JURNAL ILMU TERNAK, JUNI 2014, VOL. 1, NO. 9, 46-51

dokumen-dokumen yang mirip
Puji Agueng Sanjaya dkk/jurnal Ilmiah Peternakan 1(1):47-53, April 2013

KEJU. Materi 14 TATAP MUKA KE-14 Semester Genap BAHAN KULIAH TEKNOLOGI HASIL TERNAK

PENGARUH DOSIS RENNET YANG BERBEDA TERHADAP KADAR PROTEIN DAN LEMAK KEJU LUNAK SUSU SAPI

BAB III MATERI DAN METODE. Mozzarela dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 di Laboratorium Kimia dan

PENGARUH LAMA PEMUTARAN MENGGUNAKAN METODE SENTRIFUGASI TERHADAP YIELD, KADAR AIR DAN TOTAL SOLID CONCENTRATED YOGHURT

Pembuatan Yogurt. 1. Pendahuluan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Susu Kambing. Dipasteurisasi 70 o C. Didinginkan 40 o C. Diinokulasi. Diinkubasi (sampai menggumpal) Yoghurt.

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

I PENDAHULUAN. sehat juga semakin meningkat. Produk-produk fermentasi bisa berasal dari berbagai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan

2015 PENGARUH WAKTU PEMATANGAN TERHADAP KANDUNGAN GIZI DAN SIFAT SENSORI KEJU COTTAGE BERBASIS SUSU KAMBING

KOMBINASI Lactobacillus plantarum DENGAN Lactobacillus bulgaricus DAN Streptococcus thermophilus TERHADAP MUTU SUSU FERMENTASI SELAMA PENYIMPANAN

Inovasi Olahan dan Limbah Meningkatkan SDM dan Ekonomi Petani

PENGARUH LEVEL EKSTRAK NANAS MASAK DALAM PEMBUATAN TAHU SUSU TERHADAP KADAR PROTEIN DAN RASA TAHU SUSU

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai Latar Belakang Penelitian, Identifikasi Masalah, Maksud dan Tujuan Penelitian, Manfaat dan Kegunaan

KARAKTERISTIK DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI YOGHURT SARI BUAH SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP BAKTERI FLORA USUS

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

Evaluasi Kualitas Produk Dadih Dalam Bentuk Bubuk Yang Dikeringkan Dengan Sinar Matahari Dan Oven

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. ekonomi, perubahan pola hidup, peningkatan kesadaran gizi, dan perbaikan

SUSU FERMENTASI BAHAN KULIAH TEKNOLOGI HASIL TERNAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu penggunaan amonium

PENGARUH LAMA PENUNDAAN DAN SUHU INKUBASI TERHADAP SIFAT FISIK DAN KIMIA YOGHURT DARI SUSU SAPI KADALUWARSA

KARAKTERISTIK YOGHURT TERSUBTITUSI SARI BUAH NAGA (Hylocereus polyrhizus) DENGAN JENIS DAN KONSENTRASI STARTER YANG BERBEDA-BEDA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pembuatan starter di pondok pesantren pertanian Darul Fallah

Chemistry In Our Daily Life

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

Uji Kadar Lemak Keju Cheddar Dengan Variasi Bahan Baku (Sapi, Kambing) Serta Variasi Jenis Starter (Streptococcus lactis, Rhizophus oryzae).

Susu Fermentasi dan Yogurt

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DIVERSIFIKASI SUSU KAMBING MENJADI KEJU COTTAGE MENGGUNAKAN PAPAIN SEBAGAI KOAGULAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu. Yoghurt adalah salah satu produk olahan pangan bersifat probiotik yang

Pengaruh Kombinasi Susu dengan Air Kelapa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cheddar digunakan peralatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1

III. METODOLOGI PENELITIAN. Laboratorium Peternakan Universiatas Muhammadiyah Malang dan Laboratorium

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

UJI KUALITAS YOGHURT SUSU SAPI DENGAN PENAMBAHAN MADU dan Lactobacillus bulgaricus PADA KONSENTRASI YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN SUSU

