HAK KREDITUR ATAS PENJUALAN BARANG GADAI

dokumen-dokumen yang mirip
KEDUDUKAN HAK RETENSI BENDA GADAI OLEH PT. PEGADAIAN DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN, JAMINAN DAN GADAI. politicon). Manusia dikatakan zoon politicon oleh Aristoteles, sebab

AKIBAT HUKUM PENDAFTARAN OBJEK JAMINAN FIDUSIA DI DALAM PERJANJIAN KREDIT

KEWENANGAN PELAKSANAAN EKSEKUSI OLEH KREDITUR TERHADAP JAMINAN FIDUSIA DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI

ASPEK HUKUM PERJANJIAN SEWA BELI. Oleh A.A Putu Krisna Putra I Ketut Mertha Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

KEDUDUKAN KREDITUR PEMEGANG HAK TANGGUNGAN DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI

EKSEKUSI KREDIT MACET TERHADAP HAK TANGGUNGAN

AKIBAT HUKUM TERHADAP PERJANJIAN HUTANG-PIUTANG YANG DIBUAT OLEH NOTARIS DENGAN JAMINAN FIDUSIA YANG TIDAK DIDAFTARKAN

BAB I PENDAHULUAN. harga-harga produksi guna menjalankan sebuah perusahaan bertambah tinggi

SUBROGASI SEBAGAI UPAYA HUKUM TERHADAP PENYELAMATAN BENDA JAMINAN MILIK PIHAK KETIGA DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI

BAB I PENDAHULUAN. permodalan bagi suatu perusahaan dapat dilakukan dengan menarik dana dari

BAB I PENDAHULUAN. suatu usaha/bisnis. Tanpa dana maka seseorang tidak mampu untuk. memulai suatu usaha atau mengembangkan usaha yang sudah ada.

Berdasarkan Pasal 1 ayat (2) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tersebut, maka salah satu cara dari pihak bank untuk menyalurkan dana adalah dengan mem

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing

PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA (BNI) KANTOR CABANG UNIT (KCU) SINGARAJA

BAB V PENUTUP. polis asuransi jiwa di PT Asuransi Jiwasraya Cabang Yogyakarta ini

TANGGUNG JAWAB KREDITOR ATAS HILANGNYA BARANG GADAI

Bab 1 PENDAHULUAN. merupakan suatu usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, salah satu

AKIBAT HUKUM WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN BAKU. Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK

BAB II KEDUDUKAN CORPORATE GUARANTOR YANG TELAH MELEPASKAN HAK ISTIMEWA. A. Aspek Hukum Jaminan Perorangan Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

disatu pihak dan Penerima utang (Debitur) di lain pihak. Setelah perjanjian tersebut

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian hutang piutang ini dalam Kitab Undang-Undang Hukun Perdata

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG GADAI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang merupakan salah satu upaya untuk mencapai masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari manusia lain

BAB II PENGATURAN GADAI DEPOSITO DALAM KERANGKA HUKUM JAMINAN. mungkin akan terhindar dari itikad tidak baik debitur pemberi jaminan kebendaan

PERBEDAAN WANPRESTASI DENGAN PENIPUAN DALAM PERJANJIAN HUTANG PIUTANG

PERBEDAAN ANTARA GADAI DAN FIDUSIA

BAB III PEMBAHASAN. Kata wanprestasi berasal dari bahasa Belanda yang diartikan buruk,

EKSEKUSI OBJEK JAMINAN FIDUSIA

Beralihnya Hak Milik Tanah Sebagai Jaminan Hutang Piutang (Studi kasus: Nunung Herlina dengan Hani Haryani)

zekerheid atau cautie mencakup secara umum cara-cara kreditur menjamin

PELAKSANAAN PENGIKATAN JAMINAN FIDUSIA DALAM KREDIT PERBANKAN

II.1 Tinjauan Teoritis Gadai dalam Jaminan Kebendaan II.1.1 Pengertian Jaminan

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan/leasing) selaku penyedia dana. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan disebutkan bahwa :

TINJAUAN YURIDIS EKSEKUSI DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN FIDUSIA YANG TIDAK DIDAFTARKAN

BAB I PENDAHULUAN. jaminan demi keamanan pemberian kredit tersebut. 1

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN GADAI. mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai orang perseorangan dan badan hukum 3, dibutuhkan penyediaan dana yang. mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

