BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Acara Serta Kendala Implementasinya. Cet.1(Jakarta: Kencana 2008). Hal.1.

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : HK TENTANG BAHAN KOSMETIK

Universitas Indonesia. Bahan Berbahaya dan Zat Warna yang Dilarang, 26 November 2008.

merupakan campuran dari beragam senyawa kimia, beberapa terbuat dari sumbersumber alami dan kebanyakan dari bahan sintetis (BPOM RI, 2003).

PUBLIC WARNING / PERINGATAN. No : KH Tanggal : 7 September 2006 TENTANG KOSMETIK YANG MENGANDUNG BAHAN DAN ZAT WARNA YANG DILARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai jenis kulit, warna kulit, iklim, cuaca, waktu penggunaan, umur dan jumlah

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TENTANG KOSMETIK

BAB I PENDAHULUAN. yang menghabiskan uangnya untuk pergi ke salon, klinik-klinik kecantikan

BAB I PENDAHULUAN. Kosmetik berasal dari kata Yunani kosmein artinya berhias. Kosmetik digunakan

MASUKAN KAMI TERIMA PALING LAMBAT TANGGAL 18 OKTOBER 2017

BAB I PENDAHULUAN. sempurna. Keinginan manusia untuk tampil lebih cantik dan sempurna

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PEMUSNAHAN KOSMETIKA

BAB I PENDAHULUAN. Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti berhias. Bahan

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGAWASAN SEDIAAN FARMASI, ALAT KESEHATAN, DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 4843); 3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tah

Noor Aida 1, Erna Prihandiwati S.F., Apt 2, Amaliyah Wahyuni, S.Si., Apt 3

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN, REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Banyak makanan import yang telah masuk ke Indonesia tanpa disertai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

2016, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Ne

2011, No Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemer

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Kompas 18 Maret 2004, Perlindungan terhadap konsumen di Indonesia ternyata masih

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN, 28 SEPTEMBER 2017 NOMOR... TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

,Jurnal Karya Tulis Ilmiah

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2001 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN KONSUMEN

BERITA NEGARA. BADAN POM. Notifikasi Kosmetika. Prosedur. Pengajuan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2010 TENTANG PERSYARATAN TEKNIS KOSMETIKA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TENTANG PENGAWASAN PEMASUKAN BAHAN KOSMETIK

BAB 1 PENDAHULUAN. merubah warna kulit sehingga menjadikan kulit putih bersih dan bersinar

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2010 TENTANG PERSYARATAN TEKNIS KOSMETIKA

BAB III INFORMASI PENGGUNAAN BARANG PADA PRODUK KECANTIKAN. A. Gambaran Umum Produk Kecantikan yang Masuk di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. hal. 2. diakses 06 September Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. penting untuk dapat mempengaruhi pola perdagangan. Kemampuan

2015, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Ne

persaingan ketat dan bervariasinya produk yang ditawarkan, akhirnya menempatkan konsumen sebagai subyek yang memiliki banyak pilihan. Menghadapi reali

BAB I PENDAHULUAN. perindustrian dan perdagangan nasional telah menghasilkan berbagai variasi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2001 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN KONSUMEN

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

2017, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2.

ANALISIS KUALITATIF MERKURI PADA KRIM PEMUTIH WAJAH TANPA NOMOR REGISTRASI YANG DIJUAL DI PASAR TAMBAN KABUPATEN BARITO KUALA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Adanya ketidakseimbangan antara perlindungan korban kejahatan dengan pelaku

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2016 TENTANG PENARIKAN DAN PEMUSNAHAN KOSMETIKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Bedak Dingin Beras dan Air Sari Bengkoang

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan beragam kebutuhan yang diperlukan masyarakat sebagai konsumen.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perkembangan dunia dewasa ini ditandai dengan arus globalisasi di segala

RANCANGAN, 19 DESEMBER 2016 PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 58 TAHUN 2001 (58/2001) TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN KONSUMEN

BAB I PENDAHULUAN. jika terdapat perbedaan pendapat atau perselisihan diantara kedua pihak tersebut,

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TENTANG

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA. Nomor HK

BAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan suatu organ yang berada pada seluruh permukaan luar

BAB 1 PENDAHULUAN. dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit (Tranggono

BAB I PENDAHULUAN. oleh hukum. Karena salah satu sifat, sekaligus tujuan hukum adalah memberikan

