FH UNIVERSITAS BRAWIJAYA

dokumen-dokumen yang mirip
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 1974 Tentang perkawinan BAB I DASAR PERKAWINAN. Pasal 1. Pasal 2

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 1 TAHUN 1974 (1/1974) Tanggal: 2 JANUARI 1974 (JAKARTA)

Undang-undang Republik Indonesia. Nomor 1 Tahun Tentang. Perkawinan

AKIBAT PERKAWINAN & PUTUSNYA PERKAWINAN

BAB II PERKAWINAN DAN PUTUSNYA PERKAWINAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN


Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERKAWINAN DI INDONESIA. Perkawinan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Perkawinan

BAB5 PERKAWINAN MENURUT UNDANG-UNDANG PERKAWINAN NOMOR 1 TAHUN 1974.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHAESA. Presiden Republik Indonesia

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III PUTUSNYA PERKAWINAN KARENA MURTAD MENURUT HUKUM POSITIF. A. Putusnya Perkawinan karena Murtad dalam Hukum Positif di Indonesia

TINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB IV HUKUM KELUARGA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. MEMUTUSKAN : BAB I DASAR PERKAWINAN. Pasal 1

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II KONSEP PERKAWINAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN sembarangan. Islam tidak melarangnya, membunuh atau mematikan nafsu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN UMUM TENTANG PERKAWINAN

BAB III IMPLIKASI HAK KEWARISAN ATAS PENGAKUAN ANAK LUAR

ALTERNATIF HUKUM PERKAWINAN HOMOSEKSUAL

SISTIM HUKUM INDONESIA POKOK BAHASAN

PERJANJIAN PERKAWINAN MENURUT KITAB UNDANG- UNDANG HUKUM PERDATA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG P E R K A W I N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

2002), hlm Ibid. hlm Komariah, Hukum Perdata (Malang; UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang,

SAHNYA PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF YANG BERLAKU DI INDONESIA. Oleh : Akhmad Munawar ABSTRAK

PERATURAN PERKAWINAN BAGI PEGAWAI DAN SUMPAH/JANJI PEGAWAI

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERKAWINAN

commit to user BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERKAWINAN DAN PEMBATALAN PERKAWINAN. sebanyak-banyaknya dalam perumusan pengertian perkawinan. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

MEMUTUSKAN: : U N D A N G-U N D A N G T E N T A N G PER K A W I N A N BAB I. P a s a l 1

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERKAWINAN, PERJANJIAN PERKAWINAN DAN PEGAWAI PENCATAT PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga merupakan lembaga sosial bersifat universal, terdapat di semua

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian hukum menurut pendapat para ahli hukum : E. Utrecht, dalam bukunya pengantar dalam hukum indonesia :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERKAWINAN DAN PERJANJIAN KAWIN. Perkawinan merupakan institusi yang sangat penting dalam masyarakat.

Bab 2 PERKAWINAN DAN AKIBAT PUTUSNYA HUBUNGAN PERKAWINAN

BAB III AKIBAT HUKUM TERHADAP STATUS ANAK DAN HARTA BENDA PERKAWINAN DALAM PERKAWINAN YANG DIBATALKAN

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan yang ada di negara kita menganut asas monogami. Seorang pria

BAB IV. pasal 35 dan 36 Undang-undang Nomor 1 tahun Pemisahan harta bersama. harta benda kepada Hakim dalam hal suami dengan berlaku buruk

BAB III KEWARISAN ANAK DALAM KANDUNGAN MENURUT KUH PERDATA 1. A. Hak Waris Anak dalam Kandungan menurut KUH Perdata

BAB I PENDAHULUAN. istri dengan tujuan untuk membentuk keluarga ( Rumah Tangga ) yang bahagia

BAB II TINJAUAN UMUM HUKUM PERKAWINAN MENURUT UNDANG- UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TENTANG PERJANJIAN KAWIN YANG DAPAT DILAKUKAN SELAMA PERKAWINAN BERLANGSUNG

BAB IV KOMPARASI ANTARA HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TERHADAP STATUS PERKAWINAN KARENA MURTAD

Psl. 119 BW jo. Psl. 124 BW

HUKUM KELUARGA ANAK RAHMAD HENDRA FAKULTAS HUKUM UNRI

Seorang pria yang telah 18 tahun dan wanita yang telah 15 tahun boleh

TINJAUAN YURIDIS DAMPAK PERKAWINAN BAWAH TANGAN BAGI PEREMPUAN OLEH RIKA LESTARI, SH., M.HUM 1. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. istri, tetapi juga menyangkut urusan keluarga dan masyarakat. Perkawinan

PENTINGNYA PENCATATAN PERKAWINAN MENURUT UNDANG- UNDANG NO.1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.

