GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG MONITORING KADAR GULA DARAH MANDIRI PADA PENDERITA DM DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
PENGETAHUAN DIABETES MELITUS DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DM TIPE 2

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis, seringkali dinamakan

GAMBARAN PENGETAHUAN PASIEN DIABETES MELITUS TENTANG PENANGANANNYA DI RUMAH SAKIT PAHLAWAN MEDICAL CENTER KANDANGAN, KAB

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan

KARYA TULIS ILMIAH PENGETAHUAN PASIEN DIABETES MELITUS TENTANG MONITORING GULA DARAH. Di Poli Penyakit Dalam RSUD Dr Hardjono. S.

PERILAKU PASIEN DIABETES MELLITUS DALAM PENCEGAHAN HIPOGLIKEMIA. Di Poli Penyakit Dalam RSUD Dr. Harjono Ponorogo

SAMSUL BAHRI. :Tingkat Pengetahuan, Diabetes Millitus, Kepatuhan Diet rendah glukosa

Siti Uswatun Chasanah 1, Anida 2, Desi Susana 3 ABSTRACT

DAFTAR ISI. Sampul Dalam... i. Lembar Persetujuan... ii. Penetapan Panitia Penguji... iii. Kata Pengantar... iv. Pernyataan Keaslian Penelitian...

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh ENY SULISTYOWATI J

HUBUNGAN FAKTOR MAKANAN DENGAN KADAR GULA DARAH PRA LANSIA DI DESA PESUDUKUH KECAMATAN BAGOR KABUPATEN NGANJUK

Olahraga dengan Kadar Gula Darah

BAB 1 PENDAHULUAN. komprehensif pada self-management, dukungan dari tim perawatan klinis,

KARYA TULIS ILMIAH PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PERAWATAN KAKI PADA DIABETES MELLITUS. Di Poli Penyakit Dalam RSUD Dr.

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena sekresi

Karya Tulis Ilmiah. Keperawatan Pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARANGANYAR SKRIPSI

HUBUNGAN KARAKTERISKTIK PASIEN DENGAN TINGKAT KEPATUHAN DALAM MENJALANI TERAPI DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS TEMBUKU 1 KABUPATEN BANGLI BALI 2015

Nunung Sri Mulyani Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Aceh

PENGETAHUAN, PENDIDIKAN DAN STATUS EKONOMI BERHUBUNGAN DENGAN KETAATAN KONTROL GULA DARAH PADA PENDERITA DM DI RSUP DR SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN

Jurnal Kesehatan Kartika 7

Hubungan Pola Makan Dengan Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Tempat Penelitian

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin

HUBUNGAN KADAR GULA DARAH DENGAN KECEMASAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA

TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN DIABETES MELLITUS DALAM PENCEGAHAN ULKUS DIABETIK Di PoliPenyakitDalamRumah Sakit Umum Daerah Dr.

INTISARI GAMBARAN KUALITAS HIDUP DAN KADAR GULA DARAH PASIEN DIABETES MELITUS RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN

Fitri Arofiati, Erna Rumila, Hubungan antara Peranan Perawat...


BAB I PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2010). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat (Price & Wilson, 2005).

KEPATUHAN PERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

Tedy Candra Lesmana. Susi Damayanti

GAMBARAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DIRUANG RAWAT INAP RSUD SULTANSYARIF MOHAMAD ALKADRIE KOTA PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN. yang selalu mengalami peningkatan setiap tahun di negara-negara seluruh

KARYA TULIS ILMIAH PENGETAHUAN TENTANG KOMPLIKASI AKUT PADA PASIEN DIABETES MELLITUS. Di Poli Penyakit Dalam RSUD Dr.

Dewi Indarwati, Riskiana, Aida Rusmariana, Rita Dwi Hartanti. Prodi S1 Keperawatan STIKES Pekajangan Pekalongan

HUBUNGAN KINERJA PERAWAT DENGAN KEPUASAN KERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. mampu menggunakan insulin yang dihasilkan oleh pankreas (Word Health

UPAYA PENGENDALIAN KADAR GULA DARAH DENGAN MENGGUNAKAN MODIFIKASI DIET PARE PADA PENDERITA DIABETUS MILLITUS DI KLINIK SEHAT MIGUNANI KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. irritabilitas, poliuria, polidipsi dan luka yang lama sembuh (Smeltzer & Bare,

Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang 2)

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

Hubungan Lama Sakit Diabetes Melitus dengan Pengetahuan Perawatan Kaki pada Pasien Diabetes Melitus Non Ulkus. (Studi Awal)

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik

BAB 1 PENDAHULUAN. organ, khususnya mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah (America