GAMBARAN ZAT WARNA RHODAMIN B PADA KOSMETIK PEMERAH BIBIR YANG BEREDAR DIPASAR BERINGHARJO YOGYAKARTA

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Seiring era perdagangan bebas sekarang ini berbagai jenis kosmetik beredar

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN DOKUMEN INFORMASI PRODUK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan/atau jasa, baik itu transaksi barang dan/atau jasa yang berasal dari dalam. menuntut keduanya untuk saling memberikan prestasi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagian luar badan (kulit, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi dapat memperluas ruang gerak transaksi barang dan/atau jasa. Kondisi

I. PENDAHULUAN. Kosmetik adalah kata serapan yang berasal dari bahasa Yunani kuno. kosmetikus,

1. ATK. 2. Printer dan Komputer.

I. PENDAHULUAN. yang lalu (Iswari, 2007). Bahan yang dipakai dalam usaha mempercantik diri. maksud meningkatkan kecantikan (Wasitaatmadja, 1997).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Pesatnya pembangunan Indonesia di bidang ekonomi telah memicu

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN DOKUMEN INFORMASI PRODUK

Hidrokinon dalam Kosmetik

MENTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN.REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1176/MENKES/PERNIII/201 0 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Penampilan menarik dan cantik selalu diidam-idamkan oleh semua kalangan

BAB I PENDAHULUAN. ketentuan perundang-undangan. Izin menurut definisi yaitu perkenan atau

PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI KOTA

BAB I PENDAHULUAN. negara tidak dapat dipisahkan dari peran para tenaga kerja itu sendiri. Pekerja dan

PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN PENGGUNA LAYANAN JASA SPEEDY PADA PT TELKOM, Tbk CABANG PADANG SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Kosmetik memiliki sejarah panjang dalam kehidupan manusia. Berdasarkan hasil penggalian arkeologi, diketahui bahwa kosmetik telah

INTISARI UJI KUALITATIF KANDUNGAN MERKURI PADA KRIM PEMUTIH WAJAH YANG DIJUAL DI PASAR TAPANDANG BERSERI PELAIHARI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan dan perkembangan perekonomian pada umumnya dan

PENGETAHUAN TENTANG KOSMETIKA PERAWATAN KULIT WAJAH DAN RIASAN PADA MAHASISWI JURUSAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG

BAB I PENDAHULUAN. menjadi bervariasi, baik produk dalam negeri maupun produk luar negeri.

BAB I PENDAHULUAN. penerbangan yang diukur dari pertumbuhan penumpang udara.1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. produk-produk yang kemudian dapat dikonsumsi oleh masyarakat setelah

BAB III TINJAUAN TEORITIS. A. Tinjauan Umum Tentang Perlindungan Konsumen

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya iklan di berbagai media yang menampilkan wanita berkulit cerah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. bahkan bisa menjerumuskan ke dalam hal-hal yang negatif bagi yang

BAB I PENDAHULUAN. digunakan dalam makanan. Kurangnya perhatian terhadap hal ini telah sering

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN. memuat asas-asas atau kaidah-kaidah yang bersifat mengatur dan mengandung sifat

BAB I PENDAHULUAN. keadilan, untuk mencapai tujuan tersebut Indonesia dihadapkan pada

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA. Nomor HK

PERATURAN BERSAMA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA DAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 59 TAHUN 2001 TENTANG LEMBAGA PERLINDUNGAN KONSUMEN SWADAYA MASYARAKAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK

A. Analisis Sadd al-dhari> ah terhadap Jual Beli Produk Kecantikan yang Tidak Ada Informasi Penggunaan Barang dalam Bahasa Indonesia

Transkripsi:

2 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perekonomian dan pembangunan nasional diiringi dengan kemajuan teknologi yang begitu pesat memicu meningkatnya kebutuhan masyarakat akan produk barang dan/atau jasa yang dapat dikonsumsi. Guna memenuhi kebutuhan tersebut, pelaku usaha menghasilkan begitu banyak variasi barang dan/atau jasa yang didukung oleh ruang gerak yang bebas dalam setiap transaksi perdagangan sehingga barang dan/atau jasa yang dipasarkan dapat dengan mudah dikonsumsi. Hal tersebut menguntungkan konsumen karena kebutuhannya akan barang dan/atau jasa dapat terpenuhi serta banyaknya pilihan akan produk barang dan/atau jasa yang tersedia. Di lain pihak, kondisi tersebut menyebabkan kedudukan yang tidak seimbang antara konsumen dengan pelaku usaha. Konsumen dapat menjadi objek aktivitas bisnis dari pelaku usaha yang terkadang dapat merugikan konsumen misalnya dengan adanya iklan-iklan dan promosi yang kurang informatif maupun perjanjian-perjanjian seperti klausula baku yang mengikat konsumen. Faktor utama yang menyebabkan terjadinya eksploitasi terhadap konsumen yaitu kurangnya kesadaran akan hak-hak dan kewajibannya. 1 Hal itu juga terkait dengan rendahnya pendidikan konsumen, kedudukan konsumen 1 Susanti Adi Nugroho, Proses Penyelesaian Sengketa Konsumen Ditinjau Dari Hukum Acara Serta Kendala Implementasinya. Cet.1(Jakarta: Kencana 2008). Hal.1.

3 dalam posisi tawar tidak berimbang serta kondisi ekonomi yang lemah. Oleh karena timbulnya banyak permasalahan tersebut, maka pemerintah mengeluarkan suatu produk hukum yaitu Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yang selanjutnya disebut UUPK. Dengan adanya undang-undang tersebut maka diharapkan dapat menjamin tercapainya penyelenggaraan perlindungan konsumen di masyarakat. Di dalam UUPK tersebut tidak saja dimaksudkan untuk melindungi hakhak konsumen dari tindakan sewenang-wenang para pelaku usaha, melainkan juga dimaksudkan untuk menciptakan iklim usaha yang sehat dan mendorong pelaku usaha menghasilkan produk barang dan/atau jasa yang berkualitas. Hal ini terdapat dalam penjelasan umum UUPK yaitu disebutkan bahwa dalam pelaksanaannya akan tetap memperhatikan hak dan kepentingan pelaku usaha kecil dan menengah. 2 Walaupun sudah diatur mengenai perlindungan konsumen melalui perangkat hukum UUPK beserta peraturan lainnya, namun masih banyak terdapat pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan pelaku usaha yang merugikan konsumen. Hal ini disebabkan prinsip ekonomi yang digunakan oleh pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan perekonomiannya, yaitu mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin dengan modal seminimal mungkin tanpa memperhatikan adanya hak-hak konsumen. Bentuk pelanggaran terhadap konsumen akibat ulah pelaku usaha saat ini terjadi dalam berbagai bidang usaha, baik industri makanan dan obat-obatan hingga bidang usaha penyedia jasa penerbangan. Pada saat hakhak konsumen dilanggar, banyak konsumen yang tidak mengetahui bahwa haknya dilanggar dan mereka dapat menggugat atau menuntut agar hak-hak tersebut dipenuhi. Mereka merasa kedudukan mereka sebagai konsumen tidak berimbang dengan kedudukan pelaku usaha. Bentuk industri yang banyak terdapat pelanggaraan hak-hak konsumen adalah industri makanan dan obat-obatan, dimana banyak pelaku usaha 4. 2 Happy Susanto, Hak-Hak Konsumen Jika Dirugikan. Cet.1(Jakarta: Visimedia 2008). hal.