REVIEW OF THE LAW AGAINST DEBT ABSORPTION BANKING CREDIT AGREEMENT YUYUK HERLINA / D

Oleh : Made Bagus Galih Adi Pradana I Wayan Wiryawan Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan jangka panjang adalah di bidang ekonomi. Undang-Undang

PARATE EXECUTIE PADA HAK TANGGUNGAN SEBAGAI PERLINDUNGAN ASET KREDITOR DAN DEBITOR

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KEPENTINGAN PARA KREDITOR AKIBAT ACTIO PAULIANA DALAM HUKUM KEPAILITAN

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana kepada pihak-pihak yang membutuhkan dana, dalam hal ini bank

PERJANJIAN GADAI YANG DIJAMIN DENGAN BARANG YANG BERASAL DARI HASIL KEJAHATAN : STUDI PADA PT. PEGADAIAN (PERSERO) CABANG SESETAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah perjanjian berasal dari bahasa Belanda overeenkomst dan verbintenis.

BAB V PEMBAHASAN. Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Tulungagung. sebagai barang yang digunakan untuk menjamin jumlah nilai pembiayaan

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR PENERIMA

TANGGUNG JAWAB DEBITUR TERHADAP MUSNAHNYA BENDA JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK. Oleh: Ni Made Trisna Dewi ABSTRACT

ASPEK HUKUM PERSONAL GUARANTY. Atik Indriyani*) Abstrak

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN SURAT SERTIFIKAT TANAH YANG BUKAN MILIK DEBITUR PADA PT. BPR. DEWATA CANDRADANA DI DENPASAR *

Aspek Hukum Perjanjian Sewa Beli

TINJAUAN TENTANG KEKUATAN EKSEKUTORIAL SERTIFIKAT HAK TANGGUNGAN APABILA ADA PERLAWANAN DARI DEBITUR WANPRESTASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

pada umumnya dapat mempergunakan bentuk perjanjian baku ( standard contract)

BAB I PENDAHULUAN. menentu terutama bagi lapisan masyarakat tingkat menengah ke bawah.

BAB II TINJAUAN YURIDIS TERHADAP HIPOTIK DAN HAK TANGGUNGAN. Hipotik berasal dari kata hypotheek dari Hukum Romawi yaitu hypotheca yaitu suatu jaminan

BAB II PENGATURAN HAK ISTIMEWA DALAM PERJANJIAN PEMBERIAN GARANSI. Setiap ada perjanjian pemberian garansi/ jaminan pasti ada perjanjian yang

SUATU TINJAUAN HUKUM TERHADAP RETUR PENJUALAN DALAM ASPEK-ASPEK HUKUM PERJANJIAN JUAL BELI

HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL SEBAGAI JAMINAN FIDUSIA

AKIBAT HUKUM PERJANJIAN KERJASAMA KOPERASI DENGAN BANK DI DENPASAR DALAM PEMBERIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR)

AKIBAT KEPAILITAN TERHADAP ADANYA PERJANJIAN HIBAH

RISALAH LELANG SEBAGAI AKTA OTENTIK PENGGANTI AKTA JUAL BELI DALAM LELANG

IMPLEMENTASI KREDIT TANPA AGUNAN DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI PADA PT BANK OVERSEAS CHINEESE BANKING CORPORATION (OCBC) NISP TBK CABANG DENPASAR

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN SUKINO Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Hukum Universitas Riau

PENGATURAN PENGALIHAN JAMINAN FIDUSIA DI INDONESIA

SISTEM PEWARISAN APABILA PEWARIS DAN AHLI WARISNYA MENINGGAL DUNIA PADA SAAT BERSAMAAN DITINJAU BERDASARKAN KITAB UNDANG -UNDANG HUKUM PERDATA

BAB III PENUTUP. ditentukan 3 (tiga) cara eksekusi secara terpisah yaitu parate executie,

KEDUDUKAN RISALAH LELANG SEBAGAI UPAYA HUKUM PENEGAKAN HAK-HAK KREDITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK

SAHAM PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI OBJEK JAMINAN GADAI

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Banyak sektor usaha berlomba-lomba untuk menarik

AKIBAT HUKUM TERHADAP DEBITUR ATAS TERJADINYA FORCE MAJEURE (KEADAAN MEMAKSA)

AKIBAT HUKUM TERHADAP PEMBELI YANG MELAKUKAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR

BAB I PENDAHULUAN. dan pertahanan keamanan. Tujuan dari pembangunan tersebut adalah untuk. dapat dilakukan yaitu pembangunan di bidang ekonomi.