BAB I PENDAHULUAN. mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah

BAB I PENDAHULUAN. menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 2 Undang-Undang

BAB IV ANALISIS TENTANG STATUS PERWALIAN ANAK AKIBAT PEMBATALAN NIKAH

BAB I PENDAHULUAN. tangga dan keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami istri memikul

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagaimana diketahui bahwa setiap perkawinan masing-masing pihak dari suami

I. PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di dalam perjalanan di dunia mengalami 3 peristiwa yang

BAB I PENDAHULUAN. Aristoteles, seorang filsuf yunani yang terkemuka pernah berkata bahwa

Prosiding SNaPP2014Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN EISSN Sri Turatmiyah

PERJANJIAN KAWIN YANG DIBUAT SETELAH PERKAWINAN TERHADAP PIHAK KETIGA (PASCA PUTUSAN MAHKMAH KONSTITUSI NOMOR 69/PUU-XIII/2015) Oleh

BAB II KRITERIA ANAK LUAR NIKAH DALAM KOMPILASI HUKUM ISLAM DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA

II. TINJAUAN PUSTAKA. UU Perkawinan dalam Pasal 1 berbunyi Perkawinan adalah ikatan lahir batin

BAB I PENDAHULUAN. yang ditakdirkan untuk saling berpasangan dan saling membutuhkan 1. Hal

BAB I PENDAHULUAN. etnis,suku, agama dan golongan. Sebagai salah satu negara terbesar di dunia,

Lex Administratum, Vol. III/No. 6/Ags/2015

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERKAWINAN. Perkawinan yang dalam istilah agama disebut nikah ialah melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami berbagai peristiwa hukum.

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau beberapa orang lain. Intinya adalah peraturan yang mengatur akibat-akibat

FUNGSI PERJANJIAN KAWIN TERHADAP PERKAWINAN MENURUT UNDANG- UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1974, TLN No.3019, Pasal.1.

BAB I PENDAHULUAN. Hidup bersama di dalam bentuknya yang terkecil itu dimulai dengan adanya

KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA (Burgerlijk Wetboek voor Indonesie) BUKU KESATU ORANG

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pasal 1 Undang-Undang Perkawinan menyatakan bahwa perkawinan adalah

The Enactment of Marriage Agreement Post Constitutional Court Verdict

RAHMAD HENDRA FAKULTAS HUKUM UNRI

BAB 1 PENDAHULUAN. meliputi manusia, hewan, dan tumbuhan. Diantara ciptaan-nya, manusia

TINJAUAN HUKUM TERHADAP HAK DAN KEWAJIBAN ANAK DAN ORANG TUA DILIHAT DARI UNDANG UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 DAN HUKUM ISLAM

KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA (Burgerlijk Wetboek voor Indonesie) BUKU KESATU ORANG

BAB I PENDAHULUAN. yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhan Yang Maha Esa. 5 Dalam perspektif

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, suami istri memikul suatu tanggung jawab dan kewajiban.

BAB IV WALI NIKAH PEREMPUAN HASIL PERNIKAHAN SIRI MENURUT UNDANG-UNDANG PERKAWINAN. Undang-undang perkawinan di Indonesia, adalah segala

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dinyatakan pada Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB II. A. Mengenai Perkawinan. 1. Perkawinan. Perkawinan sebagai perbuatan hukum menimbulkan tanggung jawab antara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian Perkawinan dalam Undang-Undang Perkawinan No.1 Tahun bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

IMPLIKASI PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DALAM PRESFEKTIF HUKUM ISLAM DAN UU NO. 1 TAHUN 1974

AKIBAT HUKUM PENCATATAN PERKAWINAN

Universitas Sumatera Utara

BAB I. Persada, 1993), hal Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, cet.17, (Jakarta:Raja Grafindo