4 melakukan pelanggaran berupa kurangnya informasi mengenai produk-produk yang mereka jual maupun menggunakan zat-zat kimia yang membahayakan kesehatan konsumen. Hal ini amat disayangkan karena industri makanan dan obat-obatan merupakan industri yang memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Produk-produk kosmetik yang merupakan hasil dari perkembangan industri obat-obatan, saat ini sudah merambah menjadi salah satu kebutuhan pokok masyarakat seiring dengan perkembangan gaya hidup masyarakat. Kehidupan modern masyarakat saat ini tidak hanya menuntut mobilitas yang tinggi tetapi juga nilai estetika terhadap penampilan. Pelaku usaha baik dalam dan luar negeri berlomba-lomba menghasilkan produk kosmetik berbagai jenis untuk meraup keuntungan dari pasar yang ada, bahkan tanpa memperhatikan hak-hak konsumen, salah satunya dengan iklan-iklan maupun promosi yang dapat menyesatkan konsumen, hingga banyak kosmetik yang beredar tidak memberikan informasi yang jelas akan kandungan zat kimia dalam produk tersebut. Produk-produk kosmetik yang membanjiri pasar Indonesia saat ini banyak yang berasal dari produk kosmetik impor yang tidak terdaftar dan memuat informasi yang menyesatkan konsumen dengan tidak mencantumkan kadar zat-zat kimia berbahaya yang terkandung di dalamnya. Sebagai contoh, adanya produk pemutih wajah impor Meei Yung Whitening Day Cream yang banyak beredar, ternyata mengandung kadar merkuri melebihi dari kadar yang diperbolehkan. 3 3 Merkuri (Hg) /Air Raksa termasuk logam berat berbahaya, yang dalam konsentrasi kecilpun dapat bersifat racun. Pemakaian Merkuri (Hg) dalam krim pemutih dapat menimbulkan berbagai hal, mulai dari perubahan warna kulit yang pada akhirnya dapat menyebabkan bintikbintik hitam pada kulit, alergi, iritasi kulit serta pemakaian dengan dosis tinggi dapat menyebabkan kerusakan permanen otak, ginjal, dan gangguan perkembangan janin bahkan paparan jangka pendek dalam dosis tinggi juga dapat menyebabkan muntah-muntah, diare dan kerusakan paru-paru serta merupakan zat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker) pada manusia. Hidroquinon termasuk golongan obat keras yang hanya dapat digunakan berdasarkan resep dokter. Bahaya pemakaian obat keras ini tanpa pengawasan dokter dapat menyebabkan iritasi kulit, kulit menjadi merah dan rasa terbakar juga dapat menyebabkan kelainan pada ginjal

5 Pada awal pemakaian konsumen merasa terdapat perubahan warna kulit yang semakin cerah namun ternyata setelah memakai dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan iritasi pada kulit yang berakibat antara lain kulit menjadi kemerahan, timbul jerawat serta bercak-bercak hitam hingga perubahan warna kulit yang menjadi kusam. Hal-hal tersebut jelas tidak seperti yang diharapkan oleh konsumen produk kosmetik. Kurangnya pengetahuan konsumen akan hal tersebut membuat terkadang menimbulkan akibat fatal bagi konsumen. Saat ini terdapat konsumen produk pemutih impor Meei Yung Whitening Day Cream yang mengalami iritasi pada kulit mereka disebabkan pemakaian produk kosmetik impor tersebut. Diketahui pula sebagian dari produk-produk kosmetik impor tersebut, termasuk produk Meei Yung Whitening Day Cream, tidak terdaftar pada Badan POM sehingga ketika konsumen mendapat masalah akibat pemakaian produk tersebut tidak dapat menuntut pertanggungjawaban pelaku usaha maupun importir produk tersebut sebagai pihak yang bertanggung jawab 4. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka penulis akan membahas tentang masalah produk kosmetik impor ditinjau dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. 1.2 Pokok Permasalahan Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka terdapat empat pokok permasalahan yang akan di bahas yaitu: 1. Peraturan apa saja yang mengatur mengenai perlindungan konsumen terhadap produk kosmetik impor saat ini? 2. Bagaimana mekanisme pengawasan terhadap produk kosmetik impor? 3. Pelanggaran hukum apa saja yang telah dilakukan oleh pelaku usaha dalam kaitannya dengan peredaran produk Meei Yung Whitening Day Cream? (nephropathy), kanker darah (leukemia) dan kanker sel hati (hepatocelluler adenoma). http://www.id.wikipedia.org / diakses tanggal 20 September 2008.

6 4. Upaya hukum apa saja yang dapat dilakukan konsumen produk Meei Yung Whitening Day Cream bila terjadi pelanggaran terhadap peraturan yang mengatur peredaran produk kosmetik impor oleh pelaku usaha sehingga merugikan konsumen? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan pokok permasalahan yang telah diuraikan di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui peraturan yang mengatur mengenai perlindungan konsumen terhadap produk kosmetik impor yang berlaku saat ini. 2. Mengetahui mekanisme pengawasan terhadap produk kosmetik impor. 3. Mengetahui bentuk pelanggaran yang dilakukan oleh pelaku usaha dalam kaitannya dengan peredaran produk Meei Yung Whitening Day Cream. 4. Mengetahui upaya hukum yang dapat dilakukan konsumen produk Meei Yung Whitening Day Cream bila terjadi pelanggaran terhadap peraturan yang mengatur peredaran produk kosmetik impor oleh pelaku usaha sehingga merugikan konsumen. 1.4 Kerangka Konsepsional Pada penelitian ini terdapat beberapa istilah yang terkait dengan pemaparan isi penelitian ini yaitu: 1. Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberikan perlindungan kepada konsumen. 5 4 Indonesia (a), Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, LN No.42 tahun1999, TLN No. 3821.Pasal 21 ayat (1). 5 Ibid., Pasal 1 angka 1.