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRESS TERHADAP KADAR GULA DARAH PENDERITA DIABETES MELITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKOHARJO I KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI

GAMBARAN KADAR GLUKOSA DARAH SEWAKTU PADA PETUGAS AVIATION SECURITY BANDARA JUWATA TARAKAN DENGAN INDEKS MASSA TUBUH kg/m 2

HUBUNGAN PERILAKU PASIEN DALAM PERAWATAN DIABETES MELITUS DENGAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUANG RINDU A1 DAN A2 RSUP H

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN TEKANAN DARAH LANSIA DI MANCINGAN XI PARANGTRITIS KRETEK BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

ABSTRAK GAMBARAN DEMOGRAFI DAN PENGETAHUAN MENGENAI PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA TENAGA EDUKATIF TETAP DI UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makanan, berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran / polusi

Sri Maryani 1, Dwi Sarbini 2, Ririn Yuliati 3 RSU PKU Muhammadiyah Surakarta

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. insulin dependent diabetes melitus atau adult onset diabetes merupakan

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DAN STATUS EKONOMI DENGAN KEPATUHAN DIET PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RSUP DR SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN

Tingkat Self care Pasien Rawat Jalan Diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Kalirungkut Surabaya. Yessy Mardianti Sulistria

PENGETAHUAN KELUARGA PASIEN DIABETES MELLITUS TENTANG KOMPLIKASI AKUT. Di Poli Penyakit Dalam RSUD Dr. Hardjono Ponorogo

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

ABSTRAK GAMBARAN PROFIL LIPID PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 YANG DIRAWAT DI RS IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI - DESEMBER 2005

BAB I PENDAHULUAN. dengan prevalensi obesitas nasional berdasarkan data Riskesdas 2007 adalah 19,1%.

BAB I PENDAHULUAN. adalah diabetes melitus (DM). Diabetes melitus ditandai oleh adanya

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Yogyakarta. Semua responden penelitian berdomisili di

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Diabetes Association / ADA (2011) DM adalah suatu

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH PUASA DI PUSKESMAS JAGASATRU CIREBON

Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S 1 Keperawatan. Disusun Oleh : Rina Ambarwati J.

GAMBARAN KUALITAS HIDUP PASIEN DIABETES MELITUS ANGGOTA PERSADIA YANG MENGIKUTI SENAM DIABETES DI RS PKU MUHAMMADDIYAH YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang

Vol. II Nomor 1 Maret 2015 Jurnal Keperawatan Respati ISSN :

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian observasional.dan menggunakan

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN KOMPLIKASI CHRONIC KIDNEY DISEASE DI RSUP SANGLAH DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. yang mampu diteliti dan diatasi (Suyono, 2005). Namun tidak demikian

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KETERATURAN PEMERIKSAAN KADAR GULA DARAH PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE II DI RSUD

Prosiding Psikologi ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. hidup yaitu penyakit Diabetes Melitus. Diabetes Melitus (DM) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. lama diketahui bahwa terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN IBU HAMIL TRIMESTER I TENTANG TABLET FE (STUDI DI PUSKESMAS BANGETAYU SEMARANG TAHUN 2013)

BAB 1 PENDAHULUAN. tertentu dalam darah. Insulin adalah suatu hormon yang diproduksi pankreas

1 GAMBARAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN TERJADINYA FLEBITIS DI RUANG RAWAT INAP RS. BAPTIS KEDIRI

Jl.Cerme No.24 Sidanegara Cilacap * Kata Kunci : Terapi Steam Sauna, Penurunan Kadar Gula Darah, DM tipe 2

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Study Tingkat Kecemasan Penderita Diabetes Mellitus Di Poli Rawat Jalan Puskesmas Ngawi Purba Kabupaten Ngawi

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

ABSTRAK. Wulan Yuwita, 2007, Pembimbing I : Onkie Kusnadi, dr., Sp.PD. Pembimbing II : Lusiana Darsono, dr., M.Kes.