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERKAWINAN DAN PERJANJIAN PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1989, dan telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006,

AKIBAT HUKUM PERKAWINAN SIRI DALAM UNDANG-UNDANG PERKAWINAN. Oleh Sukhebi Mofea*) Abstrak

MENGENAL PERKAWINAN ISLAM DI INDONESIA Oleh: Marzuki

BAB I PENDAHULUAN. Dalam fase kehidupan manusia terdapat tiga peristiwa penting yaitu, kelahiran,

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang

Transkripsi:

NO PERBEDAAN BW/KUHPerdata Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 1 Arti Hukum Perkawinan suatu persekutuan/perikatan antara seorang wanita dan seorang pria yang diakui sah oleh UU/ peraturan negara yang bertujuan untuk menyelenggarakan kesatuan hidup yang abadi. 2 Sifat Hukum Perkawinan BW pasal 26 Yuridis sahnya perkawinan jika syarat-syarat menurut Undang-undang dipenuhi. 3 Konsep Perkawinan hanya dipandang dari segi keperdataan saja, artinya undang-undang melihat perkawinan itu sah dan syaratsyaratnya menurut undang-undang dipenuhi. Disini yang diperhatikan semata-mata adalah faktor yuridis (pasal 26). 4 Syarat-syarat Perkawinan BW dibagi menjadi Materiil dan Formil. Syarat Materiil terdiri dari umum (sepakat, monogami mutlak, usia, tenggat waktu tunggu untuk perkawinan pasal 1 Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang laki-laki dan seorang wanita sebagai suami istri yang bertujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang MahaEsa. UU No.1/1974 spesifik diperhatikan juga unsur-unsur: biologis sosiologis religius. Kita lihat pasal 1 UU Perkawinan No. 1/1974, adalah 4 unsur perkawinan, yaitu: 1. Ikatan laki-laki dan wanita sebagai suami istri 2. Ikatan lahir batin 3. Membentuk rumah tangga yang bahagia dan kekal 4. Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha esa Menurut pasal 2 UU No 1 tahun 1974, perkawinan sah apabila dilakukan menurut hukum masingmasing agama dan kepercayaanya. Tiap-tiap 1

kedua) dan khusus (khusus menyangkut masalah perkawinan dicatat menurut peraturan perundangundangan yang berlaku. larangan dan izin kawin). Syarat Formil terdiri dari sebelum perkawinan dan sesudah perkawinan. (khusus menyangkut masalah larangan dan izin kawin). UU perkawinan No. 1/1974 dibagi menjadi syarat Materiil dan syarat Formil. Materiil terdiri dari umum dan khusus. Syarat-syarat perkawinan menurut BW (KUHPerdata) - SyaratMateriil yaitu mengenai syarat (diri pribadi) calon mempelai. *Syarat materiil umum berlaku untuk seluruh perkawinan, terdiri dari: (1) kata sepakat (Pasal 28 KUHPerdata) (2) Asas yang dianut monogami mutlak (Pasal 27 KUHPerdata) Syarat Materiil *Syarat Materiil Umum : kata sepakat asas yang dianut monogami tidak mutlak. batas usia, laki-laki= 19 tahun wanita= 16 tahun. jangka waktu (tenggang waktu)cerai mati : 130 hari cerai hidup : 3 kali suci/90 hari* Syarat Materiil Khusus larangan perkawinan (Ps.8 UU Perkawinan)2.Izin kawin (Ps.6 ayat (2) UU Perkawinan). Syarat Formil sebelum perkawinan pemberitahuan, penelitian, pengumuman.pelangsungan perkawinan, melaksanakan. 2