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK KETIGA (NATUURLIJKE PERSOON) DALAM HUKUM KEPAILITAN TERKAIT ADANYA ACTIO PAULIANA

PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN JAMINAN FIDUSIA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK TANGGUNGAN. Seiring dengan berlakunya Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 5

Pembebanan Jaminan Fidusia

ASPEK HUKUM PENGALIHAN PIUTANG ATAS NAMA (CESSIE) KARENA WANPRESTASI PT. BANK SRI PARTHA KEPADA PT. SRI PARTHA PUSAKA DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. utama sekaligus menentukan maju mundurnya bank yang bersangkutan

TANGGUNG JAWAB DEBITUR TERHADAP MUSNAHNYA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN KREDIT. Oleh : Ida Bagus Gde Surya Pradnyana I Nengah Suharta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peranan hukum di dalam pergaulan hidup adalah sebagai sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sangat penting dan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia

TINJAUAN YURIDIS OBJEK JAMINAN FIDUSIA YANG DIRAMPAS OLEH NEGARA OLEH: YUSLINDA LESTARI D1A FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM.

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap orang yang hidup di dunia dalam memenuhi

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM. mempunyai sifat riil. Hal ini disimpulkan dari kata-kata Pasal 1754 KUH Perdata

BAB I PENDAHULUAN. salah satu perjanjian accsoir yang ada dalam suatu perjanjian kredit.

POLA PENYELESAIAN CESSIE DALAM KEGIATAN PERBANKAN PADA BANK RAKYAT INDONESIA (BRI) CABANG UBUD

BAB I PENDAHULUAN. pelunasan dari debitor sebagai pihak yang meminjam uang. Definisi utang

KAJIAN YURIDIS TERHADAP SYARAT SAH DAN UNSUR- UNSUR DALAM SUATU PERJANJIAN

AKIBAT PENDAFTARAN JAMINAN FIDUSIA DAN KEKUATAN HUKUM SERTIFIKAT JAMINAN FIDUSIA YANG DITERBITKAN OLEH KANTOR PENDAFTARAN FIDUSIA

EKSEKUSI TERHADAP SAHAM YANG DIGADAIKAN BERKAITAN DENGAN BERAKHIRNYA JANGKA WAKTU GADAI DALAM SCRIPLESS TRADING SYSTEM

PENYELESAIAN SECARA HUKUM PERJANJIAN KREDIT PADA LEMBAGA PERBANKAN APABILA PIHAK DEBITUR MENINGGAL DUNIA

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian 1. Ketentuan ini

Transkripsi:

HAK KREDITUR ATAS PENJUALAN BARANG GADAI Oleh Pande Made Ayu Dwi Lestari I Made Tjatrayasa Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT The title of this journal is creditur s right of sales of pawned goods. The purpose of this research is to determine which one is creditur s right of pawned good. This research use normative method.. In the case of creditur s right of goods, the creditur have a right of parate executie which can be found in article 1155 point 1 Kitab Undang-undang Hukum Perdata and right of rieel executie which can be found in article 1156 KUHPerdata. It is forbidden to give creditor an authority to have moving goods that pawned if the debitur is not fulfilling the recruitment. If the creditor is a wanprestasi, then in the name of law, beding s clausul can be aborted. That is to protect debitur if it happens that the value of pawned goods is higher than the value of liabilities, so the excess payment can be returned to debitur This restrictions also protects debitur which on a disadvantages. Keywords : Creditur, Pand, Debitur ABSTRAK Tulisan ini berjudul Hak Kreditur Atas Penjualan Barang Gadai. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana hak kreditur atas penjualan barang gadai. Penelitian ini menggunakan metode normatif. Dalam hal mengenai hak kreditur terhadap penjualan barang gadai, kreditur memiliki hak parate executie yang terdapat dalam pasal 1155 ayat 1 Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPerdata) dan hak rieel executie yang terdapat dalam pasal 1156 KUHPerdata. Dalam memberikan kewenangan kepada kreditur untuk memiliki benda bergerak yang digadaikan secara serta merta bila debitur wanprestasi adalah dilarang untuk diperjanjikan. Apabila terjadi dimana kreditur wanprestasi maka klausul milik beding batal demi hukum. Hal ini dilakukan untuk melindungi kepentingan debitur apabila nilai kebendaan yang digadaikan melebihi besarnya hutang yang dijamin sehingga terdapat sisa pembayaran yang dapat dikembalikan kepada debitur. Larangan ini juga sekaligus melindungi kepentingan para debitur yang berada dalam posisi yang sangat lemah. Kata Kunci : Kreditur, Gadai, Debitur 1

I. PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Lembaga jaminan sangat diperlukan saat ini dikarenakan adanya perkembangan ekonomi dan perdagangan yang diikuti oleh perkembangan kebutuhan akan kredit dan pemberian fasilitas kredit untuk keamanan modal dan kepastian hukum bagi si pemberi modal. Di Indonesia adanya lembaga jaminan yang sederhana, sebagai jaminan kredit kecil yang diberikan kepada pengusaha kecil, petani kecil, telah diusahakan. Semuanya itu dilaksanakan dalam bentuk yang sederhana, prosedur yang gampang, syarat yang tidak memberatkan dan dengan jaminan yang ringansaja, yang memungkinkan mereka memperoleh kredit dengan gampang dan cepat untuk mengembangkan usahanya. Bentuk lembaga jaminan sebagian besar mempunyai ciriciri internasional, dikenal hampir di semua negara dan perundang-undangan modern, bersifat menunjang perkembangan ekonomi dan perkreditan serta memenuhi kebutuhan masyarakat akan fasilitas modal 1. Salah satu bentuk lembaga jaminan itu ialah Gadai. Gadai merupakan jaminan yang bersifat hak kebendaan artinya bahwa dengan memberikan hak verhaal (hak untuk meminta pemenuhan piutangnya) kepada kreditur, terhadap hasil penjualan benda-benda tertentu dari debitur untuk pemenuhan piutangnya. Kreditur pemegang gadai mempunyai kedudukan yang lebih tinggi atau diutamakan dari piutang piutang lainnya berdasarkan pasal 1133 Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPerdata). Mereka tergolong para kreditur preferen yang pemenuhan piutangnya harus diutamakan dari para kreditur yang lain, terhadap hasil penjualan dari benda yang dipakai sebagai jaminan 2. 1.2 TujuanPenulisan Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui sejauh mana hak kreditur atas penjualan barang gadai. 1 Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, 2007, Pokok-pokok Hukum Jaminan dan Jaminan Perorangan, Liberty Offset Yogyakarta,h.2. 2 ibid.h.76 2

II. ISI MAKALAH 2.1 Metode Penulisan Metode yang digunakan adalah metode normatif. Dengan menganalisis peraturan perundang-undangan yang ada dan berbagai literatur yang terkait masalah hak kreditur dalam penjualan gadai. 2.2 Hasil dan Pembahasan 2.2.1 Hak Kreditur atas penjualan barang gadai Gadai menurut pasal 1150 Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPerdata) merupakan suatu hak yang diperoleh kreditur atas suatu barang bergerak yang diserahkan kepadanya oleh debitur atau oleh kuasanya, sebagai jaminan atas utangnya dan yang member wewenang kepada kreditur untuk mengambil pelunasan piutangnya dari barang itu dengan mendahului kreditur kreditur lainnya, terkecuali biaya-biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk memelihara benda itu, biaya-biaya mana harus didahulukan. 3 Seorang kreditur dalam melakukan penjualan suatu barang gadai memiliki berapa hak yaitu yang pertama hak parate eksekusi dan yang kedua hak untuk menjual benda bergerak milik debitur melalui perantaraan hakim yang disebut rieel executie. Kreditur dapat melakukan parate executie (eigenmachtig everkoop) yaitu menjual atas kekuasaan sendiri benda-benda debitur apabila debitur tersebut lalai atau wanprestasi. Hal ini tertuang dalam pasal 1155 ayat 1 KUHPerdata yang berbunyi : Apabila oleh para pihak tidak telah diperjanjikan lain, maka si berpiutang adalah berhak jika si berutang atau si pemberi gadai cidera janji, setelah tenggang waktu yang ditentukan lampau, atau jika tidak telah ditentukan suatu tenggang waktu, setelah dilakukannya suatu peringatan untuk membayar, menyuruh menjual barang gadainya dimuka umum menurut kebiasaan-kebiasaan setempat serta syarat-syarat yang lazim berlaku, dengan maksud untuk mengambil pelunasan sejumlah piutangnya beserta bunga dan biaya dari pendapatan penjualan tersebut. Hak parate eksekusi ini akan berlaku apabila debitur benar-benar telah wanprestasi setelah diberikan peringatan untuk segera membayar atau melunasi hutangnya. Penjualan barang gadai oleh kreditur penerima gadai berdasarkan parate eksekusi tersebut tidak memerlukan bantuan atau perantaraan pengadilan. Pembuat undang- 3 Sri Soedewi Masjchoen Sofwan,1981, Hukum Benda, Liberty, Yogyakarta,h.97 3

