Profil Tata Ruang. Provinsi Jawa Timur

dokumen-dokumen yang mirip
Profil Tata Ruang. Provinsi Jambi

Profil Tata Ruang. Provinsi Jawa Tengah

Profil Tata Ruang. Provinsi Gorontalo

Profil Tata Ruang. Provinsi Kalimantan Barat

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN

BAB V RENCANA PROGRAM DAN PRIORITAS DAERAH

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN

PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG:

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN

Gambar 1. Kedudukan RD Pembangunan DPP, KSPP, KPPP dalam Sistem Perencanaan Tata Ruang dan Sistem Perencanaan Pembangunan RIPPARNAS RIPPARPROV

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

oleh para pelaku pembangunan dalam mengembangkan Kabupaten Pacitan.

PAPARAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS

PROSES REGULASI PERATURAN DAERAH RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN/KOTA (PERDA RTRWK)

Kementerian Kelautan dan Perikanan

PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 50 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Disampaikan oleh: DR. Dadang Rukmana

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

Penataan Ruang dalam Rangka Mengoptimalkan Pemanfaatan Ruang di Kawasan Hutan

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2012 TENTANG

BAHAN INFORMASI RENCANA TATA RUANG SEBAGAI MATRA SPASIAL PENGEMBANGAN WILAYAH DAN ISU-ISU STRATEGIS PENATAAN RUANG

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tamb

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA DINAS PENATAAN RUANG DAN PERMUKIMAN Jl. Willem Iskandar No. 9 Telepon : (061) M E D A N

REKLAMASI DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH -Tantangan dan Isu-

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....

KETERKAITAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN PENATAAN RUANG Oleh : Deddy Koespramoedyo, MSc. Direktur Tata Ruang dan Pertanahan, Bappenas

STRATEGI UMUM DAN STRATEGI IMPLEMENTASI PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

P E N J E L A S A N A T A S PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI MALUKU

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tamba

PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH (BKPRD) KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN KAWASAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

Bab I Pendahuluan. Pendahuluan

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 97 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA STRATEGIS WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN

Keterkaitan Rencana Strategis Pesisir dengan Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kabupaten Kutai Timur

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 25 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH KABUPATEN KARAWANG

MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN I - 1

PENATAAN RUANG SEBAGAI ARAH KEBIJAKAN SPASIAL DALAM RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI

MODUL 6 : PENILAIAN KELENGKAPAN SUBSTANSI MATERI TEKNIS, RAPERDA, DAN PETA UNTUK STANDAR REKOMENDASI GUBERNUR

Peta Jalan Penyelamatan Ekosistem Sumatera 2020 Dalam RTR Pulau Sumatera

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

Pangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal

BEST PRACTICES IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SATU PETA DALAM PENYEDIAAN DATA SPASIAL INVENTARISASI GRK

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANYUASIN

TATA RUANG KABUPATEN BANDUNG PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

Urusan Pemerintahan yang Dilaksanakan pada Masing-masing Tingkatan

LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1

BUPATI BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BATANG TAHUN

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH KOTA TEGAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

Penyelamatan Ekosistem Sumatera Dalam RTR Pulau Sumatera

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH KABUPATEN CILACAP BABI KETENTUAN UMUM.

Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

FORMAT SURAT KEPUTUSAN MENTERI, KEPUTUSAN GUBERNUR, DAN KEPUTUSAN BUPATI/WALIKOTA TENTANG PENETAPAN PELAKSANAAN PENINJAUAN KEMBALI

PENDEKATAN ASPEK LINGKUNGAN DALAM KEBIJAKAN PENATAAN RUANG NASIONAL

BAB I P E N D A H U L U A N

20. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3445 Tahun 1991);

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TRENGGALEK

HASIL PELAKSANAAN KEBIJAKAN SATU PETA 2016 DAN RENCANA AKSI KEBIJAKAN SATU PETA 2017

BAB I PENDAHULUAN. Bab 1 : Pendahuluan

Disampaikan oleh: DR. Dadang Rukmana

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

VISI KALTIM BANGKIT 2013

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL. Dr. Ir. Oswar Mungkasa, MURP Direktur Tata Ruang dan Pertanahan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Sosialisasi Undang-Undang 41/2009 beserta Peraturan Perundangan Turunannya

PETUNJUK PELAKSANAAN PENILAIAN BAGI KEPALA DAERAH DAN PETANI BERPRESTASI TINGGI PENGELOLA LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Kesiapan Kebijakan dalam Mendukung Terwujudnya Konsep Kawasan Strategis Cepat Tumbuh (KSCT)