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Kualitas dan Potensi Dadih Sebagai Tambahan Pendapatan Peternak Kerbau di Kabupaten Kerinci

SKRIPSI MONICA GUNAWAN NPM

BAB I PENDAHULUAN. Keju merupakan salah satu hasil olahan susu yang dikenal oleh masyarakat

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN KEJU MOZZARELLA DENGAN METODE DIRECT ACIDIFICATION MENGGUNAKAN AIR PERASAN JERUK PURUT (Citrus hystrix D.C.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH LAMA PEMANASAN DAN PEMBERIAN LEVEL PAPAIN TERHADAP KEKENYALAN DAN KESUKAAN TAHU SUSU

LAPORAN AKHIR PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PENERAPAN IPTEKS

bengkuang (Pachyrrhizus erosus) dan buah pisang yang sudah matang (Musa paradisiaca) yang diperoleh dari petani yang ada di Gedong Tataan dan starter

Balai Penelitian Teniak,P.O. Box 221 Bogor Dinas Petemakan Kotamadya Bogor

KUALITAS SOYGHURT DENGAN VARIASI RASIO SUSU KEDELAI DENGAN SUSU RENDAH LEMAK

VARIASI PENAMBAHAN SUSU SKIM TERHADAP MUTU COCOGHURT MENGGUNAKAN Enterococcus faecalis UP 11 YANG DIISOLASI DARI TEMPOYAK. Riau.

PENGARUH SUHU DAN WAKTU PASTEURISASI TERHADAP MUTU SUSU SELAMA PENYIMPANAN

PEMBUATAN YOGHURT SUSU SAPI DENGAN BANTUAN MIKROORGANISME DALAM PLAIN YOGHURT MENGGUNAKAN ALAT FERMENTOR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENAMBAHAN BERBAGAI JENIS SUSU TERHADAP KARAKTERISTIK SOYGHURT

atau ditambahkan bahan bahan lain. Secara kimia, susu adalah emulsi lemak dalam air yang mengandung gula, garam-garam mineral, protein

PENJABARAN RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN Minggu ke-6

BAB I PENDAHULUAN. pemanfaatan enzim protease, yaitu pada produksi keju. tinggi sehingga cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi pada tubuh manusia.

Oleh Lovita Adriani SKIM X 30 Mei 2007 UKM Kualalumpur FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG

II. TINJAUAN PUSTAKA

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan susu segar sebagai bahan dasarnya, karena total padatan

UJI ORGANOLEPTIK FRUITGHURT HASIL FERMENTASI LIMBAH BUAH ANGGUR (Vitis vinifera) OLEH Lactobacillus bulgaricus SKRIPSI

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I PENDAHULUAN...

BAB V RANCANGAN PENELITIAN

KADAR PROTEIN, LEMAK, NILAI ph DAN MUTU HEDONIK KEJU COTTAGE DENGAN BAHAN DASAR SUSU KAMBING DAN SUSU SAPI SKIM

Homogenisasi, Separasi, Susu Steril

PENDAHULUAN. Latar Belakang. manfaat bagi proses metabolisme tubuh karena mengandung berbagai

PENGGUNAAN BERBAGAI TINGKAT KADAR LEMAK SUSU KAMBING DAN SUSU SAPI TERHADAP MUTU DAN CITA RASA YOGHURT

BAB III METODE PENELITIAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: waterbath,

(ACIDITY AND PREFERENCE LEVEL OF GOAT S YOGURT WITH DIFFERENT BACTERIAL CONCENTRATION OF Lactobacillus bulgaricus AND Lactobacillus plantarum TW14)

R. Y. Trisnaningtyas, A.M. Legowo dan Kusrahayu Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro Semarang ABSTRAK

PENGARUH SUHU DAN LAMA PEMERAMAN YANG BERBEDA TERHADAP MELTABILITY, TINGKAT KEASAMAN DAN ASAM LEMAK BEBAS KEJU SUSU KAMBING