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

RIZKY KUSUMAWATI NPM PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ASUPAN SERAT PENDERITA DM DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD Dr. Hi. ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2014

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG PENGGUNAAN OBAT GLIBENKLAMID PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE-2 DI PUSKESMAS ALALAK SELATAN BANJARMASIN

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. S DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN DIABETES MELLITUS PADA Ny.T DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWOSARI

Transkripsi:

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG MONITORING KADAR GULA DARAH MANDIRI PADA PENDERITA DM DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Naskah Publikasi Untuk Memenuhi SyaratMemperoleh Derajat SarjanaKeperawatan Program StudiIlmuKeperawatan Fakultas Kedokteran DanIlmu Kesehatan Universitas MuhammadiyahYogyakarta FARIDA PUSPITASARI 200136 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOYAKARTA 2014 i

ii

iii

Farida Puspitasari (2014). Gambaran Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Tentang Monitoring Kadar Gula Darah Mandiri Pada Penderita DM Di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Pembimbing: Yanuar Primanda S.Kep.,Ns.,MNS.,HNC Latar Belakang : INTISARI Monitoring kadar gula darah secara mandiri diperlukan agar penderita diabetes melitus dapat mengatur terapinya untuk mengendalikan kadar gula darah secara optimal. Cara ini memungkinkan deteksi dan pencegahan hipoglikemia dan hiperglikemia dan berperan dalam menentukan kadar gula darah normal. Monitoring kadar gula darah sangat penting karena gula darah adalah indikator untuk menentukan diagnosa penyakit DM. Kadar gula darah dapat diperiksa sewaktu dan ketika puasa. Seseorang di diagnosa menderita diabetes melitus jika hasil pemeriksaan kadar gula darah sewaktu 200 mg/dl, sedangkan kadar gula darah ketika puasa 126 mg/dl. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap tentang monitoring kadar gula darah mandiri pada penderita DM di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Metode Penelitian : Penelitian ini adalah penelitian non eksperimen dengan metode deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel pada penelitian ini sebanyak orang penderita DM di poli penyakit dalam di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik accidental sampling. Analisa data yang digunakan adalah analisa statistik deskriftif. Hasil Penelitian : Terdapat sebagian besar responden mempunyai tingkat pengetahuan sedang tentang monitoring kadar gula darah mandiri sebanyak 16 responden (50.0%) diikuti oleh tingkat pengetahuan tinggi sebanyak 11 responden (34.4%) dan yang paling sedikit adalah tingkat pengetahuan pada kategori rendah sebanyak 5 responden (15.6%). Pada sikap sebagian besar responden mempunyai sikap baik tentang monitoring kadar gula darah mandiri sebanyak 21 responden (65.6%) diikuti oleh sikap cukup sebanyak 11 responden (34.4%). Kesimpulan : Tingkat pengetahuan sebagian besar adalah sedang dan sikap adalah baik terhadap monitoring kadar gula darah mandiri pada penderita DM di poli rawat jalan RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Kata Kunci: Monitoring kadar gula darah mandiri, pengetahuan, sikap, iv

Farida Puspitasari. (2014). Description Level Of Knowledge And Attitude In Blood Glucose Levels Independent Monitoring For Diabetic Mellitus Patient At PKU Muhammadiyah Yogyakarta Hospital Advisers: Yanuar Primanda S.Kep.,Ns.,MNS.,HNC Background: ABSTRACT Monitoring blood glucose independently necessary for patients with diabetes mellitus which can adjust the therapy to control blood glucose levels optimally. This method allows the detection and prevention of hypoglycemia and hyperglycemi and play a role in determining normal blood glucose levels. Monitoring blood glucose levels is very important because blood sugar is an indicator for diagnosing the diabetes mellitus disease. Blood glucose levels can be checked at any time and checked when fasting. A person who diagnosed diabetes mellitus if the results of any blood glucose levels 200 mg / dl, whereas when the fasting blood sugar levels 126 mg / dl. The aims of the study is to determine the level of knowledge and attitudes about self-monitoring of blood glucose levels in patients DM at PKU Muhammadiyah Yogyakarta Hospital. Research Methodology: This research was non-experimental studies with descriptive analytic method with cross sectional approach. The sample in this study were patients with DM in poly medicine at PKU Muhammadiyah Yogyakarta Hospital. The sampling technique used accidental sampling technique. Analysis of the data used is descriptive statistical analysis. Result: There are majority of respondents have level of knowledge is about selfmonitoring of blood glucose levels as much as 16 respondents (50.0%) followed by high-level knowledge as much as 11 respondents (34.4%) and the least is the low level of knowledge on the category by 5 respondents (15.6%). Majority, 21 respondents (65.6%) are have good attitude followed by 11 respondents (34.4%) that have moderate attitude about self-monitoring of blood glucose level. Conclusion: The level of knowledge is the most good being and attitude is towards selfmonitoring of blood glucose levels in people with diabetes in an outpatient poly RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Key Words: Attitude, Knowledge, Self-monitoring of blood glucose levels v