7 2. Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun mahluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. 6 3. Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi. 7 4. Barang adalah setiap benda baik berwujud maupun tidak berwujud, baik bergerak maupun tidak bergerak, dapat dihabiskan maupun tidak dapat dihabiskan, yang dapat untuk diperdagangkan, dipakai, dipergunakan, atau dimanfaatkan oleh konsumen. 8 5. Promosi adalah kegiatan pengenalan atau penyebarluasan informasi suatu barang dan/atau jasa untuk menarik minat beli konsumen terhadap barang dan/atau jasa yang akan sedang diperdagangkan. 9 6. Impor barang adalah kegiatan memasukkan barang ke dalam daerah pabean. 10 7. Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat adalah lembaga non pemerintah yang terdaftar dan diakui oleh pemerintah yang mempunyai kegiatan menangani perlindungan konsumen. 11 8. Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen adalah badan yang bertugas menangani dan menyelesaikan sengketa antara pelaku usaha dan konsumen. 12 6 Ibid., Pasal 1 angka 2. 7 Ibid., Pasal 1 angka 3. 8 Ibid., Pasal 1 angka 4. 9 Ibid., Pasal 1 angka 6. 10 Ibid., Pasal 1 angka 7. 11 Ibid., Pasal 1 angka 9. 12 Ibid., Pasal 1 angka 11.

8 9. Badan Perlindungan Konsumen Nasional adalah badan yang dibentuk untuk membantu upaya pengembangan perlindungan konsumen. 13 10. Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetik. 14 11. Kosmetik adalah setiap bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada seluruh bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian luar) atau gigi dan membran mukosa disekitar mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau badan dan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik. 15 12. Bahan kosmetik adalah bahan atau campuran bahan yang berasal dari alam dan atau sintetik yang merupakan komponen kosmetik. 16 13. Bahan pewarna adalah bahan atau campuran bahan yang digunakan untuk memberi dan atau memperbaiki warna pada kosmetik. 17 14. Bahan pengawet adalah bahan atau campuran bahan yang digunakan untuk mencegah kerusakan kosmetik yang disebabkan oleh mikrooganisme. 18 15. Bahan tabir surya adalah bahan yang digunakan untuk melindungi kulit dari radiasi sinar ultra violet dengan cara menyerap, memancarkan, dan menghamburkan. 19 13 Ibid., Pasal 1 angka 12. 14 Indonesia (b), Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan, LN No.100 Tahun 1992, TLN No. 3495. Pasal 1 angka 9. 15 Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (a) Nomor HK.00.05.42.1018 Tentang Bahan Kosmetik, Tanggal 25 Februari 2008. Pasal 1 angka 1. 16 Ibid., Pasal 1 angka 2. 17 Ibid., Pasal 1 angka 3. 18 Ibid., Pasal 1 angka 4. 19 Ibid., Pasal 1 angka 5.

9 16. Pemasukan bahan kosmetik adalah importasi bahan kosmetik melalui angkutan darat, laut dan atau udara ke dalam wilayah Indonesia. 20 17. Izin Edar adalah bentuk persetujuan pendaftaran kosmetik yang diberikan oleh Kepala Badan untuk dapat diedarkan di wilayah Indonesia. 21 18. Kosmetik Impor adalah kosmetik yang dibuat oleh industri di luar negeri yang dimasukkan dan diedarkan di wilayah Indonesia. 22 19. Pemasukan kosmetik adalah importasi kosmetik melalui angkutan darat, laut dan atau udara ke dalam wilayah Indonesia. 23 20. Kepala Badan adalah Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 24 21. Badan adalah badan yang bertanggung jawab di bidang pengawasan obat dan makanan. 25 1.5 Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif 26 karena mengkaji hukum perlindungan konsumen terhadap peredaran kosmetik impor yang ditinjau berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Penelitian ini dilakukan dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kepustakaan, yaitu cara 20 Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (b) Nomor HK.00. 05. 1. 42. 4974 Tentang Pengawasan Pemasukan Bahan Kosmetik, Tanggal 23 September 2008. Pasal 1 angka 2. 21 Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (c) Nomor HK.00. 05. 42. 2995 Tentang Pengawasan Pemasukan Kosmetik, Tanggal 10 Juni 2008. Pasal 1 angka 1. 22 Ibid., Pasal 1 angka 2. 23 Ibid., Pasal 1 angka 3. 24 Ibid., Pasal 1 angka 4. 25 Indonesia (c), Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 Tentang Pangan, LN No. 99 Tahun 1996, TLN No. 3656. Pasal 1 angka 9. 26 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 2007), hal. 51.

