daun ubi jalar Harga konsentrat (Rp./kg) 700,00 755,00 855,00 980,00 Biaya (Rp./ekor/hari) Konsentrat 6.300,00 1.941,54 6.795,00 1.946,82 7.695,00 1.950,08 8.820,00 1.939,29 Hijauan Total biaya pakan*) 8.241,54a 8.741,82b 9.645,08c 10.759,29d *) Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukan perbedaan yang nyata (P<0,05) Tabel 5. Jumlah dan nilai produksi pada masing-masing perlakuan di lokasi pengkajian Parameter Perlakuan Po P1 P2 P3 Produksi susu (liter/ekor/hari): 8,80 10,87 10,19 10,56 Kualitas susu berdasarkan: Bahan kering (%) Kandungan lemak (%) Bahan kering tanpa lemak (%) 11,91 4,22 7,69 537.033 12,74 5,03 7,71 345.839 12,81 4,88 7,93 407.965 12,00 4,47 7,52 310.891 Jumlah bakteri (juta/ml susu) Harga susu (Rp/liter) *) 1.944,54 2.104,26 2.109,19 1.963,31 Nilai penerimaan (Rp/ekor/hari) **) 17.117,20 a 22.879,62 b 21.503,82 b 20.746,88 b Income Over Feed Cost (Rp/ekor/hari) **) 8.875,66 a 14.137,79 b 11.858,74 a 9.987,59 a *) Harga susu didapatkan dari angka rata-rata bonus atau pinalti Total Solid (TS), dan jumlah bakteri (TPC) **) Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukan perbedaan yang nyata (P<0,05) (P<0,05) dari P 0 (kontrol), namun diantara perlakuan P 1, P 2, dan P 3 tidak ada perbedaan yang nyata. Berdasarkan nilai Income Over Feed Cost, perlakuan P 1 nyata lebih tinggi dari perlakuan P 2, P 3, dan P 0 (kontrol), namun diantara P 2, P 3, dan P 0 (kontrol), tidak menunjukan perbedaan nyata. Dengan demikian jelas bahwa, konsentrat dengan kandungan protein kasar 13% dapat memberikan nilai penerimaan dan income over feed cost paling tinggi bagi usaha ternak sapi perah rakyat di lokasi pengkajian. KESIMPULAN Berdasarkan uraian pada hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa: Peningkatan mutu pakan dapat memperbaiki kuantitas dan kualitas susu sapi perah yang dikelola peternak rakyat, tanpa harus meningkatkan volume pakan yang disediakan. Konsentrat dengan kandungan PK 13% merupakan komposisi yang paling baik untuk menghasilkan produksi susu paling optimal serta dapat memberikan nilai penerimaan dan income over feed cost paling tinggi. 381

DAFTAR PUSTAKA ANGGORODI. 1979. Ilmu Makanan Ternak Umum. Gramedia, Jakarta. DINAS PETERNAKAN PROVINSI JAWA BARAT. 2002. Laporan Tahunan Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat. HERMAWAN, HERI SUPRATMAN, ROCHADI TAWAF dan B. KUSBIANTORO. 2003. Perbaikan Metode Pemerahan dan Mutu Konsentrat dalam Upaya Peningkatan Produksi Sisi Sapi Perah. Laporan Hasil Pengkajian. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat. MAYNARD, A. LEONARD and K. LOOSLI JOHN. 1978. Anumal Nutrition. Sixth edition. Tata Mc Graw-Hill Publishing Company LTD, New Delhi. NRC. 1989. Nutrient Requirements of Dairy Catle 6 th Revished ed. National Research Council. Nacional Academy Press, Washington. SUGANDI. 2003. Kinerja Ternak Sapi Perah Rakyat pada Beberapa Koperasi dan KUD Susu di Wilayah Kabupaten Bandung dan Garut. Makalah Penunjang pada Temu Tugas BPTP Jawa Barat (un publish). Tawaf, R. 2003. Analisis Kelayakan Usaha Kemitraan Sapi Potong, Sapi Perah dan Ayam Ras. Laporan Penelitian Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat bekerjasama dengan Universitas Padjadjaran (un publish). 382