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan

BAB I PENDAHULUAN. KLHS Raperda RTR Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta 1.1. LATAR BELAKANG

WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PEMANFAATAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG,

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

Transkripsi:

Profil Tata Ruang Provinsi Jawa Timur Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

Profil Tata Ruang Provinsi Jawa Timur Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

Kata Pengantar

enataan ruang telah menjadi salah stu acuan pembangunan saat ini. Upaya penataan ruang telah didukung oleh ketersediaan regulasi mulai dari undang- Pundang hingga peraturan daerah. Saat ini, pelaksanaan penataan ruang telah menunjukkan hasil, salah satunya dengan tersedianya Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) di sebagian besar provinsi, kabupaten dan kota. Namun demikian, dmasih banyak isu terkait upaya penataan ruang yang perlu ditangani. Isu di dalam penataan ruang diantaranya adalah panjangnya langkah penyelesaian RTRW dan rencana rincinya, konflik pemanfaatan ruang, belum harmonisnya berbagai peraturan perundangan sektor pengguna ruang, serta belum efektifnya kelembagaan penataan ruang. Sebagai langkah awal dari upaya untuk memahami dengan baik isu penataan ruang di pusat dan di derah tersebut, dibutuhkan data dan informasi yang handal, valid dan dapat dipertanggungjawabkan. Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional melakukan upaya untuk mendokumentasikan seluruh data dan informasi penataan ruang yang akan disajikan dalam bentuk Buku Profil Tata Ruang. Diharapkan pemahaman tehadap isu secara baik akan mampu meningkatkan kinerja para pemangku kepentingan di Bidang Tata Ruang dan Pertanahan. Jakarta, Agustus 2015 Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

Daftar Isi Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Profil Penataan Ruang Provinsi Jawa Timur I Kondisi Eksisting II Lingkungan Strategis III Pelaksanaan Penataan Ruang - Penetapan Perda RTRW - Penetapan Rencana Rinci Tata Ruang - Konflik Penataan Ruang - Sinkronisasi Rencana Tata Ruang dengan Program Rencana Pembangunan IV Pembinaan Penataan Ruang - Kelembagaan Penataan Ruang - Jumlah PPNS - Jumlah SDM - Partisipasi Masyarakat dan Dunia Usaha - Sistem Informasi Penataan Ruang i iii iv iv 15 16 22 23 23 23 25 26 27 27 28 28 29 29 31 Profil Penataan Ruang

DaftarTabel Tabel 1 Penggunaan Lahan Eksisting Provinsi Jawa Timur 7 DaftarGambar Gambar 1 Gambar 2 Gambar 3 Gambar 4 Gambar 5 Gambar 6 Peta Rencana Struktur Ruang Provinsi Jawa Timur Peta Rencana Pola Ruang Provinsi Jawa Timur Status Penetapan Perda RTRW di Provinsi Jawa Timur Status Penetapan BKPRD di Provinsi Jawa Timur Kebutuhan dan Kesediaan Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Provinsi Jawa Timur Kebutuhan dan Kesediaan SDM Penataan Ruang di Provinsi Jawa Timur 3 5 9 12 14 15 iv Daftar Isi