JENIS KEJU DAN PEMBUATAN KEJU

Peranan Streptococcus thermophillus dan Lactobacillus bulgaricus dalam Proses Pembuatan Yogurt : Suatu Review

BAB III METODOLOGI. Untuk lebih memudahkan prosedur kerja pembuatan crude papain dan

BAB I. Pendahuluan. Kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi bahan pangan yang

SIFAT KIMIA DAN SINERESIS YOGHURT YANG DIBUAT DARI TEPUNG KEDELAI FULL FAT DAN NON FAT DENGAN MENGGUNAKAN PATI SAGU SEBAGAI PENSTABIL NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH PENAMBAHAN JUS BUAH NAGA MERAH (Hylocereuz polyrhizus) GUNA MENINGKATKAN KUALITAS ORGANOLEPTIK, KIMIA DAN FISIK YOGHURT SUSU SAPI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan November Desember 2016 di

AGROVETERINER Vol.5, No.2 Juni 2017

PENINGKATAN CITA RASA DAN TEKSTUR YOGHURT DARI SUSU KAMBING DENGAN PENAMBAHAN SARI BUAH MARKISA DAN TERUNG BELANDA SKRIPSI. Oleh:

PENGARUH PENAMBAHAN SUKROSA DAN GLUKOSA PADA PEMBUATAN PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING TERHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI DAN ORGANOLEPTIK

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknologi Pertanian

BAB I PENDAHULUAN. mengenakkan, karena merasa amis, mual dan sebagainya. Oleh karena itu,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mineral. Susu adalah suatu cairan yang merupakan hasil pemerahan dari sapi atau

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian pengaruh konsentrasi starter bakteri Lactobacillus

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

Pengaruh waktu dan Nutrien dalam pembuatan yoghurt dari susu dengan starter plain Lactobacillus Bulgaricus menggunakan alat fermentor

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2017 Februari 2017 di

Transkripsi:

JURNAL ILMU TERNAK, JUNI 2014, VOL. 1, NO. 9, 46-51 Pengaruh Metode Pasteurisasi dan Jenis Starter yang Berbeda Terhadap Ph, Kadar Air dan Total Solid Keju Lunak Susu Kambing Peranakan Ettawa (Effect Of Pasteurization Methods and Starter On Ph, Moisture and Total Solid Of Soft Cheese Of Peranakan Ettawa Goat s Milk) Dian Rahmawati*, Juni Sumarmono, dan Kusuma Widayaka Universitas Jenderal Soedirman *Mahasiswi Program Magister Ilmu Peternakan Universitas Padjadjaran tahun 2012 e-mail : nengdian.88@gmail.com Abstrak Pemanasan susu dan jenis starter dapat mempengaruhi komposisi dan kualitas keju. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mempelajari karakteristik ph, kadar air dan total solid keju lunak yang dihasilkan dengan metode pasteurisasi dan jenis starter yang berbeda. Penelitian dilakukan menggunakan metode eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Materi yang digunakan adalah 36 liter susu kambing, starter Lactobacillus bulgaricus dan Streptocococus thermophilus serta rennet tablet. Perlakuan terdiri dari metode pasteurisasi yaitu High Temperature Short Time () dan Long Temperature Long Time () serta starter tunggal Streptococcus termophilus, Lactobacillus bulgaricus, dan starter campuran keduanya (ganda). Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak dan Laboratorium Ilmu Bahan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode pasteurisasi dan dengan penggunaan starter tunggal menghasilkan kadar air keju lunak yang tinggi sebaliknya total solid keju lunak yang dihasilkan rendah, sedangkan penggunaan starter ganda terutama pada menghasilkan kadar air keju lunak paling rendah (39,82%) dan total solid keju lunak paling tinggi (60,17%). Pasteurisasi maupun menggunakan starter tunggal menghasilkan ph keju lunak lebih tinggi, sedangkan penggunaan starter ganda menyebabkan ph keju lunak yang lebih rendah. Sehingga untuk mendapatkan keju lunak susu kambing yang memiliki karakteristik sesuai dengan standar, dapat menggunakan metode pasteurisasi dengan penggunaan starter ganda. Kata kunci : Susu kambing ettawa, pasteurisasi, starter Abstract Heating of milk and starter type can affect the composition and quality of cheese. Therefore this research was aimed to study the characteristics ph, moisture content and total solid of soft cheese produced from milk heated with different pasteurization methods and different types of starter. The material used were 36 liters of Peranakan Ettawa goat milk, starter Streptocococus thermophilus and Lactobacillus bulgaricus and rennet tablet. Treatments consisted of the pasteurization method that were High Temperature Short Time () and Long Temperature Long Time (), and single starter of Streptococcus termophilus (ST), Lactobacillus bulgaricus (LB), and double starter (ST+LB). The experiment was conducted at the Laboratory of Animal Products Technology and Laboratory of Feed Science, Animal Science Faculty of Jenderal Soedirman University, Purwokerto. The results showed that with single starter produced cheese with higher moisture content and lower total solid. The use of double starter produced soft cheese with lower moisture content and higher total solid. In with double starter produced soft cheese with lowest water content (39,82%) and highest total solid (60,17%). and with single starter produced soft cheese with higher ph than double starter. Inconclusion, to produced goat's milk soft cheese with characteristics in accordance with the standards, the use of with double starter is recommended. Keywords: Ettawa goat milk, Pasteurization, Starter Pendahuluan Susu kambing segar bersifat mudah rusak dan memerlukan penanganan pascapanen dan pengolahan yang cepat dan memadai. Selain dikonsumsi dalam bentuk segar, susu kambing juga dapat diolah menjadi berbagai macam produk yang bernilai gizi tinggi dan bermanfaat bagi kesehatan, misalnya keju dan yoghurt. Keju merupakan produk susu yang diperoleh dengan menggumpalkan protein susu, terutama kasein. Keju dapat dikelompokan 46 menjadi dua, yaitu keju keras dan keju lunak. Keju lunak dapat dikonsumsi tanpa melalui proses pemeraman dan pada proses pembuatannya dapat melibatkan starter bakteri maupun tidak (Drake et al., 2009). Bakteri yang digunakan merupakan bakteri asam laktat, yang akan mengubah laktosa menjadi asam laktat sehingga ph susu turun. Terdapat beberapa jenis bakteri asam laktat yakni Leuconostoc spp, Lactobacillus spp, Lactococcus spp,