10 pengumpulan data yang bersumber pada bahan-bahan pustaka. 27 Studi ini akan menganalisis obyek penelitian dengan menggunakan data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari hasil penelitian dan kajian bahan-bahan pustaka. Sebagai suatu penelitian hukum, data sekunder yang dipergunakan yaitu: 28 a. Bahan hukum primer, yang berupa ketentuan hukum dan perundangundangan yang mengikat serta berkaitan dengan studi ini. b. Bahan hukum sekunder, yang berupa literature-literatur tertulis yang berkaitan dengan pokok masalah dalam studi ini, baik berbentuk buku-buku, makalah-makalah, laporan penelitian, artikel surat kabar dan lain sebagainya. c. Bahan hukum tersier, yang merupakan bahan penjelasan mengenai bahan hukum tersier maupun sekunder, berupa kamus, ensiklopedia, dan sebagainya. Dalam mengumpulkan data penulis juga melengkapinya dengan melakukan wawancara terhadap konsumen pengguna produk serta wawancara dengan narasumber Bapak Budi Djanu S.H, M.H, Kepala Biro Informasi Obat dan Makanan di Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) karena penelitian ini berkaitan erat dengan pengawasan obat-obatan yang termasuk di dalamnya pengawasan terhadap peredaran kosmetik impor, wawancara dengan Saudari Dian Setiawati, salah satu konsumen produk Meei Yung Whitening Day Cream, dan wawancara dengan pelaku usaha yang menjual produk Meei Yung Whitening Day Cream, juga wawancara dengan dr. Anastasia Shandy, SPKK, sehubungan dengan bahaya merkuri bagi kulit wajah. Dilihat dari sifatnya penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat eksplanatoris 29 karena menggambarkan dan menjelaskan lebih dalam mengenai perlindungan konsumen terhadap produk kosmetik impor. 27 Sri Mamudji dkk., Metode Penelitian dan Penulisan Hukum, (Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum, 2005), hal. 30. 28 Ibid., hal. 28 29 Ibid., hal. 4.

11 Metode analisis data yang digunakan oleh penulis adalah metode analisis data secara kualitatif. 1.6 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan penelitian ini akan dibagi menjadi lima bab dimana pada setiap bab terdapat beberapa sub bab. Bab pertama adalah bagian pendahuluan yang akan menjelaskan secara garis besar latar belakang permasalahan, pokok permasalahan, tujuan penelitian baik umum maupun khusus, kerangka konsepsional, metodologi penelitian yang digunakan, serta uraian singkat mengenai sistematika penulisan skripsi ini. Bab kedua akan membahas mengenai tinjauan umum hukum perlindungan konsumen di Indonesia, hukum perlindungan konsumen menurut UUPK dan bagaimana penerapan UUPK di Indonesia. Bab ketiga akan membahas dan menguraikan tentang pengertian kosmetik serta akan di bahas mengenai pengaturan tentang kosmetik di Indonesia dan pengawasan peredaran kosmetik impor di Indonesia oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM). Bab keempat akan membahas dan menguraikan tentang kasus posisi peredaran produk kosmetik impor Meei Yung Whirening Day Cream. Akan dibahas juga mengenai bentuk-bentuk pelanggaran yang dilakukan oleh pelaku usaha berkaitan dengan peredaran produk Meei Yung Whitening Day Cream serta upaya-upaya hukum yang dapat dilakukan konsumen apabila terjadi pelanggaran hak-hak konsumen berdasarkan peraturan yang ada oleh produsen. Keseluruhan dari penelitian ini akan diakhiri dengan bab kelima, yaitu penutup yang secara singkat akan memaparkan kesimpulan-kesimpulan berdasarkan pembahasan-pembahasan dari bab-bab sebelumnya serta saran-saran yang dapat menjadi masukan bagi perkembangan di bidang yang berkaitan dengan penelitian ini.