Profil Tata Ruang Provinsi Jawa Timur Profil Penataan Ruang

I Kondisi Eksisting awa Timur merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di sebelah timur Pulau Jawa. Tujuan penataan ruang Provinsi Jawa Timur yang Jtercantum dalam RTRWP adalah mewujudkan ruang wilayah provinsi yang berdaya saing tinggi dan berkelanjutan melalui pengembangan sistem agropolitan dan sistem metropolitan. RTRWP Jawa Timur terdiri atas Rencana Pola Pemanfaatan Ruang, Rencana Struktur Ruang dan Rencana Kawasan Strategis Provinsi. Delineasi wilayah yang direncanakan adalah seluruh wilayah administrasi Provinsi Jawa Timur, yang meliputi daratan seluas kurang lebih 4.779.975 hektar terbagi atas 29 wilayah kabupaten dan 9 kota. Seluruh wilayah administrasi tersebut dibagi ke dalam empat badan koordinasi wilayah (Bakorwil), 640 kecamatan, dan dengan 8.413 desa/kelurahan, dengan batas - batas sebagai berikut: Ÿ Sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa - Pulau Kalimantan (Provinsi Kalimantan Selatan) Ÿ Sebelah timur berbatasan dengan Selat Bali - Pulau Bali Ÿ Sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia Ÿ Sebelah barat berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah Lahan seluas sekitar 4,7 juta hektar terdiri atas tutupan kawasan lindung dan kawasan budidaya. Kawasan lindung memiliki luas kurang lebih 558.995 Ha atau sekitar 11,69 persen (Gambar 4). Termasuk di dalam, kawasan lindung mutlak adalah: cagar alam yang sudah ditetapkan sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan seluas kurang lebih 10.958 hektar; suaka margasatwa seluas kurang lebih 18.009 hektar; taman nasional seluas kurang lebih 176.696 hektar; taman hutan raya seluas kurang lebih 27.868 hektar; serta taman wisata seluas kurang lebih 297 hektar. Penggunaan lahan budidaya adalah seluas kurang lebih 4.220.980 hektar atau 88,31 persen dari luas Jawa Timur. Luas lahan pertanian Provinsi Jawa Timur terus berkurang setiap tahunnya sebesar 1.000 Ha (Jawa Timur dalam angka, 2014). Saat ini lahan pertanian lahan basah hanya memiliki luas kurang lebih 991.863 hektar atau 19,08 persen. Penggunaan lahan kawasan terbangun diharapkan tidak mendesak luas pertanian lahan basah, terutama sawah irigasi teknis. 2 Jawa Timur

Gambar 1. Peta Rencana Struktur Ruang Provinsi Jawa Timur Sumber: Lampiran Perda Provinsi Jawa Timur Nomor 5 Tahun 2012 Tentang RTRW Provinsi Jawa Timur Profil Penataan Ruang

4 Provinsi Jawa Timur

Gambar 2. Peta Rencana Pola Ruang Provinsi Jawa Timur Sumber: Lampiran Perda Provinsi Jawa Timur Nomor 5 Tahun 2012 Tentang RTRW Provinsi Jawa Timur Profil Penataan Ruang

6 Provinsi Jawa Timur

Tabel 1 Penggunaan Lahan Eksisting Provinsi Jawa Timur No Penggunaan Lahan Eksisting (Ha) Presentase A 1 2 3 B 1 2 3 KAWASAN LINDUNG Hutan Lindung 314.720 6,58 Rawa/Danau/Waduk 10.447 0,22 Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam 1) Suaka Margasatwa 18.009 0,38 2) Cagar Alam 10.958 0,23 3) Taman Nasional 176.696 3,70 4) Taman Hutan Raya 27.868 0,58 5) Taman Wisata Alam 297 0,01 KAWASAN BUDIDAYA Kawasan Hutan Produksi 815.851 17,07 Kawasan Hutan Rakyat 361.570 7,56 Kawasan Pertanian 1) Pertanian Lahan Basah 911.863 19,08 2) Pertanian Lahan Kering/ Tegalan/ Kebun Campur 1.108.628 23,19 4 Kawasan Perkebunan 359.481 7,52 5 Kawasan Perikanan 60.928 1,27 6 Kawasan Industri 7.404 0,15 7 Kawasan Permukiman 595.255 12,45 TOTAL 4.779.975 100,00 Sumber: Lampiran Perda Provinsi Jawa Timur Nomor 5 Tahun 2012 Tentang RTRW Provinsi Jawa Timur Profil Penataan Ruang

II Lingkungan Strategis Provinsi Jawa Timur yang berperan sebagai gerbang ekonomi bagi Indonesia Bagian Timur menghadapi isu strategis : Ÿ Globalisasi yang berdampak pada kecenderungan perkembangan wilayah menuju perkotaan dan degradasi pedesaan. Ÿ Interaksi antar wilayah berdampak pada sulitnya koordinasi penataan ruang antar lembaga di Jawa Timur. Ÿ Aglomerasi berbagai aktivitas ekonomi yang berdampak pada kesenjangan antar wilayah dan munculnya perkotaan-perkotaan baru yang tidak direncanakan. Ÿ Primacy yang makin tinggi dibandingkan kota lainnya. Gejala urban primacy ini antara lain ditunjukkan oleh pola interaksi yang cenderung konvergen mengarah ke Kota Surabaya dari wilayah sekitarnya. Ÿ Konurbasi dari kota Surabaya ke arah wilayah hinterland-nya. Bila gejala primacy dan konurbasi ini dibiarkan, maka dikhawatirkan kota-kota inti metropolitan akan mengalami kemunduran yang mengarah pada peningkatan biaya rata-rata jangka panjang. Kondisi ini akan mengakibatkan peran dan fungsi strategis kawasan dalam lingkup regional akan terganggu, yang pada gilirannya akan menghancurkan struktur perekonomian kawasan secara keseluruhan. 8 Jawa Timur