Rahmawati, D., dkk., Pengaruh Metode Pasteurisasi Pediococcus spp dan Streptococcus spp. Penggunaan jenis bakteri starter yang berbeda dapat mempengaruhi karakteristik keju yang dihasilkan. Peranan utama starter dalam fermentasi keju yaitu untuk memulai fermentasi dengan produksi asam dari proses metabolismenya, menyebabkan koagulasi protein akibat pembentukan asam, menghambat pertumbuhan bakteri patogen, memproduksi asam laktat yang dapat menimbulkan aroma asam pada keju dan mempengaruhi pembentukan tekstur selama pembentukan dadih (Singh, 2003). Secara fisik susu kambing dan susu sapi nampak sama, namun pada banyak hal susu kambing berbeda dari susu sapi. Perbedaan tersebut misalnya bahwa susu kambing (1) mempunyai ukuran partikel lemak yang lebih kecil, (2) mengandung asam lemak rantai pendek dan sedang yang lebih tinggi, dan (3) menghasilkan gumpalan protein yang lembut sehingga menyebabkan susu kambing lebih mudah dicerna dan menyebabkan metabolisme lipid yang lebih sehat (Park, 1994). Pentingnya pengontrolan suhu pemanasan pada susu kambing karena susu kambing memiliki stabilitas panas yang lebih rendah dibanding susu sapi sehingga pemanasan pada susu kambing lebih menyebabkan instabilitas kasein. Kasein merupakan protein susu yang akan digumpalkan saat proses pembuatan keju, jika suhu yang digunakan tidak tepat maka kasein susu akan rusak. Penelitian ini menggunakan bakteri Streptococcus thermophillus dan Lactobacillus bulgaricus yang merupakan spesies mikroba yang esensial dan aktif dalam hubungan simbiotik. Glukosa akan dimanfaatkan oleh Streptococcus thermophilus dan Lactobacillus bulgaricus sebagai sumber energi dan sebagian lagi akan dimetabolisir lebih lanjut menjadi asam-asam organik terutama asam laktat (Herastuti, 1994). Pemanasan yang dilakukan menggunakan 2 metode pasteurisasi berbeda yang bertujuan untuk membunuh bakteri patogen yaitu Low Temperature Long Time () suhu 62 O C selama 30 menit dan High Temperature Short Time () pada suhu 72 O C selama 15 detik. Materi dan Metode Materi Materi penelitian berupa susu kambing PE sebanyak 36 liter yang diperoleh dari kelompok peternak kambing PE Pegumas, Desa Gumelar, Kecamatan Gumelar Banyumas. Starter bakteri asam laktat yang digunakan berupa bubuk kering freezed dried yang mengandung bakteri asam laktat Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus. Rennet yang digunakan adalah rennet berbentuk tablet sebanyak 2 tablet. Peralatan untuk membuat keju (wadah stainless 6 buah, timbangan, gelas ukur 2 buah, pengaduk 3 buah, kain saring 6 buah, kompor listrik, termometer, alumunium foil), oven, desikator, ph meter (Hanna), serta cawan seng 24 buah. Pembuatan starter, bakteri asam laktat Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus dengan perbandingan 1:1 yang ditumbuhkan pada 250 ml susu skim cair/rekonstitusi dan diinkubasi pada suhu 40 o C selama 4 jam. Pembuatan keju, susu kambing dipasteurisasi secara pada suhu 72 C selama 15 detik dan secara pada suhu 62 o C selama 30 menit, kemudian didinginkan pada suhu ruang lalu ditambah 2% (v/v) starter dan diaduk hingga merata. Setelah itu susu yang telah ditambahkan starter diinkubasi selama 2 jam pada suhu ruang, lalu ditambah rennet sebanyak 2 ml, dengan asumsi 1 tablet rennet seberat 0,5 gram/ 5 lt susu. Kemudian aduk merata, setelah itu susu dibiarkan selama 18 jam sehingga terjadi penggumpalan kasein (curding). Pemisahan curd dari whey dilakukan dengan menggunakan kain saring dan dibiarkan selama 30 menit. Metode Metode penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan dan masing-masing perlakuan diulang 4 kali. Tabel 1. Macam Perlakuan Perlakuan Jenis bakteri Metode pasteurisasi T 1 Lactobacillus bulgaricus T 2 T 3 Lactobacillus bulgaricus dan (1:1) T 4 Lactobacillus bulgaricus T 5 T 6 Lactobacillus bulgaricus dan (1:1) Keterangan: = high temperatur short time, pemanasan suhu 72 O C selama 15 detik = low temperatur long time, pemanasan suhu 62 O C selama 30 menit 47