A. PENDAHULUAN Salah satu dampak peningkatan pendapatan perkapita dan perubahan gaya hidup terutama di kota-kota besar adalah meningkatnya prevelensi penyakit degenaratif, seperti penyakit jantung koroner, diabetes, hipertensi dan lain-lain. Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit metabolik, yang ditandai dengan meningkatnya kadar glukosa darah akibat berkurangnya kualitas insulin, sekresi insulin atau keduanya. Penderita diabetes semakin meningkat prevalensinya dari tahun ke tahun. (1) Salah satu hal yang terpenting bagi penderita DM adalah pengendalian kadar gula darah. Monitoring kadar gula darah sangat penting karena gula darah adalah indikator untuk menentukan diagnosa penyakit DM. Kadar gula darah dapat diperiksa sewaktu, dan ketika puasa. Seseorang di diagnosa menderita diabetes melitus jika hasil pemeriksaan kadar gula darah sewaktu 200 mg/dl, sedangkan kadar gula darah ketika puasa 126 mg/dl. (2) Monitoring kadar gula darah secara mandiri diperlukan agar penderita diabetes melitus dapat mengatur terapinya untuk mengendalikan kadar gula darah secara optimal. Cara ini memungkinkan deteksi dan pencegahan hipoglikemia dan hiperglikemia dan berperan dalam menentukan kadar gula darah normal kemungkinan akan mengurangi komplikasi diabetes jangka panjang. Monitoring kadar gula darah sendiri merupakan cara yang paling efektif untuk mengevaluasi kadar gula darah dalam jangka pendek. Monitoring seperti ini memberikan evaluasi dini akan dampak dari makanan, tingkat stress, aktivitas fisik dan obat-obatan. Misalnya ketika seseorang memeriksa kadar 1

gula darah 2 jam setelah makan siang, maka akan segera tahu bagaimana dampak makanan yang dimakan tadi terhadap gula darah tersebut. (3) Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar, pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga. (4) Sikap sebagai kesiapan merespons yang sifatnya positif atau negatif terhadap objek atau situasi secara konsisten. (5) B. METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian non eksperimen dengan metode deskriptif analitik, diambil dengan pendekatan cross sectional. Data variabel independen hanya diambil satu kali dalam satu waktu. Populasi dalam penelitian ini pada periode tahun 2014 adalah pasien DM sebanyak 875 orang di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta poli penyakit dalam. Teknik penambilan sampel dilakukan dengan accidental sampling. (6) Penelitian ini dilakukan pada tanggal 8 Agustus-2 Agustus 2014. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuesioner. 2

C. HASIL PENELITIAN 1. Gambaran Karakteristik Responden Tabel 1. Gambaran usia, kadar gula darah dan lama menderita DM pasien di poli penyakit dalam RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta (N=) Mean Mode Std. Min Max Deviation Umur (tahun) 57,90 60 7,801 40 73 GDS (mg/dl) Lama menderita DM (tahun) 209,97 7,21 200 7,00 34,47 2,991 126 3,00 280 20,00 Sumber: Data primer 2014 Berdasarkan tabel 1 diatas, rata-rata usia responden adalah 57,90 tahun dengan usia paling muda 40 tahun dan usia paling tua 73 tahun. Sedangkan gula darah responden memiliki rata-rata 209,97 mg/dl dengan gula darah terendah 126 mg/dl dan tertinggi 280 mg/dl. Lama menderita DM responden memiliki rata-rata 7 tahun dan tertinggi 20 tahun. Tabel 2. Distribusi frekuensi karakteristik demografi pasien DM di poli penyakit dalam RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2014 (N=) No Karakteristik Frekuensi % 1 2 3 Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Total Agama Islam Total Status Kesehatan Menikah Janda/Duda Total 19 13 25 7 59.4 40.6 78.1 21.9 3

Tabel 2. (Lanjutan) No. Karakteristik Frekuensi % 4 Suku Jawa Total 5 Pendidikan terakhir SD 4 12.5 SMP 5 15.6 SMA 12 37.5 PT 11 34.4 Total 6 Pekerjaan PNS 10 31.3 Wiraswasta 11 34.4 Lainnya 11 34.3 Total 7 Penghasialan perbulan Rp. 1.000.000-Rp. 2.000.000 5 15.6 Rp. 2.000.000-Rp. 4.000.000 27 84.4 Total 8 Memiliki anggota keluarga yang menderita DM Ya 10 31.3 Tidak 22 68.8 Total 9 Akses menuju tempat pelayanan kesehatan terdekat Mudah Total 10 11 Pernah mendapatkan pendidikan kesehatan tentang DM Ya Tidak Total Melakukan cek gula darah dalam sehari 1 kali 2 kali Total Sumber: Data primer 2014 30 2 18 14 93.8 6.2 56.2 43.8 Berdasarkan tabel 2 karakteristik penderita DM berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa responden yang berjenis kelamin laki-laki 19 4