Lampiran 1. Kandungan nutrisi (zat makanan) pada berbagai bahan baku pakan di lokasi pengkajian, tahun 2003 Bahan baku pakan BK Kandungan nutrisi pakan (% bahan kering) PK LK SK TDN Ca P Gabeng 90,00 3,19 0,49 13,52 84,95 0,30 0,15 Bungkil kacang tanah 92,68 3,58 4,35 4,80 52,97 0,68 0,15 Gebros 84,40 2,70 1,51 14,78 47,13 0,36 0,21 Ampas kecap 67,76 11,94 2,13 19,03 25,14 0,63 0,81 Bungkil kelapa sawit 95,63 12,75 4,86 11,00 44,32 0,25 0,93 Bungkil kedelai 86,00 45,00 0,90 6,00 89,00 0,32 0,29 Dedak halus 89,00 9,00 5,00 12,00 60,00 0,12 1,00 Dedak kasar 89,00 6,80 2,00 35,00 45,00 0,18 1,38 Bungkil kapuk 86,00 28,00 10,00 20,00 76,00 0,20 0,80 Limbah tapioka 84,40 2,70 1,51 14,76 75,00 0,36 0,21 Polard bogasari 89,81 16,59 4,68 5,80 79,35 0,20 0,96 Kulit kopi 86,00 11,00 3,00 28,00 65,00 Bugkil kelapa 85,00 19,00 7,00 13,00 78,00 0,10 0,62 Tetes 82,40 3,90 0,33 0,40 70,70 0,88 0,14 Premix 100 18,00 9,00 Urea 100 281,00 Garam 96,00 Kapur 99,00 39,00 Jerami padi 40,00 4,00 2,50 33,75 40,00 0,40 0,30 Jerami jagung 21,00 9,92 1,70 27,00 60,00 1,24 0,23 Rumput benggala 23,60 10,90 2,43 32,90 53,60 0,62 0,27 Daun ubi jalar 16,30 19,20 2,59 16,20 61,90 1,37 0,46 1

Lampiran 2. Jenis dan komposisi bahan baku pakan pada perlakuan P0, P1, P2, dan P3, tahun 2003 Jenis bahan baku Komposisi bahan baku pada perlakuan P 0 P 1 P 2 P 3 Gabeng 15,00 - - - Bungkil kacang tanah 7,84 - - - Gebros 12,08 - - - Ampas kecap 4,49 - - - Bungkil kelapa sawit 7,36 - - - Bungkil kedelai - - - 3,28 Dedak halus - 2,80 2,80 2,80 Dedak kasar 20,78 7,44 6,37 9,54 Bungkil kapuk - 10,00 10,00 10,00 Limbah tapioka/onggok - 30,00 21,09 11,14 Polard bogasari 30,00 16,81 26,49 30,00 Kulit kopi - 10,00 10,00 10,00 Bugkil kelapa - 17,00 17,00 17,00 Tetes - 2,80 2,80 2,80 Premix 0,20 0,20 0,20 0,20 Urea - 0,70 1,00 1,00 Garam 0,25 0,25 0,25 0,25 Kapur 2,00 2,00 2,00 2,00 Total 100 100 100 100 Lampiran 3. Komosisi kandungan nutrisi pakan pada perlakuan P0, P1, P2 dan P3, tahun 2003 Jenis nutrisi Komposisi bahan baku pada perlakuan Po P1 P2 P3 Bahan kering 88,90 86,61 87,13 87,52 Protein kasar 8,90 13,56 15,70 17,70 Lemak kasar 2,87 4,18 4,18 4,08 Serat kasar 14,87 15,36 14,24 14,28 TDN 60,14 70,21 70,72 70,38 Kalsium 1,10 1,04 1,02 1,01 Pophor 0,78 0,56 0,62 0,69 2