JURNAL ILMU TERNAK, JUNI 2014, VOL. 1, NO. 9, 46-51 Tabel 2. Kadar Air Keju Lunak yang Dibuat dengan Metode Pasteurisasi dan Jenis Starter yang Berbeda T 1 Lactobacillus bulgaricus 48,94 ± 2, 940 ab T 2 49,48 ± 4,197 a 43,37 ± 1,403 abc T 4 Lactobacillus bulgaricus 44,59 ± 2,938 abc T 5 42,62 ± 1,945 bc 39,82 ± 2,789 c Total 44,80 ± 4,311 Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata (P<0,05) Hasil dan Pembahasan Pengaruh Starter dan Pasteurisasi Terhadap Kadar Air Keju Lunak Kadar air merupakan faktor yang menentukan tekstur dan kekerasan keju. Penelitian yang dilakukan menunjukkan kadar air keju paling tinggi pada pasteurisasi dihasilkan dengan starter tunggal dengan rataan 49,48% dan yang paling rendah pada starter ganda 43,37%. Pada metode pasteurisasi, kadar air paling tinggi dihasilkan dengan penggunaan starter 44,59% dan yang paling rendah dengan starter ganda 39,82% (Tabel 2.). Metode pasteurisasi dengan starter ganda menghasilkan kadar air yang lebih rendah dibandingkan penggunaan starter tunggal, begitu juga pada pasteurisasi penggunaan starter ganda menghasilkan kadar air yang lebih rendah dibandingkan penggunaan starter tunggal, dapat dilihat pada Gambar 1. Hal tersebut dapat disebabkan oleh aktivitas proteolitik dari bakteri tersebut dalam memfermentasi laktosa yang dapat menyebabkan terjadinya penciutan dan pemerasan curd (Daulay, 1991). Penggunaan starter ganda baik metode pasteurisasi maupun menghasilkan 60 48.94 49.48 50 Metode Pasteurisasi 40 30 20 10 44.60 42.62 kadar air keju lunak yang lebih rendah dibanding yang menggunakan starter tunggal. Metode pasteurisasi dengan starter ganda menghasilkan kadar air keju lunak yang paling rendah dibanding. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar air rata-rata keju lunak adalah 44,81%. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Black (1999), keju lunak mengandung air sebanyak 40-75%. Ciri utamanya adalah memiliki konsistensi yang empuk dan lembut. Pemotongan curd yang dilakukan saat pengamatan kadar air diindikasikan mempengaruhi hasil akhir keju karena semakin kecil ukuran pemotongan curd maka air yang terperangkap dalam curd dapat keluar dan kadar air curd semakin rendah, selanjutnya kadar air keju yang dihasilkan ditentukan (Hill, 2006). Pengaruh Starter dan Pasteurisasi Terhadap Total Solid Hasil penelitian menunjukkan total solid yang paling rendah pada pasteurisasi dihasilkan starter tunggal Streptococcus thermophilus dengan rataan 50,51% dan yang paling tinggi pada starter ganda 56,62%, sedangkan total solid yang paling tinggi pada pasteurisasi dengan starter ganda 43.38 39.83 0 LB ST LB+ST Jenis Starter Gambar 1. Pengaruh Metode Pasteurisasi dan Jenis Starter Terhadap Kadar Air % % 48

Rahmawati, D., dkk., Pengaruh Metode Pasteurisasi Tabel 3. Total Solid Keju Lunak yang Dibuat dengan Metode Pasteurisasi dan Jenis Starter yang Berbeda T 1 Lactobacillus bulgaricus 51,05 ± 2, 940 bc T 2 50,51 ± 4,197 c 56,62 ± 1,403 abc T 4 Lactobacillus bulgaricus 55,40 ± 2,938 abc T 5 57,37 ± 1,945 ab 60,17 ± 2,789 a Total 55,19 ± 4,311 Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata (P<0,05) Berdasarkan analisis, total solid keju lunak berbeda (P>0,05) akibat dari metode pasteurisasi dan penggunaan jenis starter yang berbeda. Total solid keju lunak pada metode pasteurisasi dihasilkan lebih rendah dibanding (P<0,05). yaitu 60,17% dan yang paling rendah pada starter Lactobacillus bulgaricus sebesar 55,40% (Tabel 3.). Berdasarkan penggunaan jenis starter, pada pasteurisasi + starter ganda menghasilkan total solid yang lebih tinggi dibandingkan penggunaan starter tunggal baik pada maupun, dapat dilihat pada Gambar 2. Penambahan starter pada perlakuan menurut Daulay (1991) bertujuan untuk memproduksi asam laktat pada tahap awal fermentasi yang akan membantu proses penggumpalan keju. Total solid keju lunak yang diperoleh adalah 55,19%. Total solid berbanding terbalik dengan kadar air, sehingga hasilnya merupakan selisih dari kadar air yang diperoleh. Hadiwiyoto (1983) menyatakan bahwa keju dengan kadar air 45,5% termasuk dalam keju setengah lunak atau setengah keras. Total solid berkaitan erat dengan kadar air, sehingga kadar air yang diperoleh sangat berpengaruh pada total solid Metode Pasteurisasi 62 60 58 56 54 52 50 48 46 44 55.40 51.06 50.52 yang dihasilkan. Menurut Daulay (1991) air dalam curd akan saling bertukaran dalam reaksi melepas ataupun menarik molekul air. Kesimpulan yang dapat diperoleh adalah metode pasteurisasi menghasilkan total solid keju lunak lebih rendah dibanding. Penggunaan starter ganda baik metode pasteurisasi maupun menghasilkan total solid yang lebih tinggi dibanding yang menggunakan starter tunggal. Sehingga untuk mendapatkan total solid keju lunak paling tinggi menggunakan metode pasteurisasi dengan starter ganda. Pengaruh Starter dan Pasteurisasi Terhadap ph whey dan ph curd Penelitian yang dilakukan menunjukkan, ph whey keju yang paling tinggi pada pasteurisasi dihasilkan pada penggunaan starter tunggal Lactobacillus bulgaricus sebesar 5,86 dan ph paling rendah dihasilkan pada starter ganda sebesar 5,65. Pada metode pasteurisasi, ph whey keju yang paling rendah dihasilkan pada penggunaan starter ganda sebesar 5,86 dan yang paling tinggi pada Lactobacillus bulgaricus dengan rataan ph 5,62 (Tabel 4.). 57.38 56.62 60.17 LB ST LB+ST Jenis Starter Gambar 2. Pengaruh Metode Pasteurisasi dan Jenis Starter Terhadap Total Solid % % 49