responden (59.9%) sedangkan responden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 13 responden (40.6%). Penderita DM berdasarkan agama menunjukkan bahwa semua responden beragama Islam (%). Status pernikahan menunjukkan bahwa dari responden mayoritas responden telah menikah sebanyak 25 responden (78.1%). Berdasarkan suku menunjukkan bahwa semua responden bersuku Jawa (%). Pendidikan terakhir pada penderita DM menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki pendidikan terakhir SMA sebanyak 12 responden (37.5%) dan yang paling sedikit adalah responden yang berpendidikan SD sebanyak 4 responden (12.5%). Berdasarkan pekerjaan menunjukkan bahwa sebagian besar bekerja sebagai wiraswasta dan lainnya masing-masing sebanyak 11 responden (34.4%). Penghasilan perbulan responden sebagian besar menunjukkan sebesar Rp. 2.000.000- Rp. 4.000.000 sebanyak 27 responden (84.4%). Penderita DM yang memiliki anggota keluarga yang menderita DM menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak memiliki anggota keluarga yang menderita DM sebanyak 22 responden (68.8%) sedangkan sisanya sebanyak 10 responden (31.3%) memiliki anggota keluarga yang menderita DM. Akses menuju tempat pelayanan kesehatan terdekat menunjukkan bahwa semua responden (%) mudah dalam mengakses tempat pelayanan kesehatan terdekat. Penderita DM yang pernah mendapatkan pendidikan kesehatan sebanyak 30 responden (93.8%), sedangkan yang belum pernah mendapatkan pendidikan kesehatan sebanyak 2 responden. 5

Berdasarkan melakukan cek gula darah dalam sehari menunjukkan bahwa responden sebagian besar responden melakukan cek gula darah dalam sehari sebanyak 1 kali yaitu 18 responden (56.2%). 2. Gambaran tingkat pengetahuan monitoring kadar gula darah mandiri pada penderita DM di poli penyakit dalam RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2014. Tabel 3. Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan monitoring kadar gula darah mandiri pada penderita DM di poli penyakit dalam RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta (N=) No Kategori Frekuensi % 1 2 3 Rendah Sedang Tinggi 5 16 11 15.6 50.0 34.3 Total Sumber: Data primer 2014 Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa dari responden sebagian besar responden mempunyai tingkat pengetahuan sedang sebanyak 16 responden (50.0%) diikuti oleh tingkat pengetahuan tinggi sebanyak 11 responden (34.4%) dan yang paling sedikit adalah tingkat pengetahuan pada kategori rendah sebanyak 5 responden (15.6%). 6

3. Gambaran sikap monitoring kadar gula darah mandiri pada penderita DM di poli penyakit dalam RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Tabel 5. Distribusi frekuensi sikap monitoring kadar gula darah mandiri pada penderita DM di poli penyakit dalam RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta (N=) No Kategori Frekuensi % 1 2 Cukup Baik 11 21 34.4 65.6 Total Sumber: Data primer diolah 2014 Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa dari responden sebagian besar responden mempunyai sikap baik tentang monitoring kadar gula darah mandiri sebanyak 21 responden (65.6%) diikuti oleh sikap cukup sebanyak 11 responden (34.4%). D. PEMBAHASAN 1. Karakteristik Demografi Responden Hasil penelitian tentang karakteristik demografi responden, data usia responden menunjukkan rata-rata usia responden 57,90. Responden yang berusia 40 tahun adalah responden yang paling rendah usianya dalam penelitian ini. Sedangkan usia tertinggi yaitu 73 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa penyakit DM dapat terjadi pada semua kelompok umur, terutama 40 tahun karena resiko terkena DM akan meningkat dengan bertambahnya usia dan manusia akan mengalami penurunan fisiologis yang akan berakibat menurunnya fungsi endokrin pankreas untuk memproduksi insulin. (7) 7

Data lama menderita DM responden rata-rata adalah 7,21 tahun. Lama menderita DM paling rendah 3 tahun dan paling lama 20 tahun. Semakin lama responden menderita DM maka responden mempunyai banyak dalam hal tentang DM. Seseorang yang lama menderita penyakit akan mampu merespon penyakit tersebut dengan rajin mengikuti pengobatan. Berdasarkan karakteristik kadar gula darah sewaktu pada penderita DM di poli penyakit dalam RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, responden ratarata yang memiliki gula darah sewaktu 209.97 mg/dl. Sulitnya mengontrol gula darah agar di dalam ambang batas normal dipengaruhi berbagai macam faktor baik dari individu pasien sendiri seperti tidak ada motivasi yang kuat dari dalam diri maupun faktor dari luar seperti lingkungan dan pola hidup. (8) Data penelitian menunjukkan bahwa penderita DM jenis kelamin lakilaki lebih banyak daripada perempuan. Perempuan lebih cenderung memperhatikan kesehatannya dibandingkan pria. Hal tersebut mengindikasikan bahwa perempuan tidak mudah terserang penyakit seperti DM dibandingkan dengan laki-laki. (9) Berdasarkan karakteristik suku di poli penyakit dalam RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, seluruh responden bersuku jawa. Suku ataupun etnis merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi prevalensi diabetes melitus. Mayoritas suku Jawa diidentikkan menyukai makanan berasa manis. Jika ditelusuri dari segi pendidikan, diketahui bahwa responden sebagian besar berada pada tingkat pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA). Pendidikan diperlukan 8