(3) Batas usia (Pasal 29 KUHPerdata)Laki-laki=18 tahun wanita=15 tahun (4) Tenggang waktu tunggu (jangka waktu) pasal 34 KUHPerdata wanita adalah 300 hari.* SyaratMateriil Khusus berlaku hanya untuk perkawinan tertentu. Syarat ini ada dua, yaitu: 1. Larangan Perkawinan (Pasal 30, 31, 32, 33)2. Izin kawin:pasal 39 KUHPerdata : izin mengenai anakanak luar kawin pasal 40 KUHPerdata pasal 42 KUHPerdata : perumusan orang yang sudah berusia 21 tahun tapi belum mencapai 30 tahun.pasal 35 s.d 38 KUHPerdata Syarat Formil adalah mengenai tata cara perkawinan baik sebelum perkawinan maupun setelah perkawinan sebelum perkawinan: (1) pemberitahuan ps. 50 s.d. 53 KUHPerdata.(2) pengumuman, diumumkan 10 hari. 3

5 Pencegahan Perkawinan Menurut BW, jangka waktunya adalah terhitung Menurut UU Perkawinan No. 1/1974. Pemberitahuan, 6 Orang yang berhak mencegah perkawinan 10 hari sejak pengumuman perkawinan diumumkan - Jaksa atau penuntut umum dalam hal bertentangan dengan pasal 27 mengenai asas monogami mutlak - Ayah-ibu dari calon tersebut lihat ketentuan pasal 61 KUHPerdata _ masih belum dewasa dan belum memperoleh izin; _ telah dewasa tetapi belum mencapai umur 30 tahun; _ Jika salah satu dari kedua belah pihak telah penelitian, pengumuman lamanya waktu 10 hari setelah diumumkannya pengumuman perkawinan. a. Pasal 14 UU No.1/1974 keluarga dalam garis keturunan keatas atau kebawah. b.pasal 15 UU No.1/1974 istri dapat melakukan pencegahan c. Pasal 16 UU No.1/1974 mengenai pejabat yang ditunjuk yaitu apabila perkawinan tersebut tidak memenuhi pasal 7,8,9,10,11 UU No.1/1974. Kalau seseorang sudah melakukan perkawinan 2 kali, maka untuk yang ketiga kalinya tidak boleh, kecuali masing-masing agama atau kepercayaannya menentukan lain. Apabila setelah pengumuman tidak ada orang yang datang untuk mencegah, maka perkawinan itu boleh dilangsungkan. 4

ditaruh dibawah pengampuan - Wali apabila orang tua telah tidak ada adalah kakek atau nenek. menurut BW setelah 10 hari sejak perkawinan menurut UU setelah 10 hari sejak pengumuman - Suami dari perkawinan pertama yang karena perceraian belum melewati jangka waktu 300 hari. Melangsungkan pernikahan di luar negeri pasal 83, 84 KUHPerdata pasal 56 UU No.1/1974 tentang perkawinan syarat formalnya yaitu dimana hukum perkawinan itu dilangsungkan, tetapi bagi warga negara Indonesia, yang materiil berarti harus hukum Indonesia (UU No.1/1974). Dalam jangka waktu 1 tahun setelah kembali ke Indonesia, maka harus didaftarkan dan dicatatkan kembali kepada kantor catatan sipil atau pihak yang berwenang dan 5

hanya diberi waktu: 7 Akibat Perkawinan Hak dan Kewajiban suami istri Menurut KUHPer, hak dan kewajiban suami-istri antara lain sebagai berikut: 1. Suami dan istri harus setia dan tolongmenolong (pasal 103 KUHPer) 2. Suami-istri wajib memelihara dan mendidik anaknya (pasal 104 KUHPer) 3. Setiap suami adalah kepala dalam persatuan suami-istri (pasla 105 ayat 1 KUHPer). 4. Suami wajib memberi bantuan kepada istrinya (pasal 105 ayat 2 KUHPer) 5. Setiap suami harus mengurus harta kekayaan - menurut BW= 1 bulan - menurut UU Perkawinan No.1/1974 yaitu pasal 52 ayat (2)= 1 thn Hak dan kewajiban dari suami istri dalam Undangundang perkawinan di atur dalam pasal 30 sampai dengan pasal 34, yaitu: 1. Suami-istri memikul kewajiban yang luhur untuk menegakkan rumah tangga yang menjadi sendi dasar dari susunan masyarakat. 2. Hak dan kewajiban istri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan suami dalam kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup bersama dalam masyarakat. 3. Masing-masing pihak berhak untuk melakukan 6

milik pribadi istrinya (pasal 105 ayat 3 perbuatan hukum. KUHPer) 6. Setiap suami berhak mengurus harta kekayaan bersama (pasal 105 ayat 4 KUHPer) 7. Suami tidak diperbolehkan memindahtangankan atau membebani harta kekayaan tak begerakmilik istrinya, tanpa persetujuan si istri (pasal 105 ayat 5 KUHPer) 8. Setiap istri harus tunduk dan patuh kepada suaminya (pasal 106 ayat 1 KUHPer) 9. Setiap istri wajib tinggal bersama suaminya (pasal 106 ayat 2) 10. Setiap suami wajib membantu istrinya di muka hakim (pasal 110 KUHPer) 11. Setiap istri berhak membuat surat wasiat tanpa izin suaminya (pasal 118 KUHper). 4. Suami adalah kepala keluarag dan istri adalah ibu rumah tangga. 5. Suami-istri harus mempunyai tempat kediaman yang tetap dan rumah tempat kediaman ini ditentukan secara bersama-sama. 6. Suami-istri wajib salaing cinta-mencintai, hormat-menghormati, setia dan memberi bantuan lahir batin yang satu kepada yang lain. 7. Suami-istri melindungi istrinya dan memberikan segala sesuatu keperluan hidup berumah-tangga sesuai dengan kemampuannya. 8. Istri wajib mengatur urusan rumah tangga sebaik-baiknya. 9. Jika suami atau istri melalaikan kewajibannya masing-masing dapat mengajukan gugatan kepada Pengadilan. 7

Menurut pasal 111 KUHPer, bantuan si suami kepada istri tidak diperlukan apabila: 8 AKIBAT PERKAWINAN TERHADAP HARTA BENDA SUAMI ISTRI 1. Si istri dituntut di muka hakim karena sesuatu perkara pidana. Si istri mengajukan tuntutan terhadap suaminya untuk mendapatkan perceraian, pemisahan meja dan tempat tidur, atau pemisahan harta kekayaan Menurut KUHPer adalah harta campuran bulat dalam pasal 119 KUHPer harta benda yang diperoleh sepanjang perkawinan menjadi harta bersama meliputi seluruh harta perkawinan yaitu : Menurut Pasal 35 UU No. 1 tahun 1974, yaitu : 1. Harta bersama adalah harta benda yang diperoleh sepanjang perkawinan 1. Harta yang sudah ada pada waktu perkawinan. 2. Harta yang diperoleh sepanjang perkawinan. 2. Harta bawaan adalah harta yang dibawa masuk ke dalam suatu perkawinan. Penguasaannya tetap pada masing masing suami istri yang membawanya ke 8

9 AKIBAT PERKAWINAN TERHADAP ANAK KETURUNAN 10 SIFAT KEKUASAAN ORANGTUA PERBANDINGAN HUKUM PERDATA Namun, ada pengecualian bahwa harta tersebut bukan dalam perkawinan, sepanjang pihak tidak menentukan harta campuran bulat yaitu apabila terdapat: 1. Perjanjian kawin 2. Ada hibah/warisan, yang ditetapkan oleh pewaris Pasal 120 KUHPer Pasal 250 KUHPer, Tiap tiap anak yang dilahrikan atau ditumbuhkan sepanjang perkawinan, memperoleh si suami sebagai bapaknya (tentang anak sah) kekuasaan kolektif yang dipegang oleh Ayah. lain. Anak sah menurut Pasal 42 UU No.1 tahun 1974, adalah anak yang dilahirkan dalam atau sebagai akibat dari perkawinan yang sah. kekuasaan tunggal yang ada pada masing-masing pihak ayah dan ibu. 11 AKIBAT PERKAWINAN YANG LAIN Mengenai hubungan darah adalah sebagai berikut : Anak terhadap ayahnya, menurut KUHPer seorang anak luar kawin baru mempunyai hubungan darah dengan ayahnya kalau sang ayah mengakuinya secara sah. 12 KONSEPSI PERKAWINAN Konsepsi perkawinan menurut KUHPer, hanya dipandang dari segi keperdataannya saja. Artinya, Menurut UU No. 1/1974, setiap anak secara otomatis mempunyai hubungan darah dengan ibunya Konsepsi perkawinan menurut UU No. 1 Tahun 1974, dapat dlihat dalam pasa 1 UU no.1/1974. Yang berisi : 9

Konsepsi, diartikan sebagai kitab perdata ini hanya melihat perkawinan itu sah Perkawinan adalah : sistem hukum yang dipakai / sistem hukum tertentu. Sistem hukum tsb berbeda, hal tsb tergantung dari : pandangan hidup karakter cara berpikir penganut (negara/bangsa) sistem dan syarat syaratnya menurut UU apabila dipenuhi. Yang dilihat hanya faktor yuridis sesuai dengan Pasal 26 KUHPer. ikatan lahir batin antara seorang laki-laki dengan seorang wanita sebagai suami istri yang bertujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa * Unsur religius / Keagamaan Pasal 2 ayat 1, Pasal 8 sub f, Pasal 29 ayat 2, Pasal 51 ayat 3 * Unsur biologis Pasal 4 sub c * Unsur Sosiologis Pasal 7 ayat 1 10

* Unsur Yuridis Pasal 2 ayat 2, Pasal 35 ayat 1 dan 2, Pasal 36 ayat 1 dan 2, Pasal 37 13 Syarat - Syarat Perkawinan Syarat Materil * Syarat Materil Umum, yang berlaku untuk seluruh perkawinan yang terdiri dari : Kata Sepakat (Pasal 28 KUHPer) Asas yang dianut Monogami mutlak (Pasal 27 KUHPer) Batas usia (Pasal 29 KUHPer) Tenggang waktu tunggu, 300 hari (Pasal 34 BW) * Syarat Materil Khusus, berlaku hanya untuk perkawinan tertentu, seperti : - Larangan Perkawinan (Pasal 30, 31, 32, 33 KUHPer) Syarat Materil Syarat Materil Umum Kata Sepakat Azas yang dianut, monogami tidak mutlak / monogamy terbuka Batas usia, laki laki 19 tahun, perempuan 16 tahun Jangka waktu adalah cerai mati 130 hari dan cerai hidup 3 kali suci atau masa iddah * Syarat Materil Khusus Larangan perkawinan (Pasal 7 UU no.1/1974) Izin Kawin (Pasal 6 ayat 2 UU no.1/1974) 11

- Izin Kawin (Pasal 33, 35 38, 40, 42 KUHPer) Syarat Formil Mengenai Tata Cara Perkawinan, baik sebelum maupun setelah perkawinan Sebelum Perkawinan : * Pemberitahuan / aangifte Tentang kehendak kawin kepada pegawai catatan sipil, yaitu pegawai yg nantinya akan melangsungkan pernikahan * Pengumuman 14 Tujuan Perkawinan Tujuan perkawinan tidak disebutkan dalam KUHPerdata 15 Larangan perkawinan Didalam KUHPer ditegaskan, bahwa perkawinan dilarang antara: Syarat Formil * Sebelum Perkawinan : 1. Pemberitahuan 2. Penelitian 3. Pengumuman * Pelangsungan perkawinan * Melaksanakan perkawinan Didalam Undang-undang perkawinan disebutkan bahwa tujuan perkawinan adalah untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Larangan perkawinan menurut pasal 8 Undangundang no 1 tahun 1974: 12

1. Mereka yang bertalian keluaraga dalam garis 1. Berhubungan darah dalam garis keturunan ke bawah keturunan lurus ke atas dan kebawah atau dalam garis keturunan menyimpang, yaitu antara saudara laki-laki dan saudara perempuan (Pasal 30 KUHPer) 2. Ipar laki-laki dan ipar perempuan;paman atau paman orangtua dan anak perempuan saudara atau cucu perempuan saudara; atau antara bibi atau bibi orangtua dan ank laki saudara atau cucu laki saudara (Pasal 31 KUHPer) 3. Kawan Perzinahnya setelah dinyatakan salah karena berzinah oleh putusan hakim (pasal 32 KUHPer) 4. Mereka yang memperbarui perkawinan setelah pembubaran perkawinan terkhir jika belum lewat waktu 1 tahun (pasal 33 KUHPer). ataupun ke atas. 2. Berhubungan darah dalam garis keturunan menyimpang, yaitu antara saudara, antara seorang dengan saudara orangtua dan antara seorang dengan suudara neneknya. 3. Berhubungan semenda, yaitu mertua, anak tiri, menantu dan ibu/bapak tiri. 4. Berhubungan susuan, yaitu orangtua susuan, anak susuan, saudara susuan, dan bibi/paman susuan. 5. Berhubungan saudara denga isteri atau sebagai bibi atau kemenakan dari istri, dalam hal seorang suami isteri lebih dari seorang. 6. Mempunyai hubungan yang oleh agamanya atau peraturan lain yang berlaku, dilarang kawin. Sedangkan menurut pasal 9 Undang-undang no 1 tahun 1974, seorang yang masih terikat tali 13

perkawinan dengan orang lain tidak dapat kawin lagi, kecuali dalam hal: 16 PERJANJIAN KAWIN Janji-janji kawin tidak menimbulkan hak untuk menuntut di muka Hakim akan berlangsungnya perkawinan dan menuntut penggantian biaya, rugi dan bunga, akibat kecideraan yang dilakukan terhadapnya; segala persetujuan untuk ganti rugi dalam hal ini adalah batal (pasal 58 ayat 1 KUHPer). Seseorang anak yang masih dibawah umur tidak boleh bertindak sendiri harus diwakili oleh 1. Mendapat ijin dai pengadilan (pasal 3 ayat 2 UUP) 2. Si istri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai istri, istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan, atau istri tidak dapat melahirkan keturunan (pasal 4 ayat 2 UUP). Menurut pasal 29 Undang-undang no 1 tahun 1974 adalah sebagai berikut: 1. Pada waktu atau sebelum perkawinan dilangsungkan, kedua pihak atas persetujuan bersama dapat mengadakan perjanjian tertulis yang disahkan oleh pegawai pencatat perkawinan setelah mana isinya berlaku juga terhadap pihak ketiga sepanjang pihak ketiga 14

16 PUTUSNYA PERKAWINAN PERBANDINGAN HUKUM PERDATA orangtuanya atau walinya. Setiap perjanjian tersangkut. perkawinan harus dibuat dengan akte notaris sebelum perkawinan berlangsung, dan perjanjian mulai berlaku semenjak saat perkawinan dilangsungkan (pasal 147 KUHPer). Perjanjian kawin ini mulai berlaku bagi pihak ketiga sejak hari pendaftarannya di Kepaniteraan Pengadilan Negeri setempat, dimana pernikahan itu telah dilangsungkan (pasal 152 KUHPer). Setelah perkawinan berlangsung, perjanjian kawin dengan cara bagaimanapun tidak boleh diubah (pasal 149 KUHPer). Menurut pasal 199 KUHPer, perkawinan 1. Kematian. putus (perkawinan bubar) karena: 2. Kepergian suami atau istri selama 10 tahun dan 2. Perjanjian tersebut tidak dapat disahkan bilamana melanggar batas-batas hukum, agama dan kesusilaan. 3. Perjanjian tersebut berlaku sejak perkawinan dilangsungkan. Selama perkawinan berlangsung, perjanjian tersebut tidak dapat dirubah, kecuali bila dari kedua belah pihak ada persetujuan untuk merubah dan perubahan tidak merugikan pihak ketiga. Menurut pasal 38 Undang-undang Perkawinan, perkawinan dapat putus karena: 1. Kematian. 2. Perceraian. 15

diikuti dengan perkawinan baru dengan orang 3. Atas Keputusan Pengadilan. lain. 3. Putusan hakim setelah adanya perpisahan meja makan dan tempat tidur selama 5 tahun. 4. Perceraian. NO PERSAMAAN BW/KUHPerdata Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 1 Arti Sama-sama menjelaskan mengenai perkawinan Sama-sama menjelaskan mengenai perkawinan Hukum Perkawinan 2 Syarat sayarat perkawinan - Memiliki komponen syarat yang sama, yaitu syarat materiil dan syarat formil - Menganut asas monogami - Memiliki komponen syarat yang sama, yaitu syarat materiil dan syarat formil - Pada dasarnya, juga menganut asas monogami. Namun asas monogami ini menjadi tidak mutlak karena undang-undang ini menentukan klausula 16