JURNAL ILMU TERNAK, JUNI 2014, VOL. 1, NO. 9, 46-51 Tabel 4. ph Whey Keju Lunak yang Dibuat dengan Metode Pasteurisasi dan Jenis Starter yang Berbeda T 1 Lactobacillus bulgaricus 5,71 ± 0,053 ab T 2 5,68 ± 0,053 b 5,65 ± 0,010 b T 4 Lactobacillus bulgaricus 5,86 ± 0,013 a T 5 5,73 ± 0,030 ab 5,62 ± 0,145 b Total 5,73 ± 0,110 Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama tidak ada beda nyata (P<0,05) Tabel 5. ph Curd Keju Lunak yang Dibuat dengan Metode Pasteurisasi dan Jenis Starter yang Berbeda T 1 Lactobacillus bulgaricus 5,58 ± 0,232 b T 2 5,59 ± 0,159 b 5,69 ± 0,154 b T 4 Lactobacillus bulgaricus 6,09 ± 0,057 a T 5 5,43 ± 0,270 b 5,80 ± 0,086 ab Total 5,70 ± 0,265 Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama tidak ada beda nyata (P<0,05) Secara keseluruhan, rata-rata ph curd pada pasteurisasi sebesar 5,62 dan sebesar 5,78. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Daulay (1991) bahwa curd keju asam atau keju lunak memiliki nilai ph bervariasi antara 4,7 hingga 5,8. ph curd keju lunak metode pasteurisasi yang dihasilkan lebih tinggi dibanding (P>0,05), perbandingan tersebut dapat dilihat pada Gambar 3. ph whey keju lunak maupun pada penggunaan starter ganda ph whey yang dihasilkan lebih rendah, dibandingkan penggunaan starter tunggal. Hal tersebut menurut Daulay (1991) starter yang mengandung bakteri tunggal akan memproduksi asam laktat secara cepat pada 5.8 5.74 5.75 5.7 temperatur tinggi, dan kecepatan produksi asam akan meningkat apabila ada hubungan simbiotik diantara spesies bakteri (starter yang digunakan ganda). Selanjutnya, ph curd keju lunak yang paling tinggi dihasilkan pada perlakuan pasteurisasi dengan starter tunggal Lactobacillus bulgaricus memiliki rataan ph 6,09, sedangkan ph yang paling rendah dihasilkan pada penggunaan starter dengan rataan ph 5,43. Pada pasteurisasi, ph curd keju paling tinggi dihasilkan pada penggunaan starter ganda sebesar 5,69 dan paling rendah pada penggunaan starter Lactobacillus bulgaricus sebesar 5,58 (Tabel 5.). 5.78 5.72 ph 5.65 5.62 ph curd 5.6 ph whey 5.55 5.5 Metode Pasteurisasi Gambar 3. Pengaruh Metode Pasteurisasi dan Terhadap ph 50