seseorang lebih tanggap adanya penyakit di dalam tubuhnya dan dapat mengambil tindakan secepatnya. Pada pendidikan yang rendah erat kaitannya dengan pengertian tentang diabetes melitus yang dipengaruhi perilaku kesadaran deteksi dini masyarakat. (10) Status ekonomi responden berdasarkan pendapatan perbulan, mayoritas mempunyai penghasilan perbulan Rp. 2.000.000 Rp. 4.000.000 sebanyak 27 responden (84.4%). Keterkaitan antara penghasilan dengan penyakit DM secara tinjauan teori tidak ada dijelaskan, namun peneliti berasumsi bahwa dengan penghasilan yang rendah akan bisa mempengaruhi kondisi DM yang sudah ada. Status sosial ekonomi tentang diabetes mempengaruhi seseorang untuk melakukan manajemen perawatan diri DM. (11) Berdasarkan data penelitian di poli penyakit dalam RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, responden yang wiraswasta sebanyak 11 responden (34.3%) serta lain-lain sebanyak 11 orang (34.3%). Jika dilihat dari sebaran karakteritik pekerjaan responden, mayoritas responden bekerja sebagai wiraswasta. Faktor yang mempengaruhinya adalah kurangnya olahraga dan pola hidup yang tidak sehat. (12) Responden yang memiliki anggota keluarga yang menderita DM menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak memiliki anggota keluarga yang menderita DM sebanyak 22 responden (68.8%). Hal ini menunjukkan ada faktor pada pola makan secara berlebihan dan melebihi kadar kalori yang dibutuhkan oleh tubuh dapat memunculkan timbulnya diabetes melitus. (13) 9

Berdasarkan pengalaman mendapatkan pendidikan kesehatan tentang DM sebanyak 30 responden (93.8%). Rendahnya tentang pendidikan kesehatan dihubungkan dengan kesadaran terutama dalam kesehatan. Semakin rendah kesadaran dalam kesehatan akan semakin buruk status kesehatan. Hal ini terjadi pada penderita DM, semakin rendah pendidikannya maka akan cenderung tidak mengetahui gejala-gejala penyakit DM. Berdasarkan kebiasaan melakukan cek gula darah dalam sehari sebanyak 1 kali sehari dengan 18 responden (56.2%) dan 2 kali sehari dengan responden 14 (43.8%). Hasil dari penelitian ini adalah sekitar 60% pasien dengan diabetes melitus tipe 1 dan 67% pasien diabetes mellitus tipe 2 melakukan monitoring kadar gula darah mandiri namun belum sesuai dengan anjuran American Diabetes Assosiation (ADA) yaitu 3-4 kali dalam sehari. (14) 1. Tingkat pengetahuan tentang monitoring kadar gula darah mandiri Berdasarkan tabel 2 responden dari data usia responden menunjukkan rata-rata usia responden 57.90 tahun. Umur merupakan faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang. Penderita DM berdasarkan pendidikan, diketahui bahwa responden sebagian besar berada pada tingkat pendidikan SMA sebanyak 12 orang (37.5%). Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin banyak aktifitas yang dijalankan sehingga kecendrungan untuk mengontrol pola makan, dan istirahat yang minim. Akibatnya angka kejadian penyakit degeneratif seperti DM terus meningkat sejalan dengan perubahan pola hidup masyarakat. (15) 10