III Pelaksanaan Penataan Ruang A. Penetapan Perda RTRW Gambar 3. Status Penetapan Perda RTRW di Provinsi Jawa Timur Sudah ditetapkan Belum ditetapkan Sumber: Kuesioner Profil Penataan Ruang Jawa Timur 2015 Jawa Timur merupakan Provinsi yang telah menyusun dan menetapkan RTRW Provinsi dengan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2012. RTRW ini telah mengakomodir Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS). Namun Provinsi Jawa Timur belum mengintegrasikan Rencana Zonasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dalam Perda RTRWnya. Dalam RTRW tersebut, Rencana Zonasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil hanya disebutkan secara umum dan belum dilengkapi dengan data dan peta yang akurat. Ada pula beberapa Isu yang terdapat dalam RTRW Jawa Timur, antara lain : Ÿ Penetapan Kawasan Budidaya yang dikendalikan, Ÿ Perizinan, Ÿ Pemberian Insentif dan Disinsentif, dan Ÿ Pengenaan Sanksi. 37 38 37 kabupaten/kota di Jawa Timur telah menetapkan Perda RTRW, hanya 1 kabupaten di Jawa Timur yang belum menetapkan RTRW yakni Kabupaten Jember yang masih menunggu persetujuan DPRD untuk penetapannya

B. Penetapan Rencana Rinci Tata Ruang Rencana Rinci Tata Ruang Provinsi (KSP) Untuk Kawasan Strategis Provinsi yang akan dibuat di Jawa Timur sebanyak 25 rencana. Rencana Rinci Tata Ruang Kabupaten/Kota sejumlah 79 rencana. Jawa Timur memprioritaskan pula beberapa KIS untuk diselesaikan pada lima tahun mendatang, yakni: 1. Kawasan Strategis Ekonomi: ŸKEU Pelabuhan Sendang Biru Kabupaten Malang ŸKEU Pelabuhan Tanjung Buu Pandan Kabupaten Bangkalan ŸKoridor Metropolitan (Surabaya-Malang) ŸKawasan Perbatasan Germakertosusila Plus ŸKawasan Tertinggal 2. Kawasan Strategis Sosial Budaya: ŸKawasan Majapahit Park Kabupaten Mojokerto 3. Kawasan Strategis Pendayagunaan Sumberdaya Alam dan Teknologi Tinggi: ŸKawasan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi ŸKawasan Potensial Panas Bumi ŸKawasan Pembangkit PLTU, PLTG, dan PLTD 4. Kawasan Strategis Daya Dukung Lingkungan: ŸWilayah Sungai Brantas ŸWilayah Sungai Bengawan Solo C. Konflik Pemanfaatan Ruang Konflik pemanfaatan ruang yang harus diselesaikan di Provinsi Jawa Timur, antara lain: 1. Konflik Kawasan Lindung: Pertambangan mineral logam emas di kawasan kawasan hutan lindung dan hutan produksi wilayah BPKH Sukamade, Kabupaten Banyuwangi. 2. Konflik Kawasan Budidaya: Perluasan Kawasan Cagar Budaya Trowulan yang beririsan dengan kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan peruntukan industri sesuai dengan RTRW Kab. Mojokerto. Saat ini industri pengecoran logam yang beroperasi bertentangan dengan aturan pada zona cagar budaya. 10 Jawa Timur