Rahmawati, D., dkk., Pengaruh Metode Pasteurisasi Penelitian kali ini, curd yang dihasilkan secara umum curd memiliki tekstur rapuh dan mudah hancur, pada pasteurisasi + starter ganda lebih kenyal dibanding perlakuan yang lain. Hal ini seperti yang dinyatakan Singh (2003), bahwa pada ph rendah menghasilkan curd dengan tekstur rapuh dan mudah hancur seperti pada keju Cheshire, sedangkan ph tinggi menghasilkan curd elastis seperti pada jenis Emmental. Tekstur curd yang dihasilkan merupakan efek dari beberapa perlakuan seperti suhu terlalu tinggi atau terlalu rendah dan ada tidaknya homogenisasi susu. Kesimpulan yang dapat diperoleh, bahwa ph whey dan ph curd keju lunak pada metode pasteurisasi menghasilkan ph yang lebih tinggi dibanding. Penggunaan starter Lactobacillus bulgaricus dapat menghasilkan ph whey maupun ph curd keju lunak yang paling tinggi dibanding yang lainnya. Sehingga untuk mendapatkan keju lunak dengan ph yang lebih tinggi dapat digunakan metode pasteurisasi dengan starter Lactobacillus bulgaricus. Kesimpulan 1. Metode pasteurisasi dan menyebabkan perbedaan karakteristik keju lunak yang dihasilkan. 2. Penggunaan jenis starter ganda (Lactobacillus bulgaricus + ) dengan pasteurisasi pada pembuatan keju lunak mampu menghasilkan karakteristik keju lunak dengan kadar air paling rendah yaitu 39,82%, dan total solid paling tinggi yaitu 60,17%. Penggunaan starter Lactobacillus bulgaricus + pasteurisasi menghasilkan ph paling tinggi dengan perolehan ph whey 5,86 dan ph curd 6,09. 3. Pasteurisasi dengan starter ganda menghasilkan keju lunak dengan karakteristik yang optimal, yaitu kadar air 39,82% dan total solid 60,17%. Saran Untuk mendapatkan keju lunak susu kambing yang memiliki karakteristik sesuai dengan standar, dapat menggunakan metode pasteurisasi dengan penggunaan starter ganda, Lactobacillus bulgaricus dan. Daftar Pustaka Black, B. G. 1999. Microbiology Principles and Exploration. Prentice Hall, New Jersey. Daulay, D. 1991. Fermentasi Keju. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Bogor : Institut Pertanian Bogor. Drake, S. L. and K. Lopetcharat. 2009. Comparison of Two Methods to Explore Consumer Preferences for Cottage Cheese. Journal of Dairy Science 92: 5883. Hadiwiyoto, S. 1983. Hasil-Hasil Olahan Susu, Ikan, Daging, dan Telur. Liberty, Yogyakarta. Herastuti, S. R., R. S. Sujiman, dan N. Ningsih. 1994. Pembuatan pati gude (Cajanus cajan L.) dan pemanfaatan hasil sampingnya dalam pembuatan yoghurt dan tahu. Laporan Hasil Penelitian. Purwokerto: Fakultas Pertanian UNSOED. Hill, A. R. 2006. Cheese Technology. Academic Press, Canada. Park, Y. W. 1994. Hypo-Allergenic and Therapeutic Significance of Goat Milk. Small Ruminant Research 14: 151-159. Singh, T. K., Drake, M. And Cadwallader. 2003. Flavor of Cheddar Cheese, Chemical and Sensory Perspective. Comprehensive Reviews in Food Science and Food Safety. 2, 139-162. 51