lain. 3 Batasan umur Mempelai Sama-sama memiliki batasan umur bagi para pihak yang ingin melangsungkan perkawinan. Sama-sama memiliki batasan umur bagi para pihak yang ingin melangsungkan perkawinan. 4 Masa tunggu bagi Wanita Sama-sama memiliki jangka waktu / masa iddah Sama-sama memiliki jangka waktu / masa iddah 5 Pencatatan perkawinan Sama-sama memiliki kewajiban untuk mencatatkan perkawinannya di lembaga yang berwenang. 6 Pencegahan Perkawinan Terhitung 10 hari sejak saat diumumkannya 7 Yang dapat mencegah perkawinan 8 Akibat perkawinan Terhadap Hak dan kewajiban suami istri perkawinan, apabila terjadi kesalahan dapat dilakukan pencegahan Orang yang ditunjuk, seperti hakim,orang dengan garis keturunan baik ke atas atau ke bawah Sama-sama memiliki hak dan kewajiban atasnya untuk membentuk keluarga yang luhur dan kekal, sama-sama harus saling tolong menolong, bantu membantu dan cinta-mencintai Sama-sama memiliki kewajiban untuk mencatatkan perkawinannya di lembaga yang berwenang. Terhitung 10 hari sejak saat diumumkannya perkawinan, apabila terjadi kesalahan dapat dilakukan pencegahan Orang yang ditunjuk, seperti hakim,orang dengan garis keturunan baik ke atas atau ke bawah Sama-sama memiliki hak dan kewajiban atasnya untuk membentuk keluarga yang luhur dan kekal, sama-sama harus saling tolong menolong, bantu membantu dan cinta-mencintai 17

9 Akibat perkawinan Masing-masing mengenal konsepsi mengenai Masing-masing mengenal konsepsi mengenai harta Terhadap Harta benda suami istri harta asal dan harta yang diperoleh selama perkawinan berjalan. Harta bawaan dikuasai oleh masing-masing pihak, sedangkan harta bersama / yang diperoleh pada saat perkawinan menjadi harta bersama. Baik suami maupun istri tidak diperkenankan memindahkan hak atas harta benda yang bukan miliknya, terlebih ketika harta itu merupakan harta asal. asal dan harta yang diperoleh selama perkawinan berjalan. Harta bawaan dikuasai oleh masingmasing pihak, sedangkan harta bersama / yang diperoleh pada saat perkawinan menjadi harta bersama. Baik suami maupun istri tidak diperkenankan memindahkan hak atas harta benda yang bukan miliknya, terlebih ketika harta itu merupakan harta asal. 10 Akibat perkawinan Setiap anak yang dilahirkan sepanjang Terhadap Anak keturunan perkawinan yang sah, maka ia juga menjadi anak yang sah dan memiliki hak-hak terkait dengan statusnya tersebut. 11 Perjanjian kawin Perjanjian kawin sama-sama dibuat oleh kedu clon suami-istri sebelum pernikahan dilangsungkan. Perjanjian kawin yang ada harus Setiap anak yang dilahirkan sepanjang perkawinan yang sah, maka ia juga menjadi anak yang sah dan memiliki hak-hak terkait dengan statusnya tersebut. Perjanjian kawin sama-sama dibuat oleh kedu clon suami-istri sebelum pernikahan dilangsungkan. Perjanjian kawin yang ada harus dicatatkan kepada 18

dicatatkan kepada kepada petugas pencatat, atau kepada petugas pencatat, atau dapat dikatakan harus dapat dikatakan harus dicatatkan kepada notaris dn mendapatkan akte notaris. Akta perjanjian kawin berlaku mutlak pada saat pernikahan dilangsungkan. 12 Putusnya perkawinan - Kematian - Perceraian - Putusan hakim 13 Persetujuan perkawinan Kedua calon mempelai harus setuju untuk samasama menikah dan diantaranya, tidak terdapat paksaan untuk melaksanakan pernikahan. dicatatkan kepada notaris dn mendapatkan akte notaris. Akta perjanjian kawin berlaku mutlak pada saat pernikahan dilangsungkan. - Kematian - Perceraian - Keputsan hakim Kedua calon mempelai harus setuju untuk samasama menikah dan diantaranya, tidak terdapat paksaan untuk melaksanakan pernikahan. 19