Status ekonomi Status ekonomi responden berdasarkan pendapatan perbulan, mayoritas mempunyai penghasilan perbulan Rp. 2.000.000 Rp. 4.000.000 sebanyak 27 responden (84.4%). Tujuan dari pendidikan kesehatan adalah membantu individu, keluarga, atau masyarakat untuk mencapai kesehatan yang optimal, mengurangi biaya kesehatan dan menurunkan beban individu, keluarga dan komonitas, dan klien semakin menyadari kesehatan dan ingin dilibatkan dalam pemeliharaan kesehatan. (16) Berdasarkan tabel 3 diatas, responden yang mempunyai pengetahuan tinggi sebanyak 11 orang (34.4%), yang berpengetahuan sedang sebanyak 16 responden (50.0%) dan berpengetahuan rendah hanya 5 responden (15.6%). Ini berarti bahwa sebagian besar klien memiliki tingkat pengetahuan yang sedang tentang monitoring kadar gula darah mandiri. Seseorang yang memiliki pengetahuan sedang cenderung berusaha untuk meningkatkan pengetahuan menjadi tinggi dengan berusaha untuk mencari informasi sejelas-jelasnya mengenai penyakitnya, baik dari petugas kesehatan maupun dari media informasi lainnya. (17) Pada penelitian Andrew (2000) menyatakan pasien DM melakukan monitoring kadar gula darah mandiri namun belum sesuai dengan anjuran American Diabetes Assosiation (ADA) yaitu 3-4 kali dalam sehari. Dengan adanya peningkatan pengetahuan penderita DM diharapkan dapat menunjang perubahan prilaku sehingga penderita DM dapat mencapai keadaan sehat yang optimal dan memiliki kualitas hidup yang baik. (18) Dengan makin 11

tinggi tingkat pengetahuan penderita DM, maka diharapkan akan semakin baik sikap dan perilakunya serta penderita dapat menjalankan hidup sebagaimana layaknya orang sehat. (18) 2. Sikap tentang monitoring kadar gula darah mandiri Berdasarkan sikap dapat diketahui bahwa sebagian responden mempunyai sikap baik tentang monitoring kadar gula darah mandiri sebanyak 21 responden (65.5%) dan sikap cukup sebanyak 11 responden (34.4%). Ini berarti bahwa sebagian besar klien memiliki sikap baik tentang monitoring kadar gula darah mandiri. Hasil data berdasarkan bahwa usia responden dengan usia yang lebih tua memperperlihatkan sikap yang baik tentang monitoring kadar gula darah. Seseorang dengan usia yang lebih tua cenderung memiliki sikap yang lebih baik daripada seseorang dengan usia muda karena telah memiliki banyak pengalaman yang baik. Sikap berdasarkan pendidikan terakhir, dengan sikap baik, sebagian besar responden memiliki pendidikan terakhir SMA sebanyak 12 responden (37.5%). Hal ini mendukung teori yang menyebutkan bahwa tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap perubahan sikap menuju prilaku hidup yang sehat. Sikap dapat membentuk keyakinan tertentu sehingga seseorang berprilaku sesuai keyakinan tersebut. Hasil wawancara sebagian besar responden (72.2%) memiliki sikap yang baik terhadap monitoring kadar gula darah mandiri. Hal ini disebabkan sebagian besar responden 12

mengetahui bagaimana seharusnya melakukan monitoring kadar gula darah mandiri. (19) Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa pada penelitian ini sikap responden dipengaruhi oleh banyaknya informasi yang didapatkan responden terkait dengan cara mengontrol kadar gula darah. Sehingga sikap responden tentang monitoring kadar gula darah mandiri dengan memiliki kategori baik. Hal ini bisa diperkuat banyaknya media informasi yang tersedia seperti media cetak maupun media elektronik. Sikap positif tidak selalu terwujud dalam tindakan nyata karena beberapa alasan, yaitu tergantung situasi saat itu, mengacu pada pengalaman orang lain dan pengalaman seseorang, agar sikap menjadi perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan. Seperti misalnya pasien yang telah berniat periksa kadar gula darah dengan rutin. (20) Berdasarkan hasil mempunyai tingkat pengetahuan sedang dan mempunyai sikap baik. Sikap dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti lingkungan, kebudayaan, adat istiadat ataupun pengalaman. Sehingga walaupun dengan pengetahuan yang sedang ataupun, responden masih dapat memiliki sikap yang baik. E. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Data demografi penderita DM di poli rawat jalan RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta adalah rata-rata berusia 57 tahun, dengan 13

jenis kelamin laki-laki lebih banyak daripada perempuan. Seluruh responden beragama Islam dengan status pernikahan responden paling banyak yaitu menikah. Mayoritas responden bersuku Jawa, dengan tingkat pendidikan responden paling banyak SMA. Rata-rata responden memiliki pekerjaan wiraswasta dan pekerja lainnya dengan penghasilan perbulan responden mayoritas berkisaran Rp. 2.000.000 Rp. 4.000.000. Semua responden mendapatkan akses menuju tempat pelayanan kesehatan dengan mudah dan kebanyakan responden sudah pernah mendapatkan pendidikan kesehatan tentang DM. Keseluruhan responden mendapatkan akses menuju tempat pelayanan kesehatan tentang DM. Rata-rata responden melakukan cek gula darah 1-2 kali dalam sehari. 2. Gambaran tingkat pengetahuan monitoring kadar gula darah mandiri pada penderita DM di poli rawat jalan RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta sebagian besar adalah sedang. 3. Gambaran sikap monitoring kadar gula darah mandiri pada penderita DM di poli rawat jalan RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta sebagian besar adalah adalah baik. F. Saran a. Bagi Rumah Sakit Bagi Rumah sakit diharapkan lebih meningkatkan pemberian informasi baik secara lisan atau dengan tulisan melalui, leaflet atau poster dan lebih sering melakukan penyuluhan-penyuluhan tentang diabetes melitus dan monitoring kadar gula darah mandiri untuk meningkatkan 14

pengetahuan dan sikap penderita diabetes melitus dalam monitoring kadar gula darahnya secara sendiri. b. Bagi pasien penderita DM Bagi penderita DM dianjurkan untuk lebih memperhatikan kadar gula darahnya terutama bagaimana mengontrolnya agar tetap normal, lebih sering mencari informasi mengenai penyakit diabetes melitus dan monitoring kadar gula darah mandiri yang diwujudkan dengan peningkatan pengetahuan dan sikap supaya kadar gula darahnya tetap dalam batas normal. c. Bagi Perawat Sebagai tenaga kesehatan, perawat diharapkan untuk tetap melakukan pengkajian yang holistik, tidak hanya mengukur tekanan darah dan menimbang berat badan, tetapi mampu memberikan edukasi yang sesuai dengan apa yang dialami oleh pasien yang ditemui saat itu d. Bagi peneliti Perlu diharapkan mampu melakukan 5 pilar diabetes melitus yaitu diet, latihan fisik, pemantauan gula darah, pengobatan, dan edukasi. G. UCAPAN TERIMAKASIH Terimakasih kepada ibu Sri Sumariyani, S.Kep.,M.Kep.Sp.Mat.,HNC selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah memberikan kesempatan dan semangat untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Selanjutnya, terimakasih kepada ibu Yanuar Primanda S.Kep.,Ns.,MNS.,HNC selaku dosen pembimbing dan ibu Arianti Ns.,M.Kep.,Sp.Kep.MB selaku 15

dosen penguji yang telah banyak memberikan masukan dan saran sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik. Terimakasih juga untuk RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta poli penyakit dalam yang telah memberikan izin untuk mengambil data guna menyelesaikan penelitian, dan para responden yang telah bersedia untuk mengisi kuesioner. 16

H. DAFTAR PUSTAKA (1) Suyono, Slamet. (2007). Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu edisi kedua. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. (2) Waspadji, S. (2007). Hidup Sehat Dengan Diabetes. Jakarta: FKUI (3) Kurniali, MD., Peter C. (2013). Hidup Bersama Diabetes. Jakarta: Gramedia. (4) Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan Prilaku Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. (5) Ahmadi, H.A. (2007). Psikologi Sosial. Jakarta: PT. Rineka Cipta. (6) Nursalam. (2008). Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika. (7) Soegondo S.,Subekti. (2007). Penatalaksanaan DM Terpadu. Jakarta: EGC. (8) Soegondo S. (2005). Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus Terkini. Jakarta: FKUI (9) Koizer, B. (2009). Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis, Edisi 5. Jakarta: Buku Kedokteran. (10) Riyadi. (2008). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Gangguan Endokrin Pada Pankreas. Yogyakarta: Graha Ilmu. (11) Butler, H.A. (2002). Motivation:The Role In Diabetes Self-Management In Older aldust. Diakses dari http://proques.umi.com.pqdweb. (12) Gustaviani, R. (2006). Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. (13) Wijayakusuma, H. (2004). Bebas Diabetes Mellitus. Jakarta: Puspa Swara. (14) Andrew, J.K., Ferrara, A., Darbinian, J.A., Ackerson, L.M., Selby J.V. (2000). Self-Monitoring of Blood Glucose Language and Financial Barriers in a Managed Care Population with Diabetes. Diabetes Care. 477-483. (15) Suyono, Slamet. (2007). Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu edisi kedua. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. (16) Potter, P.A, Perry, A.G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi 4. Volume 1. Alih Bahasa: Yasmin Asih, dkk. Jakarta: EGC. (17) Soegondo S.,Subekti. (2007). Penatalaksanaan DM Terpadu. Jakarta: EGC. (18) Wawan A. dan M. Dewi. (2010). Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Prilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika. 17