undang membuat kekhawatiran akan kemungkinan timbulnya kerugian yang terlalu besar bagi debitur melalui persekongkolan antara penjual dengan calon pembelinya. Maka dari itu dalam perjanjian gadai mengandung kalusul penjualan, baik di muka umum maupun di bawah tangan. 4 Selain hak yang telah disebutkan diatas, seorang kreditur juga memiliki hak untuk menjual barang gadai melalui perantaraan hakim atau rieel executie. Hal ini tertuang dalam pasal 1156 KUHPerdata yang berbunyi : Bagaimanapun apabila si berhutang atau si pemberi gadai cidera janji, si berpiutang dapat menuntut di muka hakim supaya barang gadai dijual menurut cara yang ditentukan oleh Hakim untuk melunasi utang beserta bunga dan biaya, ataupun hakim atas tuntutan si berpiutang dapat mengabulkan bahwa barang gadai akan tetap pada si berpiutang untuk suatu jumlah yang akan ditetapkan dalam putusan hingga sebesar utangnya beserta bunga dan biaya. Dalam suatu perjanjian gadai tidak diberikan kewenangan bagi seorang kreditur untuk memiliki barang bergerak dalam suatu perjanjian gadai. Seorang kreditur dalam hal ini hanya memiliki hak untuk menguasai benda bergerak dan bukan untuk memilikinya. Apabila hal tersebut telah diperjanjikan maka hal itu merupakan suatu larangan untuk diperjanjikan. Adapun larangan-larangan untuk menjanjikan klausul milik beding dalam perjanjian gadai menurut ketentuan pasal 1154 KUHPerdata yaitu : 1. Apabila pihak berutang atau pemberi gadai tidak memenuhi kewajibankewajibannya, maka tidak diperkenankanlah pihak yang berpiutang memiliki barang yang digadaikan. 2. Segala janji yang bertentangan dengan ini adalah batal. Rumusan tersebut diatas memiliki arti bahwa para pihak dilarang untuk memperjanjikan kalusul milik beding dalam perjanjian gadainya. Apabila terjadi dimana kreditur wanprestasi maka klausul milik beding batal demi hukum. Ketentuan yang melarang adanya klausul ini untuk melindungi kepentingan debitur apabila nilai kebendaan yang digadaikan melebihi besarnya hutang yang dijamin sehingga terdapat sisa pembayaran yang dapat dikembalikan kepada debitur. Larangan ini juga sekaligus melindungi kepentingan para debitur yang berada dalam posisi yang sangat lemah. 5 4 J.Satrio, 1997, Hukum Jaminan, Hak Jaminan Kebendaan, Hak Tanggungan, PT. Citra Aditya Bakhti, Bandung, h.121. 5 Rahmadi Usman, 2006, Aspek-aspek Hukum Perorangan dan Kekeluargaan di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, h. 132. 4

III. KESIMPULAN Hak-hak kreditur dalam penjualan barang gadai yaitu hak parate eksekusi dan hak rieel executie. Hak parate executie sudah diatur dalam pasal 1155 ayat 1 KUHPerdata dan hak rieel executie sudah diatur dalam pasal 1156 KUHPerdata. Adapun larangan-larangan menjanjikan kalusul beding yang sudah diatur dalam pasal 1154 KUHPerdata. Larangan ini dilakukan untuk kepentingan debitur dan kreditur apabila nilai kebendaan yang digadaikan melebihi besarnya hutang yang dijamin sehingga terdapat sisa pembayaran yang dapat dikembalikan kepada debitur. Selain itu juga larangan ini dilakukan untuk melindungi debitur dari kreditur karena debitur memiliki posisi yang sangat lemah. DAFTAR PUSTAKA Buku : J. Satrio, 1997, Hukum Jaminan, Hak Jaminan Kebendaan, Hak Tanggungan, PT. Citra Aditya Bakhti, Bandung. Rahmadi Usman, 2006, Aspek-aspek Hukum Perorangan dan Kekeluargaan di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta. Sri Soedewi Masjchoen Sofwan,1981, Hukum Benda, Liberty, Yogyakarta. -------,2007, Pokok-pokok Hukum Jaminan dan Jaminan Perorangan, Liberty Offset, Yogyakarta. Perundang-undangan : Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Terjemahan dari Burgelijk Wetboek, Subekti, 1980, Pradnya Paramita, Jakarta Pusat. 5