BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sektor yang memiliki peranan yang cukup besar dalam. pembangunan perekonomian nasional adalah sektor pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia, mulai hal yang terkecil dalam

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. juta km2 terdiri dari luas daratan 1,9 juta km2, laut teritorial 0,3 juta km2, dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. bagi pendapatan suatu negara. Pada tahun 2007, menurut World Tourism

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek

PENDAHULUAN. didarat masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi dilaut seperti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lebih dari dua per tiga permukaan bumi tertutup oleh samudera. Ekosistem

BAB I PENDAHULUAN. artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan. pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Pengembangan Usaha Penangkapan Ikan 2.2 Komoditas Hasil Tangkapan Unggulan

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

AGROBISNIS BUDI DAYA PERIKANAN KABUPATEN CILACAP

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Selain itu,indonesia juga merupakan negara dengan garis pantai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertanian merupakan suatu jenis produksi yang berlandaskan pada

BAB II KAJIAN PUSTAKA

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN PULO CANGKIR

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari pulau dan

RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Gambar 5. Peta Citra Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi

Kimparswil Propinsi Bengkulu,1998). Penyebab terjadinya abrasi pantai selain disebabkan faktor alamiah, dikarenakan adanya kegiatan penambangan pasir

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan adalah sumberdaya perikanan, khususnya perikanan laut.

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

POTENSI PERIKANAN DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN CILACAP, JAWA TENGAH. Oleh : Ida Mulyani

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

ANALISIS DAYA DUKUNG MINAWISATA DI KELURAHAN PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah, Cilacap

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Welly Yulianti, 2015

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata pada saat ini, menjadi harapan bagi banyak negara termasuk

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan rekreasi atau wisata sering digunakan sebagai sarana melepas

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

5.1. Analisis mengenai Komponen-komponen Utama dalam Pembangunan Wilayah Pesisir

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN Pelabuhan Perikanan. Pengertian pelabuhan perikanan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

METODE PENELITIAN. satu daerah yang memiliki jumlah kelompok nelayan terbanyak. Dari data

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

KAJIAN DAMPAK PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR KOTA TEGAL TERHADAP ADANYA KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Kasus Kecamatan Tegal Barat) T U G A S A K H I R

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. sekitar 4 Km dari Kabupaten Gunungkidul dan berjarak 43 km, dari ibu kota

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan

I.PENDAHULUAN. Komoditas minyak dan gas (migas) merupakan penghasil devisa utama bagi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. demikian ini daerah Kabupaten Lampung Selatan seperti halnya daerah-daerah

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

persepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya. VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri dari belasan ribu

IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN KEPULAUAN ARU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keadaan Umum Desa Tanjung Pasir Pantai Tanjung Pasir merupakan pantai wisata yang di kelola oleh TNI AL Kabupaten Tangerang, dan Desa Tanjung Pasir dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 7 Tahun 2007 tentang Pembentukan Pemerintahan Desa di lingkungan Kabupaten Tangerang. Berdasarkan Bupati tersebut struktur organisasi tata kerja pemerintahan desa, bahwa tugas kepala desa melaksanakan urusan pemerintahan, pembangunan, sosial masyarakat dan pemberdayaan pantai (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tangerang 2012). Demografi Desa Tanjung Pasir terletak disebelah utara Kantor Kecamatan Teluknaga dengan jarak tempuh 6,9 km dan mempunyai unsur pembantu pemerintah terdiri dari 1 kepala dusun, 14 rukun warga dan 34 rukun tetangga. Desa Tanjung Pasir dengan luas 570 Ha dan merupakan daerah daratan rendah dengan ketinggian dari permukaan laut 1 m dengan suhu udara 37 o C. Jarak tempuh dari pusat Ibukota Kabupaten adalah 54 km. Desa Tanjung Pasir memiliki jumlah penduduk sekitar 10.225 jiwa (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tangerang 2012). Berdasarkan data Puskesmas Tegal Angus (2011) dalam Sandra (2012), mayoritas masyarakat Tanjung Pasir bersuku bangsa Betawi dan beragama Islam. Mata pencaharian utama penduduk desa Tanjung Pasir adalah pekerja pabrik, nelayan dan sebagian wiraswasta. Dimana yang berprofesi sebagai nelayan sebanyak 2.297 jiwa. Kepadatan jumlah penduduk desa Tanjung Pasir ± 1,625 penduduk/km 2 yang ratarata penduduknya tinggal di daerah pesisir pantai. 6

7 Tabel 1. Jumlah Penduduk menurut Umur Kelompok Umur Jumlah Jiw 0-14 2.248 15-24 797 25-34 468 35-44 267 45-54 262 >55 178 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Tangerang 2012 Tabel 2. Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin No. Jenis Kelamin Jumlah Jiwa 1 Laki-Laki 5.419 2 Perempuan 4.302 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Tangerang 2012 Pantai Tanjung Pasir adalah salah satu pantai yang ada di kecamatan Teluknaga, kata tanjung pasir berasal dari tanjung yang berarti daratan yang menonjol dipermukaan laut jawa dan pasir adalah permukaan tanahnya pasir, disamping itu Tanjung pasir di masa penjajahan Belanda dan Jepang pernah dijadikan benteng pertahanan. Pantai Tanjung Pasir merupakan kawasan pantai berpasir yang masih ditumbuhi hutan bakau. Kawasan pantai ini terdapat PPI yang didalamnya terdapat TPI, dermaga dan kawasan militer merupakan tempat pelatihan bagi TNI AL (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tangerang 2010). 2.1.1 Batas Wilayah dan Aksesibilitas Wilayah Desa Tanjung Pasir termasuk strategis karena terletak diantara kota Tangerang dan Jakarta. Letak geografis Desa Tanjung Pasir adalah 106 o 20-106 o 43 Bujur Timur dan 6 o 00-6 o 20 Lintang Selatan. Menurut BPS Kabupaten Tangerang (2010) Desa Tanjung Pasir mempunyai luas 5.642 km 2 (sekitar 570

8 Ha) dengan rincian penggunaan yakni untuk sawah 73 Ha dan darat 491,2 Ha. Batas wilayah Desa Tanjung Pasir : 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa 2. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Muara 3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Tegalangus 4. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Tanjung Burung Jarak tempuh Pantai Tanjung Pasir termasuk strategis karena jarak pantai dengan kantor Kecamatan Teluknaga hanya sejauh 12 km dan dapat ditempuh selama 15 menit, sedangkan jarak dengan ibu kota Kabupaten Tangerang sejauh 54 km dan dapat ditempuh selama 60 menit, sedangkan jarak dengan ibu kota Propinsi Banten sejauh 72 km dan dapat ditempuh selama 90 menit (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tangerang 2011). Desa Tanjung Pasir dapat dicapai dengan kendaraan umum dalam bentuk ojeg motor dan angkutan umum. Angkutan umum berangkat dari Kampung Melayu atau dari Pasar Tegal Angus dengan jam pemberangkatan tertentu dengan tujuan akhir Pantai Tanjung Pasir. Untuk menuju Desa Tanjung Pasir dari arah Kampung Melayu maka akan melewati salah satu sisi Bandara Soekarno Hatta dengan akses jalan yang relatif mudah namun pada jam tertentu mengalami kemacetan akibat jam berangkat atau pulang karyawan PT di sekitar wilayah Tegal Angus atau Kampung Melayu. Sementara itu,memasuki wilayah Desa Tanjung Pasir dari arah Tegal Angus akan terlihat hamparan tambak udang dan bandeng yang berada di sisi kanan maupun kiri jalan (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tangerang 2011). Sarana jalan di Desa Tanjung Pasir terutama di Kampung Tanjung Pasir umumnya berupa jalan aspal dengan kondisi yang masih cukup baik. Berdasarkan informasi dari warga desa, kondisi akses jalan di Kampung Tanjung Pasir dahulu sangat buruk dengan kondisi jalan berlubang yang becek saat hujan dan berdebu saat musim panas. Pada akhir tahun 2010 tepatnya saat ada kunjungan dari Ibu Ani Yudhoyono sarana jalan di Kampung Tanjung Pasir mulai diperbaiki dengan dilakukan pengaspalan. Kondisi sarana akses transportasi dan jalan yang cukup

9 baik tersebut menyebabkan mobilitas masyarakat Kampung Tanjung Pasir maupun dari luar desa cukup mudah sehingga akses terhadap perkembangan informasi dan ekonomi bisa lebih baik. Sedangkan sarana jalan di Kampung lainnya yaitu Kampung Gagah Sukamanah, Garapan dan Sukamulya umumnya sudah dapat dijangkau dengan kendaraan roda dua maupun roda empat meskipun sarana jalan rata-rata masih menggunakan paving blok (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tangerang 2011). 2.1.2 Kondisi Ekonomi Desa Tanjung Pasir Perekonomian Desa Tanjung Pasir yang pada umumnya bersumber dari penduduk yang bermata pencaharian sebagai nelayan, pedagang, buruh, dan karyawan swasta, sehingga rata-rata kondisi ekonominya sangat rendah. Ekonomi masyarakata Desa Tanjung Pasir perlu ditingkatkan melalui upaya ekonomi produktif setiap individu. Tabel 3. Daftar Mata Pencaharian Penduduk Tanjung Pasir No Mata Pencaharian Jumlah Jiwa 1 Nelayan 2.331 2 Buruh / Swasta 65 3 PNS 15 4 Pedagang 1213 5 Penjahit 24 6 Tukang Batu 62 7 Tukang Kayu 42 8 Peternak 6 9 Pengrajin 5 10 Montir 25 11 Polri 8 12 Petani 176 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tangerang 2012

10 2.1.3 Potensi Wisata Desa Tanjung Pasir Desa Tanjung Pasir terletak di Kecamatan Teluknaga, dimana jarak 54 km dari pusat kota Tigaraksa. Desa Tanjung Pasir memiliki pantai wisata dengan luas sebesar 10 ha yang menawarkan wisata panorama alam dengan ombak yang tenang, dan ada pasir pantai yang putih, bersih dan tidak berlumpur, selain itu para pengunjung dapat menikmati pemandangan Pulau Seribu di laut lepas, disana tersedia fasilitas pendukung untuk psrs pengunjung seperti usaha penyeberangan perahu, usaha kios cinderamata, usaha makanan ringan dan usaha rumah makan olahan (Dinas Pemuda Olahraga Kebudayan dan Pariwisata Kabupaten Tangerang 2010). Wisata desa Tanjung Pasir juga terdapat tempat private resort yang memiliki banyak fasilitas, dengan nama Tanjung Pasir Resort. Tanjung Pasir Resort merupakan kawasan wisata yang setara dengan Hotel Bintang III yang terletak di Desa Tanjung Pasir. Resort ini menawarkan kenyamanan dan keasrian suasana daerah pesisir dengan sejumlah hidangan kuliner khas laut (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tangerang 2012). Di Desa Tanjung Pasir juga terdapat Taman Penangkaran Buaya, sejak tahun 2002 pemerintah menjadikan salah satu wisata disana, taman seluas 6 ha tersebut terdiri dari 4 kandang besar buaya, dimana masing-masing kandang diisi oleh puluhan ekor buaya (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tangerang 2011). 2.1.4 Pantai Tanjung Pasir Desa Tanjung Pasir mempunyai luas 570 Ha dan merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian dari permukaan laut 1 m dengan suhu 37 o C. Desa Tanjung Pasir memiliki luas hutan mangrove sebesar 2,5 Ha dengan panjang abrasi 1 km. Akibat perubahan iklim atau musim panca roba Desa Tanjung Pasir sering mengalami banjir rob akibat air laut pasang, abrasi pantai dikarenakan tidak adanya berakwater di bibir pantai sehingga rentan terhadap bahaya abrasi (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tangerang 2012).

11 Pantai Tanjung Pasir adalah salah satu pantai dengan luas pantai 10 ha yang ada di kecamatan Teluknaga, kata tanjung pasir berasal dari tanjung yang berarti daratan yang menonjol dipermukaan laut jawa dan pasir adalah permukaan tanahnya pasir, disamping itu Tanjung pasir di masa penjajahan Belanda dan Jepang pernah dijadikan benteng pertahanan. Pantai Tanjung Pasir merupakan kawasan pantai berpasir yang masih ditumbuhi hutan bakau. Kawasan pantai ini terdapat PPI yang didalamnya terdapat TPI, dermaga dan kawasan militer merupakan tempat pelatihan bagi TNI AL (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tangerang 2010). 2.1.5 Kondisi Sumberdaya Pesisir dan Laut Kabupaten Tangerang Menurut BLHD Tangerang (2008) dalam Status Lingkungan Hidup Kabupaten Tangerang (2008), wilayah pesisir dan lautan Indonesia yang kaya dan beragam sumberdaya alamnya telah dimanfaatkan oleh bangsa Indonesia sebagai salah satu sumber bahan makanan utama, khususnya protein hewani. Selain menyediakan berbagai sumberdaya tersebut, wilayah pesisir memiliki berbagai fungsi lain, seperti transportasi, pelabuhan, kawasan industri, agribisnis/agroindustri, rekreasi dan pariwisata serta kawasan pemukiman dan pembuangan limbah. Selain menyediakan berbagai sumberdaya tersebut, wilayah pesisir Indonesia merupakan pusat keanekaragaman hayati laut tropis terkaya di dunia. Tiga puluh persen hutan bakau dan ± 30% terumbu karang dunia ada di Indonesia. Pesisir dan laut menyediakan ± 60% protein ikan, yang ± 90% berasal dari perairan pesisir dalam 12 mil laut dari garis pantai. 2.1.6 Produksi Penangkapan Ikan di Desa Tanjung Pasir Jenis ikan yang ditangkap dengan variasi jenis yang banyak dan didominasi oleh jenis ikan pelagis kecil, seperti peperek, manyung, biji nangka, bambangan, kerapu, kakap, kurisi, ekor kuning, tiga waja, cucut, pari, selar, kuwe, tetengkek, belanak, teri, japuh, cumi, udang tenggiri dll Produk perikanan di Desa Tanjung Pasir dipasarkan melalui pasar lokal. Program pemasaran ikan segar baik untuk konsumsi lokal maupun kebutuhan luar

12 daerah diarahkan sebagai upaya untuk meningkatkan penghasilan nelayan/ pembudidaya ikan, termasuk pula ikan hasil olahan yang dihasilkan dari Desa Tanjung Pasir. Tabel 4. Perkembangan Produksi Penangkapan Ikan di Desa Tanjung Pasir No Jenis Ikan Produksi Tahun 2010 (Ton) Nilai (Rp) Poduksi Tahun 2011 (Ton) Nilai (Rp) 1 Peperek 626,00 4.375.000 653,00 4.897.500 2 Manyung 749,00 7.480.000 772,00 7.720.000 3 Biji Nangka 492,00 1.476.000 511,00 1.788.000 4 Bambangan 682,00 23.870.000 689,00 24.115.000 5 Kerapu 403,00 14.508.000 428,00 17.120.000 6 Kakap 411,00 10.275.000 420,3 11.348.000 7 Kurisi 499,00 7.984.000 524,00 8.348.000 8 Ekor kuning 478,00 9.082.000 490,00 9.800.000 9 Tiga waja 491,00 2.209.500 506,00 3.036.000 10 Cucut 352,00 3.430.000 363,00 3.630.000 11 Pari 676,00 5.408.000 710,00 6.309.000 12 Selar 681,00 4.767.000 715,00 5.362.000 13 Kuwe 427,00 14.945.000 443,00 16.391.000 14 Tetengkek 512,00 5.120.000 526,00 5.786.000 15 Belanak 581,00 6.972.000 616,00 8.008.000 16 Teri 1.162,00 13.944.000 1.203,1 14.436.000 17 Japuh 392,00 3.920.000 413,00 4.543.000 18 Tembang 587,00 1.761.000 602,00 3.010.000 19 Kembung 1.436,00 18.668.000 1.338,00 18.734.000 20 Tenggiri 626,00 22.536.000 640,00 23.680.000 21 Layur 547,00 8.205.000 559,00 8.667.600 22 Ikan lainnya 1.016,00 4.064.000 1.031,00 5.160.000 23 Rajungan 554,00 13.850.000 579,00 14.475.000 24 Udang putih 519,00 20.760.000 539,20 24.264.000 25 Udang lainnya 688,00 17.200.000 714,00 17.850.000 26 Kerang bulu 1.375,00 6.875.000 1.345,00 6.725.000 27 Kerang darah 1.038,00 5.190.000 1.051,0 5.255.000 28 Cumi- cumi 622,00 12.440.000 667,00 16.675.000 Jumlah 18.622,00 271.314.500 19.039,00 297.133.700 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tangerang 2012

13 2.1.7 Wisata Pantai Tanjung Pasir Objek wisata Pantai Tanjung Pasir terletak di wilayah Kecamatan Teluknaga, 50 km dari Tigaraksa. Selain pantainya cukup landai dengan ombak yang tenang, juga memiliki panorama alam yang indah. Pasir pantai yang putih dan bersih dan tidak berlumpur terhampar. Melalui pantai ini pengunjung dapat menikmati pemandangan gugusan Pulau Seribu di laut lepas. Pengembangan kawasan pantai seluas 75 ha yang dipadukan dengan pengembangan Kawasan Wisata Terpadu Kapuk Naga. Kondisi jalan menuju ke pantai cukup bagus, dilengkapi dengan jaringan telekomunikasi dengan layanan interlokal, jaringan listrik dan prasarana air bersih. Gambar 2. Pantai Tanjung Pasir Sumber : Sandra 2012 Tempat yang paling banyak dikunjungi adalah kawasan pantai. Namun keadaan pantai di Tanjung Pasir tidak terawat dengan baik. Banyak sampah yang tidak terurus dan air pantai yang terlihat bewarna kecoklatan. Hal ini mungkin dapat juga disebabkan karena masih banyaknya warga setempat yang membuang sampah rumah tangganya ke pantai. Selain memancing dan bermain di pantai, Desa Tanjung Pasir juga merupakan salah satu tempat yang bisa dimanfaatkan untuk para wisatawan menyeberang ke kawasan Pulau Seribu (Sandra 2012).

14 2.2 Nelayan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 tentang perikanan, nelayan adalah sumberdaya manusia yang memegang peranan yang sangat penting dalam kegiatan operasi penangkapan ikan (Sobari dan Suswanti 2007 dalam Yuliriane 2012). Sedangkan menurut Satrawidjaja (2002) dalam MJ (2011), nelayan adalah orang yang hidup dari mata pencaharian hasil laut. Di Indonesia para nelayan biasanya bermukin di daerah pinggir pantai atau pesisir laut. Komunitas nelayan adalah kelompok orang yang bermata pencaharian hasil laut dan tinggal didesa-desa atau pesisir. Menurut MJ (2011), ciri komunitas nelayan dapat dilihat dari berbagai segi, sebagai berikut: 1. Segi mata pencaharian. Nelayan adalah mereka yang segala aktivitasnya berkaitan dengan lingkungan laut dan pesisir. Atau mereka yang menjadikan perikanan sebagai mata pencaharian mereka. 2. Segi cara hidup. Komunitas nelayan adalah komunitas gotong royong. Kebutuhan gotong royong dan tolong menolong terasa sangat penting pada saat untuk mengatasi keadaan yang menuntut pengeluaran biaya besar dan pengerahan tenaga yang banyak, seperti saat berlayar, membangun rumah atau tanggul penahan gelombang di sekitar desa. 3. Segi keterampilan. Meskipun pekerjaan nelayan adalah pekerjaan berat namun pada umumnya mereka hanya memiliki keterampilan sederhana. Kebanyakan mereka bekerja sebagai nelayan adalah profesi yang diturunkan oleh orang tua, bukan yang dipelajari secara professional.. 2.2.1 Pendapatan Nelayan Menurut Sukirno (2006) dalam Yuliriane (2012), pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diterima atas kerjanya selama satu periode tertentu, baik harian, mingguan, bulanan, maupun tahunan. Banyaknya tangkapan tercermin pula besarnya pendapatan yang diterima dan pendapatan tersebut sebagian besar untuk keperluan keluarga, dengan

15 demikian tingkat pemenuhan kebutuhan konsumsi keluarga sangat ditentukan oleh pendapatan yang diterimanya (Sujarno 2008). Menurut Salim (1999) dalam Sujarno (2008) faktor yang mempengaruhi pendapatan nelayan meliputi faktor sosial dan ekonomi, dimana faktor tersebut terdiri dari besarnya modal, jumlah perahu, jumlah tenaga kerja, jarak tempuh saat melaut, dan pengalaman. Nelayan melakukan pekerjaannya dengan tujuan untuk memperoleh pendapatan demi kebutuhan hidup. Pada pelaksanaannya diperlukan beberapa perlengkapan dan dipengaruhi pula oleh banyak faktor guna mendukung keberhasilan kegiatan (Tarigan, 2000 dalam Sujarno 2008). Rendahnya penghasilan nelayan tradisional merupakan masalah yang sudah lama, namun masalah ini masih belum dapat diselesaikan hingga sekarang, kerana terlalu kompleks. Hal ini tidak hanya berkaitan dengan sosioekonomi, namun berkait pula dengan lingkungan dan teknologi (Agunggunanto 2011). Menurut Tarigan (2000) dalam Sujarno (2008), berdasarkan pendapatannya, nelayan dapat dibagi menjadi : a. Nelayan tetap atau nelayan penuh, yakni nelayan yang pendapatan seluruhnya berasal dari perikanan. b. Nelayan sambil utama, yakni nelayan yang sebagian besar pendapatannya berasal dari perikanan. c. Nelayan sambilan tambahan, yakni nelayan yang sebagian kecil pendapatannya berasal dari perikanan d. Nelayan musiman, yakni orang yang dalam musim-musim tertentu saja aktif sebagai nelayan. Menurut Salim (1999) dalam Sujarno (2008) faktor yang mempengaruhi pendapatan nelayan meliputi faktor sosial dan ekonomi yang terdiri dari besarnya modal, jumlah perahu, jumlah tenaga kerja, jarak tempuh melaut dan pengalaman, dengan demikian pendapatan nelayan berdasarkan besar kecilnya volume tangkapan, masih terdapat beberapa faktor yang lain yang ikut menentukan yaitu faktor sosial dan ekonomi selain diatas.

16 Menurut Sitorus (1994) dalam Hurlan (2007) pendapatan adalah jumlah kegunaan yang dapat dihasilkan melalui suatu usaha. Jumlah uang yang diterima tergantung pada: 1. Jumlah uang yang dikeluarkan oleh konsumen; 2. Jumlah produk yang dipasarkan; 3. Biaya-biaya untuk menggerakan produk ke pasar. Pendapatan nelayan berasal dari dua sumber, yaitu pendapatan dari usaha penangkapan ikan (pendapatan utama) dan pendapatan dari luar usaha penangkapan ikan (Sajogya 1996 dalam Hakim 2011). Pengalaman sebagai nelayan secara langsung maupun tidak, memberi pengaruh kepada hasil penangkapan ikan. Semakin lama seseorang mempunyai pengalaman sebagai nelayan, semakin besar hasil dari penangkapan ikan dan pendapatan yang diperoleh (Agunggunanto 2011). 2.2.2 Keterlibatan Nelayan pada Wisata Bahari Nelayan di Pantai Tanjung Pasir melakukan kegiatan wisata meliputi, penyeberangan perahu ke Pulau Seribu, usaha penjualan cinderamata, usaha makanan ringan dan usaha rumah makan hasil olahan. Menurut Hurlan (2007) tujuan keterlibatan nelayan dalam usaha wisata adalah mencari peluang menambah pendapatan rumah tangga nelayan. Kegiatan usaha wisata pada rumah tangga biasanya dilakukan setelah nelayan menjualnya di TPI. 2.2.3 Pendapatan Rumah Tangga Nelayan Setiap rumah tangga ingin memenuhi kebutuhan sehari-hari tetapi bagi rumah tangga nelayan seringkali kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi dengan mengandalkan pekerjaan pokok, terlebih rumah tangga nelayan yang berada dalam desa tertinggal hanya menggunakan perahu maupun peralatan yang tradisional. Kebutuhan tersebut terpenuhi jika rumah tangga mampu mencari tambahan pendapatan diluar pekerjaan pokoknya. Upaya meningkatkan pendapatan antara lain dapat ditempuh melalui usaha produktifitas seluruh sumberdaya keluarga nelayan. Peranan dan fungsi istri nelayan didalam suatu

17 keluarga nelayan sangat penting sebagai pelaksana unsur rumah tangga, penanggung jawab, pengatur dan penambah keuangan keluarga Jumlah anggota keluarga yang bekerja mempunyai pengaruh terhadap pendapatan keluarga. Peran anggota keluarga sangat membantu dalam meningkatkan pendapatan keluarga (Agunggunanto 2011). 2.3 Curahan Kerja Rumah Tangga Nelayan Curahan kerja diartikan sebagai jumlah jam kerja yang dicurahkan oleh anggota rumah tangga pemilik lahan baik dalam usaha tani maupun luar usaha tani. Tiap anggota rumah tangga dalam mengalokasikan waktunya untuk berbagai kegiatan dipengaruhi oleh faktor-faktror dari dalam dan luar keluarganya. Faktor dari dalam keluarga meliputi usia, jumlah tanggungan keluarga, pengalaman kerja, pengetahuan, keterampilan, pendapatan kepala keluarga, lahan dan aset lainnya, serta jenis kelamin, sedangkan faktor dari luar keluarga meliputi tingkat upah, harga barang-barang, jenis pekerjaan serta struktur sosial (Mangkuprawira 1985 dalam Putri 2008). Menurut penelitian Hakim (2011) di Pesisir Karangsong, waktu kerja suami yang bekerja sebagai nelayan dapat dijadikan sebagai kegiatan sampingan yaitu menyewakan perahu, menjual ikan dan makanan, serta menyewakan alat pancing bagi wisatawan yang datang. Waktu kerja istri atau wanita nelayan dapat dikelompokan menjadi dua jenis yaitu dalam keluarga seperti memasak, mengasuh, belanja, mencuci pakaian dan perabot rumah, menyetrika dan membereskan rumah, dan kegiatan ekonomi diluar rumah seperti menjadi bakul, pengolah ikan dan penjual makanan di sekitar obyek wisata bahari Karangsong 2.4 Perikanan Tangkap Indonesia mempunyai sekitar 617.508 pulau dengan 81.000 km dan panjang garis pantai sekitar 5,8 juta km 2 perairan laut atau sekitar 70% dari luas wilayah secara keseluruhan. Perairan laut Indonesia terdiri dari teritorial dan Zona Ekonomi Eksklusif dengan luas secara berturut-turut 3,1 dan 2,7 juta km 2.

18 Sebagian besar produksi perikanan laut dihasilkan oleh usaha perikanan skala kecil dengan kemampuan terbatas (Rahim 1998 dalam Hurlan 2007) Perikanan adalah suatu kegiatan perekonomian yang memanfaatkan sumber daya alam perikanan dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kesejahteraan manusia dengan mengoptimalisasikan dan memelihara produktivitas sumber daya perikanan dan kelestarian lingkungan. Sutardjo (2012) dalam Kompas.com (2012) mengungkapkan potensi sumber daya kelautan yang dimiliki Indonesia begitu besar. Seperti potensi perikanan tangkap di perairan umum yang mencapai 6,4 juta ton ikan/tahun. Di sisi lain terdapat pula potensi perikanan budidaya tak kalah menggoda untuk dikembangkan yang terdiri dari budidaya ikan, moluska, rumput laut, serta budidaya air payau (tambak) yang potensi lahan pengembangannya mencapai sekitar 913 ribu Ha. Usaha pengembangan penangkapan ikan menghadapi beberapa kendala yang unik dan tidak ditemui pada produksi sektor pertanian lainnya (Rukka 2006 dalam Yuliriane 2012). Hal-hal tersebut antara lain: 1. Sumberdaya berada dalam air dan bergerak 2. Produknya mudah sekali rusak 3. Mempunyai zona kritis 4. Milik umum 5. Pengaruh-pengaruh kondisis alam, seperti cuaca, musim, arus, gelombang. Usaha perikanan tangkap memanfaatkan sumberdaya hayati perikanan yang dapat pulih. Sumberdaya tersebut dapat dieksploitasi pada tingkat tertentu tanpa dampak negatif terhadap stok sumberdaya ikan. Jadi pada prinsipnya adalah bagaimana menggali sumberdaya yang ada, baik sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia untuk kehidupan manusia. Walaupun sumberdaya perikanan termasuk sumberdaya yang dapat diperbaharui, tetapi jika pengelolaannya salah, maka sumberdaya tersebut akan mengalami kepunahan dan tidak dapat dimanfaatkan lagi oleh manusia sebagai sumber nilai produksi.

19 Diketahui bahwa, usaha perikanan tangkap memanfaatkan sumberdaya hayati perikanan yang dapat pulih. Sumberdaya tersebut dapat dieksploitasi pada tingkat tertentu tanpa dampak negatif terhadap stok sumberdaya ikan. Jadi pada prinsipnya adalah bagaimana menggali sumberdaya yang ada, baik sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia untuk kehidupan manusia (Suharso et al. 2006). Produksi Perikanan laut sangat tergantung pada perahu atau kapal yang digunakan nelayan, mengingat sifat ikan yang bermigrasi atau berpindah tempat, maka fishing ground juga berpindah. Oleh karenanya hasil tangkapan nelayan berfluktuasi sehingga akan berpengaruh terhadap pendapatan yang diperoleh. Selain itu dari aspek pemasaran, produk perikanan juga mengikuti mekanisme pasar, karena harga dari suatu hasil produksi perikanan lebih banyak ditentukan oleh tingkat konsumen di bagian eceran, sedangkan produsen atau nelayan tidak dapat menentukan harga terhadap hasil tangkapannya (Soemarsono 1995 dalam Hurlan 2007). 2.5 Pembangunan Ekonomi Wilayah Pengalaman bangsa Indonesia di masa lalu dalam membangun wilayah pesisir dan lautan menunjukan hasil yang kurang optimal dan cenderung menuju kearah yang tidak berkelanjutan (Belda dan Christanto 2012). Budiman (1996) dalam Marissa (2007) menyatakan bahwa pembangunan adalah kemampuan yang ditentukan oleh apa yang dapat manusia lakukan dengan apa yang manusia miliki guna meningkatkan kualitas hidupnya dan juga kualitas hidup orang lain. Jadi, pembangunan dapat diartikan sebagai keinginan untuk memperoleh perbaikan, serta kemampuan untuk merealisasikannya. Sedangkan pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut (Arsyad 1999 dalam Marissa 2007).

20 Pembangunan perikanan merupakan suatu proses kegiatan manusia dari berbagai lapisan sosial yang berbeda, dalam meningkatkan produksi perikanan yang diharapkan dapat mengingkatkan pendapatan nelayan dan petani ikan demi meningkatkan taraf hidup mereka melalui penerapan teknologi yang baik (Susilowati 1988) 2.5.1 Pengembangan Pariwisata Menurut Cooper et al (1993) dalam Amanda (2009), pariwisata adalah serangkaian kegiatan perjalan yang dilakukan oleh perorangan, keluarga atau kelompok dari tempat tinggal asalnya ke berbagai tempat lain dengan tujuan melakukan kunjungan wisata dan bukan untuk bekerja atau mencari penghasilan di tempat tujuan. Aspek ekonomis merupakan aspek yang dianggap penting dan mendapat perhatian paling besar dalam sektor pariwisata karena untuk mengadakan perjalanan orang mengeluarkan biaya, sedangkan bagi daerah yang dikunjungi wisatawan dapat menerima uang dari wisatawan tersebut melalui orang orang yang menyediakan angkutan, menyediakan bermacam-macam jasa, atraksi dan sebagainya. Keuntungan ekonomis ini merupakan salah satu dari tujuan pembangunan pariwisata Menurut Dahuri (1993) dalam Marissa (2007), pembangunan pariwisata bahari adalah suatu pembangunan pariwisata yang berlangsung di wilayah pesisir/ laut untuk memenuhi kebutuhan saat ini bagi para wisatawan dan masyarakat setempat dengan memelihara serta mengembangkan peluang-peluang pengembangan untuk masa depan. Selain itu tercakup juga didalamnya kegiatan mengelola segenap sumberdara wilayah pesisir laut untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, sosial dan estetika saat ini bagi wisata dan masyarakat setempat. Nurtikasari (2000) dalam Hurlan (2007) menyatakan bahwa alasan utama pengembangan pariwisata di daerah tujuan wisata, baik secara lokal, regional ataupun nasional pada suatu negara erat kaitannya dengan pembangunan perekonomian daerah atau negara tersebut. Dengan kata lain, pemngembangan

21 pariwisata pada suatu daerah tujuan wisata selalu akan diperhitungkan dengan keuntungan dan manfaat bagi rakyat banyak. Pengembangan kawasan wisata bahari lebih diarahkan dan dipergunakan menuju upaya pengembangan kawasan wisata ramah lingkungan. Pengembangan kawasan wisata bahari harus menghindari pencemaran dan perusakan lingkungan hidup dan pemborosan sumber daya alam bahari. Wahab (1989) dalam Hurlan (2007) berpendapat, bahwa uang yang dibelanjakan wisatawan pada daerah tujuan wisata akan meningkatkan pendapatan pada masyarakat setempat baik secara langsung maupun tidak langsung. 2.5.2 Keterkaitan Pariwisata dengan Kemiskinan Pada awal pembangunan (jangka pendek), hasil pembangunan memiliki kecenderungan untuk terdistribusi secara kurang merata di antara kelompokkelompok pendapatan dalam masyarakat, namun dalam jangka panjang, struktur distribusi dari hasil pembangunan itu akan menuju kepada pemerataan, dimana ketimpangan pendapatan akan cenderung menyempit diantara kelompokkelompok pendapatan tersebut (Susanto 2006 dalam Marissa 2007). Pemerataan pembangunan biasanya dikaitkan dengan masalah kemiskinan, karena keduanya merupakan kedua sisi yang telat diusahakan untuk dipecahkan melalui berbagai pembangunan sektoral maupun regional. Masalah kemiskinan muncul karena ada sekelompok anggota masyarakat yang secara struktural tidak mempunyai peluang dan kemampuan yang memadai untuk mencapai kehidupan yang layang (Prayitno dan Budi S 1996). Menurut Bank Pembangunan Asia (2000) dalam Marrisa (2007), kemiskinan adalah kekurangan aset-aset penting dan kesempatan yang menjadi hak setiap manusia. Kondisi sosial ekonomi masyarakat yang tinggal di daerah ini umumnya jauh lebih rendah dibandingkan dengan kondisi sosial ekonomi warga negara tetangga. Hal ini mengakibatkan timbulnya berbagai kegiatan ilegal di daerah perbatasan yang dikhawatirkan dalam jangka panjang dapat menimbulkan berbagai kerawanan sosi

22 2.6 Kontribusi Wisata Pengembangan pariwisata pada dasarnya dapat membawa berbagai manfaat bagi masyarakat di daerah. Seperti yang dikutip oleh Nasrul (2010) dalam Pleanggra (2012), manfaat pariwisata bagi masyarakat lokal, antara lain: pariwisata memungkinkan adanya kontak antara orang-orang dari bagian-bagian dunia yang paling jauh, dengan berbagai bahasa, ras, kepercayaan, paham, politik, dan tingkat perekonomian. Pariwisata dapat memberikan tempat bagi pengenalan kebudayaan, menciptakan kesempatan kerja sehingga dapat mengurangi jumlah pengangguran. Sarana-sarana pariwisata seperti hotel dan perusahaan perjalanan merupakan usaha-usaha yang padat karya, yang membutuhkan jauh lebih banyak tenaga kerja dibandingkan dengan usaha lain. Manfaat yang lain adalah pariwisata menyumbang kepada neraca pembayaran, karena wisatawan membelanjakan uang yang diterima di negara yang dikunjunginya. Maka dengan sendirinya penerimaan dari wisatawan mancanegara itu merupakan faktor yang penting agar neraca pembayaran menguntungkan yaitu pemasukan lebih besar dari pengeluaran (Pleanggra 2012). Dampak positif yang langsung diperoleh pemerintah daerah atas pengembangan pariwisata tersebut yakni berupa pajak daerah maupun bukan pajak lainnya. Sektor pariwisata memberikan kontribusi kepada daerah melalui pajak daerah, laba Badan Usaha Milik Daerah, serta pendapatan lain-lain yang sah berupa pemberian hak atas tanah pemerintah. Dari pajak daerah sendiri, sektor pariwisata memberikan kontribusi berupa pajak hotel dan restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak minuman beralkohol serta pajak pemanfaatan air bawah tanah. Spillane (1987) dalam Pleanggra (2012) menyatakan bahwa belanja wisatawan di daerah tujuan wisatanya juga akan meningkatkan pendapatan dan pemerataan pada masyarakat setempat secara langsung maupun tidak langsung melalui dampak berganda (multiplier effect). Dimana di daerah pariwisata dapat menambah pendapatannya dengan menjual barang dan jasa, seperti restoran,

23 hotel, pramuwisata dan barang-barang souvenir. Dengan demikian, pariwisata harus dijadikan alternatif untuk mendatangkan keuntungan bagi daerah tersebut 2.7 Pengunjung Wisata Wisatawan adalah orang yang mengadakan perjalanan kesuatu tempat atau negara lain di luar tempat tinggalnya dengan alasan apapun selain melakukan kegiatan yang mendapatkan upah (Dirjen Pariwisata 1996 dalam Hurlan 2007). Wahab (1989) dalam Hurlan (2007) berpendapat, bahwa uang yang dibelanjakan wisatawan pada daerah tujuan wisata akan meningkatkan pendapatan pada masyarakat setempat baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut kutipan Nasrul (2010) dalam Pleanggra (2012) semakin lama wisatawan tinggal di suatu daerah tujuan wisata,maka semakin banyak pula uang yang dibelanjakan didaerah tujuan wisata tersebut,paling sedikit untuk keperluan makan, minum, dan penginapan selama tinggal di daerah tersebut. Wisatawan adalah orang-orang yang melakukan kegiatan wisata (Undang Undang nomor 10 tahun 2009). Jadi menurut pengertian ini, semua orang yang melakukan perjalanan wisata dinamakan wisatawan. Apapun tujuannya yang penting, perjalanan itu bukan untuk menetap dan tidak untuk mencari nafkah ditempat yang dikunjungi. Pacific Area Travel Association memberi batasan bahwa wisatawan sebagai orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan dalam jangka waktu 24 jam dan maksimal 3 bulan di dalam suatu negeri yang bukan negeri di mana biasanya ia tinggal, mereka ini meliputi: (a) orang-orang yang sedang megadakan perjalanan untuk bersenang-senang, untuk keperluan pribadi, untuk keperluan kesehatan, (b) orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan untuk pertemuan, konferensi, musyawarah atau sebagai utusan berbagai badan/organisasi, (c) orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan dengan maksud bisnis, (d) pejabat pemerintahan dan militer beserta keluarganya yang di tempatkan di negara lain tidak termasuk kategori ini, tetapi bila mereka mengadakan perjalanan ke negeri lain, maka dapat digolongkan wisatawan (Pendit 1994).

24 2.8 Jumlah Pengunjung Jumlah pengunjung wisata di Desa Tanjung Pasir yang paling tinggi adalah Pantai Tanjung Pasir, karena lokasi pantai tersebut bukan hanya dijadikan sebagai berwisata tapi juga akses menuju Pulau Seribu dan didukung dengan berbagai usaha wisata lainnya meliputi usaha penyeberangan, usaha penjual cinderamata, usaha makanan ringan dan usaha rumah makan olahan. Berdasarkan data Dinas Pariwisata Kabupaten Tangerang Tahun (2012) jumlah pengunjung di Pantai Tanjung Pasir dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Data Pengunjung Pantai Tanjung Pasir Kabupaten Tangerang No Tahun Jumlah Pengunjung 1 2009 251.210 2 2010 309.873 3 2011 328.091 4 2012 352.124 Sumber: Dinas Pariwisata Kabupaten Tangerang 2012