Selain itu, terdapat pula beberapa konflik pemanfaatan ruang yang diakibatkan dari minimnya fasilitas di provinsi seperti belum memiliki sistem insentif penataan ruang. Peta dasar 1:5.000 yang belum tersedia sehingga RDTR yang menurunkan angka konflik belum dapat disusun. Best practices yang pernah diterapkan di Provinsi Jawa Timur untuk mengurangi konflik adalah sebagai berikut: 1. Penyelesaian Permasalahan Kawasan Lindung Gubernur menghimbau kepada Bupati Banyuwangi untuk menyusun rencana rinci kawasan strategis kabupaten atau RDTR beserta PZ yang berfungsi sebagai operasionalisasi pada bagian wilayah tersebut. Selain itu dilakukan pula penilaian kembali terhadap kawasan hutan produksi sesuai dengan kriteria hutan lindung sebagai pengganti Kawasan Hutan Lindung yang diubah menjadi kawasan pertambangan mineral logam emas. Selanjutnya hasil penilaian kembali tersebut digunakan sebagai salah satu masukan untuk revisi RTRWK Banyuwangi dan RTRW Provinsi 5 Tahunan. 2. Penyelesaian Permasalahan Kawasan Budidaya Mediasi oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur kepada pemilik industri pengecoran logam untuk menemukan solusi masalah penggunaan lahan akibat perubahan RTRWK. Selain itu telah dilaksanakan pula percepatan koordinasi antara Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan dengan Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Penataan Ruang untuk menetapkan Kawasan Cagar Budaya Trowulan sebagai Kawasan Strategis Nasional. D. Sinkronisasi Rencana Tata Ruang (RTR) dengan Program Rencana Pembangunan Provinsi Jawa Timur sudah melakukan penyerasian antara RTRWP, RPJPD dan RPJMD melalui: ŸPenyerasian Perda RTRWP Jawa Timur dengan kebijakan sektoral dalam RPJP Nasional dan RPJP Provinsi Jawa Timur. RPJPD Provinsi Jawa Timur dengan visi agrobisnis, diserasikan dengan RTRW Jawa Timur dalam bentuk kebijakan, strategi, rencana struktur ruang, pola pemanfaatan ruang, dan kawasan strategis. Sehingga RTRWP Jawa Timur menjadi matra ruang dari arahan kebijakan pembangunan Jawa Timur yang tertuang pada RPJPD Jawa Timur. ŸPenyusunan Perda No. 3 Tahun 2014 tentang RPJMD Provinsi Jawa Timur Tahun 2014 2019 secara hierarki mengacu pada RPJPD. Pengaplikasian matra keruangan RTRWP tertuang dalam kebijakan kluster kewilayahan dengan program yang disinkronisasikan dengan indikasi program 5 tahunan RTRWP. Profil Penataan Ruang

ŸSinkronisasi muatan RTRWP dengan rencana sektoral yang tertuang dalam Perda No. 3 Tahun 2014 tentang RPJMD Provinsi Jawa Timur Tahun 2014 2019. IV Pembinaan Penyelenggaraan Penataan ruang A. Kelembagaan Penyelenggaraan Penataan Ruang Gambar 4. Status Penetapan BKPRD di Provinsi Jawa Timur Belum ditetapkan Sudah ditetapkan Sumber: Kuesioner Profil Penataan Ruang Jawa Timur 2015 34 38 12 Jawa Timur

Provinsi Jawa Timur belum menetapkan peraturan daerah tentang Badan Koordinasi Pembangunan Regional Daerah (BKPRD) Provinsi. Meskipun demikian, (BKPRD) di Jawa Timur sudah mencakup koordinasi ad-hoc antar SKPD untuk penyelesaian masalah penataan ruang. Provinsi Jawa Timur sendiri terdiri atas 29 kabupaten dan 9 kota. Dari 29 kabupaten tersebut, 26 kabupaten telah membentuk BKPRD. Kota Probolingoo dan 3 kabupaten lainnya yang belum membentuk BKPRD adalah Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Sampang, serta Kabupaten Jember. Permasalahan kelembagaan dalam penyelenggaraan penataan ruang yang dihadapi oleh BKPRD Provinsi Jawa Timur, antara lain: ŸKoordinasi izin pemanfaatan ruang antara pemerintah kabupaten/kota, pemerintah Provinsi Jawa Timur dan Pemerintah Pusat yang kurang pengawalan; ŸSistem Informasi Tata Ruang (SITR) dalam sosialisasi tata ruang dan izin pemanfaatan ruang belum menjangkau masyarakat; ŸKoordinasi dan pemutakhiran data pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Penataan Ruang yang tumpang tindih; ŸKerjasama antar daerah (KAD) kawasan perbatasan dan agropolitan regional yang masih terbengkala; ŸDeviasi pelaksanaan pembangunan di beberapa Kabupaten/Kota; Langkah yang akan diambil oleh Pemerintah Jawa Timuragar BKPRD berjalan lebih efektif, yakni: ŸOptimalisasi peran Sistem Informasi Tata Ruang (SITR) terkait perizinan pemanfaatan ruang melalui sosialisasi secara berkala kepada Pemerintah; ŸPenetapan Petunjuk Pelaksanaan (juklak) dan Petunjuk Teknis (juknis) serta insentif disinsentif yang operasional dalam penetapan dan perlindungan Lahan Peruntukan Pertanian Berkelanjutan (LP2B); ŸPeninjauan kembali RTRW Kabupaten/Kota; ŸPercepatan penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR), Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (RZWP3K), Peraturan Zonasi (PZ), Rencana Rinci Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi dan Rencana Rinci Kawasan Minapolitan; ŸKoordinasi dalam rangka pencapaiaan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Penataan Ruang; Profil Penataan Ruang

ŸPenyediaan peta dasar skala 1:5000; ŸPeningkatan koordinasi pembagian kewenangan pengelolaan dan perizinan, pembebasan lahan dan Pembentukan Tim Pengadaan Tanah Untuk Umum; ŸPengembangan prasarana pengelolaan lingkungan perkotaan bersama untuk efisiensi pemanfaatan ruang; BKPRD Jawa Timur pun telah memiliki mekanisme koordinasi a dengan kabupaten/kota sehingga cukup memudahkan pemerintah untuk melakukan integrasi rencana tata ruang dari berbagai skala. B. Jumlah Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) 1 15 Gambar 5. Kebutuhan dan Kesediaan PPNS di Provinsi Jawa Timur 14 Jawa Timur

Jumlah ketersediaan dan kebutuhan PPNS didapatkan dari informasi pemerintah Provinsi Jawa Timur. Jumlah PPNS yang ada saat ini hanya satu orang sedangkan idealnya Provinsi Jawa Timur, sebagai salah satu pusat pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan jumlah kabupaten/kota yang cukup banyak yakni 29 Kabupaten dan 9 kota, Provinsi Jawa Timur setidaknya memerlukan 15 orang PPNS. Satu orang PPNS tidak mampu mendukung upaya pengendalian pemanfaatan ruang di Provinsi Jawa Timur yang begitu luas. Kendala lainnya adalah dwadah dan tata kerja PPNS yang belum terdefinisi dengan baik dan belum terbangunnya kelembagaan pendukung PPNS. C. Jumlah Sumber Daya Manusia 4 8 Gambar 6. Kebutuhan dan Kesediaan SDM Penataan Ruang di Provinsi Jawa Timur Untuk menjalankan tugas pokok dan fungsi penataan ruang, Bappeda Provinsi Jawa Timur Bidang Pembangunan Regional memerlukan sejumlah sumber daya manusa yang ahli didalam bidang penataan ruang. Jumlah ideal ahli bidang penataan ruang yang dibutuhkan oleh Bappeda Provinsi Jawa Timur adalah delapan orang, sedangkan saat ini hanya berjumlah empat orang. Jumlah ideal ini merupakan usulan dari pemerintah daerah karena dirasa pembebanan pekerjaan bidang penataan ruang terlalu berat jika hanya dilakukan oleh empat orang ahli.

D. Partisipasi Masyarakat dan Dunia Usaha Partisipasi masyarakat dalam penataan ruang di Provinsi Jawa Timur sudah terlihat dengan terlibatnya Ikatan Ahli Perencanaan Jawa Timur, Forum Masyarakat Transportasi Indonesia dan Forum Akademisi Penataan Ruang. Forum-forum ini memiliki kegiatan-kegiatan yang mendukung penataan ruang Jawa Timur seperti penyusunan kajian-kajian penytelenggaraan tata ruang. Forum-forum ini terlibat dalam memberikan masukan-masukan dalam penataan ruang. E. Sistem Informasi Penataan Ruang Jawa Timur termasuk pada sedikit wilayah di Indonesia yang memiliki SITR. Kendala untuk mengintegrasikan SITR pada tingkat lebih dasar atau lebih lanjut yakni berupa: 1. Kendala Kewenangan: ŸPemerintah kabupaten/kota belum memahami Pentingnya SITR terpadu ŸParadigma bahwa dokumen perencanaan terbatas dan tidak dapat disebarluaskan 2. Kendala Teknis: ŸBelum tersedia peta skala 1:5.000 untuk penyusunan RDTR sebagai dasar SITR ŸBelum tersedia standar peta digitasi berbasis web dalam peraturan ŸData SKPD sektoral masih dalam bentuk data tabular dan belum ditransformasikan dalam bentuk data spasial 16 Jawa Timur

Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional